Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH UNSUR DAN SENYAWA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

MELINA ANGELITA STEVANI 4193151026

JOYHERTATI SARAGIH 4193151027

EGINTA CHRISTOPHER TARIGAN 4193151028

EVA ROSELLA MANURUNG 4193351002

NISA MAILANI 4193351004

NOLA SARI 4193351006

BUDI HARIANTO 4193351010

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si

PENDIDIKAN IPA DIK B 2019

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa . Karena telah
melimpahkan rahmat nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah “ Unsur
dan Senyawa “ ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Medan , Maret 2020

Kelompok 5
PEMBAHASAN

LOGAM GOLONGAN d

5.1 PENDAHULUAN

5.1.1 Pengertian Unsur – Unsur Transisi

Ada berbagai pandangan perihal kelompok unsur-unsur transisi. Posisi unsur-unsur yang
termasuk kelompok transisi atau peralihan dapat diperiksa pada kerangka sistem periodik
unsur bentuk panjang.

Dalam kerangka sistem periodik tersebut nampak bahwa dari kiri ke kanan ada pergeseran
atau peralihan sifat kelompok unsur- unsur dari logam reaktif yang berkurang secara perlahan
dan akhirnya menjadi bersifat nonlogam. Secara sederhana unsur-unsur transisi menunjuk
pada unsur-unsur yang terletak antara kelompok logam reaktif dengan kelompok nonlogam,
antara kelompok s dengan kelompok p , yaitu kelompok d dan kelompok f yang sering
disebut transisi dalam ( inner transition ).

Ada tiga kelompok unsur-unsur transisi d yaitu transisi pertama 3d, transisi kedua 4d dan
transisi ketiga 5d. Namun pada bagian ini pembicaraan lebih banyak ditekankan pada
kelompok unsur-unsur transisi pertama 3d saja. Barangkali dapat langsung diduga bahwa
yang dimaksud kelompok ini yaitu unsur-unsur Sc-Zn.

Unsur-unsur transisi didefinisikan sebagi unsur-unsur baik dalam atom netralnya dan atau
atom dalam senyawanya mengandung konfigurasi elektronik belum penuh pada orbital d,
karena memang ini lah yang berperan khas bagi sifat-sifat unsur transisi.

5.1.2 Sifat Unsur-unsur Transisi

Logam- logam transisi mempunyai struktur kemas rapat ( closest pack ) artinya setiap atpm
mengalami persinggungan yang maksimal dengan atom-atom yang lain yaitu sebanyak dua
belas atom tetangganya. Elektron – elektron mengisi orbital yang semakin banyak dengan
naiknya nomor atom , sehingga jari-jari atomik nya relatif semakin pendek. Akibat dari
struktur kemas rapat dan kecilnya ukuran atomik adalah bahwa logam-logam transisi
membentuk ikatan logam yang kuat antara atom-atom nya sehingga logam-logam ini dapat
ditempa dan kuat.

Ion – ion logam transisi lebih kecil ukuran nya dibanding dengan ion – ion logam kelompok s
dalam periode yang sama. Hal ini menghasilkan rasio muatan per jari – jari yang lebih besar
bagi lohgam – logam transisi. Relatif terhadap logam kelompok sdiperoleh sifat – sifat logam
transisi sebagai berikut :

1. Oksida – oksida dan hidroksida logam – logam transisi ( M 2+ , M3+ ) kurang bersifat
basa dan lebih sukar larut
2. Garam – garam logam –logam transisi kurang bersifat ionik dan juga kurang stabil
terhadap pemanasan
3. Garam – garam dan ion – ion logam transisidalam air lebih mudah terhidrat dan juga
lebih mudah terhidrolisis menghasilkan sifat agak asam
4. Ion ion logam transisi lebih mudah tereduksi
5.1.3 Konfigurasi Elektronik Unsur – unsur Transisi

Konfigurasi elektronik suatu atom dapat dituliskan lebih sederhana yaitu dengan
menuliskan lambang atom gas mulia terdekat yang mempunyai nomor atom lebih kecil,
kemudian diikuti dengan konfigurasi elektronik “ kekurangannya” bahwa pada bgaian
dalam atom itu dibangun oleh konfigurasi elektronik gas mulia terdekat sebelumnya. Gas
mulia bersifat stabil dalam arti sukar mengadakan perubahan, maka konfigurasi
elektronik “ kekurangan nya “ .

Tiga dari hasil rasionalisasi data energi ionisasi hasil eksperimen adalah bahwa :

1. Energi ionisasi untuk elektron – elektron (n-1) d lebih besar dibandingkan dengan
energi ionisasi untuk elektron – elektron
2. Dengan naik nya muatan inti atau nomor atom , elektron – elektron (n-1) d
menjadi semakin lebih stabil dari pada elekron – elektron
3. Jika atom unsur transisi melepaskan satu elektron, maka ion positif yang
dihasilkan mempunyai konfigurasi elektronik yang berbeda dari konfigurasi
elektronik atom – atom netral sebelumnya dalam peringkat dasar ( ground state )
5.1.4 Kecenderungan dalam Periode dan Golongan

Unsur – unsur transisi dapat membentuk ion – ion yang hampir sama kestabilan nya
dengan melepaskan pula elektron – elektron 3dx , sehingga diperoleh berbagai macam
tingkat oksidasi dari terendah +1 (Cu) hingga tertinggi +7 (Mn). Tetapi dari berbagai
macam senyawa oksida dan klorida nta , ternyata tingkat oksidasi yang paling umum
dijumpai adalah +2 dan +3.

a. Kecenderungan dalam Periode

Untuk kelompok transisi seri 3d ternyata diperoleh kecenderungan bahwa terdapat satu
atau dua variasi tingkat oksidasi pada awal seri, Sc ( III) dan akhir seri, Cu ( I ) dan Cu (II)
dan Zn (II) tetapi variasi tingkat oksidasi menggelembung semakin banyak pada
pertengahan deret, Mn +2,+3,+4.+6,+7.

Kestabilan tingkat oksidasi tinggi dari awal hingga akhir seri menujukkan kecenderungan
yang menurun . Hal ini dikaitkan dengan semakin kuat nya pengaruh muatan inti terhadap
elektron 3d dengan naiknya nomor atom, khususnya mulai dari pertengahan seri atau
dengan kata lain, elektron 3d semakin tertarik kedalam oleh inti sehingga elektron ini
semakin sukar dilepas.

b. Kecenderungan dalam golongan

Untuk golongan utama, yaitu s dan p, terdapat kecenderungan golongan yang sangat jelas .
untuk logan – logam transisi, unsur – unsur periode 5 dan 6 menujuk kan kemiripan sifat
kimia yang sangat kuat dalam satu kelompok. Kemiripan sifat ini sebagai akibat elektron –
elektron yang mengisi orbital 4f14 tidak mampu menamengi elektron – elektron dalam
orbital lebih luar 5d dan 6s .

Dengan muatan inti yang lebih besar , jari – jari atomik , jari – jari kovalen dan jari – jari
ionik unsur – unsur priode 6 ( seri 5d ) mengalami penyusunan hingga besarnya hampir
sama dengan jari – jari unsur – unsur periode 5 ( seri 4d )

5.1.5 Sifat Katalitik Unsur – unsur Transisi

Suatu reaksi kimia dapat berlangsung secara termodinamik , reaksi berjalan sangat sukar
atau sangat lambat. Dapat diatasi dengan melibatkan zat “ pemicu “ agar reaksi
berlangsung dengan laju lebih cepat atau lebih mudah seperti yang diharapkan, sedangkan
zat pemicu itu sendiri tidak dikonsumsi menjadi produk, melainkan diperoleh kembali
pada akhir reaksi . zat pemicu demikian ini disebut katalisator atau katalis dan reaksinya
dikatakan dengan katalik. Reaksi katalik ini sesungguhnya banyak dijumpai dialam, dalam
tubuh , lebih – lebih dalam bidang industri kimia maupun dilaboratorium.

Temtu merupakan suatu keuntungan apabila dapat ditemukan suatu katalisator untuk jenis
reaksi tertentu yang sukar berlangsung, dan untuk itu perlu dipelajario cara kerja katalis
dan materi apa yang cocok untuk memenuhi persyaratan sebagai katalis. Cara kerja
katalisator ditinjau dari aspek kimiawi secara umum, mungkin terlibat dalam pembentukan
senyawa – senyawa kompleks “ antara” yang tidak stabil, namun dapat mengakibatkan
reaktan menjadi aktif atau mungkin menyediakan media pusat – pusat aktif bagi reaktan.
Katalisator dapat dibedakan menjadi katalisator homogen, artinya reaktan dan katalisator
keduanya mempunyai fase atau wujud yang sama dan katalisator heterogen jika keduanya
mempunya fase berbeda.

a. Katalisator homogen

Cara kerja katalisator homogen umumnya melibatkan pembentukan senyawa –senyawa


kompleks antara yang bersifat tidak stabil dalam tahap –tahap reaksi. Katalis dengan
reaktan membentuk kompleks antara yang mengakibatkan reaktan dalam kompleks
menjadi aktif membentuk produk baru dengan disertai pelepasan kembali katalisatornya.
Unsur – unsru transisi sangat berperan dalam reaksi katalitik karena sifatnya mudah
membentuk senyawa kompleks, misalnya pada banyak reaksi organik dipakai senyawa
Pd(II) dan Pt (II) .

Reaktan sering dibuat aktif karena keterlibatan proses redoks pada katlisnya dan dengan
demikian unsur – unsur transisi sangat berperan karena kemampuannya membentuk
variasi tingkat oksidasi. Sebagai contoh , pasangan Cu2+ / Cu+, Co3+/ Co2+ dan pasangan
Mn3+ / Mn2+ yang merupakan pasangan transfer satu elektron , banyak dipakai pada
oksidasi hidrokarbon dalam skala besar – besaran .

b. Katalisator heterogen

Katalisator heterogen dalam bentuk padatan banyak dipakai dalam bidang industri untuk
reaksi – reaksi fase gas yang biasanya berlangsung pada temperatur relatif tinggi. Logam –
logam transisi mempunyai titik leleh yang sangat tinggi dan kuat, maka dapat memenuhi
syarat untuk berperan sebagai katalisator . katalis heterogen adalah bahwa produk reaksi
langsung terpisah dari fase katalisnya , sehingga tidak memerlukan tahapan pemisahan
khusus. Reaktan dilewatkan pada lorong katalis melalui satu ujung dan keluar menjadi
produk pada ujung yang lain . katalisator padatan ini dapat berupa logam murni , paduan
maupun senyawa oksida nya.

Fase padatan maksud nya memberikan bentuk pori – pori yang sesuai untuk media
terjadinya reaksi secara efektif . katalisator dapat dibuat dalam bentuk serbuk yang
disebarkan pada suatu wadah atau suporter.

Pada jenis kedua molekul – molekul gas reaktan terpecah ikatan nya sebagian atau
seluruhnya karena melekat berikatan secara lemah dengan logam katalis, sehingga ikatan
dalam reaktan menjadi lemah atau reaktan berubah menjadi atom – atom nya bersifat aktif
sehingga dengan mudah dapat membentuk ikatan baru antar reaktan.

5.1.6 Sifat Magnetik Senyawa Unsur – Unsur Transisi

Senyawa kompleks banyak ditemui bersifat paramagnetik , yaitu tertarik oleh medan
magnetik, selain juga banyak yang bersifat diamagnetik, yaitu tertolak oleh medan
magnetik . ukuran sifat magnetik suatu spesies sering dinyatakan dengan besaran momen
magnetik, μ dalam satuan bohr magneton (BM) . sifat paramagnetik suatu senyawa
disebabkan oleh adanya elektron nirpasangan ( elektron tak berpasangan , unpaired
electron ) dalam konfigurasi elektronik spesies yang bersangkutan. Hubungan antara
banyak nya elektron nirpasangan dengan sifat paramagnetik spin atau momen magnetik
spin μs adalah :

1
μs = 2√ ns ( ns +1 ) BM dengan s = = bilangan kuantum
2

Spin dan n = banyak nya elektron

Atau μs = √ n ( n+2 ) BM nirpasangan

a. Asal Usul Sifat Magnetik

Benda magnet mempunyai kemampuan menarik benda – benda lain ( tentunya iyang lebih
ringan ) kearah dirinya . magnet permanen atau magnet tetap artinya kemampuan menarik
ini tidak lenyap dan magnet sementara artinya kemampuan menarik menjadi lenyap jika
penyebab timbulnya sifat magnet dihilangkan. Misalnya logam yang dililiti kumparan arus
listrik menjadi magnet yang kemudian dissbut sebagai elektromagnet. Jika arus listrik
dihilangkan maka sifat magnet menjadi hilang pula . logam besi dapat ditarik atau
dipengaruhi oleh magnet sehingga dikatakan bersifat magnetik .

Senyawa kimia logam transisi yang dipengaruhi oleh magnet artinya berinteraksi tertarik
oleh medan magnetik dari luar. Senyawa bersifat paramagnetik. Senyawa – senyawa yang
berinteraksi tertolak oleh medan magnetik senyawa ini bersifat diamagnetik.
b. Sifat diamagnetik

Diamagnetik adalah sifat yang selalu dimiliki oleh setiap atom dalam materi atau senyawa
tanpa memandang tipe sifat magnetik total dari senyawa yang bersangkutan. Sifat ini
hanya muncul jika ada medan magnet dari luar yang dikenakan pada atom yang
bersangkutan sehingga terjadi interaksi antara medan magnetik luar dengan medan
terinduksi dalam kulit – kulit yang terisi penuh elektron.

c. Sifat paramagnetik

sistem atomik , molekular , radikal bebas , atau ion yang memiliki satu atau lebih elektron
nirpasangan akan memiliki akan memiliki momen magnetik permanen yang ditimbulkan
oleh momentum sudut spin dan berasal dari orbital s misalnya untuk uap atom logam
alkali , orbital p misalnya untuk uap atom logam alkali, orbital p misalnya pada O 2, NO,
Cl2 dan radikal bebas , orbital d untuk seri logam transisi 3d,4d, dan 5d dan orbital f untuk
seri lantanoida dan aktinoida.

d. Momen Magnetik spin

Bilangan kuantum spin elektron dianologikan dengan konsep rotasi elektron pada
sumbunya sendiri . mekanika gelombang , momentum sudut elektronyang berkaitan
dengan bilangan kuantum spin adalah terkuantisasi sebesar √ s ( s+ 1 ) h/2π sehingga
momen magnetik spin rumus :

μs = g β √ s ( s +1 ) e.m.u = 2√ s ( s+ 1 ) BM = √ 4 s ( s+1 ) BM ....

Momen magnetik adalah momen permanen dari luar akan berinteraksi menghasilkan efek
paramagnetik.

e. Tipe paramagnetik

Sifat magnetik senyawa kompleks berkaitan dengan jumlah elektron nirpasangan dalam
sistem molekul komplek ini . oleh karena itu diturunkan suatu rumusan momen magnetik
yang berkaitan dengan jumlah elektron nirpasangan yang nilai nya teruji oleh hasil
pengukuran . sifat magnetik dalam sistem multielektron berasal dari momentum sudut spi
dan momentum sudut orbital elektron nirpasangan dalam sistem ini maka kedua total
momentum ini harus ditambahkan menurut aturan kuantum penjumlahan vektor.

Sifat paramagnetik normal suatu senyawa kompleks bergantung paling tidak pada tiga
faktor yaitu:

1. Jumlah elektron nirpasangan


2. Tingkat dasar spektroskopik dan tingkat eksitasi diatasnya jika pembelahan
seharga orde kT
3. Kuat medan ligan dan konfigurasi geometri nya

f. Spin Only
Tipe momen magnetik ini sesungguhnya sama dengan yang berlaku bagi pembelahan
multiplet kecil tetapi dengan L= 0 sehingga nilai momen magnetik hanya didominasi oleh
momentum sudut spin saja atau dengan kata lain untuk tipe ini kontribusi memontum
sudut orbital lenyap sama sekali .

g. Koreksi diamagnetik

Senyawa paramagnetik terdiri atas pusat – pusat paramagnetik dan gugus – gugus
diamagnetik , bahkan ion paramagnetik monoatomik juga mempunyai nilai diamagnetik ,
gugus – gugus diamagnetik ini tentu saja harus diperhitungkan sebagai faktor koreksi.
Suseptibilitas molar suatu senyawa merupakan jumlah aljabar suseptibilitas atom, ion atau
molekul penyusun senyawa.

h. Suseptibilitas magnetik dan pengukuran nya

Ukuran sifat magnetik suatu senyawa yang dinyatakan dengan nilai momen magnetik
tidak dapat diukur langsung melainkan dihitunga dari nilai suseptibilitas magnetiknya, dan
nilai suseptibilitas inilah yang diperoleh dari pengukuran . dua buah kutub magnet
berlawanan menunjukkan garis – garis gaya dalam daerah medan magnetik. Apabila suatu
senyawa sampel ditempatkan dalam medan magnetik dengan kuat medan magnet H , maka
medan terinduksi fluks, B, dalam senyawa dinyatakan dengan hubungan :

B = H + 4πl , dengan l = intensitas magnetisasi

B
Jika kedua ruas persamaan tersebut dibagi dengan B , maka akan diperoleh rasio
yang
H
disebut sebagai permeabilitas magnetik senyawa yang bersangkutan dalam bentuk
hubungan :

B I
= 1 + 4π ( )
H H

I
Rasio atau sering dituliskan dengan lambang k inilah yang disebut sebagai
H
suseptibilitas magnetik per volume atau suseptibilitas volume.

i. Cara pengukuran suseptibilitas magnetik

Sampel diamagnetik tertolak keatas menjauh dari medan magnetik ke daerah yang kurang
rapat garis gaya magnetiknya . akibat massa sampel tentu menjadi terukur lebih ringan
atau berkurang. Sebaliknya sampel paramagnetik tertarik kebawah, kedaerah yang lebih
rapat garis gaya magnetiknya, sehingga massa sampel menjadi terukur lebih berat atau
bertambah realtif terhadap massa sampel jika ditimbang tanpa medan magnetik. Perbedaan
massa yang mendasari pengukuran suseptibilitas magnetik suatu senyawa.

Untuk mengukur besaran sampel yang akan ditimbang dimasuk kan kedalam tabung
(tabung gouy)yang digantungkan diantara dua kutub magnet tetap atau elektromagnet.
Besaran massa atau besaran molar lebih instruktif , maka suseptibilitas volume , k , diubah
menjadi suseptibilitas massa, Xg atau suseptibilitas molar, Xm .

5.2 GOLONGAN 4

TITANIUM, ZIRKONIUM, DAN HAFNIUM


5.2.1 Pendahuluan
Unsur titanium yang pada mulanya ditemukan oleh William Gregor pada tahun 1791
dalam bijih ilmenit, FeTiO3, dapat dipisahkan dari unsur besinya dengan penambahan asam
hidroklorida untuk memperoleh titanium oksidanya, TiO2. Empat tahun kemudian (1795)
M.H.Klaporth (Jerman) secara terpisah juga menemukan unsur titanium dalam bentuk
oksidanya yang kemudian disebut rutil, TiO2. Pada tahun 1789, Klaporth juga telah berhasil
memisahkan zirkon oksidanya, ZrO2, dari bijih zirkon, ZrSiO4. J.J.Berzelius (Swedia) telah
berhasil mengisolasi Zr (1824) dan Ti (1825), namun belum cukup murni. Unsur hafnium
(hafnia adalah nama latin untuk Copenhagen) ditemukan dalam zirkon dari Norwegia pada
tahun 1922-1923 oleh D.Coster dari Belanda dan G. von dari Hungaria.
Titanium merupakan unsur transisi terbanyak ke sembilan di dalam kerak bumi,
sedangkan zirkonium dan hafnium sama seperti sebagian besar logam logam transisi periode
5 dan 6 sangat jarang dijumpai. Titanium sangat vital bagi industri pertahanan, namun jumlah
yang sangat besar dari bijih tambang titanium ini dimanfaatkan untuk pembuatan bahan
pigmen cat. Titanium(IV) oksida tahan terhadap pelunturan oleh udara yang berfungsi dan
mempunyai sifat racun yang rendah, sehingga dapat dipakai untuk mengganti peran timbal
putih tersebut. Titanium(IV) oksida mempunyai indeks bias tertinggi dari antara senyawa
anorganik putih atau berwarna bahkan lebih tinggi daripada intan. Oleh karena itu senyawa
ini mempunyai kemampuan yang sangat tinggi dalam memancarkan cahaya, dan dapat secara
efektif menutupi atau menyembunyikan lapisan cat di bawahnya. Logam zirkonium sangat
sedikit atau jarang dijumpai digunakan untuk membuat kontainer atau wadah bahan bakar
nuklir, karena logam ini mempunyai penampang lintang tangkapan neutron yang rendah
sehingga tidak menyerap elektron yang terlibat dalam proses fisi. Sedangkan hafnium yang
selalu terdapat bersama-sama dengan zirkonium sebagai pengotor karena sifat kimiawinya
yang sangat mirip mempunyai penampang lintang tangkapan neutron yang tinggi sehingga
dapat menyerap neutron.
5.2.2 Ekstraksi Logam Titanium dan Zirkonium
Titanium murni sulit diperoleh dari TiO 2, walaupun senyawa ini yang paling umum
ditemui di alam mineral penting lainnya adalah ilmenit, FeTiO3. Cara yang paling praktis
menurut proses Wilhelm Kroll adalah cara yang pada awalnya melibatkan perubahan
titanium(IV) oksida menjadi titanium(IV) klorida melalui pemanasan dengan karbon dan
klorin menurut persamaan reaksi:
TiO2 (s) + 2C (s) + 2Cl2 (g) ⟶ TiCl4 (g) + 2CO (g)
Untuk mereduksi titanium(IV) klorida menjadi logam paling baik digunakan logam
magnesium ataupun hidrogen berdasarkan kecenderungan energi bebas pembentukan spesies
kloridanya, yaitu MgCl2.
TiCl4 (g) + 2Mg (l) ⟶ Ti (s) + 2MgCl2 (l)
Logam wolfram juga dapat digunakan untuk mereduksi TiX4 menurut proses van Arkel - de
Boer:
TiX4 (g) ⟶ Ti + 2X2 (g)
Sumber utama zirkonium adalah mineral zirkon, ZrSiO4 dan baddeleyite, ZrO2. Logam
zirkonium dapat diperoleh dari bijih baddeleyite, ZrO2, melalui proses yang sama seperti
metode yang digunakan pada titanium proses Kroll:
ZrO2 (s) + 2C (s) + 2Cl2 (g) ⟶ ZrCl4 (g) + 2CO (g)
Pada tahapan ini, kira-kira 2% pengotor yaitu hafnium(IV) klorida, HfCl 4 dapat
dipisahkan dari zirkonium(IV) klorida dengan sublimasi fraksional. Kemudian, ZrCl 4 murni
direduksi dengan logam magnesium menurut persamaan reaksi:
ZrCl4 (g) + 2Mg (l) ⟶ Zr (s) + 2MgCl2 (l)
Dengan metode van Arkel - de Boer, zirkonium dipanaskan dalam wadah yang
bertekanan rendah atau vakum bersama dengan sedikit iodin hingga temperatur sekitar 200
℃ sehingga ZrI4 yang dihasilkan berada dalam keadaan uap. Logam zirkonium terbakar di
udara pada temperatur tinggi dan bereaksi lebih cepat dengan nitrogen daripada dengan
oksigen menghasilkan campuran, nitride, oksida dan oksida nitrida, Zr2ON2.
5.2.3 Kecenderungan Golongan 4
Kemiripan sifat unsur titanium dan zirkonium yang disebabkan oleh kemiripan
konfigurasi elektron terminal berakibat kedua unsur ini saling mengotori dalam senyawanya.
Terlebih-lebih lagi antara zirkonium dan hafnium yang keduanya mempunyai jari-jari atom
yang sangat dekat yaitu masing-masing 160 dan 159 pm. Sifat-sifat umum logam-logam ini
yang mirip adalah reaksinya dengan oksigen, halogen, uap air, dan dengan asam hidroklorida
pekat seperti ditunjukkan pada persamaan berikut:
M + O2 ⟶ MO2
M + 2X2 ⟶ MX4
M + 2H2O ⟶ MO2 + 2H2
M + 4HCl ⟶ MCl4 +2H2 (Untuk M = Ti diperoleh hasil TiCl3)
Larutan titanium(IV) dan zirconium(IV) bereaksi dengan hidrogen peroksida (10%)
menghasilkan ion prokso [M(O2)]2+ atau lebih tepat [M(O2)(OH)(H2O)n]+ yang berwarna
oranye yang untuk titanium tetapi tak berwarna untuk zirkonium menurut persamaan reaksi:
2Ti4+ (aq) + 2H2O (aq) + (n+8)H2O ⟶ 2[Ti(O2)(OH)(H2O)n]+ (aq) + 6H3O+ (aq) oranye
Warna oranye larutan titanium-prokso ini berubah menjadi tak berwarna pada penambahan
larutan NaF oleh karena terbentuknya ion kompleks [TiF6]2-:
[Ti(O2)(OH)H2O)n]+ (aq) + 3H3O+ (aq) + 6F- (aq) ⟶ [TiF6]2- (aq) + H2O2 + (n+4)H2O
Potensial reduksi Ti(IV) atau Ti(III) adalah sekitar 0,1 V. Oleh karena itu, Ti(IV) dapat
direduksi menjadi Ti(III) oleh logam zink dalam asam sedangkan, Zr(IV) tidak reduksi pada
kondisi ini. Sifat Zr(IV) yang lebih tahan terhadap produksi dibandingkan dengan Ti(IV)
berkaitan dengan ukuran jari-jari tempat yang relatif lebih kecil daripada jari jari Zr(IV),
sehingga lebih mudah bagi Ti(IV) untuk menangkap elektron. Senyawa hafnium mempunyai
karakter yang amat dekat dengan zirkonium.
5.2.4 Oksida dan Oksida Campuran
Titanium oksida
Mineral rutil, TiO2, paling banyak dijumpai tetapi tidak terlalu murni untuk langsung
digunakan. Proses pemurniannya melibatkan perubahan rutil menjadi kloridanya seperti
halnya pada preparasi logamnya, kemudian dioksidasi dengan dioksigen pada temperatur
sekitar 1200℃ untuk mendapatkan titanium(IV) oksida murni dengan persamaan reaksi:
TiCl4 (g) + O2 (g) ⟶ TiO2 (s) + 2Cl2 (g)
Titanium(IV) oksida terdapat di alam dalam tiga bentuk modifikasi yaitu rutil, brokit
dan anatasa. Ketiganya mempunyai bilangan koordinasi enam untuk atom titanium dan tiga
untuk atom oksigen. Titanat lain yang mempunyai struktur ilmenit, FeTiO 3 adalah MgTiO3,
CoTiO3, NiTiO3, dan yang mempunyai struktur spinel adalah Mg2TiO4, Zn2TiO4 dan
Co2TiO4. Reduksi TiO2 dengan H2 pada temperatur tinggi menghasilkan titanium(III) oksida,
Ti2O3, yang berwarna violet menurut persamaan reaksi:
2TiO2 (s) + 2H2 (g) ⟶ Ti2O3 (s) + H2O(g)
Zirkonium oksida
Zirkonium(IV) oksida dapat diperoleh sebagai endapan putih seperti gelatin dari reaksi
larutan Zirkonium(IV) dengan basa menurut persamaan reaksi:
Zr4+ (aq) + OH- (aq) + (n-2) H2O ⟶ ZrO2.nH2O (s)
Jika reaksi tersebut berlangsung dengan pemanasan yang kuat akan dihasilkan pada
putih yang keras ZrO2, yang mempunyai titik leleh sangat tinggi 2700℃ .Oksida ini tahan
terhadap serangan asam maupun basa, serta merupakan bahan untuk pembuatan crush dan
tungku pemanas. Oksida ZrO2 bersifat basa lebih kuat daripada TiO2, dan pada dasarnya tidak
larut dalam basa berlebihan.
Dalam kristal Zirkonium(IV) oksida dengan bentuk Kristal baddeleyite, setiap ion
Zirkonium(IV) dikelilingi oleh 7 ion oksida. Pada suhu diatas 2300℃senyawa ini tuliskan
kembali menjadi struktur flourit dengan bilangan koordinasi delapan. Zirkonium(IV) oksida
dengan suatu proses tertentu (yang telah dipatenkan) dapat diproduksi dalam bentuk serabut
serabut seperti sutra. Serabut-serabut ini dapat ditenunkan ke dalam suatu material yang stabil
hingga 1600℃ sehingga dapat berfungsi sebagai baju zirkonia yang tahan terhadap
temperatur tinggi.

Oksida campuran dari ZrO2 yang disebut zirkonat dapat dibuat dari campuran oksida,
hidroksida, dan nitrat dari logam-logam lain, mirip dengan senyawa zirkonium yang dibakar
pada antara 1000-2500℃.
5.2.5 Halida
Titanium halida dikenal dalam beberapa tingkat oksidasi yaitu Ti(II), Ti(III) dan Ti(IV).
TiF4 berupa padatan putih dan dapat diperoleh pada dari reaksi TiCl 4 dengan HF anhidrat,
atau dari reaksi langsung antara logam titanium dengan F2 pada suhu 200℃. TiF3 berupa
padatan putih dapat diperoleh dari reaksi logam titanium dengan HF anhidrat pada suhu 700
℃. Titanium(IV) klorida merupakan hal yang terpenting, khususnya sebagai bahan awal
untuk pembuatan senyawa-senyawa titanium yang lain dalam udara lembab, TiCl 4
mengeluarkan asap dengan kuat dan terhidrolisis menjadi TiO2. Reaksi TiCl4 dengan asam
sulfat pekat menghasilkan titanium(IV) sulfat, Ti(SO4)2 atau pun TiOSO4, dan reaksi TiCl3
dengan asam sulfat encer menghasilkan garam sulfatnya, Ti2(SO4)3.8H2O.
Zirkonium(IV) klorida, ZrCl4, berupa padatan putih menyublim pada temperatur 331℃.
Dalam keadaan uap garam ini mempunyai struktur tetrahedral dan monomerik tetapi dalam
padatan yang mempunyai struktur lantai zigzag oktahedral - ZrCl6 yang bersekutu pada salah
satu sisinya sehingga atom-atom klorin menyusun rangkaian kemas rapat kubus ccp (cubic
closest packing). Senyawa ZrBr4, HfCl4 dan HfBr4 mempunyai tipe yang sama..
Senyawa senyawa Zr(III) terbatas pada pelarut bukan air. ZrCl 3, ZrBr3 dan ZrI3, dapat di
preparasi dari reduksi ZrX4 dengan H2 atau dengan Zr. Ketiga senyawa ini mempunyai tipe
yang sama dengan HfI3.
5.2 GOLONGAN 5
VANADIUM,NIOBIUM,DAN TANTALUM
Vanadium berasal dari katavanadis yaitu nama dewi kecantikan di Skandavia,pada
tahun 1830 di Swedia oleh N.G Selfstrom bersama-sama dalam bijih besi. Disebut demikian
karena senyawanya kaya akan warna. Sesungguhnya,unsur ini telah dikenali oleh A.M del
Rio pada tahun 1801 yang ditemukan dalam bijih timbel yang disebut dengan eritronium.
Namun ia membatalkan penemuannya ini. Logam ini tampak bersinar cemerlang,cukup lunak
sehingga mudah dibentuk seperti pembuluh,mempunyai titik leleh 1915℃ dan titik didih
3350℃,serta tahan terhadap korosi.

Niobium pada mulanya dikenali oleh C.Hatchett pada tahun 1801. Beliau berhasil
mengisolasi oksidanya dari minerak columbit menjadi unsur yang dia sebut
columbium.Sementara itu A.G. Ekeberg pada tahun 1802 mengidentifikasi adanya unsur
baru yang disebut tantalum karena sifat mineralnya yang sukar larut dalam berbagai asam.
Pada saat itu hingga tahun 1844 unsur columbium dan tantalum diduga hanya satu saja.
Namun H. Rose kemudian berhasil menunjukkan bahwa mineral columbit ternyata
mengandung dua unsur yang berbeda, yaitu yang pertama disebut tantalum sebagaimana
ditemukan Ekeberg dan yang kedua diberi namaniobium yang artinya anak tantalum.

Logam-logam golongan 5 ini belum terlalu banyak diketahui manfaatnya, kecuali


vanadium yang digunakan sebagai baja vanadium yang merupakan logam panduan keras dan
sering dipakai untuk pisau maupun peralatan-peralatan pertukangan lain. Niobium banyak
digunakan pada berbagai stainless steel terutama untuk penggunaan paada temperature
tinggi,dan kawat Nb/Zr digunakan dalam magnet superkonduktor. Tanatalum yang sangat
tahan terhadap korosi pada temperature kamar,sangat ideal untuk material peralatan operasi
(bedah),peralatan industry elektronik seperti kapasitor dan kawat-filamen.

Ekstraksi Logam-Logam V,Nb dan Ta

 Ekstraksi Logam Vanadium (V)

Langkah pertama ekstraksi logam ini adalah mendapatkan vanadium dalam


bentuk oksidanya, V2O5 ,dari bijihnya melalui berbagai macam proses dan reaksi.
Untuk itu biasanya ditempuh prosedur umum dengan pemanggangan (roasting) bijih
bijih yang telah diremukkan atau residu vanadium dengan garam NaCl atau
N2CO3pada temperature kira-kira 850℃. Tahap ini akan menghasilkan natrium
vanadate, Na3VO4 yang kemudian diluluhkan dengan air dan menghasilkan padatan
hitam V2O5.

Langkah selanjutnya adalah proses reduksi terhadap V2O5yang pada garis


besarnya dibedakan dalam dua perlakuan berdasarkan tujuannya. Jika logam
vanadium yang diperoleh dimaksudkan untuk keperluan zat aditif pada baja maka
reduksi dilakukan dalam tanur listrik dengan penambahan bijih besi (Fe),silicon (Si)
dan kapur,CaO.Hasilnya adalah ferovanadium dengan kadar vanadium (35 -95% )
yang dapat dipisahkan dari ampas atau kerak CaSiO3,menurut persamaan berikut:
2V2O5 + 5Si + Fe + 5CaO→ 4V + Fe +5CaSiO3

Produk ini dapat langsung dipakai sebagai zat aditif pada baja ferovanadium tanpa
pemurnian lebih lanjut.Jikayang diinginkan logam vanadium murni maka reduksi
terhadap V2O5 dapat dilakukan dengan kalsium dan lelehan logam vanadium yang
terbentuk dapat dipisahkan dari kerak CaO menurut persamaan reaksi:

V2O5 (s) + 5Ca (s) → 2V (l) +5CaO (s)

Jika bahan dasar yang digunakan mengandung vanadium (II) klorida, VCl2, maka
logam vanadium dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh dengan elektrolisis leburan
NaCl-LiCl-VCl2,atau dengan proses van Arkel de-Boer yaitu melewatkan uap garam
natrium klorida yang sudah dimurnikan melalui kawat panas dalam keadaan vacum
(tekanan rendah).

 Ekstraksi Niobium dan Tantalum

Produksi niobium dan tantalum mempunyai skala lebih kecil dibandingkan


dengan produksi vanadium dan prosesnya lebih bervariasi serta kompleks. Kedua
logam ini dapat dipisahkan dari bijihnya dengan cara fusi yaitu peleburan bijih-
bijihnya dengan alkali atau pemasakan bijih-bijihnya dengan berbagai asam. Proses
fusi Ini menghasilkan larutan kedua logam Nb dan Ta yang kemudian dapat
dipisahkan satu dari yang lain.Padamulanya proses ini dikembangkan oleh M.C.
Marignac pada tahun 1866.Pada pemakaian HF encer niobium cenderung
membentuk senyawa K3NbOF5.2H2O yang mudah larut,berbeda dengan tantalum
yang cenderung membentuk senyawa K2TaF yang sedikit larut.

Dewasa ini proses pemisahan niobium dan tantalum yang lebih umum
digunakan adalah teknik ekstraksi pelarut sebagai contoh tantalum dapat diekstrak
dari larutan HF encer oleh pelarut organik metil isobutil keton dan dengan membuat
keasamaan larutan HF lebih tinggi,niobium dapat diekstrak dengan pelarut segar yang
sama masing-masing logam kemudian dapat diperoleh setelah proses pengubahan
menjadi pentaoksida nya dan diikuti dengan reduksi pentaoksida ini oleh Na atau C
atau melalui elektrolisis

Kecenderungan Golongan 5

Ketiga logam ini mempunyai kenampakan mengkilap seperti perak dan mempunyai
struktur kubus pusat badan,bcc. Logam-logam Golongan ini sedikit kurang elektropositif
dibandingkan dengan logam logam golongan sebelumnya atau golongan 4 dan tantalum
keduanya mempunyai ukuran yang relatif sama sebagai akibat kontraksi lantanoida. Dengan
demikian logam logam transisi seri kedua (4d) dan seri ketiga (5d) ini mempunyai sifat sifat
kimiawi yang sangat dekat seperti halnya Zr-Hf.Dibandingkan logam-logam golongan 4
logam logam-golongan 5 mempunyai 1 elektron pada orbital d. hal ini mengakibatkan ikatan
logam yang lebih kuat sebagaimana ditunjukkan oleh kecenderungan titik leleh dan titik didih
logam logam golongan 5 yang relatif lebih tinggi dari pada titik leleh dan titik didih logam-
logam golongan 4 untuk periode yang sama

Dengan konfigurasi elektron terminal (n-1)d3ns2atom-atom logam golongan ini dapat


melepaskan 2 hingga 5 elektron menghasilkan tingkat oksidasi +2,+3,+4 atau +5 namun yang
paling umum adalah +2,+ 3 dan +4. Kemudahan melepaskan elektron tentu saja berkaitan
dengan kedudukan ketiga unsur kelompok ini sebagai awal anggota deret transisi yang
tarikan intinya terhadap elektron elektron d masih relatif lemah demikian juga berkaitan
dengan ikatannya terhadap atom-atom yang bersifat sangat elektronegatif seperti oksigen
senyawa-senyawanya bersifat kovalen atau dalam bentuk kompleks. Atas dasar ukurannya
atom logam ukuran terkecil dengan tingkat oksidasi tertinggi atau positif 5 mempunyai daya
oksidasi terkuat. Jadi vanadium(V) merupakan oksidator terkuat dalam golongannya.

Oksida dan Ion-okso

Senyawa-senyawa oksida utama dari ketiga unsur dalam golongan ini adalahV 2O5–
Nb205- Ta2O5 untuk tingkat oksidasi +5 VO2-NbO2-Ta02untuk tingkat oksidasi +4V2O3untuk
tingkat oksidasi +3 dan VO-NbO-TaO untuk tingkat oksidasi +2.

Dengan rentang tingkat oksidasi yang panjang tersebut maka dapat dipahami bahwa sifat basa
dari oksidanya akan melemah dengan naiknya tingkat oksidasi. V0 dan bersifatV 2O3 basa
sedangkan VO2 dan V205 bersifat amfoter dengan membentuk anion vanadat VO43-atau
kadang-kadang dirumuskan untuk vanadium(V) Sedangkan untuk vanadium(IV) bentuk ion
vanadium tidak ditemui sebagai ion sederhana melainkan sangat bervariasi.

Vanadium pentoksida ,V205

Berdasarkan argumentasi rasio jari-jari relatif terhadap oksigen (-2) vanadium (+5)
agak terlalu besar ukurannya untuk koordinasi struktur tetrahedron atau bilangan koordinasi
empat tetapi terlalu kecil untuk koordinasi octahedron atau bilangan koordinasi 6. Oleh
karena itu V2O5mengadopsi struktur trigonal bipiramida terdistorsi atau bilangan koordinasi
5 yang bersekutu pada sisi sisinya membentuk rantai double zigzag yang nampak agak rumit
tetapi spesies anion okso tetraoksovanadat(v), VO43-mempunyai struktur tetrahedron.

Kelarutan V2O5dalam air sangat kecil atau kira-kira 0,007 gL -1 dan oksida ini lebih bersifat
amfoterik. Oleh karena itu V2O5larut dalam basa kuat misalnya natrium hidroksida
menghasilkan ion yang tak berwarna jika kedalam larutan ini selanjutnya ditambahkan asam
pH 6,5 larutan menjadi orang yang cemerlang jika penambahan asam diteruskan
hingga pH 2 ternyata diperoleh endapan berwarna coklatV2O5tetapi endapan ini
terlarut kembali pada penambahan asam lebih lanjut dengan membentuk kation okso adalah
ion kompleks diokso vanadium(V) atau VO2+. Persamaan reaksi yang telah diusulkan secara
sederhana dapat dituliskan sebagai berikut:

Pada penambahan basa

V2O5(s) + 6 OH- (aq)→ 2 [VO4]3-(aq) + 3 H2O (l)


Tak berwarna

Pada penambahan asam hingga pH =6,5

[VO4]3- (aq) + 2 H3O+(aq) → [VO2(OH2)]-(aq) + 2H20 (l)


Kuning oranye

Pada penambahan asam hingga pH = 2

2[VO2(OH)2]- (aq) + 2 H3O+ (aq) →V2O5(s) + 5 H2O (l)


coklat

Pada penambahan asam lebih lanjut

V2O5(s) +2 H3O+ (aq) →2[VO2]+ (aq) + 3 H2O (l)

Jadi terdapat dua macam ion oksalat vanadium(V) yaitu dalam bentuk Kompleks anion
tetraoksovanadat (V), [VO4]3-dan kation dioksovanadium(V),[VO2]+.

Vanadium dioksida,VO2

Vanadium dioksida VO2 ,berwarna biru logam ,dan dapat diperoleh dari reduksi
padatanV2O5 dengan reduktor sedang seperti CO2 dan SO2 atau pemanasan langsung
V2O5dengan asam oksalat. Vanadium dioksidaVO2 bersifat amfoter sama sepertiV2O5 larut
dengan kelarutan yang sama baiknya dalam asam maupun basa. Dalamasam non-oksidator
VO2 larut dengan membentuk ion oksovanadium(IV) atau ion vanadil yang berwarna biru.
Dalam alkali VO2 larut dengan membentuk larutan yang berwarna kuning hingga coklat dari
Ion vanadat (IV) atau hipovanadat, [V4O9]2-,atau ion [VO4]4- pada pH tinggi. Pada
temperatur kamar VO2 menganut sistem struktur rutil.

Vanadium trioksida,V2O3

Vanadium trioksida V2O3 ,berwarna hitam ,dapat diperoleh dari reduksi V 2O5dengan
H2 atau CO secara bertahapV2O5mengadopsi struktur korondum. Oksida ini bersifat basa
oleh karena itu dengan asam bereaksi menghasilkan ion vanadium yang berwarna biru atau
hijau dan bersifat reduktor kuat.

V2O3(s) + 2 H3O+ (aq) →2 V3+ (aq) + 9 H2O (l)

Vanadium oksida,VO

Vanadium oksida VO,berwarna abu-abu hitam,dapat diperoleh dari reduksi V2O3 dengan
logamnya V. oksida ini bersifat basa seperti halnyaV2O3 larut dalam asam membentuk ion V
2+
yang berwarna violet:

VO(s) + 2 H3O+ (aq) → V2+ (aq) + 3 H2O (l)


Struktur oksida dan isopolimetalat

V2O5mengadopsi struktur rantai trigonal bipiramida terdistorsi. Setiap unit trigonal


bipiramida saling bersekutu pada dua sisi salah satu titik sudutnya dan satu titik sudut yang
lain bebas sehingga terbentuk rantai double zigzag yang nampak agak rumit.

Senyawa halida dan oksohalida

Untuk tingkat oksidasi +5, vanadium hanya membentuk VF 5, sedangkan niobium dan
tantalum membentuk MX5(X=F,Cl,Br,dan I). vanadium (IV) tidak membentuk senyawa
iodida sedangkan vanadium(III) dan vanadium (II) membentuk senyawa senyawa Halida.
Spesies Nb dan Ta cenderung diasosiasikan ke dalam bangun tetramer, dimer atau kluster
( gerombolan).

VF5merupakan polimer yang terdiri atas unit-unit octahedron dengan kedua sudut
pada salah satu sisinya saling bersekutu sehingga terbentuk suatu rantai zigzag tak berhingga.
Berbeda dengan VF5,NbF5 dan TaF5 membentuk tetramer (M4X20) dari unit-unit
octahedron,dan NbCl5,TaCl5,NBr5, dan TaBr5membentuk dimer(M2X10). Warna senyawa
halida ini bervariasi,dari putih untuk fluoride, kuning untuk klorida, orangenya untuk
bromide, hingga coklat untuk iodide. Naiknya sifat kepolaran dari anionF hingga I
mengakibatkan menurunnya energy transfer muatan yang sesuai dengan warna yang
bersangkutan.

Logam vanadium ternyata dapat membentuk senyawa kation okso yang sangat
bervariasi baik ditinjau dari perspektif senyawa kompleks maupun non-kompleks. Tingkat
oksidasi +5 dapat dipandang sebagai turunan dari dioksivanadium(V), VO2+ dan
oksovanadium (V),VO3+. Tingkat oksidasi + 4 dapat dipandang sebagai turunan dari
oksovanadium(IV),VO2+dan untuk tingkat oksidasi +3 sebagai turunan dari VO+.
5.4 GOLONGAN 6
KROMIUM, MOLIBDENUM, DAN WOLFRAM

Pada tahun 1778 seorangahlikimiaterkenalswedia , C.W Scheele, telah berhasil


membuat suatu oksida unsur baru mineral molibdenit, MoS2, dengan demikian dia mampu
membedakan mineral ini dengan grafit yang diduga identic. Nama molibdenum berasal dari
kata yunani molibdos yang artinya mengandung makna kebingungan ketika menghadapi
mineral mineral lunak hitam yang dapat dipakai untuk menulis, yaitu grafit yang disebut
timbel hitam dan plum bako.

Pada tahun 1781 Scheele dan juga T. Bergmann mengisolasi oksida baru yang lain
dari mineral yang kemudian disebut skelit, CaWO4. Hasilnya disebut tungsten yang artinya
batu berat. Akhirnya pada tahun 1797, L.N. Vauquelin dari perancis menemukan oksida
unsur baru dalam suatu mineral dari Siberia yaitu krokoit (crocoite) yang kemudian dikenal
sebagai pbCr04. Satu tahun kemudian unsur logam baru ini dapat diisolasi dengan mereduksi
mineral tersebut dengan batubara (charcoal) dan diberi nama dalam bahasa yunani kroma
(chroma) yang berarti warna ,karena banyaknya macam warna dalam senyawanya. Kromium
merupakan logam massif, berwarna putih perak , dan lunak jika dalam keadaan murni dengan
titik leleh kira-kira 1900 0C dan titik didih kira-kira 2690oC. logam ini sangat tahan terhadap
korosi, karena reaksinya dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersipat non pori
sehingga mampu melapisi logam yang reaksi lebih lanjut.

Kromium, molibdenum, dan wolfram merupakan bahan paduan baja yang menjadikan
baja ini keras dan kuat. Stainless steel yang biasanya mengandung kromium dan sedikit nikel
banyak digunakan pada alat industri alat-alat dapur. Logam paduan tanpa besi termasuk
nikrom dan kromel (NI dan Cr) digunakan untuk berbagai macam bahan peralatan tahan
panas karena logam panduan ini bukan merupakan penghantar listrik.Wolfram juga
dimanfaatkan sebagai kawat fila mendalam bola lampu listrik (bolam). Senyawa-senyawa
kromium mempunyai cukup banyak manfaat. Misalnya ,kromium dioksida , CrO2, yang
bewarna coklat gelap , bersifat magnetic dan konduktor listrik yang tinggi, banyak digunakan
sebagai bahan pita rekaman. Kromium(III) oksida, Cr2O3, dankromat, pbCr04, yang dapat
digunakan sebagai oksidan dalam industri kimia.

Sumber logam dan Ekstraksinya

Logam kromium relatif jarang ditentukan dengan kandungannya dalam kerak bumi
diduga kira-kira nya 0,0122% atau 122 ppm, lebih rendah dari pada vanadium (136 ppm)
danklorin (126). Sumber kromium lainya lebih sedikit jumlahnya adalah krokoit (crocoite),
pbCr0 4, dan okerkroma (chrome), Cr 2 o3 . Batuan-batuan permata seperti zamrud (emerald)
yang bewarna hijau dan merah ruby yang mengandung sekelumit kromium sebagai pengotor.

Kromium

Berdasarkan penggunaannya ada dua macamcaraekstraksilogamkromium


,yaitusebagai paduan , ferokrom (Cr-Fe) , dan sebagai logam murni kromium. Ferokrom
dibuat dari reduksi kromit dengan batubara (coke) dalam tanur listrik. Hasil pada duan Cr-Fe
ini dapat digunakan langsung sebagai bahan adiktif pada baja kromium stainless. Persamaan
reaksinya adalah:

FeCr 2 04 + C → 2 Cr + Fe + 4 CO (g)

Sebagai logamnya ,kromium murni dapat diperoleh melalui tahap-tahap berikut.


Tahap pertama, bijih kromit dalam lelehan alkali karbonat dioksida dengan udara untuk
memperoleh natrium kromat, NaCr2O 4 .Tahap kedua ,adalah peluluhan dan peluluhan dan
pelarutan Na2CrO4 dalam air yang dilanjutkan dengan pengendapan sebagai keromat, Na
2Cr2O7. Tahap ketiga ,adalah reduksi dikromat yang diperoleh dengan karbon menjadi
oksidanya, Cr2O3 dengan alumunium melalui proses alumino termik atau dengan slikon.

Molibdenumdan wolfram

Logam molibdenum diproduksi sebagai hasil utama maupun hasil sampingan dalam
pengolahan tembaga. Pada proses tersebut, bijih molibdenit terlebih dahulu dipisahkan
dengan teknik flotasi kemudian dipanggang untuk memperoleh oksidanya , MoO3. Untuk
memperoleh logam yang lebih murni, molybdenum oksida dilarutkan dalam amonia untuk
dikristilkan sebagai amonium molibdat, kadang-kadang sebagai dimolibdat ,
[NH4]2[Mo2O4], atau sebagai ramolibdat , [NH4]6[Mo7O7]4H2O bergantung pada
kondisinya.

Logam wolfram dapat diperoleh dengan pemanasan langsung hingga meleleh


campuran bijinya, tungstatskelit, CaWO4, dan wolframit,(Fe-Mn)WO4, dengan alkali
kemudian diendapkan dalam air sebagai WO3 dengan penambahan asam.

SENYAWA-SENYAWA OKSIDA

Oksidakromium

Kromium oksida merupakan oksida yang paling stabil mengadopsi struktur


corundum, dan digunakan untuk pigment hijau. Oksida ini menunjukkan sifat semi konduktor
dan antifero magnetik pada temperature dibawah 35oC.

Kromium trioksida bersifat sangat asam dan bereaksi dengan basa menghasilkan
kromat, CrO42. Penurunan pH, dengan penambahan asam kedalam larutan kromat ,pada
mulanya mengakibatkan kodensasi unit-unit tetrahedron CrO4 menjadi ion dikromat , Cr2O7 2
, dan kondensasi lebih lanjut menghasilkan endapan CrO 3.

OksidaMolibdenumdan Wolfram

Oksida molibdenum dan wolfram banyak yang sudah dikenal ,namun oksida-oksida
yang sederhana adalah MoO3, WO 3, Mo2O 5, MoO2, dan WO 3.Oksida-oksida yang lain
mempunyai formula non-stokoimetri dan strukturnya rumit. Oksida-oksida ini tidak beraksi
dengan asam, tetapi larut dalam basa membentuk larutan molibdat dan wolframat. Mo2 O 5
berupa padatan violet yang larut dalam asam hangat. Oksida ini dapat diperoleh dari reduksi
MoO3 dengan serbuk molybdenum pada. 750 oC. Penambahan amonia kedalam
larutan yang mengandung Mo(V) hasil reduksi tersebut akan diperoleh endapan coklat
MoO(OH)3 dan jika endapan ini dipanaskan akan menghasilkan Mo2O 5.

Garam Kromium

Kromium(III) oksida dan juga hidroksidanya tidak banyak dikenal. Tetapi garam
kromonya, seperti kromium(III) halide, dan sulfat, dalam larutan air dikenal sebagai ion
[Cr(H2O)6]2+ yang bewarna biru , namun sangat mudah teroksidasi menjadi Cr 3+sebagaimana
dinyatakan oleh harga potensial reduksinya, - 0,41 V :

Cr3+ (aq) + e→ Cr2+ (aq) Eo = - 0,41 V

Kromil Klorida

Reaksi antara CO3 dengan asam klorida membentuk senyawa okso halide yaitu kromil klorida
CrO2Cl2 yang berupa cairan merah tua dengan titik 117°C ,menurut persamaan reaksi berikut
ini:

CrO3 (s) + 2HCl (aq) → CrO2Cl2 ( l) + H2O ( l )

Kromil klorida juga dapat langsung diperoleh dari kalium dikromat yang dicampur dengan
natrium klorida, kemudian mereaksikan campuran ini dengan asam sulfat pekat menurut
persamaan reaksi :

Reaksi tersebut sekaligus dapat dipakai untuk menguji adanya ion klorida karena bromida
dan iodida tidak membentuk senyawa yang analog.
5.5 GOLONGAN 7

MANGAN, TEKNESIUM, DAN RENIUM

Mangan bersifat metalik dengan titik leleh kira-kira 1244 ⁰C. Dalam keadaan murni,
logam mangan berwarna putih seperti perak, sangat keras, tetapi mudah patah. Mangan
mudah teroksidasi oleh udara, bereaksi lambat dengan air, dan membentuk berbagai macam
senyawa dengan tingkat oksidasi yang paling bervariasi yaitu +2 hingga +7. Sama seperti
logam vanadium dan kromium, produksi logam mangan sebagian besar (kira-kira 95%)
digunakan untuk membuat baja oaduan, misalnya feromangan yang mengandung kira-kira
80% Mn. MnO2 yang berupa serbuk hitam sangat banyak manfaatnya, antara lain dipakai
untuk perwanaan gelas, email/ pelapis hitam, pengering dalam cat hitam, dan sebagai
oksidator dalam sel baterai kering Le Clanche. Dalam baterai ini, MnO 2 dicampur dengan
NH4Cl dan ZnCl2dalam air dan ditambah tepung kanji agar diperoleh medium pasta yang
kental sebagai perekat untuk menghindari kebocoran. Campuran ini juga berfungsi sebagai
media elektrolit kering, dibungkus dengan lembaran Zn yang berfungsi sebagai anode,
sedangkan di dalamnya (bagiantengah) ditanamkan sebatang karbon sebagai katode.

5.5.2 Sumber dan EkstraksiLogam

Mangan merupakan unsur terbanyak yang kedua belas, dan ketiga untuk unsur-unsur
transisi setelah besi dan titanium. Karena tingkat oksidasinya sangat bervariasi, unsur ini
terdistribusi di dalam lebih dari tiga ratu semacam mineral, dan dua belas diantaranya
merupakan mineral penting yang diperdagangkan. Mangan juga terdapatsebagainodul, yaitu
endapan mirip batuan dengan komposisi kira-kira 15-30% Mn yang dalam bentuk oksidanya
bersama-sama dengan oksida-oksida Fe, Co, Cu, dan Ni. Nodul ini berupa butira-butiran bola
dengan diameter dari beberapa millimeter sampai dengan 15 cm, dan ter akumulasi pada
dasar lautan, dan yang terbanyak terdapat di daerah bagian tenggara kepulauan Hawai. S

Sebagaian besar baja mengandung logam mangan. Terlibatnya logam ini dalam
proses pembuatan baja sangat menguntungkan karena mangan dapat mengikat belerang,
sehingga mencegah terjadinya FeS yang dapat merapuhkan baja.

5.5.3. KecenderunganLogamGolongan 7

Pada dasarnya, mangan leihre aktif dari pada teknesium dan renium. Logam mangan
juga bereaksi dengan air dan membebaskan gas hydrogen, serta mudah larut dalam larutan
asam membentuk ion mangan (III). Mn, Tc, dan Re membentuk senyawa dalam berbagai
tingkat oksidasi, dan komparasi stabilitas relative tingkat oksidasi ketiga logam ini dalam
larutan air dan asam dicerminkan oleh nilai potensial reduksi.

5.5.4 Senyawa-senyawa Mangan, Teknesium dan Renium Oksida Mangan-Teknesium-


Renium

Mangan, teknesium, dan renium ketiganya membentuk heptoksida, M 2O7. Heptoksida


teknesium dan renium terbentuk sebagai produk terakhir pada pembakaran kedua logam yang
bersangkutan dalam oksigen berlebihan. Mangan heptoksida berupa minyak berwarna hijau
dengan titik leleh 5,9 ⁰C, mudah meledak dan dapat diperoleh dari reaksi garam manganate
(VII) dengan H2SO4 pekat. Mn₂O₇ secara perlahan dapat melepaskan oksigen dan membentuk
MnO2 yang bersifat eksplosif, serta dapat mengoksidasi hampir semua material organik.
Molekul Mn2O7 tersusun oleh dua bangun tetrahedron MnO4 yang bersekutu pada salah satu
suudutnya dan membentuk jembatan bengkok Mn-O-Mn. Teknesium dan renium heptoksida,
keduanya berupa padatan kuning Tc2O7 mempunyai titik leleh 119,5 ⁰C dan titik didih 310,6
⁰C, dan Re2O7 mempunyai titik didih 360,3 ⁰C.

Ketiga logam Mn, Tc, dan Re membentuk dioksida dengan tingkat oksidasi +4, dan
diantaranya ketiganya yang paling stabil adalah TcO2.Semua mangan oksida dapat direduksi
dengan hydrogen membentuk oksida dengan tingkat oksidasi terendah MnO yang berwarna
abu-abu kehijauan.

Hidroksida, anion-okson dan garam mangan

Oksida-oksida mangan dengan tingkat oksidasi lebih rendah bersifat basa dan
bereaksi dengan asam membentuk garam kation Mn(II) dan Mn(III). Jika MnO2 dilebur
dengan hidroksida logam alkali dan oksidator seperti KNO3 maka akan terbentuk garam
manganat(VI) yang berwarna hijau legam.

Mangan(II)

Larutan garam-garam mangan(II) seperti garam klorida, sulfat dan nitratdalam air
berwarna pink pucat dan sering dinyatakan sebagai ion Mn2+, atau dalam perspektif ion
kompleks sebagai [Mn(H2O)6]2+ yang berupa gelatin teroksidasi menjadi mangan (III)
oksihidroksi, Mn(OH)2 yang berupa gelatin putih hingga pink pucat, tetapi di udara terbuka
hidroksida ini segera teroksidasi menjadi mangan (III) oksihidroksi, MnO(OH) yang
berwarna coklat gelap.

Mangan(III)

Mangan(III) di alamter dapat sebagai oksidanya yaitu Mn2O3dan MnO(OH), tetapi ion
Mn3+ tidak stabil dalam air dan mudah tereduksi menjadi Mn 2+ sebagaimana dinyatakan oleh
rendahnya nilai potensial reduksinya. Mineral Mn3O4, berwarna hitam, merupakan campuran
oksida Mn(II) dan Mn(III), yang dapat terbentuk pada pemanasan semua jenis mangan oksdi
ahingga ~1000 ⁰C di udara.

Mangan(IV)

Mangan (IV) terdapat sebagai oksidanya yaitu MnO 2 yang bersifat anti feromagnetik
dibawah temperatur ~92 K. MnO2, dapat terurai menjadi Mn2O3 pada ~530 ⁰C, namun oksida
ini sangat penting, karena merupakan oksidator yang baik. Oksida ini bersifat amfoterik
namun relative inert terhadap sama tau pun basa. Hidroksida Mn(IV) bersifat asam lemah,
oleh karena itu setiap molekul hidroksi dan yang dapat melepaskan satu molekul H 2O hingga
rumus molekulnya menjadi MnO(OH)2 atau sering ditulis sebagai H2MNO3.

Mangan (VI)

Mangan (VI) hanya dikenal stabil sebagai spesies manganat, MnO 42-, dengan bangun
tetrahedron dan berwarna hijau gelap. Dalam larutannya, ion manganat hanya stabil dalam
suasana basa sedangkan dalam air atau pun dalam suasana asam, ion ini akan mengalami
disproposiona simenjadu ion permanganat dan MnO2.

Mangan(VII)

Senyawa anion-okson Mn (VII) yang dikenal penting hanya satu, adalah kalium
permanangat, KMnO4, yang berwarnaungu. Senyawa ini stabil dalam larutannya, peran
utamanya adalah sebagai oksidator yang sangat kuat baik dalam suasana asam maupun dalam
keadaan basa atau pun netral. Jika larutan KMnO4 direduksi dengan larutan Na2SO3 maka
terbentuk senyawa manganat (V) atau hipomanganat, MnO43- yang berwarna biru cemerlang
yang tidak stabil.

Anion-okso, dan garam teknesium dan renium


Semua anion-okso [MO4]n- mempunyai bangun tetrahedron dengan panjang ikatan M-
O 162,9 pm dalam MnO4- dan 165,9 PM DALAM MnO42-. Tetapi, anion-okso tetrahedron
untuk Tc dan Re hanya ditemui pada teknetat (VII) atau perteknetat, TcO4, dan remat (VII)
atau perenat, ReO4-, HTcO4 dan HReO4 keduanya termasuk asam kuat seperti halnya HMnO 4’
dan dapat diperoleh dengan melarutkan heptoksidanya dalam air.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyarto.K.H.,Suyanti.R.D.2010.kimia anorganik logam.Yogyakarta:Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai