Anda di halaman 1dari 13

MINI CASE REPORT

KASUS NON INFEKSI


Identitas pasien
Nama pasien : Tn. Jb
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 49 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pullauweng
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 11 Januari 2016

Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan utama : Nyeri punggung bagian bawah sebelah kanan sejak tiga hari yang lalu.

Riwayat perjalanan penyakit sekarang


Autoanamnesis :
pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah disebelah kanan
sejak tiga hari yang lalu. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Hal ini dirasakan sejak tiga
hari yang lalu. dan juga pasien demam sejak semalam sebelum datang ke puskesmas. Dari
anamnesis, pasien baru saja jatuh saat bekerja. Nyeri tidak menjalar. Keadaan ini pernah dia
alami sebelumnya dua bulan yang lalu. Mual (+), muntah (-). Sakit kepala (-), hanya saja kadang
merasa agak pusing. BAK dan BAB lancar. Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang
sama serta ada pula riwayat minum obat sebelumnya tetapi pasien lupa apa nama obat yang
pernah diresepkan. Diketahui bahwa saat pasien sedang mengangkat barang berat atau kerja
berlebihan, keluhan nyeri tersebut muncul.

Riwayat penyakit terdahulu


Sebelumnya pernah dirasakan sekitar dua bulan yang lalu, tapi sudah minum obat dan membaik.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang merasakan keluhan yang sama.

Riwayat Konsumsi Obat


Pasien pernah mengkonsumsi obat, tapi pasien lupa nama obat yang diresepkan oleh dokter.
Riwayat kebiasaan
Pasien merokok sejak usia 21 tahun sampai sekarang.

Faktor pencetus
Nyeri sering dirasakan saat pasien mengangkat sesuatu yang berat atau kerja berat.

Riwayat sosial ekonomi


Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama dengan pasien
STATUS PRESENT
Status Internus
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/90
Frekuensi nadi : 98x/menit, reguler kuat angkat
Frekuensi nafas: 22x/menit
Suhu : 37⁰C
Keadaan gizi : Baik
Kulit : Anhidrosis
Kepala : Alopesia (-), Trauma (-)
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-), pupil isokor (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), Rhinorrhea (-)
Telinga : Sekret (-/-), Pendengaran normal
Mulut Tenggorokan : Higiene baik, Hiperemi faring (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Deviasi trakea (-)
Toraks : Simetris
Jantung : Cor dalam batas normal
Paru : Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Distensi (-)
Hepar Lien : Pembesaran (-)
Ruang Trobe : Timpani
Bising Usus : Normal, Mettalic Sound (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), ngilu pada sendi kaki.
Vertebra : selalu membungkuk saat jalan maupun duduk
IKHTISAR DAN KESIMPULAN
Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

Verbalisasi : Lancar (+)


Usulan Pemeriksaan : pungsi lumbal, Foto X-ray, ENMG, Scan tomografik
Diagnosis : Low back pain
Differential diagnosis : Forestier’s disease (ankylosing hyperostosis), neoplasma.
Penatalaksanaan :
Amoxicilin
PCT
Antasida
Vitamin B complex
Prognosis : Dubia ad bonam
PEMBAHASAN

Definisi

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk)
sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti
punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

Epidemiologi
Kejadian Low back pain meningkat dan mencapai puncakya pada usia sekitar 55 tahun. Pada
umumnya keluhanotot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Laki-laki dan wanita
mempunyai resiko Low back pain yang sama sampai usia sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun
wanita mempunyai resiko Low back pain yang lebih besar karena cenderung terjadinya
osteoporosis. Walaupun masih ada pebedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis
kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan
menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini
terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria.
Selanjutnya, pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan yang cukup besar
pada tulang belakang, perokok juga lebih beresiko terkena LBP dibandingkan dengan yang
bukan perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen yang diikat
hemoglobin dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh
darah arteri.

Etiologi
a. Penyebab nyeri punggung bawah ada barbagai macam, dibedakan dalam kelompok dibawah
ini :
 Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur anatomis seperti otot
atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas, atau perubahan degeneratif pada suatu
struktur misalnya diskus intervertebralis.
 Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan tulang, dan penyakit
paget pada tulang bisa menyebabkan nyeri di area lumbosakral
 Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai kemudian ke kaki,
sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama ke kaki. Gejala ini timbul akibat
penekanan nervus iskiadikus, biasanya akibat penonjolan diskus intervertebralis ke lateral.

b. Pembagian penyebab dari LBP ini berdasarkan oleh frekuensi kejadian adalah :
 Penyebab luar biasa : langsung (20%)
1. Berasal dari spinal : termasuk kondisi seperti infeksi, tumor, tuberkulosis, tractus
spondilosis
2. Berasal bukan dari spinal : termasuk masalah dilain sistemseperti saluran urogenital,
saluran gastroinstetinal, prolaps uterus, keputihan kronik pada wanita, dan lain-lain.
 Penyebab biasa : tidak langsung (80%)
Kejadian ini berkisar sekitar 8 dari 10 kasus. Kasus yang bisa bervariasi mulai dari
ketengangan otot, keseleo. Penyebab dari berbagai penyakit ini adalah

1. Kebiasaan postur tubuh yang kurang baik


2. Cara mengangkat beban berat yang salah
3. Depresi
4. Aktivitas yang tidak biasa dan berat
5. Kebiasaan kerja dan kinerja yang salah

Catatan : dari 90% kasus, tidak ditemukan kejadian yang serius, hanya saja kasus yang
nyeri punggung biasa. Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri pada LBP diakibatkan oleh
terjadinya tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit pada area tersebut. Secara umum
kondisi ini seringkali terkait dengan trauma mekanik akut, namun dapat juga sebagai
akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma dalam
jangka panjang seringkali ditemukan pada tempat kerja. Kebanyakan kasus LBP terjadi
dengan adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan,
ketegangan otot, cedera otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang.
Namun, keadaan ini dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti peradangan
pada ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.

c. Anatomi
Bagian tulang belakang (spinal) yang berupa tulang secara anatomis dapat dibagi menjadi dua
bagian. Bagian anterior terdiri atas serangkaian corpus vertebra berbentuk silinder yang saling
dihubungkan lewat diskus intervertebralis dan disatukan dengan kuat oleh ligamentum
longitudinalis. Bagian posterior terdiri atas unsur yang lebih halus yang membentang dari
corpus vertebra sebagai pedikulus dan melebar ke arah posterior untuk memebentuk lamina
yang bersama struktur ligamentum membentuk canalis vertebra. Unsur posterior dihubungkan
dengan vertebra di dekatnya lewat dua buah sendi sinovial bentuk faset kecil sehingga
memungkinkan gerakan dalam derajat yang paling kecil di antara setiap dua buah segmen
tetapi secara kesatuan akan menghasilkan kisaran gerakan yang agak luas. Processus spinosus
dan transversus yang kokoh menonjol ke arah lateral serta posterior dan berfungsi sebagai
tempat perlekatan otot yang menggerakkan, menunjang serta melindungi columna vertebra.
Stabilitas tulang belakang bergantung pada dua tipe tunjangan, yaitu tipe tunjangan yang
dihasilkan oleh articulatio tulang (terutama oleh persendian diskus serta articulatio sinoval
unsur – unsur posterior) dan tipe kedua yang dihasilkan oleh struktur penunjang ligamentum
(pasif) serta muskuler (aktif). Struktur ligamentum cukup kuat, tetapi karena struktur ini
maupun corpus vertebra, yaitu compleks diskus, tidak memiliki kekuatan integral yang
memadai untuk bertahan terhadap gaya luar biasa yang bekerja pada columna bahkan pada
saat melakukan gerakan yang sederhana.

Sekalipun, maka kontraksi volunter dan reflektoris otot sakrospinal, abdominal, gluteal, psoas
serta hamstring mampu mempertahankan sebagian besar stabilitas tulang belakang. Struktur
vertebra dan paravertebra diinervasi oleh cabang – cabang dari saraf spinalis segmental yang
keluar dari foramen neuralis pada tiap batas tulang belakang. Saraf sinovertebralis, yang
dianggap saraf sensoris utama yang mensuplai struktur tulang belakang lumbal, muncul dari
saraf spinalis sebeleum percabangannya menjadi suatu ramus anterior dan posterior. Saraf
sinovertebralis untuk memberi persarafan sensoris kepada ligamentum longitudinal posterior,
bagian luar anulus fibrosus posterior, dura anterior, dura selubung akar saraf dan vena – vena
epidural, semua di dalam canalis spinalis. Saraf utama lain yang mensuplai struktur spinalis
dan paraspinalis muncul dari ramus primer posterior. Ramus primer posterior saraf spinalis
lebih jauh terbagi menjadi cabang medial dan lateral. Bersama saraf ini mensuplai bagian
posterior tulang belakang, termasuk sendi faset, seperti juga otot dan fasia paraspinalis.

Sebagai tambahan, tiga saraf spinalis lumbal memberi sensasi kutaneus kepada kulit dari
pinggang. Bagian belakang tubuh yang memiliki kebebasan bergerak terbesar dan dengan
demikian yang paling sering terkena cedera, adalah daerah servikal dan lumbal. Selain
pergerakan sadar yang diperlukan untuk membungkuk, berputar dan pergerakan lainnya,
banyak aksi tulang belakang yang bersifat refleks dan merupakan dasar postur.

Patomekanisme
Pada kasus LPB mekanik, aktivasi nosireseptor disebabkan oleh rangsang mekanik, yaitu
penggunaan otot yang berlebihan (overuse). Pengunaan otot yang berlebihan dapat terjadi pada
saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur yang salah untuk jangka waktu yang
cukup lama di mana otot-otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan
postur tubuh yang normal, atau pada saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang
berlebihan pada otot-otot punggung bawah, misalnya mengangkat beban-beban yang berat
dengan posisi yang salah (tubuh membungkuk dengan lutut lurus dan jarak beban ke tubuh
cukup jauh). Penggunaan otot yang berlebihan ini menimbulkan iskemia dan inflamasi. Setiap
gerakan otot akan menimbulkan nyeri sekaligus akan menambah spasme otot. Karena terdapat
spasme otot, lingkup gerak punggung bawah menjadi terbatas. Mobilitas lumbal menjadi
terbatas, terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi). Nyeri dan spasme
otot seringkali membuat individu takut menggunakan otot-otot punggungnya untuk melakukan
gerakan pada lumbal. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan fisiologis pada otot-otot
tersebut, yaitu berkurangnya massa otot dan penurunan kekuatan otot. Akhirnya individu akan
mengalami penurunan tingkat aktivitas fungsionalnya.

Gejala klinik
Nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya sangat dipengaruhi
oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri punggung dapat sangat bervariasi dari satu orang
ke orang lain.
Gejala tersebut meliputi :

1) Sakit
2) Kekakuan
3) Rasa baal / mati rasa
4) Kelemahan
5) Rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum)
Nyeri tersebut bisa berawal dari pada punggung, namun nyeri dapat menjalar turun ke bokong,
tungkai bahkan ke kaki. Bila nyeri bertambah berat atau berlangsung dalam waktu yang lama,
maka anda dapat mengalami kesulitan buang air kecil, kesulitan tidur, dan depresi.

Pemeriksaan fisis :
a. Inspeksi
1. Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari berbaring.
2. Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
3. Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis
yang asimetris dan postur tungkai yang abnormal.

b. Palpasi dan perkusi


1. Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa nyerinya, kemudian menuju
daerah yang paling nyeri.
2. Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya deviasi

c. Tanda vital (vital sign)

Pemeriksaan penunjang :
1. Pungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan / hambatan aliran LCS, jumlah
sel, kadar protein, NaCl dan glukosa. Untuk menentukan ada tidaknya sumbatan dilakukan tes
Queckenstedt yaitu pada waktu dilakukan pungsi lumbal diperhatikan kecepatan tetesannya,
kemudian kedua vena jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan kecepatan tetesannya.
Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali
seperti semula berarti tidak ada sumbatan. Bila kecepatan bertambah dan kembalinya terjadi
secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total. Bila tidak ada perubahan makin lambat
tetesannya berarti sumbatan total.

2. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus atau prosesus spinosus,
dislokasi vertebra, spondilolistesis, bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit, ruang antar
vertebra menyempit, scoliosis, hiperlordosis, penyempitan foramen antar vertebra, dan sudut
ferguson lebih dari 30°.

3. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung kecepatan hantar sarf tepi dan latensi
distal, juga dapat diketahui adanya serabut otot yang mengalami kelainan. Tujuan ENMG
yaitu untuk mengetahui radiks yang terkena dan melihat ada tidaknya polineuropati.

4. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma, penyempitan canalis spinalis,
penjepitan radiks dan kelainan vertebra.
Diagnosis :
1. Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri dengan setepat – tepatnya,
atau keterangan yang rinci sehingga letaknya dapat diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat radikular atau nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk – tusuk, disayat, mendeyut, terbakar, kemeng yang
terus – menerus, dan sebagainya.
d.Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh penderita yang dapat menimbulkan
rasa nyeri yang luar biasa sehingga penderita mempunyai sikap tertentu untuk meredakan
rasa nyeri tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya dengan aktivitas tubuh, perlu
ditanyakan posisi yang bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa nyeri.
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung kepada penderita misalnya
mendorong mobil mogok, memindahkan almari yang cukup berat, mencabut singkong, dan
sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut, perlahan, menyelinap
sehingga penderita tidak tahu pasti kapan rasa sakit mulai timbul, hilang timbul, makin
lama makin nyeri, dan sebagainya.
h. Obat – obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis analgetik apa saja yang pernah
diminum.
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan mengalami LBP yang cukup
mengganggu pekerjaan sehari – hari. Hamil muda, dalam trimester pertama, khususnya
bagi wanita yang dapat mengalami LBP berat.
k. Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya penderita akan menolak bila kita
langsung menanyakan tentang “banyak pikiran” atau “pikiran sedang ruwet” dan
sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita menanyakan kemungkinan adanya
ketidakseimbangan mental tadi secara tidak langsung, dengan cara penderita secara tidak
sadar mau berbicara mengenai faktor stress yang menimpanya.
2. Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
o Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun dari berbaring.
o Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
o Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis
yang asimetris dan postur tungkai yang abnormal.
b. Palpasi dan perkusi
o Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa nyerinya, kemudian
menuju daerah yang paling nyeri.
o Raba columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya deviasi

c. Tanda vital (vital sign)

3. Pemeriksaan neurologik
a. Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta kontraksiinvolunter.
b. Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
c. Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles.

4. Pemeriksaan range of movement:


Untuk memperkirakan derajat nyeri, function lesa, untuk melihat ada tidaknya penjalaran
nyeri.

5. Percobaan – percobaan:
a. Tes Lasegue
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak dapat mengangkat
tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan
terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis
/ lumbo-sacralis.

b. Tes Patrick dan anti-patrick


Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan diluar
kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi panggul,
negative pada ischialgia.

c. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada
spondilitis.

d. Tes Valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya sama
dengan percobaan Naffziger.
e. Tes Prespirasi
Dengan cara minor, yaitu bagian tubuh yang akan diperiksa dibersihkan dan dikeringkan
dulu, kemudian diolesi campuran yodium, minyak kastroli, alcohol absolute. Kemudian
bagian tersebut diolesi tepung beras. Pada bagian yang berkeringat akan berwarna biru,
yang tidak berkeringat akan tetap berwarna putih. Tes ini untuk menunjukkan adanya
ganguan saraf otonom.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan/hambatan aliran LCS, jumlah
sel, kadar protein, NaCl dan glukosa. Untuk menentukan ada tidaknya sumbatan
dilakukan tes Queckenstedt yaitu pada waktu dilakukan pungsi lumbal diperhatikan
kecepatan tetesannya, kemudian kedua vena jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan
kecepatan tetesannya. Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu tekanan dilepas
kecepatan tetesan kembali seperti semula berarti tidak ada sumbatan. Bila kecepatan
bertambah dan kembalinya terjadi secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total.
Bila tidak ada perubahan makin lambat tetesannya berarti sumbatan total.

b. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus atau prosesus spinosus,
dislokasi vertebra, spondilolistesis, bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit, ruang antar
vertebra menyempit, scoliosis, hiperlordosis, penyempitan foramen antar vertebra, dan
sudut ferguson lebih dari 30°.

c. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung kecepatan hantar sarf tepi dan
latensi distal, juga dapat diketahui adanya serabut otot yang mengalami kelainan. Tujuan
ENMG yaitu untuk mengetahui radiks yang terkena dan melihat ada tidaknya
polineuropati.

d. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma, penyempitan canalis spinalis,
penjepitan radiks dan kelainan vertebra.
Differensial diagnosis : Forestier’s disease (ankylosng hyperostosis), neoplasma.

Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari dengan
tempat tidur dari papan dan ditutup selembar busa tipis. Tirah baring ini bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut, fraktur dan HNP.

2. Medikamentosa
Obat – obat simptomatik yaitu: analgetika, kortikosteroid, AINS. Obat – obat kausal: anti
tuberculosis, antibiotic, nukleolisis misalnya khimopapain, kolagenase (untuk HNP).
3. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta traksi pelvis
misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

4. Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata atau terhadap kasus fraktur yang
langsung mengakibatkan defisit neurologik.

Komplikasi
Scoliosis adalah adanya pembengkokan atau kurve ke lateral dari vertebra, karena kecatatan satu
atau lebih dari corpus vertebra, kelunakan atau kontraktur otot atau ligamen. Scoliosis adalah
kelainan tulang belakang, yang dimana terjadi penyimpangan susunan tulang belakang, jika
dilihat dari sisi belakang terdapat adanya kurva tulang belakang ke arah lateral (samping) diikuti
dengan rotasi. Scoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas mata penderita tidak
mengeluh sakit atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan
tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka kerja otot
tidak akan pernah seimbang. Hal ini yang akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari
otot otot tulang belakang untuk menjaga keseimbangan, manifestasi yang terjadi justru overuse
pada salah satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi adalah
ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh.
Jika hal ini berlangsung terus menerus pada sistem muskuloskletal tulang belakang akan
mengalami bermacam-macam keluhan antara lain, nyeri otot, keterbatasan gerak (range of
motion) dari tulang belakang atau back pain, kontaktur otot, dan menumpuknya problematik
akan berakibat pada terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari bagi penderita, seperti halnya
gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sistem kardiovaskuler. Skoliosis
menurut National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease (NIAMS) USA
merupakan kelainan muskuloskeletal yang digambarkan dengan bengkoknya tulang belakang.
NIAMS membagi scoliosis menjadi dua type yaitu scoliosis type stuctural dan scoliosis non
stuctural (scoliosis fungsional), pada scoliosis fungsional masih tampak adanya kondisi struktur
yang normal pada tulang belakang, type ini sifatnya hanya sementara yang disebabkan oleh
kondisi berikut ini seperti panjang tungkai yang tidak sama, spasme otot, atau kondisi inflamasi
seperti pada appendixitis. Type struktural bisa disebabkan dari penyakit neuromuscular, cerebral
palsy, poliomyelitis, atau muscular dystrophy, pertumbuhan tidak normal, traumatics, infeksi,
tumor, penyakit metabolik, penyakit pada jaringan ikat (connective tissue), rheumatic dan
beberapa faktor yang belum diketahui.
Prognosis : dubia ad bonam

Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya Low Back Pain dan cara mengurangi nyeri apabila
LBP telah terjadi, diantaranya adalah

1. Latihan Punggung Setiap Hari


2. Memberikan edukasi
a. Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi
b. Jangan berdiri waktu lama, selingi dengan jongkok
c. Berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untukbmengurangi hiperlordosis lumbal
d. Bila mengambil sesuatu di tanah atau mengangkat benda berat, jangan langsung
membungkuk, tapi regangkan kedua kaki lalu tekuklah lutut dan punggung tetap tegak dan
angkatlah barang tersebut sedekat mungkin dengan tubuh
e. Waktu berjalan, berjalannya dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa – gesa
f. Waktu duduk, pilihlah tempat duduk yang, dengan kriteria busa jangan terlalu lunak,
punggung kursi berbentuk huruf S, bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin
kontak dengan kursi, bila duduk dalam waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi dari
yang satunya
g. Waktu tidur, punggung dalam keadaan mendatar (kurangi pemakain alas kasur yang
memakai alas dari per)
h. Saat olahraga, sebaiknya olahraga renang dan jogging.

Anda mungkin juga menyukai