Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KESETIMBANGAN ASAM & BASA TERHADAP

1. Reaksi Protolisis
2. Hukum Pengenceran Ostwald
3. Larutan Buffer
4. Hidrolisis Garam

1.Reaksi Protolisis

Menurut teori bronsted-Lowry, pelarutan disertai dengan reaksi poliprotik, pelarutnya


yaitu air yang bersifat sebagai basa. Untuk menerangkan proses ini kita akan meninjau apa yang
terjadi jika asam kuat (asam klorida) dan suatu asam lemah (asam asetat) mengalami
hidrolisis. Hidrogen klorida dalam keadaan gas atau cairan murni tak menghantarkan listrik, dan
memiliki semua sifat- sifat senyawa kovalen. Bila gas ini dilarutkan dalam air, larutan yang
dihasilkan ternyata merupakan penghantar listrik yang baik sekali, dan karena itu mengandung
konsentrasi ion yang tinggi. Rupanya air, yang berperilaku sebagai basa, telah bereaksi dengan
hydrogen klorida dengan membentuk ion-ion hidronium dan klorida :
HCl  +  H2O   ⇔ H3O+  +  Cl- 
Senyaawa serupa untuk asam kuat yang lain ( seperti  HNO3, H2SO4, HClO4); bila
dilarutkan dalam air, protolisis zat-zat ini menghasilkan ion-ion hidronium.
Bila asam asetat dilarutkan dalam air, larutan yang dihasilkan mempunyai konduktivitas
yang lebih rendah, menunjukan bahwa konsentrasi ion-ion relative rendah. Reaksi :
CH3COOH  +  H2O  ⇔  H3O+  +  CH3COO-
Berlangsung hanya sedikit kearah kanan. Jadi, asam klorida adalah asam yang lebih kuat
dari asam asetat atau ekuivalen dengan pernyataan tadi, ion asetat adalah basa yang lebih kuat
dari ion klorida.  jika asam itu kuat, basa konjugasinya haruslah lemah dan sebaliknya jika asam
itu lemah, basa konjugasinnya adalah kuat, yakni memiliki kecenderungan kuat untuk bergabung
dengan H+.
Keekuatan asam dapat diukur dan dibandingkan melalui nilai tetapan kesetimbangan
protolisisnya. Protolisis asam dalam air dapat digambarkan dengan persamaan umum ;

Asam  + H2O  ⇔  H3O+  + Basa


Makin besar tetapan  ionisai, makin kuat asam itu, dan akibatnya makin lemah basanya.
Jadi, nilai Ka adalah bebarengan juga suatu ukuran dari kekuatan basa.
Rumusan ini dapat dengan mudah diturunkan dari kasus ammonia. Menurut pandangan
teori Bronsted-Lowry, disosiasi ammonium hidroksida lebih tepat merupakan reaksi ammonia
dengan air.
NH3+  +  H2O   ⇔   NH4+  +  OH-
Dimana tetapan disosiasi Kb untuk proses ini dapat dinyatakan
Sedangkan protolisis ion ammonium, dapat digambarkan sebagai
NH4+  +  H2O  ⇔  NH3  +  H3O+
Tetapan ionisasi (atau tetapan  autoprotolisis) air :
Kw = [H3O+]  [OH-]
2. Hukum Pengenceran Ostwald

Hukum bahwa relasi α 2 / (1 - α) V = K memegang antara tingkat pengenceran V


larutan elektrolit (jumlah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut yang
diekspresikan dalam liter) V dan tingkat ionisasi α. K konstan terlepas dari jenis
elektrolit jika konstan, itu disebut ionisasi konstan. W. Ostwald ditemukan pada
tahun 1888. Hal ini diperoleh dengan menerapkan hukum aksi massa untuk
kesetimbangan ionisasi. Sangat cocok untuk larutan encer elektrolit lemah, tetapi
tidak untuk larutan elektrolit yang kuat. Hukum pengenceran Wilhelm Ostwald adalah
hubungan yang diajukan pada tahun 1888 [1] antara konstanta disosiasi K d dan derajat disosiasi α
dari elektrolit yang lemah. Hukum mengambil bentuk [2]

Dimana tanda kurung siku menunjukkan konsentrasi, dan c 0 adalah


konsentrasi total elektrolit. Menggunakan dimana adalah
konduktivitas molar pada konsentrasi c dan adalah nilai batas konduktivitas
molar yang diekstrapolasikan menjadi nol konsentrasi atau pengenceran tak
terbatas, ini menghasilkan relasi berikut: Pertimbangkan AB elektrolit biner yang
terdisosiasi secara terbalik menjadi ion A + dan B - . Ostwald mencatat bahwa
hukum aksi massa dapat diterapkan pada sistem seperti memisahkan elektrolit.
Keadaan keseimbangan diwakili oleh persamaan:

Jika α adalah fraksi elektrolit terdisosiasi, maka αc 0 adalah konsentrasi masing-


masing spesies ionik. (1 - α ) harus, karena itu menjadi fraksi elektrolit yang tidak
terdisosiasi , dan (1 - α ) c 0 konsentrasi yang sama. Konstanta disosiasi karena itu dapat
diberikan sebagai

Untuk elektrolit yang sangat lemah (namun, mengabaikan 'α'

untuk elektrolit yang paling lemah menghasilkan hasil yang kontraproduktif) ,


menyiratkan bahwa (1 - α ) ≈ 1 .

Ini memberikan hasil sebagai berikut;

c 0 {\ displaystyle \ alpha = {\ sqrt {\ cfrac {K_ {d}} {c_ {0}}}}}}

Dengan demikian, derajat disosiasi elektrolit yang lemah sebanding dengan akar
kuadrat terbalik dari konsentrasi, atau akar kuadrat dari pengenceran. Konsentrasi
setiap spesies ionik diberikan oleh akar produk dari konstanta disosiasi dan
konsentrasi elektrolit.

3. Larutan Buffer
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH
larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau basa
maupunpengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar. Di dalam
tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan penting. Dalam
keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0 ataupun
naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4 oleh
larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan
konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat
larutan penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H 2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga
H2PO4−/HPO42− juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar
6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan yang dapat
merusak gigi.

Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan buffer asam
terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−). Larutan seperti ini dapat
diperoleh dengan:

1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang dapat terionisasi
menghasilkan ion A−)
2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat sehingga
bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−).

Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H+ yang
menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan
kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH).

Larutan penyangga basaLarutan buffer basa mempertahankan pH pada


suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah
(B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:

1. mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang dapat terionisasi
menghasilkan ion BH+)
2. mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat sehingga
bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut.

Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+

Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:


NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi
pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion OH− yang
menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O. Dengan
kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah (NH3).

Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi
mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).

Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−, terdapat
kesetimbangan:

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)

Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan larutan penyangga

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,

Larutan penyangga basa

Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,

4.Hidrolisis Garam
Garam seperti NaCl yang dapat terbentuk dari reaksi basa kuat (NaOH) dan asam kuat (HCl)
tidak dapat terhidrolisis sehingga larutannya bersifat netral. Anion Cl − merupakan basa
konjugasi yang sangat lemah karena berasal dari asam kuat sehingga cenderung tidak dapat
menarik proton. Kation Na+ tidak terhidrolisis, sebagaimana di dalam air Na + hanya akan
terhidrasi (dikelilingi oleh molekul-molekul H 2O). Oleh karena densitas muatannya yang rendah,
kemampuan kation Na+ mempolarisasi molekul-molekul H2O di sekitarnya untuk melepas
proton dapat diabaikan. Akibatnya, kation Na+ cenderung tidak mempengaruhi keasaman
larutan.
 Anion-anion basa konjugasi dari asam kuat yang tidak terhidrolisis, antara lain Cl −, Br−, I−, NO3−,
dan ClO4−.
 Kation-kation dari basa kuat yang tidak terhidrolisis, antara lain kation-kation logam golongan IA
dan IIA (Li+, Na+, K+, Mg2+, Ca2+), kecuali Be2+.

Jadi, larutan garam dari asam kuat dan basa kuat umumnya tidak mengubah perbandingan
konsentrasi H+ dan OH− dalam air. Oleh karena itu, larutannya bersifat netral (pH = 7).

Garam dari asam kuat dan basa lemah

Garam seperti NH4Cl yang dapat terbentuk dari reaksi asam kuat (HCl) dan basa lemah (NH3)
akan mengalami hidrolisis kation yang berasal dari basa lemah sehingga larutannya bersifat
asam. Anion Cl− tidak terhidrolisis karena merupakan basa konjugasi yang sangat lemah. Kation
NH4+ dapat terhidrolisis karena merupakan asam konjugasi lemah yang berasal dari basa lemah
sehingga dapat mendonorkan proton (H+) kepada H2O dan membentuk ion hidronium (H3O+).

Kation-kation yang dapat terhidrolisis meliputi:

 kation asam konjugasi dari basa lemah, seperti NH 4+, CH3NH3+, C6H5NH3+, dan C5H5NH+;
 kation logam dengan densitas muatan tinggi, seperti Fe3+, Cr3+, Al3+, Cu2+, dan Ni2+.

Jika kation yang terhidrolisis dimisalkan sebagai BH+, maka reaksi hidrolisisnya dapat ditulis
sebagai berikut.

BH+(aq) + H2O(l) ⇌ B(aq) + H3O+(aq)

Reaksi ini dapat juga ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana seperti berikut.

BH+(aq) ⇌ B(aq) + H+(aq)

Dengan asumsi jumlah kation BH+ yang terhidrolisis relatif kecil ([BH+]setimbang ≈ [BH+]awal = Mb),
sebagaimana kation terhidrolisis merupakan asam konjugasi lemah, maka pada kondisi

setimbang:

Hubungan antara nilai tetapan kesetimbangan Kh dengan nilai tetapan ionisasi basa lemah B (Kb)
dan nilai tetapan autoionisasi air (Kw), yaitu:
dengan Mb = molaritas komponen kation garam yang terhidrolisis.

Oleh karena itu, larutan garam dari asam kuat dan basa lemah akan meningkatkan konsentrasi H+
(H3O+) dalam air sehingga larutannya bersifat asam (pH < 7).

Garam dari asam lemah dan basa kuat

Garam seperti KCN yang dapat terbentuk dari reaksi asam lemah (HCN) dan basa kuat (KOH)
akan mengalami hidrolisis anion yang berasal dari asam lemah sehingga larutannya bersifat basa.
Kation K+ tidak terhidrolisis dan juga kation K+ yang terhidrasi memiliki densitas muatan yang
rendah sehingga cenderung tidak mempengaruhi keasaman larutan. Anion CN− dapat
terhidrolisis karena merupakan basa konjugasi lemah yang berasal dari asam lemah sehingga
dapat menarik proton (H+) dari H2O dan membentuk ion hidroksida (OH−).

Anion-anion basa konjugasi dari asam lemah yang dapat terhidrolisis menghasilkan ion OH−,
antara lain:

CN−, NO2−, F−, PO43−, CO32−, S2−, HS−, ClO−, C2O42−, HCOO−, CH3COO−, dan C6H5COO−.

Jika anion yang terhidrolisis dimisalkan sebagai A−, maka reaksi hidrolisisnya dapat ditulis
sebagai berikut.

A−(aq) + H2O(l) ⇌ HA(aq) + OH−(aq)

Dengan asumsi jumlah anion A− yang terhidrolisis relatif kecil ([A−]setimbang ≈ [A−]awal = Ma),
sebagaimana anion terhidrolisis merupakan basa konjugasi lemah, maka pada kondisi setimbang:
Hubungan antara nilai tetapan kesetimbangan Kh dengan nilai tetapan ionisasi asam lemah HA
(Ka) dan nilai tetapan autoionisasi air (Kw), yaitu:

dengan Ma = molaritas komponen anion garam yang terhidrolisis.

Oleh karena itu, larutan garam dari asam lemah dan basa kuat akan meningkatkan konsentrasi
OH− dalam air sehingga larutannya bersifat basa (pH > 7).

Garam dari asam lemah dan basa lemah

Garam seperti CH3COONH4 yang dapat terbentuk dari reaksi asam lemah (CH3COOH) dan basa
lemah (NH3) akan mengalami hidrolisis kation dan anionnya. pH larutan garam demikian
bergantung pada kekuatan asam relatif dari kation dan kekuatan basa relatif dari anion. Kekuatan
relatif dari anion dan kation dapat ditentukan dari kekuatan relatif asam lemah dan basa lemah
yang berhubungan. Dengan demikian, terdapat tiga kemungkinan kondisi keasaman larutan
garam yang terbentuk dengan parameter seperti berikut.

pH larutan garam dari asam lemah dan basa lemah hanya dapat diperkirakan menggunakan
rumus berikut dengan asumsi jumlah garam yang terhidrolisis relatif sangat kecil.

Anda mungkin juga menyukai