Anda di halaman 1dari 24

ASAM BASA

6.1 Teori Asam Basa Arrhenius


Asam basa sudah dikenal sejak ilmu kimia lahir, akan tetapi baru dipelajari
sekitar abad 18. Teori asam basa pertama kali dirumuskan pada tahun 1884 oleh
Svante Arhenius dalam disertasinya. Menurut Arrhenius, asam dan basa adalah
elektrolit yang apabila dilarutkan ke dalam air, maka keduanya akan mengalami
proses peruraian menjadi ion-ion (reaksi ionisasi/disosiasi). Arrhenius menyatakan
bahwa asam merupakan substansi yang menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam air.

HCl (aq) H+(aq) + Cl- (aq)

asam klorida
Dalam asam klorida (HCl) hanya sedikit sekali asam klorida yang tidak
terdisosiasi. Secara virtual asam klorida telah terdisosiasi menghasilkan (H +) dan
(Cl-) dihubungkan dengan menggunakan anak panah (🡪). Anak panah ini
menunjukkan hanya reaksi maju yang berlangsung. Asam yang
terionisasi/terdisosiasi menggunakan anak panah satu arah dapat dikategorikan
sebagai asam kuat.
Dalam beberapa jenis asam seperti asam asetat dan asam format, hanya sedikit
bagian dari molekul yang terionisasi dalam larutan. Asam yang demikian disebut
dengan asam lemah. Persamaan untuk ionisasi asam lemah dihubungkan dengan
menggunakan anak panah dua arah seperti yang ditunjukkan pada persamaan di
bawah ini.

CH3COOH (aq) H+(aq) + CH3COOH-(aq) HCOOH (aq) H+(aq) + COOH-(aq)

asam asetat asam format


Anak panah dua arah menunjukkan berlangsungnya reaksi maju dan reaksi
balik, tetapi reaksi maju berlangsung lebih banyak. Asam yang menggunakan anak
panah dua arah dikategorikan sebagai asam lemah. Berikut ini merupakan
Ion hidrogen yang merupakan produk dari larutan seringkali digambarkan
dengan H+, H+(aq), atau H3O+(aq). Ion H+ berukuran sagat kecil dan tidak memiliki
elektron, sehingga muatan positifnya sangat tinggi. Apabila dimasukkan ke dalam
air maka ion H+ akan tertarik sangat kuat dengan dipol negatif dari air, sehingga
terbentuk ion H3O+(aq).

Arrhenius juga menyatakan bahwa basa adalah substansi yang menghasilkan


ion hidroksida (OH-) dalam air. Natrium hidroksida dan kalium hidroksida, seyawa
ion berwujud padat, apabila dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan ion
hidroksida (OH-).

NaOH (aq) Na+(aq) + OH-(aq) KOH (aq) K+(aq) + OH-(aq)

natrium hidroksida kalium hidroksida

Natrium hidroksida dan kalium hidroksida merupakan basa kuat yang


terionisasi sempurna dalam larutan, sehingga digunakan anak panah satu arah
untuk merepresentasikannya.
Amonis (NH3) merupakan basa lemah. Walaupun senyawa amonia tidak
mengandung ion hidroksida, tetapi dalam larutan amonia bereaksi dengan air
membentuk ion hidroksida seperti persamaan berikut.

NH3(aq) + H2 (l) NH4+(aq) + OH-(aq)

amonia
Persamaan di atas menunjukkan larutan amonia sebagian besar terdiri atas
molekul NH3, dan relatif kecil NH4+(aq) dan OH- (aq) yang dihasilkan. Tabel di bawah
ini menunjukkan contoh umum dari senyawa asam basa.

Asam Basa

HClO4Asam Kuat NaOH Basa Kuat

H2SO4 KOH

HI Ba(OH)2

HBr Ca(OH)2

HCl

HNO3

H3PO4

HF

CH3COOH Asam Lemah NH3Basa Lemah

Fraksi asam basayang terionisasi/terdisosisasi dalam larutan diekspresikan


menggunakan derajat ionisasi yang disimbolkan dengan alfa (α) yang memiliki nilai
antara 1 sampai 0. Semakin tinggi nilai α, mendekati 1, maka kekuatan asam atau
basa semakin kuat, begitu juga sebaliknya. Semakin mendekati nilai nol, maka
kekuatan asam atau basa semakin lemah.
6.2 Kekuatan Asam Basa

Reaksi peruraian asam dan basa dalam air merupakan reaksi kesetimbangan.
Kekuatan asam basa dinyatakan oleh tetapankesetimbangannya, yaitu tetapan
ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi bas (Kb). Kekuatan asam basa ini ditentukan
oleh banyak sedikitnya ion H+ dan OH- yang dilepaskan tergantung nilai derajat
ionisasi/disosiasi (α).

a. Tetapan ionisasi asam (Ka)


Perhatikan kesetimbangan larutan asam HA berikut:

HA (aq) H+(aq) + A-(aq)

Tetapan ionisasi asam (Ka) dapat dirumuskan sebagai berikut:

✔ Untuk asam kuat (≈ 1), hampir semua asam terurai menjadi ion-ionnya.
Dengan demikian, nilai Ka sangat besar. Nilai Ka yang sangat besar
menunjukkan asam kuat dapat dianggap terurai sempurna menjadi ion-
ionnya. Konsentrasi ion H+ dari asam dapat dihitung dari valensi asamnya
(jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh asam) dan nilai konsentrasi asam
sebagai berikut.
✔ Untuk asam lemah 0< α< 1, hanya sebagian asam yang terurai menjadi ion-
ionnya.

HA (aq) H+(aq) + A- (aq)


Awal : 1
Reaksi : -α +α +α
Setimbang : 1- α +α +α

✔ Jika konsentrasi larutan HA awal dinyatakan sebagai [HA], maka diperoleh:

✔ Untuk asam lemah dengan nilai α« (α sangat kecil ¿, dapat diasumsikan nilai
(1-α) ≈ 1 sehingga persamaan Ka untuk asam lemah di atas dapat
disederhanakan menjadi:
Contoh Soal:

Asam HA1, HA2, dan HA3 masing-masing memiliki nilai tetapan


ionisasi asam: Ka1= 2,0x10-5, Ka2= 1,2x10-3, ka3= 5,0x10-7. Urutkan
kekuatan keasaman mulai dari yang paling lemah

Jawab:

Urutan kekuatan asam mulai dari asam paling lemah dengan nilai
Ka terkecil. Olek karena Ka3<Ka1<Ka2, maka diperoleh
urutankekuatan keasaman dari yang paling lemah HA3, HA1,
Ha2.

b. Tetapan ionisasi basa (Kb)

Perhatikan kesetimbangan larutan basa B berikut:

B (aq) + H2O(l) BH+(aq) + OH-(aq)

Tetapan ionisasi basa Kb dapat dirumuskan sebagai berikut:

✔ Untuk basa kuat dengan α =1, hampir semua basa terurai menjadi ion-ionnya.
Dengan demikian, nilai Kb sangat besar. Nilai Kb yang sangat besar
menunjukkan basa kuat dapat dianggap terurai sempurna menjadi ion-
ionnya. Konsentrasi ion OH- dari basa kuat dapat dihitung dari valensi
basanya (jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh asam) dan nilai
konsentrasi basa sebagai berikut:
✔ Untuk basa lemah 0< α< 1, hanya sebagian asam yang terurai menjadi ion-
ionnya.

B (aq) + H2O(l) BH+(aq) + OH-(aq)

Awal : 1
Reaksi : -α +α

Setimbang : 1- α +α +α

Jika konsentrasi larutan B awal dinyatakan sebagai [B], maka diperoleh:

✔ Untuk basa lemah dengan nilai α« (α sangat kecil ¿, mana diasumsikan nilai
(1-α ¿=1, sehingga persamaan Kb untuk basa lemah dapat disederhanakan
menjadi

6.3 Derajat Keasaman (pH)

Air merupakan elektrolit yang sangat lemah yang hanya terionisasi sebagian
kecil menjadi ion H+ dan OH-. Penambahan asam dan basa Arrhenius ke dalam
pelarut air akan menyebabkan terjadinya perubahan konsentrasi ion H + dan OH-
dalam larutan. Biasanya konsentrasi ion-ion tersebut sangat kecil sehingga
penulisannya menjadi tidak praktis. Untuk mengatasi hal ini, di tahun 1909 ahli
kimia bernama S.P.L. Sørenson mengusulkan suatu konsep pH yang menyatakan
derajat keasaman larutan sebagai fungsi konsentrasi ion H+ dengan rumus:

Konsentrasi ion H+ dalam larutan selalu berada dalam kesetimbangan dengan


molekul air. Oleh karena itu, perhitungan H+ dalam larutan asam dan basa dapat
diperoleh dari kesetimbangan reaksi auto-ionisasi air sebagai berikut:

H2O(l) H+(aq) + OH-(aq)

dengan tetapan kesetimbangannya:

maka,

Untuk air murni, pada suhu 25oC, nilai Kw adalah 1,0 x 10-14, sehingga diperoleh:

Oleh karena pH=−log log ¿, maka persamaan Kw di atas dapat dituliskan sebagai
berikut

Untuk nilai Kw di atas, diperoleh pKw=14 sehingga persamaan pKw dapat


dinyatakan sebagai:

Secara umum, dapat ditunjukkan bahwa:


✔ Untuk air murni dan larutan netral
✔ Jika ke dalam air murni ditambahkan sedikit asam, terjadi kenaikan konsentrasi
ion H+ sehingga kesetimbangan reaksi akan bergeser ke kiri. Pada kesetimangan
yang baru, nilai konsentrasi ion H + lebih besar dari konsetrasi ion H + dalam air
murni. Sehingga diperoleh:

✔ Jika ke dalam air murni ditambahkan sedikit basa, terjadi kenaikankonsentrasi


ion OH-, sehingga kesetimbangan reaksi akan bergeser ke kiri. Pada
kesetimbangan baru, nilai konsentrasi ion OH- akan lebih besar dari konsentrasi
ion OH- dalam air murni. Hal ini berarti dalam larutan basa, nilai konsentrasi ion
H+ akan lebih kecil dari konsentrasi ion H+ dalam air murni. Sehingga diperoleh:

Nilai konsetrasi ion H+ dan pH larutan ditabulasikan sebagai berikut.

Konsentrasi ion H+ Derajat keasaman (pH)

Larutan asam ¿ pH <7

Larutan netral ¿ pH=7

Larutan basa ¿ pH >7


Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur pH larutan, yakni
dengan menggunakan indikator, indikator universal, dan pH meter.
a. Indikator
Indikator memberikan kisaran/trayek perubahan pH. Untuk memahami hal ini,
ambil contoh indikator kertas lakmus. Kertas lakmus berwarna merah dalam
laruan asam dan berwarna biru dalam larutan basa. Namun demikian,
sebenarnya perubahan warna kertas lakmus terjadi tidak persis pada pH=7
tetapi dalam suatu kisaran nilai pH, yakni pH 4,7-8,3. Kertas lakmus mempunyai
warna merah jika pH larutan ~4,7 atau kurang, dan warna biru jika pH larutan
~8,3 ke atas. Pada kisaran pH 4,7-8,3 sendiri, kertas lakmus mengalami
perubahan warna dari merah, merah-ungu, ungu, biru-ungu, biru. Batasan pH
dimana terjadi perubahan warna indikator disebut trayek perubahan warna.

b. Indikator Universal
Indikator universal adalah gabungan dari beberapa jenis indikator. Setiap
komponen indikator universal akan memberikan warna tertentu yang terkait
dengan nilai pH tertentu.

c. pH meter
pH meter adalah suatu sel elektrokimia yang memberikan nilai pH dengan
ketelitian tinggi. pH meter memiliki suatu elektrode yang sensitif terhadap
konsentrasi ion H+ dalam larutan. Sebelum digunakan, elektrode harus dikalibrasi
dengan cara dicelupkan ke dalam larutan standar yang pH-nya sudah diketahui.

6.4 Teori Asam Basa Brönsted-Lowry

Konsep asam basa menurut Arrhenius merupakan perkembangan yang sangat


penting ketika diperkenalkan sekitar tahun 1887. Namun, konsep asam basa
Arrhenius memiliki keterbatasan dimana asam basa terbatas pada spesies yang
menghasilkan ion H+ dan OH- dalam larutan. Sebagai contoh gas HCl dan NH3
dalam pelarut air.

Jika larutan HCl dan NH3 direaksikan, maka akan diperoleh reaksi asam basa
yang membentuk garam NH4Cl. Dalam kasus reaksi antara natrium hidroksida
dengan asam klorida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari
NaOH. Hal ini sesuai dengan teori asam basa Arrhenius. Akan tetapi reaksi antara
gas hidrogen klorida dengan gas amonia juga menghasilkan NH4Cl sesuai
persamaan di bawah ini.

Pembentukan NH 4 Cl pada reaksi di atas tidak dapat dijelaskan dengan


konsep asam basa Arrhenius karena gas hidrogen klorida tidak terdisosiasi
membentuk H+ dan Cl-, dan NH3 tidak menghasilkan OH-.
Pada tahun 1923, dua ahli kimia yakni Johannes Brönsted dan Thomas-Lowry
secara terpisah merumuskan suatu teori asam basa yang kemudian dikenal sebagai
teori asam basa Brönsted-Lowry. Teori ini menyatakan bahwa reaksi asam basa
melibatkan transfer proton (H+). Asam akan memberikan proton (H+) kepada suatu
basa, sedangkan basa akan menerima proton (H +) dari asam. Dengan demikian,
reaksi asam basa antara gas HCl dan gas NH3 tanpa pelarut dapat ditunjukkan
sebagai berikut.

transfer proton
(H+)

+ -
Pada reaksi ini, HCl memberi 1 proton (H+) ke NH3. Jadi HCl adalah asam,
sedangkan NH3 adalah basa. Secara umum Brönsted-Lowry mendefinisikan asam
sebagai pemberi/donor proton (H+), sedangkan basa adalah penerima/akseptor
proton (H+).

Menurut teori Brönsted-Lowry, jika suatu asam memberi proton (H +), maka sisa
asam tersebut mempunyai kemampuan untuk menerima proton atau bertindak
sebagai basa. Sisa asam tersebut dinamakan basa konjugasi dari asam semula.
Demikian pula, jika suatubasamenerima proton (H+), maka basa yang terbentuk
memiliki kemampuan untuk melepas proton tersebut atau bertindak sebagai asam.
Asam yang terbentuk ini yang disebut sebagai asam konjugasi dari basa semula.
Perhatikan reaksi berikut ini.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l)

Asam Basa Basa Asam


Konjugat Konjugat

Pasangan asam denganbasa konjugasinya, dan basa dengan asam


konjugasinya masing-masing disebut pasangan asam basa konjugasi.Basa
konjugasi dari dari asam kuat merupakan suatu basa lemah karena hanya memiliki
sedikit kecenderungan untuk menerima proton. Sebaliknya, basa konjugat dari
asam lemah merupakan basa kuat karena memiliki kecenderungan yang tinggi
untuk menerima proton. Perhatikan persamaan reaksi dibawah ini.

Asam Basa
Asam Basa
Konjugat Konjugat

Pada reaksi di atas Cl- memiliki sedikit kecenderungan untuk menerima proton
dari H3O+ untuk membentuk HCl. Oleh karena itu, larutan hidrogen klorida tetap
berada dalam bentuk ionnya yaitu H 3 O dan Cl−¿¿daripada molekul H 2 O .
+ ¿¿

Asam Basa
Asam Basa
Konjugat Konjugat

−¿¿
Pada reaksi di atas C H 3 COO memiliki kecenderungan yang tinggi untuk
dan membentuk C H 3 COOH . Oleh karena itu,
+ ¿¿
menerima proton dari H 3 O
larutan asam asetat tetap berada dalam bentuk molekul C H 3 COOH disamping
−¿¿
molekul air. Kekuatan basa konjugat C H 3 COO lebih besar dibanding dengan
Cl−¿¿.

Berdasarkan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa:


✔ Asam kuat Brönsted-Lowry mempunyai basa kojugat yang lemah
✔ Asam lemah Brönsted-Lowry mempunyai basa konjugat yang kuat
✔ Basa kuat Brönsted-Lowry mempunyai asam konjugat yang lemah
✔ Basa lemah Brönsted-Lowry mempunyai asam konjugat yang kuat
6.5 Teori Asam Basa Lewis

Asam dan basa menurut teori Brönsted-Lowry, melihat reaksi asam basa
sebagai suatu transfer proton (H+) dari asam ke basa. Di tahun 1938 seorang
ilmuwan bernama G.N Lewis meliat dari sudut pandang yang berbeda. Di dalam
transfer proton (H+) dari asam ke basa, proton (H+) akan bergabung dengan
pasangan elektron bebas dari basa dan membentuk ikatan kovalen. Menurut Lewis,
asam merupakan penerima/akseptor pasangan elektron, sedangkan basa
merupakan penyumbang/donor pasangan elektron. Sama seperti teori asam basa
yang diajukan Brönsted-Lowry, teori asam basa lewis juga menekankan saling
ketergantungan antara asam dan basa dimana satu menjelaskan yang lain. Contoh
sederhana dari reaksi asam basa Lewis adalah reaksi pembentukan ion hidronium
dan ion amonium

Gambar 1 Pembentukan ion hidronium


Gambar 2 Pembentukan ion amonium

Teori asam basa Lewis lebih luas dibandingkan Arrhenius dan Brönsted-Lowry.
Hal ini dikarenakan:

✔ Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut
air, pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.
✔ Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan transfer
proton (H+), seperti reaksi antara BF3 dan NH3.

LEMBAR KERJA SISWA

IDENTIFIKASI KEASAMAN DAN KEBASAAN LARUTAN


DENGAN KERTAS LAKMUS

Kelompok :
Nama Siswa
1. ______________________________
2. ______________________________
3. ______________________________
4. ______________________________
Tanggal Percobaan :
Tujuan : Siswa mampu menentukan sifat keasaman dan kebasaan
larutan menggunakan indikator kertas lakmus
Dasar Teori
Untuk mengidentifikasi sifat larutan asam, basa dan garam, dapat
menggunakan indikator. Indikator memberikan kisaran/trayek perubahan pH. Untuk
memahami hal ini, ambil contoh indikator kertas lakmus. Kertas lakmus berwarna
merah dalam laruan asam dan berwarna biru dalam larutan basa. Namun demikian,
sebenarnya perubahan warna kertas lakmus terjadi tidak persis pada pH=7 tetapi
dalam suatu kisaran nilai pH, yakni pH 4,7-8,3. Kertas lakmus mempunyai warna merah
jika pH larutan ~4,7 atau kurang, dan warna biru jika pH larutan ~8,3 ke atas. Pada
kisaran pH 4,7-8,3 sendiri, kertas lakmus mengalami perubahan warna dari merah,
merah-ungu, ungu, biru-ungu, biru. Batasan pH dimana terjadi perubahan warna
indikator disebut trayek perubahan warna.

Rumusan masalah :
_____________________________________________________
_____________

_____________________________________________________
______
_____________________________________________________
______

Prediksi :
_____________________________________________________
_____________
_____________________________________________________
______
_____________________________________________________
_____

Alat dan Bahan :


Alat:
1. Lakmus Merah
2. Lakmus Biru
3. Plat Tetes
4. Pipet Tetes

Bahan:
1. Air Jeruk
2. Air Sabun/ Detergen
3. Cuka
4. Obat Maag/ Antacids
5. Baking Soda
6. Air Accu

Langkah Kerja
1. Siapkan lakmus merah dan lakmus biru pada plat tetes
2. Teteskan 1 tetes air jeruk pada masing-masing lakmus. Perhatikan perubahan
warna yang terjadi.
3. Isikan data pengamatan tersebut ke dalam tabel.
4. Ulangi langkah nomor 1-2 dengan air sabun, cuka, larutan obat maag, larutan
baking soda, dan air accu.
Hasil Pengamatan
Perubahan pada
No Nama Zat Sifat Larutan
Lakmus Merah Lakmus Biru

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pertanyaan
1. Zat apa sajakah yang termasuk asam? Mengapa demikian? Jelaskan!
2. Zat apa sajakah yang termasuk basa? Mengapa demikian? Jelaskan!

Kesimpulan
________________________________________________________________
_______________
________________________________________________________________
_______________
________________________________________________________________
_______________
LATIHAN SOAL
A. Soal Pilihan Ganda
Setiap jawaban benar memiliki skor 4.

1. Perhatikan data berikut


Perubahan Warna
Larutan
Lakmus Biru Lakmus Merah

1 Merah Biru

2 Biru Biru

3 Biru Biru

4 Merah Merah

5 Merah Merah

Larutan yang mengandung ion OH- adalah . . .


A. 1 dan 2
B. 1 dan 5
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 4 dan 5

2. Perhatikan data berikut


Indikator Trayek Warna Hasil Uji Larutan

Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning Kuning

Metil Jingga 2,9 – 4,0 Merah – Kuning Kuning

Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru Biru

Fenolftalein 8,3 - 10 Tak berwarna - Merah Tak berwarna

Berdasarkan hasil uji, pH larutan sekitar . . .


A. 2 B. 8
C. 6 D. 10

E. 7

3. Data trayek pH dan perubahan warna berbagai indikator sebagai berikut


Indikator Trayek Warna

Metil Merah 4,2 – 6,3 Merah – Kuning

Metil Jingga 2,9 – 4,0 Merah – Kuning

Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning – Biru

Fenolftalein 8,3 - 10 Tak berwarna - Merah

Warna yang terjadi jika diteteskan larutan Na2CO3 adalah . . .


A. Metil merah (merah) dan metil jingga (kuning)
B. Metil jingga (kuning) dan bromtimol biru (kuning)
C. Bromtimol biru (biru) dan fenolftalein (tak berwarna)
D. Bromtimol biru (biru) dan fenolftalein (merah)
E. Metil merah (kuning) dan bromtimol biru (kuning)

4. Perhaikan reaksi berikut: H+ + H2O ⭢ H3O+


Pernyataan yang sesuai dengan teori asam basa menurut Lewis adalah . . .
A. Ion H+ adalah asam
B. H2O bersifat asam
C. H2O bersifat netral
D. Ion H+ bersifat basa
E. H3O+ bersifat netral

5. Menurut teori asam basa Arrhenius, asam adalah . . .


A. Zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidrogen, H+
B. Zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidroksida, OH-
C. Donor proton
D. Donor pasangan elektron
E. Akseptor pasangan elektron

6. Di antara pernyataan berikut, manakah yang bukan sifat asam?


A. Dapat merubah warna kertas lakmus biru menjadi merah
B. Mempunyai pH kurang dari 7
C. Dapat bereaksi dengan basa membentuk garam
D. Tidak merubah warna kertas lakmus merah
E. Dapat menetralkan larutan asam klorida

7. Di antara oksida berikut ini, yang akan membentuk larutan basa apabila larut
dalam air adalah . . .
A. SO3
B. CO2
C. N2O5
D. MgO
E. NO2

8. Jenis asam basa di bawah ini yang termasuk asam dan basa kuat adalah . . .
A. Asam fluorida dan amonia
B. Asam klorida dan natrium hidroksida
C. Asam sulfat dan hidrazin
D. Asam frmat dan kalium hidroksida
E. Asam nitrat dan amonia

9. Asam A,B, dan C mempunyai Ka berturut-turut 1,8 x 10-4; 1,3 x 10-10; dan
3,0 x 10-8. Kekuatan asam akan berkurang sesuai urutan . . .
A. A, B, C
B. C, B, A
C. C, A, B
D. A, C, B
E. B, A, C

10. Nilai pH yang mungkin bagi asam sulfat 0,005 M adalah . . .


A. 7
B. 8
C. 2
D. 6
E. 14

11. Suatu zat x mempunyai kemampuan untuk bertindak sebagai asam atau basa. Zat
x ini dikenal dengan nama . . .
A. Zat amfoter
B. Pasangan konjugasi
C. Indikator
D. Ion penonton
E. Asam lewis

12. Yang bukan merupakan pasangan asam basa konjugasi adalah . . .


A. HNO3 / NO3-
B. H3O+ / H2O
C. H2CO3 / CO32-
D. HCN / CN-
E. OH- / O2-

13. Menurut teori asam basa Lewis, basa adalah . . .


A. Zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidrogen, H+
B. Zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidroksida, OH-
C. Donor proton
D. Donor pasangan elektron
E. Akseptor pasangan elektron

14. Garam yang bersifat asam adalah . . .


A. KNO3
B. NH4Cl
C. LiCl
D. NH4CH3COO
E. NaCN

15. Basa konjugasi dari NH3 adalah . . .


A. NH4OH
B. NH2+
C. NH2-
D. H2O
E. NH4+

B. Soal Uraian
1. Jika pH dari dua larutan asam, yani larutan HCl dan larutan CH3COOH adalah
sama, apakah konsentrasi dan kekuatan dari kedua asam tersebut sama
besarnya? Jelaskan! (skor 20)
2. Molekul AlCl3 dapat bergabung dengan molekul AlCl3 lainnya membentuk Al2Cl6,
seperti ditunjukkan berikut: 2AlCl3⭢Al2Cl6
Menurut teori Lewis, apakah reaksi ini merupakan reaksi asam basa?
(skor 20)
K
K
K
ar e
P
o
atke
n
u
er
m n
A
se
at
is
e g
sa
A
mpa
tiu
m
sa
pe
A
n
k k
Le
m
laj
sa
A
ur
A
Si
m
ari
K
Si
di
sa
m
be
sa
m
fa a
In
u
fa
ba
rd p
a
mm
B
el
n
tH
gi
ash
di
at
tp
al
as
B
B
Fi
B
In
mm
&
ar
uik
Ki
In
as
a
as
H
si
ro
di
en
ka
et
B
at
mdi
a
ja
n a
mk
Ar
n
er
as
co
ork
ia
dik
a
rh
st
at
nt
en a
Le
at
oh
e
or
ur
Le
K
wi
or
A
B
ut
ni
d-
m
uU
sa
ass
Al
mu
L
ni
ata
m a
s
o
ve
eh
m
K
mw
rs
oi
pe
ry
al
nj
laj
ari
u
ga
t

Anda mungkin juga menyukai