Anda di halaman 1dari 8

23

2.1.1 Materi Asam-Basa


2.1.1.1 Konsep Asam Basa
Asam dan basa merupakan dua golongan zat yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, zat yang digolongkan ke dalam asam, misalnya cuka dan
jeruk nipis, sedangkan zat yang tergolong sebagai basa, misalnya air sabun dan
detergen. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka.
Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Pengertian asam
dan basa terus mengalami perkembangan sampai akhirnya diperoleh konsep asam
basa yang masih digunakan sampai sekarang. Berikut merupakan perkembangan
asam basa dari beberapa ahli :
1. Teori Asam Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat melepaskan ion H+ di
dalam air sehingga konsentrasi ion H+ dalam air meningkat. Basa adalah zat yang
dapat melepaskan ion OH- di dalam air sehingga konsentrasi OH- dalam air
meningkat. Contoh senyawa yang tergolong asam basa menurut Arrhenius adalah
sebagai berikut :
a. Asam : HCl, HNO3, dan H2SO4. Senyawa ini jika dilarutkan dalam air akan
terurai membentuk ion H+ dan ion negatif sisa asam.
HCl (g) → H+ (aq) + Cl- (aq)
24

b. Basa : NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan Al(OH)3. Senyawa ini jika dilarutkan
dalam air akan terurai membentuk ion OH- dan ion positif sisa basa.
Na(OH) (aq) → Na+ (aq) + OH- (aq)
(Umiyati, 2014).
2. Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan
proton. Perhatikan contoh berikut :
NH4+(aq) + H2O(l) → NH3(aq) + H3O+(aq)
asam basa
H2O(l) + NH3(aq) → NH4+(aq) + OH-(aq)
asam basa
Pada contoh tersebut air dapat bersifat asam (donor proton) dan basa
(akseptor proton). Zat seperti ini disebut amfoter. Konsep asam basa menurut
Bronsted dan Lowry ini lebih luas daripada konsep asam basa Arrhenius karena
hal-hal berikut :
a. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi
juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi
tanpa pelarut.
b. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat
berupa kation atau anion. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry dapat
menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl, yang bersifat asam
adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.
Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang
disebut basa konjugasi dari asam tersebut. Sedangkan basa yang telah meneerima
proton menjadi asam konjugasi (Utami, 2009).
3. Teori Asam-Basa Lewis
Lewis mengemukakan teori baru tentang asam-basa sehingga partikel ion
atau molekul yang tidak mempunyai atom hidrogen atau proton dapat
diklasifikasikan ke dalam asam dan basa. Perhatikan contoh teori asam-basa
Lewis pada reaksi berikut :
25

Pada reaksi boron trifluorida dengan ion fluor, BF3 bertindak sebagai asam, sebeb
meneima pasangan elektron ari F-. F- bertindak sebagai basa, sebab memberikan
pasangan elektron kepada BF3. Berdasarkan contoh reaksi asam -basa ini, Lewis
menyatakan suatu molekul atau ion dapat menerima padangan elektron,
sedangkan basa adalah suatu molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan
elektronnya (Kalsum, 2009).
2.1.1.2 Kekuatan Asam Basa
1. Asam kuat dan asam lemah
Asam kuat merupakan suatu asam yang bila dilarutkan dalam air akan
melepaskan ion H+ hampir seluruhnya. Asam lemah merupakan suatu asam yang
bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+ hanya sebagian saja.
Tabel 2.5 Contoh Asam Kuat dan Lemah
No Nama Zat Asam Rumus Kimia Reaksi Ionisasi
1 Asam Klorida Kuat HCl HCl → H+ + Cl-
2 Asam Sulfat Kuat H2SO4 H2SO4 → 2H+ + SO42-
3 Asam Nitrit Lemah HNO2 HNO2 → H+ + Cl-
4 Asam Sulfida Lemah H2S H2S → 2H+ + S2-

2. Basa Kuat dan Basa Lemah


Basa kuat adalah basa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan
ion OH- hampir seluruhnya. Basa lemah adalah basa yang apabila dilarutkan
dalam air hanya sebagian ion OH- yang dilepaskan.
Tabel 2.6 Contoh Basa Kuat dan Lemah
No Nama Zat Basa Rumus Kimia Reaksi Ionisasi
1 Natrium Hidroksida Kuat NaOH NaOH → Na+ + OH-
2 Kalium Hidroksida Kuat KOH KOH → K+ + OH-
+ -
3 Ammonium Hidroksida Lemah NH4OH NH4OH → NH4 + OH
+ -
4 Alumunium Hidroksida Lemah Al(OH)2 Al(OH)2 → Al2 + 2OH
26

2.1.1.3 Kesetimbangan ion dalam larutan asam basa dan derajat ionisasi
Kekuatan asam dan basa bergantung pada derajat ionisasinya. Menurut
konsep asam-abasa Arrhenius, pembawa sifat asam adalah ion H +, sedangkan
pembawa sifat basa adalah ion OH-. Jika kedua pembawa sifat tersebut bereaksi,
terbentuklah molekul air (H2O). Air dapat terionisasi sesuai dengan persamaan
berikut.
[H ]
H O(l)
[OH ] H+(aq) + OH-(aq) Ka = + (2.1)

2
[H2O]

Karena merupakan elektrolit yang sangat lemah, [H2O] dapat dianggap


konstan sehingga harga perkalian K[H2O] merupakan suatu konstanta. Konstanta
tersebut disebut tetapan kesetimbangan air (Kw).
Kw = [H+][OH-] (2.2)
Secara umum, persamaan tetapan kesetimbangan tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Dalam air murni atau larutan netral berlaku persamaan [H+]= [OH-]
2. Dalam larutan asam, [H+] > [OH-]
3. Dalam larutan basa [H+] < [OH-]
Jumlah zat yang terionisasi dalam air biasa dinyatakan dengan derajat
ionisasi yang disimbolkan dengan α. Secara sistematis, derajat ionisasi dapat
ditulis sebagai berikut.

𝛼 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔
𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑛𝑘𝑎𝑛
(2.3)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎

Asam dan basa kuat merupakan elektrolit kuat sehingga terionisasi sempurna
dalam air. Sedangkan asam dan basa lemah merupakan elektrolit lemah sehingga
mengalami ionisasi sebagian. Asam lemah [HA] akan terionisasi dengan reaksi
kesetimbangan.
[H ]
HA(aq) H+(aq) + A-(aq) Ka = + (2.4)
[A ]

[HA]

Ka adalah konstanta kesetimbangan asam.


[H ] [H ]
[H+] = [A-], maka Ka = + +
[HA]

[H+]2 = Ka . [HA]
27

[H+] = √Ka . [HA]


HA = konsentrasi asam

Maka : [H+] = √Ka . HA (2.5)


Dari rumus di atas, [H+] dari asam lemah dapat ditentukan apabila harga
Ka diketahui. Jika Ka besar maka [H+] juga besar atau semakin kuat. Suatu asam
lemah HA dengan konsentrasi a molar membentuk ion H+ dan A- dengan derajat
ionisasi
= α. Secara sistematis hubungan Ka dengan α dapat dijelaskan sebagai berikut.

HA(aq) H+(aq) + A-(aq)


Mula-mula a mol - -
Bereaksi aα aα aα
Setimbang a(1-α) aα aα
Oleh karena α sangat kecil maka pada asam lemah harga (1-α) dianggap
sama dengan 1 atau sama dengan konsentrasi asam mula-mula.
[H+] aα x aα
Ka+=
[H ] = 𝑎
[HA]

Ka = (aα2)
Ka
α=√
a

a = M = konsentrasi asam mula-mula


Ka
Maka, α = √
M (2.6)

Harga konstanta ionisasi basa (Kb) dapat ditentukan berdasarkan


persamaan reaksi ionisasinya. Untuk menentukan konsentrasi [OH-] sama dengan
cara menentukan konsentrasi [H+], yaitu dengan menggunakan harga Kb dengan
menggunakan reaksi kesetimbangan berikut.
[L ] [OH ]
LOH(aq) L+(aq) + OH-(aq) Kb = + − (2.7)
[LOH]

Kb adalah konstanta kesetimbangan basa.


[OH ] [OH ]
[L+] = [OH-], maka Ka = − −
[LOH]

[OH-]2 = Kb . [LOH]
28

[OH-] = √Kb . [LOH]


LOH = konsentrasi basa

Maka : [OH-] = √Kb . LOH (2.8)


Berdasarkan rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa makin besar Kb
maka [OH-] makin besar atau sifat basa makin kuat. Suatu asam lemah LOH
dengan konsentrasi a molar membentuk ion OH- dan L+ dengan derajat ionisasi =
α. Secara sistematis hubungan Kb dengan α dapat dijelaskan sebagai berikut.
LOH(aq) L+(aq) + OH-(aq)
Mula-mula a mol - -
Bereaksi aα aα aα
Setimbang a(1-α) aα aα
Oleh karena α sangat kecil maka pada asam lemah harga (1-α) dianggap
sama dengan 1 atau sama dengan konsentrasi asam mula-mula.
[OH−] aα x aα
Kb
[OH=
−] = 𝑎
[LOH]

Kb = (aα2)
Kb
α=√
a

a = M = konsentrasi asam mula-mula


Kb
Maka, α = √
M (2.9)
2.1.1.4 pH Larutan Asam dan Basa
Secara umum, nilai pH dapat dirumuskan pH = - log [H +] dan diperoleh
bahwa pKw = pH + pOH. Untuk menghitung pH asam kuat, digunakan persamaan
[H+] = M x valensi asam sehingga pH = - log [H+]. Sementara untuk menghitung
pH asam lemah, digunakan persamaan [H+] = M x α atau [H+] = √Ka M.
Perhitungan pH larutan basa hampir sama dengan perhitungan pH larutan asam.
Untuk menghitung pH basa kuat, digunakan persamaan [OH -] = M x valensi basa,
sehingga pH = -log [H+] dan pOH = pKw – pH. Sementara untuk menghitung pH

asam lemah, digunakan persamaan [OH-] = M x α atau [OH-] = √Kb M.


29

2.1.1.5 Pengukuran pH
Dalam menentukan pH suatu larutan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain sebagai berikut (Utami, 2009) :
1. Menggunakan beberapa indikator
Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dapat
berubah warna pada rentang harga pH tertentu. Harga pH suatu larutan dapat
diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek
perubahan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian dari uji larutan dengan
beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan. Contoh, suatu larutan
dengan brom timol biru (6,0– 7,6) berwarna biru dan dengan fenolftalein (8,3–
10,0) tidak berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,6–8,3. Hal ini disebabkan jika
brom timol biru berwarna biru, berarti pH larutan lebih besar dari 7,6 dan jika
dengan fenolftalein tidak berwarna, berarti pH larutan kurang dari 8,3.

Gambar 2.3 Trayek perubahan pH beberapa indikator asam-basa.


2. Menggunakan indikator universal
pH suatu larutan juga dapat ditentukan dengan menggunakan indikator
universal, yaitu campuran berbagai indikator yang dapat menunjukkan pH suatu
larutan dari perubahan warnanya.
Tabel 2.7 Warna indikator universal pada berbagai pH
pH Warna Indikator Universal pH Warna Indikator Universal
1 Merah 8 Biru
2 Merah lebih muda 9 Biru muda
3 Merah muda 10 Ungu sangat muda
4 Merah jingga 11 Ungu muda
5 Jingga 12 Ungu tua
6 Kuning 13 Ungu tua
7 Hijau 14 Ungu tua
3. Menggunakan pH meter
pH–meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai