b. Basa : NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan Al(OH)3. Senyawa ini jika dilarutkan
dalam air akan terurai membentuk ion OH- dan ion positif sisa basa.
Na(OH) (aq) → Na+ (aq) + OH- (aq)
(Umiyati, 2014).
2. Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry
Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan
proton. Perhatikan contoh berikut :
NH4+(aq) + H2O(l) → NH3(aq) + H3O+(aq)
asam basa
H2O(l) + NH3(aq) → NH4+(aq) + OH-(aq)
asam basa
Pada contoh tersebut air dapat bersifat asam (donor proton) dan basa
(akseptor proton). Zat seperti ini disebut amfoter. Konsep asam basa menurut
Bronsted dan Lowry ini lebih luas daripada konsep asam basa Arrhenius karena
hal-hal berikut :
a. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam pelarut air, tetapi
juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi
tanpa pelarut.
b. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul, tetapi juga dapat
berupa kation atau anion. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry dapat
menjelaskan sifat asam dari NH4Cl. Dalam NH4Cl, yang bersifat asam
adalah ion NH4+ karena dalam air dapat melepas proton.
Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang
disebut basa konjugasi dari asam tersebut. Sedangkan basa yang telah meneerima
proton menjadi asam konjugasi (Utami, 2009).
3. Teori Asam-Basa Lewis
Lewis mengemukakan teori baru tentang asam-basa sehingga partikel ion
atau molekul yang tidak mempunyai atom hidrogen atau proton dapat
diklasifikasikan ke dalam asam dan basa. Perhatikan contoh teori asam-basa
Lewis pada reaksi berikut :
25
Pada reaksi boron trifluorida dengan ion fluor, BF3 bertindak sebagai asam, sebeb
meneima pasangan elektron ari F-. F- bertindak sebagai basa, sebab memberikan
pasangan elektron kepada BF3. Berdasarkan contoh reaksi asam -basa ini, Lewis
menyatakan suatu molekul atau ion dapat menerima padangan elektron,
sedangkan basa adalah suatu molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan
elektronnya (Kalsum, 2009).
2.1.1.2 Kekuatan Asam Basa
1. Asam kuat dan asam lemah
Asam kuat merupakan suatu asam yang bila dilarutkan dalam air akan
melepaskan ion H+ hampir seluruhnya. Asam lemah merupakan suatu asam yang
bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+ hanya sebagian saja.
Tabel 2.5 Contoh Asam Kuat dan Lemah
No Nama Zat Asam Rumus Kimia Reaksi Ionisasi
1 Asam Klorida Kuat HCl HCl → H+ + Cl-
2 Asam Sulfat Kuat H2SO4 H2SO4 → 2H+ + SO42-
3 Asam Nitrit Lemah HNO2 HNO2 → H+ + Cl-
4 Asam Sulfida Lemah H2S H2S → 2H+ + S2-
2.1.1.3 Kesetimbangan ion dalam larutan asam basa dan derajat ionisasi
Kekuatan asam dan basa bergantung pada derajat ionisasinya. Menurut
konsep asam-abasa Arrhenius, pembawa sifat asam adalah ion H +, sedangkan
pembawa sifat basa adalah ion OH-. Jika kedua pembawa sifat tersebut bereaksi,
terbentuklah molekul air (H2O). Air dapat terionisasi sesuai dengan persamaan
berikut.
[H ]
H O(l)
[OH ] H+(aq) + OH-(aq) Ka = + (2.1)
−
2
[H2O]
𝛼 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔
𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑛𝑘𝑎𝑛
(2.3)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎
Asam dan basa kuat merupakan elektrolit kuat sehingga terionisasi sempurna
dalam air. Sedangkan asam dan basa lemah merupakan elektrolit lemah sehingga
mengalami ionisasi sebagian. Asam lemah [HA] akan terionisasi dengan reaksi
kesetimbangan.
[H ]
HA(aq) H+(aq) + A-(aq) Ka = + (2.4)
[A ]
−
[HA]
[H+]2 = Ka . [HA]
27
Ka = (aα2)
Ka
α=√
a
[OH-]2 = Kb . [LOH]
28
Kb = (aα2)
Kb
α=√
a
2.1.1.5 Pengukuran pH
Dalam menentukan pH suatu larutan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain sebagai berikut (Utami, 2009) :
1. Menggunakan beberapa indikator
Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dapat
berubah warna pada rentang harga pH tertentu. Harga pH suatu larutan dapat
diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek
perubahan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian dari uji larutan dengan
beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan. Contoh, suatu larutan
dengan brom timol biru (6,0– 7,6) berwarna biru dan dengan fenolftalein (8,3–
10,0) tidak berwarna, maka pH larutan itu adalah 7,6–8,3. Hal ini disebabkan jika
brom timol biru berwarna biru, berarti pH larutan lebih besar dari 7,6 dan jika
dengan fenolftalein tidak berwarna, berarti pH larutan kurang dari 8,3.