Anda di halaman 1dari 33

A.

Teori Asam Basa

1. Teori Asam Basa Arrhenius

Svante Arrhenius (1887) mengemukakan bahwa asam adalah suatu

zat yang jika dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion hidronium

(H+). Asam umumnya merupakan senyawa kovalen dan akan bersifat asam

jika sudah larut di dalam air. Basa adalah suatu senyawa yang di dalam air

(larutan) dapat menghasilkan ion OH-. Umumnya basa terbentuk dari

senyawa ion yang mengandung gugus hidroksida (OH-) didalamnya.

Kekurangan teori asam basa Arrhenius antara lain adalah:

a. Hanya dapat diterapkan pada reaksi yang terjadi dalam air

b. Tidak dapat menjelaskan mengapa beberapa senyawa lain seperti CH4,

tidak dapat membentuk asam, padahal juga mengadung hydrogen

dengan bilangan oksidasi +1

c. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,

seperti Na2CO3, juga membentuk larutan yang bersifat basa jika

dilarutkan dalam air. ( (Watoni, Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI,

2014)

2. Teori Asam-Basa Bronsted-Lawry

Johannes N. Bronsted dan Thomas Lowry (1923) mengemukakan

bahwa asam adalah senyawa yang dapat memberikan proton (H+) kepada

senyawa lain di sebut dengan donor proton. Basa adalah senyawa yang

menerima proton (H+) dari senyawa lain dan di sebut dengan akseptor

proton.

1
Keunggulan defenisi asam-basa Bronsted dibandingkan dengan

defenisi Arhenius diantaranya adalah:

a. Memperluas daftar asam-basa yang mencakup ion-ion positif, ion-ion

negatif dan molekul-molekul netral.

b. Memperluas daftar basa-basa yang mencakup molekul atau ion-ion

yang paling sedikit mengandung satu pasang electron valensi bebas.

c. Memperluas peranan air dalam reaksi asam-basa. Air menerima 1 H+

dari asam membentuk ion H3O+

d. Dapat diperluas untuk pelarut-pelarut selain air dan reaksi yang terjadi

dalam fasa gas atau padat.

e. Dapat menjelaskan perbedaan kekuatan asam dan basa konjugatnya

f. Dapat menjelaskan perbedaan kekuatan relative pasangan asam atau

pasangan basa.

g. Dapat menjelaskan mengapa suatu spesi bersifat amfoter, yaitu dapat

berlaku sebagai asam maupun basa. (Watoni, Kimia Untuk SMA/MA

Kelas XI, 2014)

3. Teori Asam-Basa Lewis

G.N. Lewis (1938) mengemukakan bahwa asam adalah suatu

senyawa yang mampu menerima pasangan elektron dari senyawa lain, atau

yang sering di sebut sebagai akseptor pasangan elektron. Basa adalah

senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain,

atau yang sering di sebut dengan donor pasangan electron.

2
B. Kekuatan Larutan Asam dan Larutan Basa

Kekuatan asam dan kekuatan basa dapat dilihat dari derajat

ionisasinya. Derajat ionisasi dilambangkan dengan 𝛼. Derajat ionisasi 𝛼

adalah perbandingan antara jumlah molekul zat yang terionisasi dengan

jumlah molekul zat mula-mula. Diketahui bahwa perbandingan molekul sama

dengan perbandingan mol, sehingga derajat ionisasi 𝛼 dapat dinyatakan

sebagai berikut.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖


𝛼= (Tine Maria Kuswati, 2016)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎

C. Kesetimbangan Ion dalam Larutan Asam dan Basa

1. Kesetimbangan Air

Air merupakan pelarut yang unik. Salah satunya adalah

kemampuannya untuk bertindak sebagai asam maupun sebagai basa.

Dalam keadaan murni, air merupakan elektrolit yang sangat lemah karena

sebagaian kecil dari molekul air terionisasi dengan reaksi:

H2O (l) ⇌ H+ (aq) + OH- (aq)

Reaksi ionisasi air ini merupakan reaksi kesetimbangan sehingga

berlaku hukum kesetimbangan :

[𝐻 + ][𝑂𝐻 − ]
K= [𝐻2 𝑂]

Air murni memiliki kosentrasi yang tepat sehingga hasil kali dari

kosentrasi air murni dengan K akan menghasilkan nilai yang tepat.

K [H2O] = [H+] [OH-] = tetap

3
Oleh karena nilai K [H2O] tetap, tetapan kesetimbangan air

dinyatakan sebagai tetapan ionisasi air dan diberi lambing Kw.

Kw = [H+] [OH-]

Nilai tetapan ionisasi air tetap pada suhu tetap. Reaksi ionisasi air

merupakan reaksi endoterm sehingga jika suhunya naik, nilai Kw akan

semakin besar. Pada suhu 25℃, nilai Kw adalah 10-14. Persamaan reaksi

ionisasi air berikut,

H2O (l) ⇌ H+(aq) + OH- (aq)

Menunjukkan bahwa [H+] = [OH-]

Kw= [H+] [OH-]

Kw= [H+] [H+]

Kw= [H+]2

Oleh karena itu, pada suhu 25℃ kosentrasi ion H+ dan OH- dapat

ditentukan sebagai berikut.

10-14 = [H+]2

[H+] = √10-14

=10-7 mol dm-3

dan [OH-] = 10-7 mol dm-3

2. Pengaruh Asam Basa dan Basa Terhadap Kesetimbangan Air

Adanya ion H+ yang dihasilkan oleh suatu asam dan ion OH- yang

dihasilkan oleh suatu basa dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran

kesetimbangan pada reaksi kesetimbangrm air:

H2O(l) ↔H+(aq) + OH-(aq)

4
Bagaimanakah pengaruh adanya asam dan basa di dalam air

tersebut? (Sudarmo, Kimia SMA/MA Kelas XI, 2014)

a. Asam Kuat

Asam kuat adalah zat yang di dalam pelarut air mengalami

ionisasi sempurna (α ≈ 100%).Di dalam larutan, molekul asam kuat

hampir semuanya terurai membentuk ion H+ dan ion negative sisa

asam.Contoh asam kuat adalah HCl, HNO3, dan H2SO4. (Setiabudi,

2009)

Bila dalam air dilarutkan asam kuat, maka kesetimbangan air

akan terganggu. Misalnya: kedalam air dimasukkan HCl 0,1 M, maka:

H2O(l) → H+(aq) + OH–(aq)

10–7 M 10–7 M

HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)

0,1 M 0,1 M 0,1 M

Adanya ion H+ yang berasal dari HCl menyebabkan

ksetimbangan air bergeser kekiri, sehingga [H+] dan [OH–] dari air

menjadi kurang dari 10–7. Oleh karena itu, [H+] dari air akan dapat

diabaikan terhadap [H+] dari HCl.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam larutan asam kuat, [H+] hanya

dianggap berasal dari asam saja, sebab ion [H+] dari air dapat

diabaikan karena terlalu kecil jika dibandingkan dengan H+ yang

berasal dari HCl 0,1M.

5
Contoh soal:

Berapa konsentrasi H+, SO42–, dan H2SO4 dalam larutan encer 0,05 M?

Penyelesaian:

H2SO4 dalam pelarut air termasuk asam kuat.Sehingga dianggap

terionisasi 100%.

H2SO4 (aq) → 2H+ (aq) + SO4–2(aq)

Mula-mula : 0,05 M 0 0

Terionisasi : 100%

Setimbang : ~0 ~0,1M ~ 0,05 M

Jadi, setelah terionisasi, dalam larutan H2SO4 0,05 M terdapat:

[H+] = 0,1 M

[SO4–2] = 0,05 M

Tidak terdapat molekul H2SO4.

Kosentrasi ion H+ dapat dihitung secara stokiometri sesuai

dengan koefisien ion H+ yang dihasilkandan koefisien senyawa

asalnya. Kosentrasi sesuai koefisien ion H+ dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

[H+] = a x Ma

Keterangan: a = jumlah atom H yang dilepas

Ma = kemolaran asam

b. Asam Lemah

Asam lemah adalah asam yang dalam larutannya terionisasi

sebagian. Karena yang terionisasi hanya sebagian berarti dalam

6
larutan asam lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara ion yang

dihasilkan asam tersebut dengan molekul asam yang terlarut dalam

air.

Contoh:

Untuk asam monoprotik akan terjadi reaksi setimbang :

HA(aq) H+(aq) + A–(aq)

Tetapan ionisasi asamnya (Ka) adalah:

[𝐻+][𝐴−]
Ka = [𝐻𝐴]

Dari harga Kaki tadapat menentukan [H+] (konsentrasi H+)

dalam larutan asam lemah. Derajat ionisasi asam lemah sangat kecil,

sehingga hanya sedikit HA yang terionisasi. Karenahanya sedikit yang

terionisasi, maka [HA] dalam larutan dianggap tetap.

Dari tetapan ionisasi (Ka) asam lemah, maka konsentrasi H+

dapat diketahui:

[𝐻+][𝐴−]
Ka = [𝐻𝐴]

Karena [H+] = [A–]

[𝐻+][𝐴−]
Ka = [𝐻𝐴]

[H+]2 = Ka × [HA]

[H+] =√Ka × [HA]

Harga Ka menggambarkan kekuatan asam. Semakin besar

harga Ka berarti semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, atau

semakin kuat asam tersebut.Selain harga Ka, besaran lain yang dapat

7
digunakan untuk menggambarkan kekuatan asam adalah

derajationisasi ( ). Bagaimana hubungan derajat ionisasi, Ka,

dankonsentrasiasam?Reaksikesetimbangan:

HA(aq) → H+(aq) + A–(aq)

Mula-mula : aM – –

Terionisasi : a∝ a∝ a∝

Setimbang : (a – a ) ∝ a∝a∝

Dengan memakai hubungan:

[H+] =√Ka × [HA]

a∝ =√Ka × [HA]

a∝ =√Ka × (a − aà

a∝= √Ka × a

a2a∝= Ka x a

Ka x a
a2= 𝑎2

Karena yang terionisasi sangat sediki tmaka [HA] dianggap tetap,

sehingga: a – a =a

Ka
atau = √[HA]

Dari rumus di atas, maka dapat ditarik kesimpulan semakin

encer maka derajat ionisasinya semakin besar, dan sebaliknya.

Contoh soal:

Berapa konsentrasi H+, F–, dan HF dalam larutan HF 0,1 M, jika

diketahui derajat ionisasi HF = 8,4% ?

8
Penyelesaian:

Senyawa HF dalam larutan air tergolong asam lemah sehingga

terionisasi sebagian sesuai dengan derajat ionisasinya. Untuk

menghitung konsentrasi masing-masing spesi dalam larutan, berlaku

hukum kesetimbangan kimia.

HF(aq) → H+(aq) + F–(aq)

Mula-mula : 0,1 M 0 0

Terionisasi : 8,4% x 0,1 M 0,0084 0,0084

Setimbang : (0,1 – 0,0084)M 0,0084 0,0084

Jadi, konsentrasi masing-masing dalam larutan HF adalah

[HF] = 0,0916 M

[H+] = 0,0084 M

[F–] = 0,0084 M

Diatas kita telah mengenal asam monoprotik, sekarang akan

dibahas asam poliprotik. Asam poliprotik adalah asam yang dapat

mengahsilkan lebih dari satu ion H+. Contohnya H2CO3, H3PO4, dll.

Asam-asam tersebut terionisasi secara bertahap, oleh karena itu asam

poliprotik mempunyai lebih dari satu harga Ka.

Contoh:

H2S yang terionisasi secara bertahap sebagai berikut:

H2S(aq) H+(aq) + HS–(aq) …………………..(1)

[𝐻+][𝐻𝑆−]
Ka1 = [𝐻2𝑆]

9
Kemudian HS– terionisasi lagi sebagai berikut:

HS–(aq) H+(aq) + S2–(aq) ………………….. (2)

[𝐻+][𝑆2−]
Ka2 = [𝐻𝑆−]

Jika persamaan (1) dan (2) digabungkan, maka akan diperoleh:

H2S(aq) H+(aq) + HS–(aq) …………….(1)

HS–(aq) H+(aq) + S2–(aq) …………… (2)

H2S(aq) 2H+(aq) + S2–(aq) …………… (3)

[𝐻+][𝑆−2]
Dari persamaan reaksi hasil penjumlahan (3) diperoleh Ka = [𝐻2𝑆]

Ternyata Ka merupakan hasil perkalian dari Ka1 dan Ka2.

[𝐻+][𝑆 −2 ] [𝐻+][𝑆 −2 ]
Ka1 x Ka2 = Ka = [𝐻2𝑆]
X [𝐻𝑆 − ]

[𝐻+]^2[𝑆^−2]
Ka = [𝐻2𝑆]

Pada umumnya, asam lemah memiliki harga 𝛼 jauh lebih kecil

daripada 1 sehingga 1- 𝛼 dianggap 1. Oleh karena itu, sebagai

pendekatan, perhitungan [H+] dapat dituliskan sebagai berikut.

[H+] √𝐾𝑎 𝑥 𝑀𝑎

Keterangan = Ka = tetapan asam lemah

Ma = kemolaran disosiasi asam lemah

c. Basa Kuat

Basa kuat adalah zat yang di dalam air terionisasi sempurna (α

≈ 100%), sedangkan basa lemah terionisasi sebagian. (Setiabudi,

Mudah dan Aktif Belajar Kimia, 2009). Basa kuat juga akan

menggeser kesetimbangan air apabila dilarutkan kedalamnya, yang

10
disebabkan adanya ion OH– dari basa yang terlarut tersebut. Misalnya

kedalam air dilarutkan NaOH 0,1 M, maka

H2O(aq) → H+(aq) + OH–(aq)

10–7 M 10–7 M

NaOH(aq)→ Na+(aq) + OH–(aq)

0,1 M 0,1 M

Dengan adanya ion OH– dari NaOH kesetimbangan air akan

bergeser kekiri. Ion [H+] dan [OH–] dari air berkurang dan menjadi

sangat sedikit dibandingkan ion OH– yang berasal dari NaOH, maka

[OH–] yang berasal dari air dapat diabaikan.

Contoh soal:

Berapa konsentrasi OH– dan [H+] dalam larutan NaOH 0,1 M?

Penyelesaian:

NaOH merupakan basa kuat.

NaOH(aq) → Na+(aq) + OH–(aq)

Mula-mula : 0,1 M

Terurai : 0,1 M 0,1 M 0,1 M

Setimbang : ~0 0,1 M 0,1 M

Jadi konsentrasi OH– = 0,1 M

Sedangkan [H+] :

Kw = [H+] [OH–]

10–14 = [H+] [0,1] (pada 25oC, Kw =10–14)

[H+] = 10–13 M\

11
Kosentrasi ion OH- dihitung menggunakan persamaan berikut.

[OH-] = b x Ma

Keterangan : b = jumlah gugus OH yang diikat

Ma = kemolaran basa

d. Asam Poliprotik

Asam poliprotik adalah asam yang dapat mengahsilkan lebih

dari satu ion H+.Contohnya H2CO3, H3PO4, dll. Asam-asam tersebut

terionisasi secara bertahap, oleh karena itu asam poliprotik mempunyai

lebih dari satu harga Ka.

Contoh:

H2S yang terionisasi secara bertahap sebagai berikut:

H2S(aq) H+(aq) + HS–(aq) …………………..(1)

[𝐻+][𝐻𝑆−]
Ka1 = [𝐻2𝑆]

Kemudian HS– terionisasi lagi sebagai berikut:

HS–(aq) H+(aq) + S2–(aq) ………………….. (2)

[𝐻+][𝑆2−]
Ka2 = [𝐻𝑆−]

Jika persamaan (1) dan (2) digabungkan, maka akan diperoleh:

H2S(aq) H+(aq) + HS–(aq) …………….(1)

HS–(aq) H+(aq) + S2–(aq) …………… (2)

H2S(aq) 2H+(aq) + S2–(aq) …………… (3)

12
Dari persamaan reaksi hasil penjumlahan (3) diperoleh

[𝐻+][𝑆−2]
Ka = [𝐻2𝑆]
Ternyata Ka merupakan hasil perkalian dari Ka1 dan

Ka2.

[𝐻+][𝑆^−2] [𝐻+][𝑆^−2]
Ka1 x Ka2 = Ka = [𝐻2𝑆]
X [𝐻𝑆^−]

[𝐻+]^2[𝑆^−2]
Ka = [𝐻2𝑆]

e. Basa lemah

Basa lemah hanya sedikit mengalami ionisasi, sehingga reaksi

ionisasi basa lemah merupakan reaksi kesetimbangan.

BOH (aq) B+(aq) + OH–(aq). Untuk basa monovalen berlaku

hubungan seperti pada asam lemah, yaitu :

[OH–] =√Kb × [BOH−] Dan derajat ionisasinya dapat ditentukan

dengan rumus :

Kb
∝= √[BOH]

Kb dan dapat digunakan sebagai ukuran kekuatan basa, sama

seperti halnya dalam asam lemah. Semakin besar harga Kb semakin

kuat basanya dan semakin besar derajat ionisasinya. (Permana, 2009)

Contoh

Menghitung [OH–] dari Basa Lemah

Hitunglah [OH–] yang terdapat dalam NH3 0,1 M. DiketahuiKb NH3

= 1,8 × 10–5.

13
Jawab:

Amonia adalah basa lemah monovalen. Persamaan ionisasinya:

NH3(aq) + H2O(l)↔NH4+(aq) + OH–(aq)

[OH–] = √𝐶𝑥 𝐾𝑏 = √(0,1 M)(1,8 x10^-6)=1,34 x 10^-3 M

Jadi, konsentrasi OH– dalam larutan NH3 0,1 M adalah 1,34 ×10–3 M.

(Setiabudi, Mudah dan Aktif Belajar Kimia, 2009)

Pada umumnya, senyawa basa lemah memiliki harga 𝛼 yang

sangat kecil sehingga dapat diabaikan, dengan demikian persamaan

umum yang biasa dugunakan untuk menghitung kosentrasi OH- adalah

[OH-] = √𝐾𝑏 𝑥 𝑀𝑏

D. Derajat Keasaman (pH)

Jeruk nipis dan asam cuka sama-sama asam, tetapi tingkah

keasamannya tidak sama bukan? Telah disebutkan bahwa pembawa sifat asam

adalah ion H+. jadi, derajat atau tingkat keasaman larutan tergantun gpada

kosentrasi ion H+ dalam larutan. Semakin besar kosentrasi ion H+. Sorensen

(1868 – 1939), seorang ahli kimia dari Denmark, mengusulkan konsep pH

untuk menyatakan kosentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma

kosentrasi ion H+. Secara matematika diungkapkan dengan persamaan:

pH = -log [H+] (Purba A. S.)

Analog dengan pH, untuk larutan basa yang mengandung ion OH-

berlaku persamaan berikut.

pOH = -log [OH-]

14
Pada suhu 25℃, ionisasi air murni menghasilkan kosentrasi ion H+

yang sama dengan kosentrasi ion OH-, yaitu 10-7 sehingga Kw pada suhu 25℃

= 10-14 akibatnya

Kw = [H+] [OH-] = 10-14

pKw = -log [H+][OH-]= -log 10-14

pKw = -log [H+] + (-log[OH-]) = 14

Oleh karena itu, hubungan antara pH dan pOH dapat dituliskan sebagai

berikut.

pH + pOH = 14 atau pH = 14- pOH

Jadi, untuk menentukan pH larutan basa. Anda harus menentukan pOH

terlebih dahulu, kemudian menentukan pH. (Nana Sutresna D. S., 2016)

a. Skala pH

Kekuatan asam-basa dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang

dikenal dengan istilah pH( power of Hyrogen). Konsep pH tersebut

diusulkan oleh S.P.L. Sorenson, seorang ilmuan Denmark. Adanya pH

tersebut. Nilai pH menpunyai rentang dari 1 hingga 14 (Justiana, 2007).

Salah satu parameter kualitas air bersih adalah pH. Air murni memiliki

[H+] = [OH-]. Berarti air air murni memiliki pH = pOH. Oleh karena pH =

pOH = 7. Larutan yang nilai pH nya = 7 merupakan senyawa netral .

larutan asam memiliki pH kurang dari 7, sedangkan larutan basa memiliki

pH lebih besar dari 7.

15
b. Pengukuran pH Larutan

pH larutan dapat diukur secara langsung dengan menggunakan pH

meter. Penentuan pH yang lain adalah dengan menggunakan larutan

indikator asam-basa. Indikator ini menunjukkan warna sesuai dengan

keasaman larutan. Dalam penentuan pH, larutan indikator ini cukup

ditambahkan sebanyak 2-3 tetes saja kedalam larutan analit. Perubahan

warna larutan menunjukkan terjadinya perubahan pH larutan. pH larutan

bersesuaian dengan pH indikator pada warna sama. (Watoni, Kimia Untuk

SMA/MA Kelas XI, 2014)

1) Identifikasi dengan kertas lakmus

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan

suatu larutan bersifat asam atau basa adalah kertas lakmus, terdapat

dua jenis warna kertas lakmus, yaitu kertas lakmus merah dan kertas

lakmus biru. Kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru

jika dicelupkan dalam larutan yang bersifat basa. Sedangkan kertas

lakmus biru akan berubah warna menjadi merah jika dicelupkan dalam

larutan yang bersifat asam. Kemampuan kertas lakmus terbatas hanya

untuk membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa (pH < 7 atau

pH > 7).

2) Identifikasi dengan indikator bahan kimia

Selain kertas lakmus, kita dapat menggunakan indikator asam-

basa lainnya untuk membedakan larutan asam dan basa. Beberapa jenis

16
indikator asam-basa tersebut, diantaranya fenoftalein, metal jingga,

bromtimol biru, dan metal ungu.

Jika kita menetesi larutan asam atau basa dengan larutan

indikator, kita akan mendapatkan perubahan warna larutan. Indikator

mengalami perubahan warna seiring dengan perubahan pH. Batas-

batas pH ketika indikator mengalami perubahan warna disebut trayek

perubahan warna atau trayek pH. Beberapa trayek perubahan warna

dari beberapa indikator disajikan pada tabel dibawah ini:

Nama Indikator Trayek Perubahan warna Perubahan warna


(Trayek pH)
Metal hijau 0,2-1,8 Kuning-biru
Timol hijau 1,2-2,8 Kuning-biru
Metil jingga 3,2-4,4 Merah-kuning
Metil merah 4,0-5,8 Tak berwarna-merah
Metil ungu 4,8-5,4 Ungu-hijau
Bromtimol ungu 5,2-6,8 Kuning-ungu
Bromtimol biru 6,0-7,6 Kuning-biru

3) Identifikasi dengan indikator bahan alami

Berbagai jenis zat warna yang dipisahkan dari tumbuhan

kemungkinan juga dapat digunakan sebagai indikator asam-basa,

misalnya, daun mahkota bunga (kembang sepatu, bogenvil, mawar,

dan lain-lain), kunyit, kol ungu, dan bit. Agar dapat digunakan sebagai

indikator bahan-bahan tersebut harus dibuat dalam bentuk larutan

dengan cara mengekstraknya, kemudian larutan indikator alami

tersebut diteteskan kelarutan asam atau basa.

17
E. Reaksi Asam dengan Basa

1. Reaksi Penetralan

Telah disebutkan bahwa larutan asam mengandung ion H+dan suatu

anion sisa asam, sedangkan larutan basa mengandung ion OH- dan suatu

kation logam.

HA(aq) → H+ (aq) + A- (aq)

LOH (aq) → L+ (aq) + OH- (aq

Oleh karena nilai tetapan ionisasi air (Kw) relatif sangat kecil,

sudah dapat dipastikan bahwa ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion

OH- dari basa membentuk air.

H+ (aq) + OH- (aq)→ H2O (l)

Itulah sebabnya reaski asam dengan basa disebut reaski penetralan.

Pembawa sifat asam (H+) bereaksi dengan pembawa sifat basa (OH-)

membetuk air yang bersifat netral. Selanjutnya ion negate sisa asam dan

positif basa akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam.

Jika garam yang terbentuk itu mudah larut dalam air, ion-ion akan tetap

dalam larutan. Namun, jika garam tersebut sukar larut, senyawa aitu akan

membentuk endapan. Jadi, reaksi asam dengan basa menghasilkan garam

dan air.

Asam + Basa → Garam + Air

Reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan. Namun

demikian, campuran ekuivalen asam dengan basa belum tentu bersifat

netral, kecuali antara asam kuat dengan basa kuat.

18
 Jika mol H+ = mol OH-, campuran akan bersifat netral

 Jika mol H+ > mol OH-, campuran akan bersifat asam dan kosentrasi

H+ dalam dalam campuran ditentukan oleh jumlah H+ yang tersisa.

 Jika mol OH- > mol H+, campuran akan bersifat basa dan kosentrasi

ion OH- dalam campuran ditentukan oleh jumlah mol ion OH- yang

bersisa.

2. Titrasi Asam Basa

Salah satu penerapan reaksi netralisasi adalah titrasi. Titrasi

merupakan prosedur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu

larutan dengan kosentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi

dengan sejumlah larutan yang dianalisis. Titrasi ini mengacu pada jumlah

volume dikenal dengan istilah titrasi volumetric. Pengukuran volume

diusahakan setepat mungkin dengan menggunakan alat-alat standar,

misalnya buret,, pipet gondok, dan pipet volumetric.

Titrasi yang melibatkan reaksi reaksi antara asam dengan basa

dikenal dengan istilah titrasi asam basa atau aside alkalimetri. Secara

teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit atau

tetes demi tetes larutan basa melalui buret ke dalam larutan asam dengan

volume tertentu yang terletak dalam labu erlenmeyersampai kuduanya

tepat habis bereaksi, ditandai dengan berubahnya warna indikator.

Tepat pada saat warna indikator berubah penambahan (titrasi)

dihentikan dan volumnya dicatat sebagai volume titik akhir titrasi. Larutan

basa yang diletakkan dalam buret disebut dengan larutan penitrasi.

19
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah indikator yang

mempunyai trayek perubahan pH sekitar 7, sebab pada saat asam kuat dan

basa kuat telah tepat habus bereaksi, pada saat itu pH larutan akan sama

dengan 7.

Perubahan warna indikator yang menandai tepat bereaksinya kedua

larutan tidak selamanya tepat seperti perhitungan secara teoritis. Volume

larutan penitrasi yang diperoleh melalui perhitungan secara teoritis disebut

dengan volume titik ekuivalen. Perbedaan volume titik akhir titrasi dengan

titik ekivalen disebut dengan kesalahan titrasi . besar kecilnya kesalahan

titrasi ditentukan oleh pemilihan indikator. Jika indikatornya semakin

tepat, kesalahan titrasinya kecil. (Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA Kelas

XI, 2014)

Keterkaitan Materi Asam Basa dengan Materi Lainnya

Sifat-sifat asam dan basa dapat dianggap berasal dari perbedaan

sifat kimia antara logam dan nonlogam. Senyawa-senyawa nonlogam yang

mengandung hydrogen disebut hibrida nonlogam. Hydrogen dalam

senyawa ini memiliki bilangan oksidasi +1 dan dapat berperan, sebagai

sumber ion H+ dalam air sehingga disebeut hidrida asam. Senyawa-

senyawa logam yang mengandung hydrogen disebut hidrida logam.

Hidrida logam melepaskan ion H- jika terurai dalam air, karena ion hidrida

dapat menarik ion H+ dari molekul air (sehingga meningkatkan kosentrasi

ion OH- dalam larutan), maka hidrida logam tergolong basa dan disebut

sebagai hidrida basa, untuk memahami hal ini kita telebih dahulu harus

20
memahami materi sistem periodic unsur sehingga kita bisa membedakan

antara unsure logam dan nonlogam.

Berdasarkan konsep larutan elektrolit, zat elektrolit yang terionisasi

sebagaian besar kita sebut elektrolit kuat, sedangkan yang terionisasi

sebagian kecil kita sebut eletrolit lemah. Hal ini berhubungan dengan nilai

pH larutan karena kekuatan ionisasi sama dengan menyatakan seberapa

banyak [H+] dan [OH-] dalam larutan. Kekuatan asam dan basa akan

dinyatakan dalam besaran derajat ionisasi dan tetapan kesetimbangan

ionisasinya.

Reaksi antara asam dengan basa biasanya disebut dengan reaksi

penetralan, reaksi ini menghasilkan produk yaitu air dan garam, karena

pembawa sifat asam (H+) bereaksi dengan pembawa sifat basa (OH-)

membentuk air yang bersifat netral sedangkan ion negative sisa asam dan

ion positif basa bergabung membentuk ion yang disebut garam. Reaksi ini

biasanya ditulis dalam sebuah persamaan reaksi. Untuk menulis persamaan

reaksi tersebut sebelumnya kita telah mempelajari bagaimana cara menulis

persamaan reaski yang benar.

Kosentrasi H+ dan OH- dapat dihitung secara stokiometri sesuai

dengan koefisien ion H+ dan OH- yang dihasilkan dan koefisien senyawa

lain. Jadi untuk mencari pH suatu larutan kita dapat menggunakan

persamaan kemolaran pada materi stokiometri.

21
Multiple Representasi Kimia

Johnstone (1993) mendeskripsikan bahwa fenomena kimia dapat

dijelaskan dengan representasi tiga level fenomena yang berbeda yaitu

makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Dimensi pertama adalah

makrosopik yang bersifat nyata dan kasat mata, dimensi ini menunjukkan

fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun

yang dipelajari dilabolatorium menjadi bentuk mako yang dapat diamati.

Dimensi kedua adalah submikroskopik juga nyata tapi tidak kasat

mata, dimendi submikroskopik menjelaskan dan menerangkan fenomena

yang tidak dapat diamati sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami,

dimensi ini terdiri dari tingkat partikuler yang dapat digunakan untuk

menjelaskan partikel

Dimensi yang terakhir adalah simbolik yang berupa tanda atau

bahaasa serta bentuk lainnya yang digunakan untuk mengkomunikasikan

hasil pengamatan. Dimensi ini terdiri dari kata-kata, rumus kimia, symbol,

kurva dan persamaan reaksi.

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkonstribusi

pada siswa untuk dapat mengerti dan memahami materi kimia yang

abstrak. Berikut ini beberapa contoh dari multiple representasi kimia pada

materi asam basa.

22
1) Suatu asam yang mempunyai rumus molekul H2SO4 (secara sembolik)

bisa kita lihat dalam bentuk cairan biasanya digunakan sebagai larutan

elektrolit dalam aki (secara makroskopik) sedangkan secara

mikroskopik nya H2SO4 memiliki bentuk molekul.

2) CH3COOH adalah salah satu contoh asam lemah yang apabila

masukkan kedalam air akan terionisasi sebagian, dengan persamaan

reaksi sebagai berikut:

CH3COOH + H2O ⇌ CH3COO- + H3O+ (secara simbolik)

Asam lemah akan terionisasi sebagian didalam air, karena hanya

sebagian asam asetat yang terionisasi membentuk ion hidronium

(H3O+) sedangkan sebagian besar lainnya masih dalam bentuk

molekul nya (secara submikroskopi)

Larutan ini dapat dilihat dalam bentuk cairan yang tidak berwarna dan

bersifat iritasi apabila terkena kulit dengan bau yang menyengat, dalam

kehidupan sehari-hari asam ini kita kenal dengan asam cuka (secara

makroskopik)

23
3) Salah satu penerapan reaksi netralisasi adalah titrasi, titrasi dilakukan

untuk mengetahui kosentrasi dari suatu analit dan setelah kita

mengetahui kosentrasi kita dapat menentukan pH suatu larutan

tersebut. Dengan menggunakan persamaan

pH = -log [H+] untuk asam dan pH = pKw – pOH (secara simbolik)

pada saat dilakukan titrasi dapat dilihat alat yag digunakan dan warna

cairan yang digunakan, dan kita juga dapat melihat titik akhir titrasi

yang ditandai dengan berubahnya warna indikator. (secara

makroskopik)

pada saat titrasi mencapai pada titik ekuivalen maka titran yang

diteteskan kedalam analit sama banyak, kemudian kelebihan satu tetes

titran akan bereaksi dengan indikator ini lah yang disebut dengan titik

akhir titrasi (secara submikroskopi)

Miskonsepsi

1) Asam merupakan zat yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion

H+. sedangkan basa merupakan zat yang dilarutkan dalam air

menghasilkan ion OH-. (Nana Sutresna, 2016)

2) Asam adalah senyawa yang dalam air melepaskan ion H+.. sedangkan

basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion

hidroksida (OH-). (Purba)

3) Asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion hydrogen (H+)

sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion hidroksida

(OH-). (Pustaka)

24
4) Asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan kedalam air akan

menghasilkan ion hidronium (H+). Sedangkan basa adalah suatu

senyawa yang didalam air (larutan dapat mengahsilkan ion OH-.

(Sudarmo, 2014)

5) Asam didefenisikan sebagai zat-zat yang dapat memberikan ion

hydrogen (H+) atau ion Hidronium (H3O+) jika dilarutkan dalam air.

Sedangan basa didefenisikan sebagai zat-zat yang dalam air

menghasilkan ion hidroksil (OH-). (Tine Maria Kuswati, 2016)

6) Asam adalah senyawa netral yang terionisasi dalam air menghasilkan

ion H+. sedangkan basa adalah senyawa netral yang dapat terionisasi

dalam air mengasilkan ion OH+.

Alasan:

Buku pertama, kedua dan ketiga menyatakan pernyataan yang

sama, pada buku keempat menyatakan bahwa ion hidronium adalah H+,

sedangkan pada buku kelima menyatakn bahwa ion hidronium adalah

H3O+, kemudian buku yang keenam menyatakan bahwa yang terionisasi

adalah senyawa netral, berbeda dengan buku-buku yang lain.

25
SOAL

Suhartoyo

1. Tentukan pH dan pOH larutan, jika 15,3 gram Ba(OH)2 dilarutkan dalam

air sehingga volume larutan menjadi 500 mL (Ar Ba = 113,7; O = 16; dan

H = 1)!

Jawab:

Langkah 1:

Ubah 15,3 gram Ba(OH)2dalam 600 mL larutan menjadi molaritas.

Massa Ba[OH]2 1.000 𝑚𝑙


M= x
Mr Ba[OH]2 𝑉 𝑚𝑙

15,3 1.000 𝑚𝑙
= 147,7 x 600 𝑚𝑙

=0,17 M

Langkah 2:

Tulis persamaan reaksi ionisasi dari Ba(OH)2.

Ba(OH)2 → Ba2+ + 2 OH–

0,17 M 0,17 M 2x0,17 M

[OH–] = 2 x0,2 M

= 0,4 M

pOH = –log 0,34

= –log 34x10–2

= 2 – log 34

= 2 – 1,531

= 0,469

26
Langkah 3:

Tentukan harga pH.

pH + pOH = 14

pH = 14 – 0,469

= 13,531

2. Tentukan pH larutan amonia (NH3) 0,1 M dalam air bila derajat

ionisasinya 0,156!

NH3(aq) + H2O(l) → NH+(aq) + OH–(aq)

Jawab:

[OH–] = 𝛼 . Mb

= 0,156x 0,1

= 0,0156

= 15,6x10–3

pOH = –log 15,6x 10–3

= 3 – log 15,6

= 3-1,193

= 1,8

pH = 14 – pOH

= 14 – 1,8

= 12.2

27
3. Senyawa HF merupakan asam lemah. Jika 0,1 mol HF dilarutkan dalam 1

liter larutan dan diketahui konsentrasi H+ = 0,0084 M. Tentukan nilai Ka

dan a?

Jawab:

Untuk menentukan Ka HF, berlaku hukum-hukum kesetimbangan kimia.

HF →H+ + F-

HF 0,0084M 0,0084M

0,1M

HF

0,0916M

{𝐻+][𝐹−] (0,0084)2
Tetapan ionisasi HF adalah; Ka = = = 7,7 x 10-4
[𝐻𝐹] (0,0916)

Derajat ionisasi HF dapat dihitung dengan rumus:


𝛼
Ka= C(1−𝛼)

𝛼
7,7 x 10-4= 0,1 (1−𝛼)

𝛼 2 + 0,0077𝛼 – 0,0077 = 0

𝛼= 8,4 %

28
Siti Masitah

1. Tentukan pH larutan jika 800 ml larutan CH3COOH 0,1M dicampur


dengan 400ml larutan CH3COONa 0,1M (Ka CH3COOH = 1,8×10-5) !
Jawaban :
mol CH3COOH = 800 x 0,1 = 80 mmol
mol CH3COONa = 400 x 0,1 = 40 mmol
[ H+ ] = Ka .na/nbk
= 1,8 x 10-5 x( 80/40)
= 3,6 x 10 -5
pH = -log 3,6 x 10 -5
= 5 – log 3,2
2. Tentukan pH larutan apabila 400 ml larutan NH4OH 0,5M dicampur
dengan 100 ml larutan NH4Cl 0,5M ( Kb NH4OH = 1,8×10-5)

Jawaban :
mol NH3 = 400 x 0,5 = 200 mmol
mol NH4Cl = 100 x 0,5 = 50 mmol
[OH-] = 1,8 x10 -5 x(200/50)
= 7,2 x 10 -5
pOH = – log 7,2 x 10 -5
= 5 – log 7,2
pH = 14 – (5-log 7,2)
=9+log7,2
3. Sebanyak 50 ml larutan yang terdiri dari CH3COOH 1M dan CH3COONa
1M ditambahkan larutan HCl 1M sebanyak iml. Tentukan pH larutan
setelah penambahan HCl 1M ! ( Ka = 1,8 x 10-5)

29
Jawaban : mol CH3COOH = 50 x 1 = 50 mmol
mol CH3COONa = 50 x 1 = 50 mmol

mol HCl = 1 x 1 = 1 mmol

CH3COONa + HCl —-> CH3COOH + NaCl

Mula-mula :…………… 50 mmol………..1 mmol…….50 mmol –

Bereaksi : ……………. 1 mmol………..1 mmol……1 mmol……..1 mmol

____________________________________________________________ -

Sisa………:………………49 mmol …………. -…………..51 mmol…….1 mmol

Jadi pH= -log (1,8 x 10-5 x 51/49)

= -log 1,87 x 10-5

=5–log1,87

Mulyani

1. Jelaskan mengapa reaksi antara larutan asam dan basa menghasilkan

garam dan air?

Jawaban:

Karena larutan asam mengandung ion H+ dan anion sisa asam dan larutan

basa mengandung OH- dan kation sisa basa. Oleh karena tetapan ionisasi

air relative sangat kecil, sehingga ion H+ dari asam akan bereaksi dengan

ion OH- dari basa membentuk air, selanjutnya ion negative sisa asam dan

ion positif sisa basa akan bereaski membentuk senyawa ion yang disebut

garam.

30
2. 20 mL larutan KOH dititrasi dengan 0,1 M HCl dengan menggunakan

indikator Fenoftalein (pp) ternyata dibutuhkan 30 mL HCl 0,1 M. tetukan

molaritas KOH pada titrasi itu.

Penyelesaian:

Diketahui:

V asam (HCl) = 30 mL → 0,03 L

M asam (HCl)= 0,1 M

V basa (KOH) = 20 mL→0,02 L

Ditanya: tentukan molaritas KOH?

Penyelesaian :

V1. M1 = V2. M2

0,03 L . 0,1 M = 0, 02 L . M2

0,003 = 0,02 . M2

0,003𝑚⁄𝑙
M2 = 0,02 𝐿

= 0,023 M

Jadi [KOH] adalah 0,023 M

3. Larutan asam klorida (HCl) 0,2 M dan larutan (H2SO4) 0,2 M dengan

volume yang sama dicampur menjadi satu, hitunglah pH campuran larutan

tersebut!

Penyelesaian:

Diketahui :

Volume HCl dan H2SO4 sama yaitu: V mL

Maka nH total = nh1 + nH2

31
nH1 (HCl) = a. Ma . V

= 1 . 2 x 10-1 .V

= 2 x 10-1 V

nH2 (H2SO4) = a. Ma . V

= 2. 2x 10-1 . V

= 4 x 10 -1 V

nH total = 0,2 V + 0,4 V = 0,6 V


0,6 𝑉
[H+] = (𝑉+𝑉

0,6
= 2

=0,3

= 3 x 10-1

pH= 1- log 3

32
DAFTAR PUSTAKA

Justiana, M. d. (2007). Kimia SMA kelas XI. Bandung: Yudhistira.

Nana Sutresna, D. S. (2016). Buku Aktif dan Kreatif Belajar Kimia. Bandung:
Grafindo.

Nana Sutresna, D. S. (2016). Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Kimia untuk
Sekolah Atas/Madrasah Aliyah Kelas XI. Bandung: Grafindo.

Permana, I. (2009). Memahami Kimia SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan


Departemen penidikan Nasional.

Purba, A. S. Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa Untuk SMA/MAK


Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Pustaka, T. M. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Masmedia.

Setiabudi, Y. S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Sudarmo, U. (2014). Kimia SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Tine Maria Kuswati, E. d. (2016). Kimia SMA/MA kelas XI. Jakarta: PT Bumia
Aksara.

Watoni, A. H. (2014). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya.

33

Anda mungkin juga menyukai