Anda di halaman 1dari 31

PENUANGAN LOGAM

II. TEORI DASAR


A. Definisi Penuangan Logam
Pengecoran atau penuangan (casting) merupakan salah satu proses
pembentukan bahan baku/bahan benda kerja yang relative mahal dimana
pengendalian kualitas benda kerja dimulai sejak bahan masih dalam keadaan
mentah. Komposisi unsur serta kadarnya dianalisis agar diperoleh suatu sifat
bahan sesuai dengan kebutuhan sifat produk yang direncanakan namun
dengan komposisi yang homogen serta larut dalam keadaan padat. (lihat bab
III tentang besi tuang dan bab IV uraian pembahasan tentang perilaku paduan
dalam proses penuangan).
Proses penuangan juga merupakan seni pengolahan logam menjadi bentuk
benda kerja yang paling tua dan mungkin sebelum pembentukan dengan
panyayatan (chipping) dilakukan. Sebagaimana ditemukan dalam arti
factskuno menunjukkan bukti keterampilan yang luar biasa dalam
pembentukan benda dari bahan logam dengan menuangkan logam yang telah
dicairkan (moltenmetals) kedalam cetakan pasir khusus menjadi bentuk
tertentu.
Pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir juga merupakan teknologi
yang menuangkan larutan cair dari logam secara hati-hati ke dalam cetakan
pasir yang sudah di persiapkan dengan hasil yang mendekati sempurna. Oleh
karena itulah proses pembentukan melalui teknik penuangan ini juga
digunakan pada level kebangsawanan seperti pembuatan benda-benda seni
seperti ornament alam dan alat memasak dan lain-lain.
Coin kuno yang terbuat dari emas (gold), perak (silver), dan bronze di
pertahankan dan di pamerkan di museum prajurit dan di nyatakan sebagai
koleksi karya seni yang luar biasa dari tingkat keterampilan (skill) pada masa
itu, demikian pula dengan gambar serta lukisan kuno yang sangat detail dari
seorang raja sebagai bukti kekuasaannya.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Dalam perkembangannya pembentukan benda kerja melalui penuangan ini


tidak hanya pada lingkup seni dan konsumsi kalangan aristocrat semata,
namun juga pada pengembangan teknologi penuangan itu sendiri termasuk
pengembangan peralatan dan mesin-mesin perkakas modern sebagaimana
yang kita gunakan pada saat ini, sehingga metode penuangan dengan cetakan
pasir (sand casting) menjadi salah satu metode penuangan dimana berbagai
metode penuangan tersebut.
Sumber : hardi_suadjana_teknik_pengecoran_logam_jilid_2
B. JenisJenis Pola
1. Pola Pejal
Pola pejal adalah pola yang bentuknya hampir serupa dengan
bentuk coran, macamnyaantara lain: polatunggal,polabelahan, pola
setengah, polabelahanbanyak, pola penarikan terpisah dan pola penarikan
sebagian.

Gambar 1.1. Pola tunggal, setengah, belahan dan belahan banyak.


Sumber: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Tiwan.html

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

2. Pola Pelat Pasangan


Pola plat pasangan merupakan plat yang pada kedua sisinya
ditempelkan pola dan sitem salurannya. Pola ini cocok untuk produksi
masa coran berukuran kecil.

Gambar 1.2 Pola


pelatpasangan
Sumber : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Tiwan.html

3. Pola Pelat Kup Dan Drag

Pola dilekatkan pada dua buah pelat, demikian juga saluran masuk,
saluran turun, pengalir dan penambah

Gambar 1.3.1 Pola pelat kup dan drag Gambar 1.3.2 Pola cetakan sapuan
Sumber : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Tiwan.html

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

4. Pola cetakan sapuan

Pola untuk benda coran bentuk silinder atau putar. Pola ini dibuat
dari pelat dengan sebuah penggeret atau pemutar ditengahnya.

5. Pula Penggeret Dengan Penuntun

Pola ini di pergunakan untuk pipa lurus atau lengkung


dengan penampang tidak berubah.

Sumber : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Tiwan.html

6. Pola Penggeret dengan Rangka Cetak.

Untuk kondisi dimana pola dapat ditukar secarakonsentris.


7. Pola Kerangka A

Pola untuk bentuk lengkungan yang berbeda-beda.


Gambar 1.4.1. Pola penggeret
8. Pola Kerangka B dengan Gambar 1.4.2 Pola penggeret berputar
Penuntun dengan rangka cetak
Pola ini digunakan untuk produk yang tidak lebih dari dua

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Gambar 3.13. Pola kerangka A Gambar 3.14. Pola kerangka B

Sumber : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Tiwan.html

C. Jenis Jenis Cetakan


1. Cetakan Pasir Kering
Sifat pasi rcetak kering berkaitan dengan kekuatan pasir cetak
setelah cetakan di keringkan. Hal ini di perlukan untuk mendapatkan
kekuatan pasir cetak setelah kering. Sifat-sifat-sifat tersebut di pengauhi
oleh komposisi cetakan pada saat dibuat. Dalam kasus ini kadar air dan
bahan pengikat akan mempengaruhi kekuatan pasir cetak saat kering.
Pengaruh kadar air dan bahan pengikat terhadap kekuatan pasir cetak
dalam keadaan kering.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Gambar 2.1 CetakanPasirKering

Sumber : http://muhammadrizkyfauzan.blogspot.com/2017/01/sand-casting-
pengecoran-logam.html

2. Cetakan Pasir Basah


Sifat pasir dalam keadaan basah berhubungan dengan kemudahan
dalam pembuatan cetakan. Sifat pasir cetak basah sangat di pengaruhi
bahan pengikat dan kadar air yang terkandung di dalamnya. Dalam
pembuatan cetakan kadar air harus tepat agar cetakan yang dibuat tidak
mudah pecah. Kadar air yang ada dalam pasir cetak akan mempengaruhi
permeabilitas cetakan. Pengaruh kadar air dan kadar lempung pada pasir,
Demikian juga cetakan pasir dengan pengikat bentonit. Pengaruh kadar air
dan bentonitter hadap kekuatan pasir cetak

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Gambar 2.2 Cetakan Pasir Basah

Sumber : http://muhammadrizkyfauzan.blogspot.com/2017/01/sand-casting-
pengecoran-logam.html

3. Cetakan Lilin(Wax Lost Casting)


Sebelum penuangan cairan lilin dalam cetakan, dilakukan
pengikatan cetakan silicon.Tetapi karena pengikatan cetakan yang tidak
erat maka terjadi kebocoran ketika cairan lilin dituangkan ke dalam
cetakan.Ini disebabkan pula kondisi cetakan yang mengalami sedikit
kerusakan, meskipun cetakan memang masih bisa digunakan. Sehingga
langkah ini diulang kembali dengan menggunakan cetakan silikon yang
berbeda dan membuat ikatan yang lebih kuat pada cetakan silikon yang
kedua.
Meskipun cetakan silicon telah diganti dan dilakukan pengulangan
penuangan cairan lilin tetapi masih didapatkan bentukkan lilin yang tidak
sesuai dengan harapan karena bentukan pion dari lilin tidak simetris antara
satu sisi dengan sisi yang lainnya. Jadi salah satu sisi dari pion lilin agak
memipih. Sehingga dapat dipastikan bahwa bentuk lilinnya berbeda
dengan masternya. Ini disebabkan karena pengikatan cetakan silikon yang
terlalu kuat hanya pada satu sisi saja sehingga menekan cetakan silicon
terlalu kuat pada bagian tersebut.
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM
PENUANGAN LOGAM

Dalam proses penuangan lilin, tidak hanya dilakukan satu kali penuangan
cairan lilin kedalam cetakannya tetapi dilakukan sedikit penambahan
cairan lilin ketika cairan lilin di dalam cetakan mulai mengeras dan
permukaannya mulai menyusut. Hal ini dilakukan sampai permukaan lilin
terlihat tidak menyusut dan penambahan cairan lilin ini dilakukan
sebanyak 7 kali.
Ketika pencairan lilin batangan, api dinyalakan terlalu besar
sehingga cairan lilin yang dituang kedalam cetak anter lalu panas. Tujuan
awalnya supaya lilin cepat mencair, tetapi ini malah membuat proses
pemadatan lilin di dalam cetakan menjadi agak lama.
Batangan lilin yang dicairkan ketika dipanaskan juga diberi
pewarna. Ini bertujuan supaya ketika proses pencairannya nanti akan dapat
terlihat apakah masih ada sisa lilin di dalam rongga cetakan gips.

Gambar 2.3CetakanLilin

Sumber : https://samsudinrembank.blogspot.com/2010/04/pola-lilin-pada-
pengecoran-logam.html

4. CetakanLempung

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Cetakan lempung biasanya digunakan untuk cetakan benda yang


besar. Kerangka cetakan terbuat dari batu bata atau besi yang dilapisi
dengan lempung kemudian diperhalus permukaannya.
Pembuatan cetakan ini biasanya memerlukan waktu yang lama.

Gambar 2.4 Cetakan Lempung

Sumber : http://mechanicalsains.blogspot.com/2010/10/proses-pengecoran.html

5. Cetakan Furan
Pasir yang kering dan tajam dicampur dengan asam fosfor yang
dalam hal ini merupakan reagens pemercepat. Resin furan ditambahkan
secukupnya dan campuran diaduk hingga resin merata. Pasir dibentuk dan
dibiarkan mengeras yaitu sekitar 1 atau 2 jam.
6. CetakanLogam
Cetakan ini banyak digunakan pada cetakan die-casting (cetak-
tekan) logam dengan suhu lelehnya rendah. Cetakan mempunyai
permukaan yang licin.
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM
PENUANGAN LOGAM

Gambar 2.5 Cetakan Logam

Sumber : http://mechanicalsains.blogspot.com/2010/10/proses-pengecoran.html

7. Cetakan CO2
Pasir yang bersih dicampur dengan natrium silikat dan campuran
dipadatkan di sekitar pola, kemudian dialirkan gas CO2 dan campuran
akan mengeras. Cetakan CO2 digunakan untuk bentuk yang rumit dan
permukaan cetakannya licin.

Gambar 2.6 Cetakan CO2

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Sumber : http://mechanicalsains.blogspot.com/2010/10/proses-pengecoran.html

D. JenisJenisBesi Cor
1. Besi Cor Kelabu
Besicor kelabu adalah besi cor yang kandungan karbonnya
bervariasi antara 2,5% - 4% sementara kandungan silicon antara 1% - 3%.
Sebagian besar grafik yang terbentuk pada besi cor jenis ini adalah
serpihan (flakes), yang sekitarnya dilingkupi matrik ferit atau perlit.
Secara umum bentuk mikro struktur besi cor kelabu tidak selalu sama, hal
ini dipengaruhi oleh komposisi atau pengaruh dari perlakuan panas.

Gambar Diagram fasa Besi cor (Calliseter,2006)


Sumber :http://www.academia.edu/12173913/BESI_COR

Besi cor kelabu terbentuk dari paduan besi dan karbon dengan
laju pendinginan medium (dengan matrik berupa perlit) dan
pendinginan lambat (dengan matrik berupa ferit).

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

UNS SAE grade C% Mn % Si % P% S%

F10004 G1800(b) 3.4 – 3.7 0.5 – 0.8 2.8 – 2.3 0.15 0.15

F10005 G2500(b) 3.2 – 3.5 0.6 – 0.9 2.4 – 2.2 0.12 0.15

F10006 G3000(c) 3.1 – 3.4 0.6 – 0.9 2.3 – 1.9 0.10 0.15

F10007 G3500(c) 3.0 – 3.3 0.6 – 0.9 2.2 – 1.8 0.08 0.15

F10008 G4000(c) 3.0 – 3.3 0.7 – 1.0 2.1 – 1.8 0.07 0.15

Tabel 4.1 Komposisi Kimia Besi Cor Kelabu (ASM volume 1, 2005)

Menunjukkan komposisi kimia besi cor kelabu sesuai dengan


tipe-tipe yang dijual dipasaran, dimana kisaran karbonnya antara 3 –
3,7 %.

Uji
ASTM Uji Tarik TeganganGeser Kekerasa
n
A 48 class
MPa Ksi MPa Ksi HB
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM
PENUANGAN LOGAM

20 152 22 179 26 156

25 179 26 220 32 174

30 214 31 276 40 210

35 252 36.5 334 48.5 212

40 293 42.5 393 57 235

50 362 52.5 503 73 262

60 431 62.5 610 88.5 302


Tabel 4.2 Sifat Mekanis Besi Cor Kelabu (ASM volume 1, 2005)

Tabel diatas menunjukkan hasil pengujian batang besi cor kelabu


standar. Dari table tersebut diketahui besi cor kelabu memiliki
kekerasan 156 – 302 HB dan kekuatan tarik 152 – 431 Mpa. Berat
jenis besi cor kelabu 7,1 gr/cm3sampai 7,3 gr/cm3 pada temperature
kamar dan dipengaruhi oleh kandungan grafit. Sedangkan dalam
keadaan cair berat jenisnya berkisar antara 6,78 gr/cm3sampai dengan
6,95 gr/cm3. Dalam keadaan padat penurunan berat jenis berbanding
lurus dengan tingginya temperatur.

Ditinjau dari sifat mekanisnya, besi cor kelabu mempunyai kekuatan


tegangan yang rendah disbanding jenis besi cor yang lain. Hal ini
karena bentuk mikro strukturnya berupa grafit yang meruncing
diujungnya sehingga dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada
daerah tersebut (Gambar 2.2). Salah satu sifat yang paling efektif dari
besi cor kelabu adalah kemampuan meredam energy getaran
dibandingkan baja.

Ferit
Grafit

Austen
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM
it
PENUANGAN LOGAM

Gambar 4.1 Struktur mikro besi cor dengan perbesaran 200x


(laboratorium polman ceper)
Sumber :http://www.academia.edu/12173913/BESI_COR

2. Besi Cor Putih (White Cast Iron)

Besi cor putih mempunyai kandungan silikon di bawah 1%,


karbon antara 2,8 – 3,6 %. Merupakan paduan besi dan karbon dengan
waktu pendinginan yang cepat dan mempunyai fasa sementit sehingga
mempunyai karakteristik yang keras tetapi sangat rapuh, serta tidak
terbentuk grafit seperti besi cor lainnya karena unsur silikonnya rendah
dan tinggi nya laju pendinginan dan warna patahannya berwarna putih,
sehingga dinamakan besi cor putih.

Pada saat proses pengecoran, besi cor putih biasanya terbentuk


pada lapisan tipis permukaan benda hasil coran. Hal ini disebabkan
oleh pembekuan lebih cepat yang dialami oleh benda coran. Lapisan
besi cor putih ini sering disebut sebagai chilled.

3. Besi Cor Nodular (Ductile Iron)

Penambahan magnesium dan atauserium (saat fasa cair belum


terbentuk grafit atau sementit) terhadap besi ketika dalam fasa cair
dapat menyebabkan karbon yang terbentuk dalam besi berubah bentuk

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

yang semula serpihan menjadi bulat. Dan perubahan ini menimbulkan


karakter keuletan (ductility) dari besi cor meningkat.

Fasamatrik yang mengelilingi grafit berupa perlit dan ferit


bergantung pada perlakuan panas setelah proses pengecoran, Dalam
keadaan normal setelah pengecoran, matrik didominasi oleh perlit
tetapi setelah mengalami perlakuan panas dengan temperatur 700oC,
matrik ferit mendominasi di sekitar grafit. Besi cor nodular
mempunyai karakteristik mendekati baja, sebagai contoh besi cor
nodular ferit mempunyai kekuatan tarik 380-480 MPa dengan keuletan
10 – 20%. Besi cor jenis ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat
roda gigi, katup, bodi pompa dan berbagai komponen mesin lainnya.

Grafit pada besi cor nodular menempati 10 – 15% dari volume


total material serta tersebar merata didalam struktur dasar (matriks) yang
mirip dengan baja karbon. Oleh karena itu sifat-sifat mekanik dari
besicor nodular dapat dihubungkan secara langsung dengan mampu tarik
dan keuletan dari matriks yang dimilikinya sebagai manahalnya dengan
baja karbon.

Namun demikian karena didalam struktur besi cor nodular juga


terdapat grafit, maka mampu tarik, modulus elastisitas maupun 
ketahanan impak secara proporsional akan lebih rendah dari baja karbon
dengan matriks yang serupa.

Matriks besi cor nodular bervariasi dari mulai struktur ferit yang
lunak dan ulet sampai dengan struktur perlit yang lebih keras serta kuat
bahkan struktur-struktur yang hanya dapat dicapai melalui penambahan
bahan paduan maupun melalui perlakuan panas seperti martensit dan
bainit.

Sifat-sifat mekanik besi cor nodular dalam kaitanny adengan


matriks yang dimilikinya dapat dilihat pada tabel 1.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Tabel 1. Sifat mekanik besi cor nodular.

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Mekanisme pembekuan besi cor nodular dapat dijelaskan secara


lebih mudah dengan menggunakan diagram terner Fe-C-Si,Dimana
akibat pengaruh kandungan Si, maka diagram Fe-C akan berubah seperti
ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Fe-C-Si dengan Si 2.4 % (Pseudo Biner).

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Pada paduan hipoeutektik, pembekuan dimulai dari tumbuhnya


besi padat (austenit) dari cairan besi. Peristiwa ini berlangsung
bersamaan dengan turunnya temperature cairan hingga melampaui
temperature eutektik (undercooling) dan naiknya konsentrasi karbon
didalam cairan sisa menuju ke titik eutektik seperti terlihat pada kurva
pendinginan spesifik untuk paduan hipoeutektik (gambar 2).

Jumlah inti pembekuan yang sedikit akan mengakibatkan


terjadinya undercooling dibawah temperature eutektik. Pada saat
pengintian terjadi, energy bebas dilepaskan sebesar energi yang
dipergunakan untuk pencairan.

Pelepasan energy ini akan mengakibatkan naiknya kembali


temperature hingga mencapai temperature eutektik (rekaleszenz).

Pada tingkat keadaan ini selain austenite tumbuh pula grafit


eutektik secara bersamaan (disebutsel-seleutektik). Pertumbuhan grafit
mengakibatkan berkurangnya konsentrasi karbon didalam paduan
sehingga pada akhirnya akan tersisa grafit bulat diantara butiran-butiran
austenit yang akan tertransformasi menjadi perlit.

Gambar 2. Kurva pendinginan besi cor nodular hipoeutektik.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Untuk coran berdinding tebal atau karena suatu pendinginan


lambat, maka karbida besi yang membentuk perlit akan menjadi grafit,
sehingga selain perlit disekeliling grafit bulat akan terdapat struktur ferit.
Persentase dari perlit-ferit ini menentukan mampu tarik besi cor nodular.

Pada paduan hiper eutektik pembekuan berlangsung mirip dengan


paduan hipoeutektik. Bedanya adalah, kristal yang pertama tumbuh
adalah grafit primer yang berbentuk bulat serta menurunkan konsentrasi
karbon didalam cairan menuju ketitik eutektik. Pembekuan selanjutnya
berlangsung sama seperti pada paduan hipoeutektik.

Gambar 3 adalah kurva yang menunjukkan daerah-daerah


komposisi besi cor nodular baik hipo maupun hipereutektik, dimana dari
kurva ini dapat ditentukan komposisi C maupun Si.

Gambar 3. Daerah komposisibesicor nodular.

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Mekanisme pembentukan grafit bulat telah di teliti oleh banyak peneliti,


namun demikian jawaban yang lebih memuaskan tentang fenomena ini
masih terus di kembangkan dan di diskusikan.

Dari sekian banyak teori tentang pembulatan grafik, maka teori


gelembung gas (gas bubble theory) memberikan penjelasan yang mudah
di pahami serta mencakup beberapa teori yang lainnya, sebagaimana
hasil penelitian dari Haruki Itofuji.

Penelitian di lakukan terhadap suatu cairan besi cor nodular yang di


kuens pada saat pendinginan sehingga pada tempat dimana akan
terbentuk grafik bulat, ditemukan gelembung-gelembung gas yang
merupakan gas Mg, gas Cadan/atau gas N2 yang terabsorbsi oleh unsur
tanah jarang (rearearth). Pada penelitian tersebut tampak bahwa hanya
grafik bulat berukuran kecil (dibawah 10 mm) yang ditemukan terbentuk
di dalam cairan.

Untuk partikel yang lebih besar, bentuk grafik di tentukan oleh


lapisan austenit yang berada di sekelilingnya. Grafi tmenjadi bulat bila
austenite dapat terbentuk disekelilingnya dengan sempurna, sebaliknya
grafit vermikularte bentuk bila pada austenit, akibat adanya unsur-unsur
pengganggu, terjadi kanal-kanal yang menghubungkan grafit dengan
cairan. Sedangkan bila pertumbuhan grafit dalam gelembung gas terhenti
serta tumbuh grafit dariinti-inti baru disekitar austenit, akan terjadi
grafit chunky .

Teori lain dikemukakan oleh Marincek B, yaitu teori dengan


landasan energi permukaan. Dari penelitiannya ditemukan bahwa energy
permukaan antara grafit dengan cairan pada besi cor nodular lebih besar
dari pada besi cor lamelar. Dengan metode retakan kapiler (capillary rise
method) dipastikan bahwa tegangan permukaan pada grafit lamellar
adalah 800 – 1100 dyne/cm, sedangkan pada grafit bulatan dalah 1400
dyne/cm (dyne adalah satuan gaya dengan sistimcgs).
LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM
PENUANGAN LOGAM

Penelitian ini berhasil menjelaskan, bahwa pembulatan grafit dapat


terjadi karena pada permukaan bulat (sphere) terdapat energy bebas
permukaan yang lebih kecil dari pada permukaan lamellar dengan
volume yang sama sehingga perbedaan energi antar permukaan cairan
dengan grafit (interface energy) menjadi besar. Perbedaan yang besarini
memaksa pertumbuhan kristal grafit, dalam hal ini menurunkan rasio
energi/volume, cenderung menjadi bulat dari pada lamellar.

Gambar 5.Variasi energi bebas pembentukan grafit (DG) sebagai

Fungsi dari interface energi cairan-grafit (g*SL).

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Interface energi antara cairan- grafit merupakan fungsi dari


kandungan S. Bilater dapat cukup kandungan unsure reaktif terhadap S
seperti Mg, sehingga S didalam cairan dapat direduksi sekecil-kecilnya,
maka interface energi tersebut akan naik sehingga grafit bulat akan lebih
memungkinkan terbentuk.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Tercatat pula beberapa faktor yang menjadi penghambat terjadinya


grafit bulat, antara lain adanya unsur-unsur pengganggu didalam cairan
(Sb, Pb, As dan sebagainya), atau pemanasan lebih (superheating) serta
penahanan cairan setelah Mg-treatment. Faktor-faktor tersebut secara
langsung menurunkan tegangan permukaan. Selanjutnya kenaikan
tegangan permukaan teramati pula sejalan dengan penambahan unsur Mg
didalam cairan sebagaimana tampak pada gambar 6 dan 7.

Gambar 6.Variasi tegangan permukaan sebagai fungsi

Waktu penahanan pada T konstan.

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Gambar 7.Variasi tegangan permukaan sebagai fungsi Mg-rest.

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Dari gambar 7 tampak jelas, bahwa tegangan permukaan terbesar


yang menghasilkan pembulatan grafit optimum adalah pada kandungan
Mg sebesar 0.01-0.02%. Namun karena dalam pengukuran sulit untuk
membedakan antara Mg dengan MgS maupun MgO, maka kandungan
Mg (Mg-rest) yang dianjurkan adalah 0.015% lebih tinggi dari
kandungan seharusnya (0.025 – 0.035%).

Sifat-sifat Besi Cor Nodular dipengaruhi oleh semuaunsur yang


terdapat dalam table periodik. Beberapa dari unsur ini memiliki
konsentrasi yang sedemikian kecilnya sehingga sulit dikenali, sedangkan
beberapa yang lainnya memiliki pengaruh yang relative kecil.  Setiap
unsur secara umum berpengaruh sebagai berikut:

 Menyebabkan atau meniadakan karbida.

 Membentuk serta mempengaruhi penyebaran grafit.

 Membentuk struktur dasar.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Gambar 8.Struktur Besi Cor Nodular perlitik dengan sedikit ferit.


Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Gambar 9.Pertumbuhan grafit yang menembus dinding austenit.

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Pengaruh unsur-unsur ini terutama berhubungan erat dengan


kecepatan pendinginan (ketebalancoran), oleh karenanya penentuan
komposisi besi cor nodular sangat memperhatikan masalah kecepatan
pendinginan ini sehingga akan diperoleh coran dengan struktur dasar
tanpa ledeburit (perlit + karbidabebas).

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Didalam besi cor, karbon selalu dipengaruhi oleh silicon sehingga


dalam perhitungan digunakan CE (carbon equivalent) dengan hubungan
sebagai berikut:

CE = %C + 0.31 %Si.

CE yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya flotasigrafit


terutama pada coran yang cukup tebal, sedangkan CE yang rendah akan
memunculkan struktur yang semakin keras sampai dengan terbentuknya
ledeburit. Harga CE yang dianjurkan untuk ketebalan coran tertentu
dapat dilihat dari gambar 10.

Gambar 10.Harga CE yang dianjurkan untuk ketebalan coran tertentu.

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Perbandingan antara karbon dengan silicon ditentukan dengan


memperhatikan pengaruh silicon terhadap sifat-sifat fisik maupun
mekanik besi cor nodular sebagai fungsi dari CE atau dalam hal ini
ketebalan coran.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Kandungan silicon pada jumlah tertentu akan meningkatkan


keuletan besi cor sampai dengan 4 %, meningkatkan kekerasan terutama
pada kondisi anil namun menurunkan ketahanan impak serta
konduktifitas termal, sehingga dengan demikian perlu pembahasan.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Tabel 2.Komposisi C dan Si untuk Coran tanpa karbida bebas.

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Persentase C dan Si yang dianjurkan untuk ketebalan coran


maupun struktur dasar yang dikehendaki dapat dilihat dariTabel 2.

Mangan adalah unsur penggiat terbentuknya karbida besi sehingga


jumlahnya dalam besi cor nodular harus sangat dibatasi serta
berhubungan dengan kandungan silicon maupun ketebalan coran.
Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 11.

Dari gambar 11 dapat dilihat aspek penting lain dari mangan. Pada
coran yang tipis sampai tebal maksimum 25 mm pengaruh mangan dalam
membentuk karbida tereliminasi oleh naiknya kandungan silikon, dimana
untuk kandungan Si yang tinggi dapat ditetapkan jumlah mangan yang
cukup tinggi pula. Sedangkan untuk coran yang tebal hal tersebut tidak
dapat dilakukan mengingat kecenderungan akan terjadinya segregasi.

Gambar 11.Mn maksimum yang dianjurkan sebagai fungsi

Si dan tebal coran.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

Sumber :https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

Mangan akan tersegregasi semakin kuat pada kondisi pendinginan


yang lambat, sehingga pada akhirnya untuk kandungan mangan rata-rata
0.4 % akan naik menjadi 2.5 % atau lebih dibagian coran yang
mengalami Pembekuan terakhir. Sedangkan silikon mengalami kejadian
yang sebaliknya dimana ia akan tersegregasi justru pada awal
pembekuan.

Unsur yang merupakan penggiat pembentukan karbida besi dengan


pengaruh lebih kuat dari mangan adalah chrom (Cr), vanadium (V), bor
(B), telurium (Te) danmolibdenum (Mo). Sehingga untuk menghindari
terbentuknya karbida bebas unsur-unsur tersebut harus dibatasi sebagai
berikut: Cr: 0.05 %, V: 0.03 %, B: 0.003 %, Te: 0.003 %, Mo: 0.01 –
0.75 %.

Grafit bulat hanya mungkin terbentuk pada cairan dengan


kandungan sulfur rendah (S<0.01 %), olehkarenanyapada proses
produksinya selain digunakan bahan baku dengan kandungan sulfur
rendah, juga dilakukan desulfurisasi dengan memadukan unsur Mg
kedalam cairan.

Mg adalah unsur terpenting yang menghasilkan efek pembulatan


grafit. Efek ini terjadi bila terdapat kandungan Mg didalam besi sebesar
0.02% – 0.05%.Namun karena unsur ini memiliki titik uap hanya
1107 oC disamping kelarutannya didalam besi yang relative rendah, maka
untuk mencegah kehilangan yang terlalu banyak saat pemaduan, Mg
diberikan dalam bentuk paduan FeSiMg.

Beberapa parameter yang berpengaruh pada pemaduan Mg adalah:

 Jenispaduan Mg.

 Temperatur pemaduan.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

 Metode pemaduan.

 Jumlah S maupun O2 didalam cairan dasar (base iron).

4. Besi Cor MampuTempa (Malleable Cast Iron)


Pada umumnya besi cor mampu tempa merupakan besi cor putih
yang sudah mengalami perlakuan panas pada temperatur 800oC dan 900oC
sehingga menyebabkan dekomposisi pada sementitmem bentuk grafit
yang menyebar dikelilingi oleh matrik ferit atau perlit bergantung pada
laju pendinginannya. Besi cor mampu tempa mempunyai sifat yang mirip
dengan besi cor nodular yaitu keras tetapi ulet karena hasil dari kombinasi
grafit nodular dan matrik logam yang rendahkarbon. Karena sifatnya yang
ulet, maka pada besi cor mampu tempa dapat dilakukan proses
pemesinan. Besi cor mampu tempa banyak digunakan untuk membuat
benda-benda yang memerlukan ketahanan bentur yang besar.
E. AlumuniumPaduan
1. AlumuniumMurni
Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan
dicetak dalam keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90
MPa, terlalu lunak untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali
aluminium dipadukan dengan logam lain.
2. Aluminium Paduan
Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah
silikon, magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum
tahun 1970.
Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi
tertentu akan meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta
menurunkan titik lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut, umumnya
titik lebur akan naik disertai meningkatnya kerapuhan akibat
terbentuknya senyawa, kristal, ataugranula dalam logam.
Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung
pada konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

perlakuannya hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan


penempaan, perlakuan panas, penyimpanan, dan sebagainya.
3. Paduan Aluminium-Silikon
Paduan aluminium dengan silicon hingga 15% akan memberikan
kekerasan dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525
MPa pada aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika
konsentrasi silicon lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan
meningkat secara drastis akibat terbentuknya Kristal granula silika.
4. Paduan Aluminium-Magnesium
Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik
lebur logam paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC.
Namun, hal ini tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa
menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan terjadi pada suhu
di atas 60 oC. Keberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan
dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana
kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperatur tersebut.
5. Paduan Aluminium-Tembaga
Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras
dan kuat, namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan,
paduan tidak boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena
akan membentuk senyawa Cu Al2 dalam logam yang menjadikan logam
rapuh.
6. Paduan Aluminium-Mangan
Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat
dilakukan pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening)
sehingga didapatkan logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi
namun tidak terlalu rapuh. Selainitu, penambahan mangan akan
meningkatkan titik lebur paduan aluminium.
7. Paduan Aluminium-Seng
Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling
terkenal karena merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

terbang. Paduan ini memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan


lainnya, aluminium dengan 5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil
sebesar 580 MPa dengan elongasi sebesar 11% dalam setiap 50 mm
bahan. Bandingkan dengan aluminiumdengan 1% magnesium yang
memiliki kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki elongasi
sebesar 6% setiap 50 mm bahan.

8. Paduan Aluminium-Lithium
Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan
massa jenis dan peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi
sebesar 4% lithium, setiap penambahan 1% lithium akan mengurangi
massa jenis paduan sebanyak 3% dan peningkatan modulus elastisitas
sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi diproduksi akibat
tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat meningkatkan biaya
keselamatan kerja.
9. Paduan Aluminium-Skandium
Penambahan scandium kealuminium membatasi pemuaian yang
terjadi pada paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduanberada
di lingkungan yang panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena
terdapat paduan lain yang lebih murah dan lebih mudah di produksi
dengan karakteristik yang sama, yaitu paduan titanium. Paduan Al-Sc
pernah digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur Rusia, MIG,
dengan konsentrasi Scantara 0,1-0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz, 2004).
10. Paduan Aluminium-Besi
Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai
suatu “kecelakaan”. Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran
dengan menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau
keramik. Efek kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan
tensil secara signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan
dalam jumlah yang sangat kecil.

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM


PENUANGAN LOGAM

LABORATORIUM PENGECORAN LOGAM

Anda mungkin juga menyukai