4.1 Tujuan
a. Praktikan dapat mengetahui dan memahami definisi serta macam-macam pengecoran
logam.
b. Praktikan dapat mengetahui macam cacat coran beserta penyebab dan pencegahannnya.
c. Praktikan mampu menganalisis hasil coran beserta solusi pada cacat coran.
A. Macam-macam Pengecoran
Berdasarkan cetakannya, proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam
yaitu expendable mold dan permanent mold. (Kalpakjian, 1989, p.298)
a. Expendable Mold
Expendable mold terbuat dari pasir, plester, keramik, dan bahan sejenis, dimana
pada umumnya dicampur dengan berbagai pengikat. Bahan ini refractories, yaitu
memiliki kemampuan menahan suhu tinggi logam cair. Setelah hasil coran mengalami
proses solidifikasi cetakan pada proses ini dirusak untuk melepas hasil coran. Macam-
macam expendable mold casting adalah:
1. Sand Casting
Sand casting adalah proses pengecoran logam dengan menggunakan cetakan
yang terbuat dari campuran pasir, pengikat dan air. Pembuatan cetakan dengan sand
casting dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
a. Desain gambar permesinan pada bagian pola. Perkiraan seperti penyusutan dan
permesinan pada desain pola harus dimasukkan kedalam perhitungan.
b. Pola yang sudah dibuat dan dilengkapi dengan pin lalu dipasang pada plat.
Jangan lupakan jika dibutuhkan inti dalam desain pola wajib dibuat.
c. Cetakan inti membentuk setengah bagian dari inti, yang nantinya akan disatukan.
Inti nantinya akan digunakan dalam pembuatan rongga dalam, yang ditunjukkan
pada gambar (a).
2. Investment Casting
Cara ini merupakan cara pengecoran khusus dimana pola benda kerja dibuat dari
lilin. Setelah itu dipanaskan agar lilin meleleh sehingga meninggalkan rongga hingga
diisi dengan logam cair.beberapa kelebihan investment casting:
Dapat membuat coran dalam bentuk yang rumit
Ketelitian dimensi sangat baik (Toleransi kurang lebih 0,076 mm)
Permukaan hasil coran sangat baik
Lilin dapat didaur ulang
Tidak diperlukan pemesin
Untuk lebih jelasnya, coran dengan pola lilin dapat dilihat pada gambar 4.3
Tahapan investment casting:
1. Menginjeksikan lilin ke cetakan sehingga menjadi pola
2. Pengambilan pola lilin dari cetakan
3. Pola lilin dan sistem saluran disusun
4. Susunan tersebut dilapisi
5. Susunan pola yang dilapisi ditutup dengan campuran investment
6. Menghilangkan lilin dengan pemanasan dengan suhu 100 – 110oC
7. Cetakan dibakar dengan temperatur 800 – 1100oC
b. Semicentrifugal Casting
Dalam semicentrifugal casting, gaya sentrifugal digunakan untuk
menghasilkan hasil coran solid, daripada bentuk tabular. Kecepatan rotasi
biasanya lebih pelan dari true centrifugal casting, densitas logam pada hasil
akhir lebih besar pada bagian luar daripada bagian tengah rotasi. Contoh hasil
coran semicentrifugal casting adalah pulley.
c. Centrifuging
Dalam pengecoran centrifuging, rongga cetakan ditempatkan pada jarak
tertentu dari sumbu putaran. Cairan logam dituang dari pusat cetakan dan
didorong ke cetakan oleh gaya sentrifugal. Sifat-sifat hasil coran bisa berbeda
berdasarkan jarak dari sumbu putaran.
2. Die Casting
Pengecoran cetak tekan termasuk proses pengecoran cetakan permanen dengan
cara menginjeksikan logam cair ke dalam rongga cetakan dengan tekanan tinggi (1
- 30 MPa). Tekanan tetap dipertahankan selama proses pembekuan. Terdapat dua
jenis cetak tekan, yaitu:
a. Hot Chamber (Mesin Cetak Ruang Panas)
Pada mesin cetak ruang panas , tungku peleburan terdapat pada mesin dan
silinder injeksi terendam dalam logam cair. Tekanan injeksi rata-rata 15 MPa.
Mesin ini digunakan untuk logam cor dengan titik lebur rendah seperti Sn , Pb
,dan Zn. Dalam mesin pengecoran cetak panas logam dilebur di dalam dapur
tungku yang menjadi 1 dengan mesin cetaknya, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.8 untuk proses hot chamber. Biasanya digunakan untuk pengecoran
logam ferrous.
4.2.2 Peleburan
Peleburan atau pencairan (fusi) adalah proses yang menghasilkan perubahan fase
zat dari padat ke cair. Energi internal zat padat meningkat (biasanya karena panas)
mencapai temperatur tertentu (titik leleh) saat zat ini berubah cair. Peleburan logam
merupakan aspek terpenting dalam operasi pengecoran karena berpengaruh langsung
pada kualitas produk cor. Hal-hal lain yang perlu diketahui adalah superheating dan
hydro solubility. Superheating adalah pemanasan logam cair hingga melebihi suhu titik
didihnya namun tetap dalam fasa cair, yaitu dengan tujuan untuk memperbaiki sifat
mampu alir logam cair. Sedangkan hydro solubility adalah kelarutan gas hidrogen yang
terkandung dalam logam cair, dimana semakin tinggi suhu logam cair gas hidrogen yang
ditimbulkan semakin banyak. Jika logam dipanaskan melebihi suhu superheating maka
hidrogen akan ikut terlarut, sehingga hidrogen terjebak menyebabkan terjadinya cacat
pinhole.
Pada proses peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur unsur paduan
dan material lainnya serta unsur pembentuk terak dimasukkan ke dalam tungku. Tungku
peleburan yang biasa dipakai antara lain:
a. Tungku/dapur busur listrik (Electric Arc Furnace)
Tungku ini merupakan jenis tungku dimana bahan baku dilebur dengan panas
yang dihasilkan dari suatu busur listrik. Biasanya tungku ini menggunakan 2 atau 3
elektroda dan biasanya digunakan untuk pengecoran baja. Material logam dapat
mencair karena adanya elektroda yang dihubungkan dengan rangkaian listrik
(electrical circuit) yang akan membentuk suatu busur api yang akan mencairkan
logam. Electric Arc Furnace menggunakan 3 elektroda sesuai jumlah fase yang
digunakan, arus bolak – balik 3 fase. Tungku ini memiliki lapisan baja berbentuk
silinder dengan landasan berbentuk lengkung atau datar yang ditopang rol penahan
yang memungkinkan tanur untuk dimiringkan.
4.2.3 Solidifikasi
Solidifikasi adalah proses transformasi logam/paduan cair kembali ke bentuk padatnya.
Solidifikasi diawali dengan pembentukan inti yang stabil karena temperatur pada setiap
bagian logam tidak sama. Setelah terbentuk inti dengan logam yang masih dalam fase cair,
terbentuklah butir. Logam cair sedikit demi sedikit berubah menjadi fase solid mulai dari
terbentuk kristal hingga akhirnya menjadi benar-benar padat. Ilustrasi untuk urutan proses
solidifikasi pada gambar 4.16.
a. Tahapan solidifikasi
1. Proses Nucleation ( Pembentukan Inti Stabil)
Terdapat 2 mekanisme pengintian dari partikel padat dalam logam cair.
- Pengintian homogen
Pengintian dalam suatu logam cair terjadi saat logam menyediakan atom-
atom untuk membentuk inti. .Pengintian homogen ini terjadi pada logam murni,
contohnya saat logam murni cair didinginkan dibawah suhu pembekuannya
beberapa derajat, inti-inti homogen sangat banyak terbentuk karena atom-atom
yang bergerak lambat membuat inti bersama. Pengintian homogen biasanya
membutuhkan suhu undercooling sekitar beberapa ratus derajat untuk beberapa
logam. Undercoooling adalah proses menurunkan suhu cairan dibawah titik
bekunya tanpa berubah menjadi padat, hal ini dapat terjadi pada cairan yang
murni dan tidak mengandung benih kristal yang dapat memicu kristalisasi.
Karena tidak memiliki inti semacam itu, fasa cair dapat dipertahankan sampai
ke suhu dimana nukleasi kristal homogen terjadi.
Gambar 4.14 Tabel nilai dari suatu pembekuan (suhu cair, panas fusi, energi permukaan
maksimum, dan suhu undercooling maksimum untuk logam)
Sumber : Chaimer (1964, p.107)
2. Proses Kristalisasi
Setelah inti yang stabil terbentuk pada logam yang sedang memadat,
kemudian inti tumbuh menjadi kristal. Pada setiap kristal atom berjajar beraturan,
sedangkan arah barisan berbeda antara satu kristal dengan yang lainnya. Saat
pembekuan total terjadi, antara kristal saling bertemu membentuk batas butir
(grain boundaries) dan butiran (grains).
2 3
Gambar 4.16 menjelaskan grafik perubahan fase suatu logam dari fase padat
menjadi fase cair. Penjelasan tiap titik akan dijelaskan sebagai berikut :
Titik 1 ke 2
Terjadi penurunan suhu akibat perbedaan temperatur logam cair disebut kalor
sensibel karena hanya penurunan suhu saja sampai titik 2 tanpa terjadi perubahan
fase dalam hal ini fasenya tetap logam cair.
Titik 2 ke 3
Pada titik 2 dimulainya proses perubahan fase dari liquid ke solid sampai
mencapai titik 3 tetapi tanpa penurunan temperatur (kalor laten). Pada titik 3
keseluruhan logam cair telah menjadi solid dan ini adalah titik akhir pembekuan.
Titik 3 ke 4
Terjadi penurunan suhu dari titik 3 hingga titik 4. Logam sudah berbentuk
padat (solid) dari titik 3. Pada titik 4 suhu logam padat sudah sama dengan suhu
lingkungan luarnya. Kalor yang terjadi adalah kalor sensibel.
c. Macam- Macam Solidifikasi
1. Solidifikasi logam murni
Jika cairan logam murni perlahan-lahan didinginkan, maka pembekuan terjadi
pada temperatur yang konstan.
Beberapa istilah waktu dalam proses solidifikasi logam murni:
- Waktu solidifikasi lokal : waktu pembekuan sebenarnya.
Garis awal terjadinya pembekuan disebut garis liquidus dan garis akhir
pembekuan disebut garis solidus. Suatu paduan dengan komposisi tertentu bila
didinginkan dalam waktu yang sangat lambat, maka pembekuan akan mulai terjadi
pada saat temperatur mencapai garis liquidus, dan pembekuan berakhir bila telah
mencapai garis solidus, setelah itu pendinginan akan berjalan terus hingga
mencapai temperatur kamar.
d. Daerah Pembentukan
Berikut gambar Chill Zone, Column Zone, dan Equiaxed Zone yang ditunjukkan
pada gambar 4.18.
1. Chill zone
Selama proses penuangan logam cair ke dalam cetakan, logam cair yang
berkontak langsung dengan dinding cetakan akan mengalami pendinginan yang
cepat di bawah temperatur liquid-nya. Akibatnya pada dinding cetakan tersebut
timbul banyak inti padat dan selanjutnya tumbuh ke arah cairan logam.
2. Columnar zone
Sesaat setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun
dan kristal pada daerah chill tumbuh memanjang dalam arah perpindahan panas
yang disebut dengan dendrite. Setiap kristal dendrite mengandung banyak lengan -
lengan dendrite sekunder dan tersier akan timbul dari lengan dendrite primer.
Daerah yang terbentuk antara ujung dendrite dan titik dimana sisa cairan terakhir
akan membeku disebut sebagai nushy zone atau party zone.
3. Equiaxed zone
Daerah ini terjadi dari butir-butir equiaxed yang tumbuh secara acak di tengah
- tengah coran. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada tidak menyebabkan
terjadinya pertumbuhan butir memanjang.
4.2.4 Fluiditas
Fluiditas adalah kemampuan suatu logam cair untuk mengalir masuk kedalam cetakan
sebelum membeku. Fluiditas yang rendah akan menyebabkan cacat pada produk. Untuk
menghasilkan coran yang lebih baik, hendaknya kecepatan penuangan harus konstan.
a) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluiditas:
1. Viskositas
Viskositas adalah sebuah ukuran kapasitas sebuah cairan untuk
mentransmisikan sebuah tegangan geser dinamis. Pada saat logam cair mengalir
Dimana
ṁ : Massa aliran
ρ : Massa jenis
A : Luas Penampang
V : Volume aliran
b. Gas porosity
Terperangkapnya gas dalam logam cair pada waktu proses pengecoran. Jika
cetakan inti ukurannya tidak memadai maka udara tidak bisa terlepas cetakannya
sehingga meninggalkan bekas. (Jain, 1995,p.197).
Penyebab:
Gas terbawa pada logam cair selama penuangan
Terdapat kotoran
Pemadatan yang kurang
Pasir yang terlalu lembap
Cara pencegahannya:
Pembuatan pasir cetak harus memiliki permeabilitas yang baik.
Mengatur jumlah gas yang dihasilkan material pada cetakan pasir
2. Gas Deffect
Lubang pada hasil cor dalam bentuk bulat akibat terperangkapnya gas pada logam
cair sewaktu proses pembekuan. Hal ini dikarenakan fenomena difusi dan juga karena
temperatur kelarutan logam cair yang tinggi. Contohnya pada kondisi melt aluminium
dan paduannya sangat mudah menyerap hidrogen karena temperatur kelarutannya yang
tinggi, dari situ tingkat kelarutan sangat mempengaruhi hasil coran. (Jain, 1995, p.197)
a. Pin Hole
Merupakan cacat terjadi pada permukaan benda coran berupa lubang-lubang
kecil yang memiliki diameter berkisar kurang dari 2 mm. (Jain, 1995,p.197)
Penyebab :
Absorbsi dari gas hidrogen atau karbon monoksida ketika logam cair di tuang
menyentuh cetakan yang basah
Solusi :
Memberi pasir yang memilliki kadar air rendah dan permeabilitas yang sesuai
Memilih nilai solidifikasi yang tinggi pada logam cair, sehingga gas dapat
keluar dari rongga cetakan dengan sempurna.
Penerapan titik lebur yang sesuai, jika logam dipanaskan melebihi suhu
superheating maka hidrogen akan ikut terlarut menyebabkan cacat pin hole.
b. Blow Hole
Merupakan cacat terjadi pada permukaan benda coran berupa lubang bulat dan
halus yang memiliki diameter berkisar 3 mm atau kurang. (Jain, 1995,p.197)
Penyebab :
Pemadatan yang terlalu padat.
Gas terbawa dalam logam cari selama pencairan.
Solusi :
Memberi pasir yang memilliki kadar air rendah dan permeabilitas yang sesuai.
Melakukan pemadatan yang sesuai sehingga tidak terlalu padat.
4. Shift (Pergeseran)
Merupakan hasil dari ketidakcocokan bagian coran tidak cocok satu sama lain pada
permukaan pisahnya. Contoh dari pergeseran inti yang terjadi karena ketidaklurusan
inti. (Surdia dan Chijiwa, 2013, p.225)
Penyebab:
Rangka cetak yang tidak sesuai
Pergeseran titik tengah dan inti
Ukurang dimensi cetakan yang tidak sesuai setelah pemasangan
Cara pencegahannya:
Perencanaan dasar yang harus lebih teliti dan sesuai dengan toleransi.
Memberikan pin atau pengunci agar tidak terjadi pergeseran
8. Swell (Pembengkakan)
Swell adalah cacat pada permukaan vertikal yang ditandai dengan adanya
pembangkakan pada coran, dapat dilihat gambar 4.35. (Jain, 1995,p.196)
Penyebab:
Erosi pada pasir karena pasir cetak mengalami deformasi akibat tekanan hidrostatik.
Pemadatan cetakan pasir terutama pada bagian drag yang kurang baik.
Cara pencegahannya:
Saat penuangan cairan logam harus perlahan dan pada kecepatan yang konstan.
Pemadatan cetakan pasir harus baik.
9. Misrun
Misrun timbul karena terjadinya kegagalan logam dalam mengisi keseluruhan
rongga cetakan.
4. Ultrasonic Test
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang
dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang ditransmisikan akan dipantulkan
kembali. Gelombang ultrasonik yang digunakan memiliki frekuensi 0,5-20 Mhz.
Gelombang suara akan berpengauh jika ada retakan atau cacat pada material.
Gelombang ultrasonik dibangkitkan oleh transduser dari bahan piezoelektrik yang dapat
merubah energi listrik menjadi getaran mekanis kemudian menjadi energi listrik lagi,
dapat dilihat gambar 4.40.
Keuntungan:
Cukup teliti dan akurat
Hanya diperlukan satu sisi untuk dapat mendeteksi keseluruhan
Indikasi dapat langsung diamati
Kekurangan:
Memerlukan pelaksana yang terlatih dan berpengalaman
Benda uji dengan permukaan kasar, tidak beraturan, sangat kecil sangat sulit diuji.
5. Radiographic Inspection
Metode ini menggunakan sinar X dan sinar Gamma. Prisnipnya sinar dipancarkan
menembus material. Sebagian sinar akan diserap dan sebagian akan diteruskan dan
ditangkap film. Cacat akan diketahui dari hasil rekam film, dapat dilihat gambar 4.41.
(Surdia dan Chijiwa, 2013, p.202)
Kelebihan:
Faktor ketebalan tidak berpengaruh
Mampu menggambarkan bentuk cacat dengan baik
Kekurangan:
Pengontrolan energi radiasi susah
Efek radiasi sinar gamma berbahaya