Anda di halaman 1dari 7

2.

Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat

 Penetralan asam lemah oleh basa kuat agak berbeda dengan penetralan asam kuat oleh
basa kuat.
 Contohnya, 25 mL CH3COOH 0,1 M dititrasi oleh NaOH 0,1 M.
 Mula-mula sebagian besar asam lemah dalam larutan berbentuk molekul tak mengion
CH3COOH, bukan H+ dan CH3COO–.
 Dengan basa kuat, proton dialihkan langsung dari molekul CH3COOH yang tak
mengion ke OH–.
 Untuk penetralan CH3COOH oleh NaOH, persamaan ion bersihnya sebagai berikut
(James E. Brady, 1990).
CH3COOH(aq) + OH–(aq) ⎯⎯→ H2O(l) + CH3COO–(aq)
 Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat dapat ditunjukkan pada gambar
 Titrasi Asam Lemah -- Basa Kuat

A. Sebelum Penambahan NaOH

Asam asetat (H_3COOH) dan asam klorida (HCl) memiliki nilai


konsentrasi
yang sama sebesar 0,1M, tetapi nilai pH kedua larutan tersebut
berbeda.
Ini karena asam asetat (CH_3COOH) mengalami ionisasi tidak sempurna
sehingga nilai pH-nya lebih besar dibandingkan HCl yang terionisasi
dgn
sempurna.

>>[H+] = sqrt(K_a*M_a)

B. Sebelum Titik Ekuivalen

Kenaikan nilai pH pada awal titrasi untuk asam asetat (asam lemah)
lebih
besar dibandingkan asam klorida (asam kuat) tetapi kurva kemudian
menjadi lebih datar, hal ini disebabkan sebagian CH_3COOH beraksi
dengan
NaOH menghasilkan CH_3COONa. Oleh karena itu, dalam larutan terdapat
CH_3COOH dan CH_3OO- (campuran asam lemah dan basa konjugasinya),
dengan
kata lain membentuk larutan penyangga.

>> [H+] = K_a * [a]/[g]

C. Pada Titik Ekuivalen

Nilai pH titrasi asam lemah-basa kuat lebih besar dari 7, ini


disebabkan
anion garam yang terbentuk mengalami hidrolisis dengan reaksi
CH_3COO- + H_2O -><- CH_3COOH + OH-
Sehingga larutan bersifat basa (pH > 7)

>> [OH-] = sqrt(K_w/K_a * [anion]_garam)

D. Setelah Titik Ekuivalen

Kurva titrasi asam lemah-basa kuat dan asam kuat-basa kuat menjadi
identik setelah titik ekuivalen. Hal ini disebabkan nilai pH larutan
dihitung dari konsentrasi NaOH yang berlebih.
 Persamaan Reaksi :CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O

 Reaksi ionnya :H++ OH-→ H2O

Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula
berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen
ke dua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah wrana merah.

Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah lembayung dikarenakan
penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan, perubahan
HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi merah lembayung yang disebut warna
basa indikator.

Penentuan Kadar Cuka


Cuka merupakan larutan yang dibuat dari fermentasi etanol
(CH3CH2OH), dimana etanol sebelumnya dihasilkan dari fermentasi gula.
Fermentasi etanol ini menghasilkan asam asetat (CH3COOH). Cuka yang ada
di pasaran ada bermacam-macam, masing-masing dibuat dari sumber gula
yang berbeda (misalnya beras, anggur, gandung atau apel). Kadar asam asetat
yang terdapat dalam cuka juga bermacam-macam, biasanya 4 sampai 6 %
untuk cuka makanan, bahkan bisa mencapai 18 % untuk acar cuka.
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka komersil merupakan salah
satu aplikasi titrasi asam basa yang sederhana dan mudah. Untuk menentukan
kadar asam cuka dapat digunakan larutan standar natrium hidroksida (NaOH)
dan indikator fenolftalein. Cuka yang akan di uji kadarnya harus diencerkan
terlebih dahulu sebelum dititrasi. Kemudian dititrasi dengan larutan natrium
hidroksida hingga timbul warna merah muda.
Reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)

Asam cuka atau asam asetat (acetic acid) adalah senyawa kimia organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan, selain dapat berfungsi juga sebagai pengawet
bahan makanan. Asam cuka encer merupakan golongan asam lemah yang paling aman bagi
tubuh. Selain dalam makanan, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air
dalam rumah tangga.

Selain digunakan dalam industri makanan dan rumah tangga, asam asetat juga digunakan
dalam industri produksi polimer dan berbagai macam serat dan kain, dan industri obat-
obatan.

Asam asetat yang digunakan dalam industri makanan haruslah asam cuka makan. Asam
asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih
pekat berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada
sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.

sifat kimia asam cuka


asam cuka memiliki struktur kimia sebagai berikut:
CH3COOH
mempunyai nama lain etanoat, asam asetat, asam karboksilat atau asam organik lemah yang
merupakan zat cair yang tidak berwarna dan berbau khas.
sifat sifat kimia asam cuka, meliputi:

 keasaman, atom hidrogen pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam cuka dapat dilepas sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
 sebagai pelarut, asam cuka cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol. asam cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat
melarutkan senya polar dengan baik seperti garam anorganik, gula da senyawa non
polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.

 reaksi-reaksi kimia, asam cuka bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,
magnesium, da seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat.
 Pada penentuan Konsentrasi asam asetat terjadi reaksi antara asam lemah
(CH3COOH) dengan basa kuat (NaOH). Sebelum dititrasi, asam asetat telah
diencerkan terlebih dahulu. Karena asam asetat adalah asam monoproptik, maka n
asam asetat sebesar 1 ek/mol.
 Reaksi yang terjadi pada saat penitrasian adalah :
 CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
 Pada proses penitrasian antara asam asetat dengan larutan standar NaOH 0,1 M terjadi
perubahan warna dimana setelah ditetesi indikator fenophtalein sebanyak 2 tetes
warna yang terjadi yaitu bening menjadi berwarna ungu. Seperti halnya dengan titrasi
di atas, perubahan warna ini terjadi pada pH dengan kisaran 8-10. Penyebab
perubahan warna ini karena telah terjadi pencapaian titik ekuivalen. Volume NaOH
yang diperlukan pada saat titrasi sebanyak 0,45 mL.
 Sedangkan reaksi ion asam asetat mula-mula adalah :
 CH3COOH(aq) + H2O(aq) CH3COO-(aq) + H3O+(l)
 Adapun persamaan reaksinya :
 CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
 Pada penambahan NaOH selanjutnya harga pH yang dihasilkan melalui perhitungan maupun
pHmeter tidak terlalu jauh berbeda. Namun, dari hasil perhitungan pada saat penambahan
NaOH 4,5 mL, pH sudah meningkat secara tajam (10,72). Ini berbeda dengan pH yang
ditunjukkan melalui pHmeter, dimana ketika penambahan NaOH sebanyak 55 mL, baru pH-
nya meningkat secara tajam (10,5). Meningkatnya pH secara tajam menunjkkan bahwa
larutan asam asetat yang bersifat asam lemah telah habis bereaksi dengan NaOH yang
merupakan basa kuat, dan karena mol NaOH yang tersisa maka larutan pun akan bersifat
basa sehingga harga pH-nya tinggi. Hal ini menyatakan bahwa lartan telah lewat titik
ekivalen.
 Pada awal-awal penambahan NaOH sebelum titik ekivalen, perubahan harga pH tidak terlalu
berbeda secara signifikan. Hal ini dikarenakan terbentuknya larutan penyangga (buffer)
sebab dengan penambahan mol NaOH yang lebih sedikit daripada CH3COOH sehingga NaOH
akan habis bereaksi dan yang tersisa adalah CH3COOH dan garamnya yakni CH3COONa
sehingga akan menghasilkan suatu larutan buffer.
 Saat titik ekivalen, mol CH3COOH dan mol NaOH tepat habis bereaksi sehingga yang tersisa
adalah garamnya (CH3COONa) dan air. Karena garam ini terbentuk dari asam lemah
(CH3COOH) dengan basa kuat (NaOH) maka garam ini akan terhidrolisis sebagian dalam air,
yakni pada saat penambahan NaOH sebanyak 44,8 mL dengan pH 8,91. Walaupun jumlah
mol asam asetat telah habis bereaksi dengan mol NaOH, tetapi harga pH yang diperoleh
lebih besar daripada 7, karena sifat asam asetat yang lemah keasamannya dan NaOH yang
tergolong basa kuat sehingga akan menghasilkan larutan yang bersifat basa.
 Larutan yang dititrasi dengan NaOH berikutnya adalah HCl dan juga diukur pH-nya dengan
menggunakan pHmeter. Dari hasil percobaan dengan menggunakan pHmeter, pH awal HCl
adalah 1,20, sedangkan melalui perhitungan pH-nya sebesar 0,665, dengan persamaan
reaksi ion :
 HCl(aq) + H2O(l) H3O+ + Cl-(aq)
D. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
1. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan percobaan titrasi asidi-alkalimetri asam kuat-basa


kuat, Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk
menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri.
Percobaan yang dilakukan sebanyak dua kali, diantaranya percobaan membakukan
larutan NaOH yang akan dijadikan titran kemudian mengidentifikasi serta menentukan
kadar suatu sampel yaitu asam lemah (CH3COOH) dalam cuka perdagangan dan
membandingkannya dengan kadar yang tertera dalam kemasan.

Pada percobaan pertama yaitu pembakuan NaOH, dalam hal ini NaOH
berperan sebagai larutan standar sekunder, yaitu larutan yang konsentrasinya
ditentukan dengan cara pembakuan. Pada percobaan titrasi asidimetri ini, yang
dilakukan adalah penetapan normalitas NaOH yang akan dijadikan titran dengan
menggunakan asam oksalat sebagai larutan standar primer. Standarisasi pada NaOH
dilakukan karena larutan ini mudah terkontaminasi dan bereaksi dengan zat lain
sehingga NaOH yang digunakan bisa saja kurang murni. Dalam penyimpanan NaOH
dapat mengalami perubahan diantaranya karena sifat NaOH yang higroskipis sehingga
menyerap uap air dari udara. Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator
fenolftalein. Fenolftalein adalah asam dipotrik lemah yang mengalami perubahan
warna dari tidak berwarna (asam) menjadi merah muda/ pink (basa) dengan rentang
pH 8,3-10. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda, sehingga
menunjukan warna pada range pH yang berbeda. Fenolftalein ini ditambahkan 1-5
tetes pada asam oksalat yang sudah diencerkan dengan aquades dalam erlenmeyer,
penambahan indikator tidak menyebabkan perubahan warna pada larutan, karena
indikator berada pada trayek asam yang bereaksi dengan asam oksalat sebagai larutan
primer yang bersifat asam. Setelah ditambah indikator, lalu titer (asam oksalat)
dititrasi dengan titran (NaOH) hingga mencapai titik akhir yang ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi merah muda/ pink. Perubahan warna diharapkan
tidak terlalu tua agar mendapatkan hasil titrasi yang maksimal. Perubahan warna pada
larutan disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Ketika mencapai titik akhir titrasi,
titrasi harus segera dihentikan. Dalam percobaan ini dilakukan pengulangan sebanyak
tiga kali.

Reaksi yang terjadi antara asam oksalat dengan NaOH adalah sebagai berikut :
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
Dalam hal ini terjadi penambahan [H+] sehingga [OH-] berkurang dan keseimbangan
bergeser ke kiri. Didapat titik akhir titrasi terjadi pada volume NaOH 9,0 ml; 8,2 ml;
dan 8,0 ml. Dari hasil tersebut, maka dapat dihitung kadar atau konsentrasi NaOH
sebagai larutan standar yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam lemah
(CH3COOH) dalam cuka perdagangan. Dari perhitungan didapatkan konsentrasi NaOH
sebesar 0,094422286 N.

Pada percobaan kedua yaitu mengidentifikasi serta menentukan kadar suatu


sampel yaitu asam lemah (CH3COOH) dalam cuka perdagangan dan
membandingkannya dengan kadar yang tertera dalam kemasan. Asam asetat, asam
etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Dalam titrasi alkalimetri ini, NaOH
bertindak sebagai titran (penitrasi) dan CH3COOH sebagai titer (yang akan dititrasi).
Larutan yang dijadikan titran adalah larutan NaOH yang sudah distandarisasi pada
percobaan pertama dengan konsentrasi 0,094422286 N. Proses titrasi pada
percobaan ini sama dengan percobaan pertama. Berdasarkan teori, larutan asam bila
direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan
sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang
memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Dan juga menghasilkan air yang
memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion 𝐻 + sama dengan jumlah ion 𝑂𝐻 − maka
reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.

Untuk menentukan titik ekivalen dan titik akhir titrasi pada reaksi asam-basa
dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan
syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan
atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Indikator
yang dipakai dalam titrasi asam lemah dan basa kuat ini adalah fenolftalein yang
mengalami perubahan warna dari tidak berwarna (asam) menjadi merah muda/ pink
(basa) dengan rentang pH 8,3-10, . Penambahan indikator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes, sehingga indikator tidak
mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk
terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Perubahan warna CH3COOH pada
saat ditambahkan indikator fenolftalein adalah tidak berwarna, pada proses ini ion
𝑂𝐻 − dari NaOH akan ditangkap oleh 𝐻 + dari CH3COOH. Kemudian titrasi ini akan
mencapai titik ekivalen, dimana jumlah mol CH3COOH sama dengan jumlah mol
NaOH. Pada percobaan ini titik ekivalen akan terjadi pada pH diatas 7, yaitu antara pH
8-9 karena merupakan reaksi antara asam lemah dengan basa kuat. Kelebihan satu
tetes NaOH pada CH3COOH setelah tercapainya titik ekivalen tadi akan menyebabkan
perubahan warna menjadi merah muda/ pink. Perubahan ini terjadi karena ion 𝑂𝐻 −
dari NaOH tidak bisa ditangkap lagi oleh 𝐻 + dari CH3COOH karena sudah habis
bereaksi (ekivalen), sehingga ion 𝑂𝐻 − yang menetes akan ditangkap oleh indikator
yang akan menyebabkan perubahan warna larutan menjadi merah muda/ pink yang
disebut titik akhir titrasi. Titrasi harus dihentikan ketika mencapai titik ini.

Pada percobaan titrasi asam kuat (CH3COOH) dan basa kuat (NaOH) reaksi
yang terjadi adalah
CH3COOH (aq) + NaOH(aq) CH3COONa (aq) + H2O(l)
Sesuai dengan prinsip yang disebutkan, sifat asam dan sifat basa hilang dengan
terbentuknya garam (CH3COONa) yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat
asalnya. Ion CH3COO− pada CH3COOH akan bereaksi dengan ion 𝑁𝑎 + pada NaOH
sehingga terbentuk CH3COONa dan H2O. Dalam hal ini garam yang terbentuk bersifat
basa karena senyawa yang membentuknya merupakan asam lemah dan basa kuat.
Dan reaksi ini dapat terhidrolisis sebagian, artinya sebagian dapat diuraikan kembali
menjadi ion atau senyawa penyusunnya kembali oleh air.

Didapat titik akhir titrasi terjadi pada volume NaOH 11,9 ml; 12,0 ml; dan 11,0
ml. Dari hasil tersebut, maka dapat dihitung kadar atau konsentrasi CH3COOH. Dari
perhitungan didapatkan kadar atau konsentrasi CH3COOH dalam cuka perdagangan
adalah 6,633%. Pada penentuan kadar CH3COOH ini terjadi presentasi kesalahan
sebesar 73,47%.

2. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada praktikum titrasi asam-


basa, dapat disimpulkan bahwa larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder
sehingga untuk dijadikan titran (penitrasi) harus dibakukan atau diketahui kadarnya
terlebih dahulu menggunakan asam oksalat yang merupakan standar primer, hasil
yang diperoleh bahwa larutan NaOH memiliki kadar atau konsentrasi 0,094422286 N.
Kadar atau konsentrasi CH3COOH dalam cuka perdagangan yang dititrasi oleh NaOH
diperoleh sebesar 6,633%, dan presentasi kesalahan sebesar 73,47 %. Kesalahan ini
mungkin terjadi karena ketidaksesuaian persentasi atau kadar dari asam cuka
perdagangan yang memiliki kadar 25% pada kemasannya dengan hasil yang diperoleh
yaitu 6,633%.

E. REFERENSI
Foster, Bob. (2012). Koding Super Intensif. Bandung: PT. Duta.
Purba, Michael. (2007). Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: PT. Erlangga.
Underwood, et.al. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: PT. Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi
http://cabhipeshek.blogspot.com/2012/10/analisis-cuka.html
http://dyahdwii.blogspot.com/2012/10/asidi-alkalimetri.html
http://rizki2812.wordpress.com/2012/04/13/penentuan-kadar-asam-asetat-dalam-
asam-cuka/
http://winahyuyuliastri.blogspot.com/2012/10/analisis-cuka-metode-alkalimetri.html

Anda mungkin juga menyukai