Anda di halaman 1dari 30

VI.

DIODA
6.1 Tujuan Percobaan
Memberikan pengertian tentang penerapan dioda sebagai penyearah
arus listrik.
6.2 Dasar Teori
Sebuah dioda silikon dibangun dari 2 macam semikonduktor
ekstrinsik (yaitu : semikonduktor tipe N dan semikonduktor tipe P). Kedua
macam tipe semikonduktor tersebut digabungkan dengan teknik tertentu
sehingga menjadi sebuah komponen elektronika yang sering dikenal
sebagai dioda silikon.
P
N
(b)

(a)

Gambar 1. (a) Dua Daerah Semikonduktor Pada Dioda; (b) Simbol Dioda
Dioda sebagai komponen semikonduktor mempunyai karakteristik yang
unuik. Bila sebuah dioda dibias reverse (balik), maka akan didapat arus
yang kecil (skala mA). Tetapi bila dioda tersebut dibias forward (maju),
maka akan didapat arus yang besar (setelah tegangan biasnya melewati
tegangan lutut).

Catu +
daya -

RL

Catu +
daya -

(a)

RL
(b)

Gambar 2. (a) Rangkaian Dioda untuk Bias Maju;


(b) Rangkaian Dioda untuk Bias Balik

Arus Bocor
-B
Daerah
Reverse

Daerah
Forward

Tegangan Lutut (Knee) = 0.7 volt

Gambar 3. Kurva Dioda


DIODA 35

Dalam Gambar 3 dapat dilihat bahwa bila dioda dibias maju, dioda
menjadi sangat tidak konduk (bersifat sebagai penghantar listrik) sebelum
melewati tegangan lutut (potensial barier). Tetapi bila tegangan mendekati
potensial barier, elektron bebas dan hole mulai melintasi junction dalam
jumlah yang lebih besar. Di sekitar potensial barier inilah perubahan jumlah
elektron dan hole yang melintas meningkat dengan pesat. Dasar inilah
yang dijadikan pedoman untuk menentukan besarnya potensial barier
sebuah dioda. Besar potensial barier untuk dioda silikon 0.7 volt,
sedangkan untuk dioda germanium mempunyai potensial barier sebesar
0.3 volt.
Dengan memanfaatkan karakteristik yang dimiliki dioda, maka dioda
dapat dimanfaatkan sebagai penyearah arus listrik. Ada dua jenis
rangkaian penyearah arus yang menggunakan dioda, yaitu penyearah
setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh.
Penyearah setengah gelombang tegangan masukan (AC) menjadi
tegangan keluaran (DC) yang berdenyut, dengan kata lain, tegangan
beban selalu positif dan nol, tergantung di setengah siklus yang mana
tegangan beban tersebut berada.

Tegangan Puncak

180O

360O

Gambar 4. Bentuk Gelombang untuk Penyearah Setengah Gelombang


Penyearah gelombang pebuh mengubah tegangan masukan (AC)
menjadi tegangan-tegangan keluaran (DC) yang selalu positif pada satu
siklus kecuali tegangan berada pada 0O, dan 180O dan kelipatannya.
Bila arus pada tegangan Forward dianggap positif dan arus pada
tegangan reverse dianggap negatif, maka dri gambar yang dihasilkan pada
percobaan ini akan mendapat membuktikan prinsip kerja yang jelas
tentang cara kerja rangkaian penyearah.

Tegangan Puncak

0
180O
360O
Gambar 5. Bentuk Gelombang untuk Penyearah Gelombang Penuh
DIODA 36

6.3 Rangkaian Percobaan


Percobaan 1

Ch2

RL = 1 k

Vout

Vin

Catu Daya

Ch1

Osciloscop

Gambar 6. Rangkaian Percobaan 1


Percobaan 2

Vout

Vin

C a tu D a y a A C

= 1 kO hm

O s c ilo s c o p

C h2 C h1

Gambar 7. Rangkaian Percobaan 2-1

Gambar 8. Rangkaian Percobaan 2-2


6.4 Alat-alat dan Komponen
- Kit Percobaan
- Osciloscop
- Probe Osciloscop
- Catu daya AC 6 volt
1.5 Langkah-langkah Percobaan
Percobaan 1 : a. Hubungkan catu daya AC dengan rangkaian setengah
gelombang yang telah dirakit.
DIODA 37

b. Amati dan gambarlah dalam grafik 1 tegangan catu daya


dan tegangan keluaran penyearah setengah gelombang
seperti yang tampak dalam layar osciloscop (pisahkan
grafik channel 1 dan channel 2)
Percobaan 2 : a. Hubungkan catu daya AC dengan rangkaian penyearah
Gelombang penuh yang telah dirakit.
b. Hubungkan Channel 1 Osciloscop pada rangkaian
penyearah gelombang penuh
c. Amati dan gambarlah dalam grafik 2 tegangan catu daya
seperti yang tampak dalam layar osciloscop
d. Hubungkan catu daya dengan rangkaian
penyearah
gelombang penuh yang telah dirakit
e. Hubungkan channel 1 osciloscop pada rangkaian penyearah
gelombang penuh
f. Amati dan gambarlah dalam grafik 2 tegangan keluaran
penyearah gelombang penuh seperti yang tampak dalam
layar osciloscop
6.6 Data Hasil Percobaan dan Analisa Data

Grafik 1. Tegangan sebagai fungsi waktu pada rangkaian percobaan 1

Grafik 2. Tegangan sebagai fungsi waktu pada rangkaian percobaan 2


Kesimpulan

DIODA 38

6.7 Tugas
1. Jelaskan dengan singkat mengapa terjadi perbedaan
tegangan keluaran pada penyearah setengah gelombang
tegangan keluaran pada penyearah gelombang penuh?
2. Mengapa terjadi perbedaan amplitudo tegangan puncak
tegangan masukan dan tegangan keluaran?
3. Sebutkan tiga (3) macam dioda dan kegunaannya yang anda
serta gambarlah simbolnya?

bentuk
dengan
antara
ketahui

DIODA 39

Asisten Acara 6

(.
)
NIM :

Nilai

Praktikan

(.)
NIM :

DIODA 40

VII.Transistor
7.1 Tujuan Percobaan
1. Mempelajari karakteristik penguatan DC (dc) pada sebuah transistor
dengan cara mengukur arus kolektor (Ic) sebagai fungsi dari arus
basis (IB) dengan menjaga tegangan kolektor emitor (VCE) tidak
berubah.
2. Mempelajari penggunaan transistor yang difungsikan sebagai switch
(Saklar)
7.2 Dasar Teori
Transistor merupakan salah satu komponen aktif semikonduktor yang
bekerja berdasarkan pengolahan aliran elektron di dalamnya. Sebuah
transistor terdiri dari tiga elemen penyusun, yaitu : Basis (B), Kolektor (C),
Emitor (E).
Ada dua jenis junction (hubungan) yang dipunyai oleh sebuah
transistor, yaitu junction yang terbentuk oleh pertemuan emitor basis dan
junction yang terbentuk oleh pertemuan basis kolektor. Bila dilihat
berdasarkan type transistor, maka transistor dapat dibedakan menjadi 2
tipe transistor, yaitu npn dan pnp. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
gambar 1 dan gambar 2.
Basis

Kolektor

C
B

Emit
or

n
(a)

(b)

Gambar 1. Tiga Daerah untuk Transistor jenis NPN dengan Simbolnya.


Basis

Kolektor

p
(a)

C
B

Emit
or

(b)

Gambar 2. Tiga Daerah untuk transistor jenis PNP dengan Simbolnya.


Pada percobaan kali ini yang dipilih adalah transistor jenis npn.
Lihatlah Gambar 1. Pada transistor jenis npn, daerah emitor di dop sangat
banyak, sehingga daerah emitor akan menginjeksi elektron ke dalam basis.
Basis di dop sangat sedikit, sehingga basis akan melakukan sebagian
besar elektron yang didapat dari emitor menuju kolektor.
DIODA 41

Ic

Ic

IB

IB

IE

IE

(a)

(b)

Gambar 3. Tiga Daerah untuk Transistor Jenis PNP dengan Simbolnya.


Daerah kolektor merupakan daerah yang di dop paling banyak dari
ketiga daerah yang, sehingga daerah ini harus mampu menghamburkan
lebih banyak pana dari daerah emitor dan basis.
Hampir semua transistor (dari elektron yang diinjeksikan), kurang
dari 5%-nya berkomendasi dengan hole basis untuk menghasilkan arus
basis (IB). Maka dc (penguatan arus dc) hampir semuanya lebih besar dari
20 (biasanya berkisar antara antaraa 50 sampai 200). Besarnya dc dapat
dicari dengan persamaan :
dc = (IC) / (IB)
Pada komponen transistor, ada beberapa pendekatan yang harus diingat :
1. Arus emitor merupakan penjumlahan dari arus kolektor dan arus
basis
IE = IC + IB
2. Arus basis jauh lebih kecil daripada dua arus lainnya
IB << IE
3. Sehingga arus kolektor hampir sama dengan arus basis
IC IE
Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana sebuah transistor
bekerja, adalah dengan membuat grafik yang menghubungkan arus
dengan tegangan transistor. Untuk mendapatkan kurva kolektor dapat
dengan membentuk suatu rangkaian seperti dalam gambar 4, atau dengan
menggunakan transistor curve tracer.
IC

R
V

+
BB

IB

BE

+
BE

+
-

CE

DIODA 42

Gambar 4. Rangkaian untuk mengukur arus dan tegangan kolektor


Cara ker kedua metoda tersebut adalah mengubah-ubah tegangan V BB dan
VCC untuk memperoleh tegangan dan arus transistor yang berbeda-beda.
Pada saat perubahan tegangan dilakukan, besar arus I B harus konstan
(sambil mengubah-ubah VCC).

Break
Down

IC

A k t if
S a tu ra s i

IB
V

C E

Gambar 5. Kurva Kolektor dengan Tiga Daerah Keadaan.


Pada gambar 5 terlihat bahwa daerah saturasi terjadi pada bagian
awal kurva. Daerah ini terletak antara titik pusat dengan Knee (lutut)
kurva. Bagian datar kurva disebut daerah aktif. Pada daerah inilah bila
transistor akan difungsikan sebagai pengendali sumber arus. Sedangkan
bagian yang terakhir disebut daerah breakdown. Daerah breakdown
selalu dihindari dalam pemakaian transistor. Hal ini dikarenakan bila pada
transistor bekerja pada daerah breakdown maka transistor akan rusak
(dadal).
Cara termudah memanfaatkan sebuah transistor adalah dengan
memfungsi-kannya sebagai switch, yaitu dengan mengoperasikan
transistor pada daerah saturasi atau pada daerah titik sumbat (cut off).
Pada keadaan saturasi, besar arus basis sama dengan IB (sal) dan arus
kolektor pada keadaan maksimum.
IC
V
R

S w it c h t e r t u t u p

C C
C

S w it c h t e r b u k a

Gambar 6. Garis Beban Transistor

CC

IB

Sedangkan pada keadaan titik sumbat, arus nol dan arus kolektor
sangat kecil (sehingga dapat diabaikan). Jika transistor bekerja pada
daerah saturasi, maka transistor tersebut akab berfungsi sebagai switch
DIODA 43

tertutup (dari kolektor ke emitor). Tetapi jika transistor bekerja pada daerah
cut off, maka transistor berfungsi sebagai switch terbuka.
+15 V
+15 V
1
+5 V
0 V

0 V

Gambar 7. Contoh Rangkaian Transistor yang Difungsikan sebagai Switch


+15 V
1

+5 V
0 V

Gambar 8. Contoh Rangkaian Transistor Yang Difungsikan Sebagai Switch


Dengan Beban LED
Dalam gambar 7. digambarkan bahwa transistor digerakkan dengan
tegangan step. Jika tegangan input nol, transistor akan tersumbat (cut off).
Dalam keadaan demikian transistor kelihatan seoerti switch terbuka.
Dengan tidak adanya arus yangmelewati tahanan kolektor, maka tegangan
output sama dengan + 15 Volt. Tetapi jika tegangan input + 5 volt, maka
arus basis (IB) menjadi :
IB

5 0,7
1,43mA
3 k

Sehingga arus akan melewati menuju emitor. Pada kondisi ini bila sebuah
beban (misalkan berupa LED) dipasang pada kolektor (lihat Gambar 8.),
maka beban tersebut akan bekerja. Dalam keadaan inilah transistor
kelihatan seperti switch tertutup.

+
IC

R 1= 1 W

7.3 Rangkaian
9 V o Percobaan
lt
R 2= 1 W

BD 130
IB

DIODA 44

Gambar 9. Rangkaian Percobaan 1


+

R e lla y
R 1= 1 W

+
_

9 V o lt
R 2= 1 W

BD 130
IB

_
Gambar 10. Rangkaian Percobaan Transistor 2
7.4 Alat-alat dan Komponen
- Kit Percobaan
- Amperemeter
- Catu daya DC (9 Volt)
- Catu Daya DC Variable (0 12 Volt)
7.5 Langkah-langkah Percobaan
Percobaan Transistor 1
- Gunakan catu daya DC variable untuk VCE)
- Atur VCE pada tegangan + 9 Volt
- Atur besar arus IB sesuai dengan nilai yang tertera dalam Tabel 1
yang ditentukan kemudian.
- Ukur arus kolektor (IC) sebagai fungsi arus basis (IB) dengan menjaga
tegangan (VCE) tidak berubah (atur VCE tetap pada tegangan +9 Volt).
- Tabelkan Hasilnya
- Gambarlah grafik IC sebagai fungsi IB dalam grafik 1
- Dari Tabel 1, hitung besar penguatan DC dari transistor tersebut.

DIODA 45

Tabel 1. Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Transistor


No.
IB (mA)
IC (mA)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Grafik 1. Hasil Pengukuran IC Sebagai Fungsi IB


Percobaan Transistor 2.
- Putar potensiometer hingga relay pada keadaan ON (bekerja) untuk
pertama kalinya. Catat besar arus basis pada keadaan tersebut.
IB = ..
7.6. Kesimpulan

DIODA 46

Asisten Acara 7

(.
)
NIM :

Nilai

Praktikan

(.)
NIM :

DIODA 47

VIII. Gerbang Logika


8.1 Tujuan Percobaan
Mengenal berbagai macam gerbang logika
8.2 Dasar Teori
Gerbang logika aadalah piranti dua keadaan yang mempunyai dua
keadaan keluaran. Keluaran dengan tegangan nol volt menyatakan logika 0
(rendah) dan keluaran dengan tegangan tetap menyatakan logika 1
(tinggi).
Gerbang logika dapat mempunyai beberapa masukan yang masingmasing masukan mempunyai salah satu dari dua keadaan logika yaitu 0
atau 1. Gerbang logika dapat digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi
khusus misalnya operasi NOT (inverter), AND, NAND, OR, NOR, atau
EX-OR. Gambar 1 menunjukkan simbol standar dan gerbang-gerbang
logika yang berlaku secara internasional.

Gambar 1. Gerbang-gerbang Logika


DIODA 48

Kolom ketiga merupakan rangkaian equivalen yang dari masingmasing gerbang logika yang disusun dari gerbang logika NAND yang
merupakan gerbang universal. Gerbang NAND disebut sebagai gerbang
universal karena semua ekspresi logika dapat disusun dari gerbang ini.
Tipe IC yang berisi gerbang NAND adalah 7400 dari TTL dan 4011
dari CMOS. Berikut adalah gambar IC gerbang logika TTL.

Gambar 2. IC Gerbang-gerbang Logika TTL


Cara pemberian kontak input (tinggi dan rendah) gerbang logika
sangat mempengaruhi kinerja gerbang logika. Fenomena pelambungan
yang menghasilkan daerah tidak terdefinisikan, dalam arti tidak berada
pada daerah tinggi dan rendah, harus dihindarkan karena dapat
mengacaukan output gerbang logika. Meskipun waktu terjadi pelambungan
(bounce) sangat singkat, tapi perangkat logika sudah dapat mendeteksi
perubahan tinggi, rendah, dan tinggi pada titik input. Untuk menghindari
pengaruh kontak lambung yang tidak diinginkan, maka digunakanlah
perangkat debounceless switch. Berikut ini adalah gambar modul
debounceless switch yang terdiri atas dua output yang digunakan dalam
praktikum.

DIODA 49

Gambar 3. Modul Debouceless Switch


8.3 Rangkaian Percobaan

Gambar 4. Rangkaian Percobaan Gerbang NOT

Gambar 5. Rangkaian Percobaan AND

Gambar 6. Rangkaian Percobaan Gerbang NAND

DIODA 50

8.4 Alat-alat dan Komponen


- Modul debouceless switch
- IC gerbang NAND 7400 TTL
- LED
- Resistor 1 K
- Catu daya DC 5 volt
8.5 Langkah-langkah Percobaan
- Rangkaikan percobaan 1 (gambar 4), sambungkan catu daya pada
modul debouceless switch dan IC 7400
- Hidupkan catu daya dan operasikan saklar modul debouceless switch
(LED hidup=1, LED padam=0).
- Amati penunjukkan LED yang bersesuaian dengan posisi saklar
debouceless switch dan lengkapilah tabel 1 untuk percobaan
gerbang logika NOT.
- Hidupkan catu daya, kemudian aturlah saklar masukan dalam
kombinasi seperti pada percobaan 2 (gambar 5), dan amati
penunjukkan lampu yang bersesuaian dengan posisi saklar.
- Lengkapi tabel 2 untuk percobaan gerbang logika AND.
- Seperti langkah di atas, lengkapilah tabel 3 (NAND), tabel 4 (OR),
tabel 5 (NOR), dan tabel 6 (XOR). Sesuaikanlah gambar rangkaian
dengan gambar 1 (untuk gambar rangkaian OR, NOR, dan XOR)
8.6 Lembar Kerja
A
1
0

NOT A

Tabel 1. Kebenaran Gerbang NOT


A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

A AND B

Tabel 2. Kebenaran Gerbang AND


A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

A NAND B

Tabel 3. Kebenaran Gerbang NAND

DIODA 51

A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

A OR B

Tabel 4. Kebenaran Gerbang OR


A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

A NOR B

Tabel 5. Kebenaran Gerbang NOR


A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

A XOR B

Tabel 6. Kebenaran Gerbang XOR


8.7 Tugas
1. Jika A sama dengan NOT A, apa yang anda ketahui tentang
?
A
2. Apa perbedaan operasi OR terhadap operasi penjumlahan pada
umumnya?
3. Gambarkan rangkaian percobaan OR, NOR, dan XOR (dengan
gerbang universal NAND)!
4. Sebutkan tipe IC TTL dan CMOS yang mewakili gerbang-gerbang
NOT, AND, NAND, OR, NOR, XOR, dan XNOR (bukan gerbang
universal NAND)!
Jawab:

DIODA 52

Jawab:

DIODA 53

8.8 Pembahasan dan kesimpulan

Asisten Acara 8

(.
)
NIM :

Nilai

Praktikan

(.)
NIM :

DIODA 54

IX. Flip-Flop
9.1 Tujuan Percobaan
Mengenal berbagai macam flip-flop beserta karakteristiknya.
9.2 Dasar Teori
Rangkaian logika terdiri atas dua macam yaitu: rangkaian logika
gabungan rangkaian logika sekuensial. Rangkaian logika gabungan
diperoleh dari menyusun gerbang-gerbang logika untuk membentuk suatu
fungsi logika (seperti pada percobaan 3), sedangkan rangkaian logika
sequensial yang bekerja berdasar urutan, rangkaian, atau dengan kata lain
berhubungan dengan variable waktu. Rangkaian dasar logika sequensial
adalah Flip-Flop yang merupakan dasar dari pencacah, register geser, dan
memori.
Jenis Flip-Flop antara lain adalah:
RS (set-reset)
RS (set-reset) dengan clock
Flip-flop D (clock)
Flip-flop D dengan preset-clear
Flip-flop JK (clock)
Flip-flop JK dengan preset-clear
Flip-Flop merupakan rangkaian digital yang mempunyai dua keluaran
dimana sinyal-sinyal dikeluaran selalu berlawanan. Flip-Flop merupakan
dasar rangkaian sequensial karena keluaran Flip-Flop ditentukan sebagian
atau seluruhnya oleh masukan yang terjadi sebelumnya. Dengan dasar
inilah Flip-Flop diterapkan sebagai unsur ingatan (memori).
A

Gambar 1. Flip-Flop Elementer (Latch)


A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

Qa
1
1
0
Qa

Qb
1
0
1
Qb

Tabel 1. Kebenaran Flip-Flop Elementer


Nilai masukan di A dan B tidak diperbolehkan secara serentak
menuju 0 agar Qa dan Qb dapat dianggap selalu berlawanan. Rangkaian
gambar di atas memberikan respon dengan segera dengan berubahnya
masukan. Ada pula rangkaian yang memberikan respon hanya bila pada
DIODA 55

rangkaian diberikan pulsa clock. Pada percobaan ini akan dikenalkan jenisjenis flip-flop sebagai berikut :
Flip-flop dengan clock
Rangkaian flip-flop ini mempunyai dua masukan yang disebut S (Set) dan R
(Reset), sedangkan keluarannya adalah Q dan Q dengan anggapan
keduanya saling berlawanan.
Flip-flop D
Rangkaian ini mempunyai satu masukan yang disebut D (Data) dan
keluarannya adalah Q dan Q. Flip-flop ini diperoleh dari flip-flop R-S yang
salah satu masukannya didapat dengan mengkomplemenkan masukan
lainnya.
Flip-flop J-K
Flip-flop jenis ini dibuat sebagai penyempurnaan flip-flop terdahulu, dengan
maksud untuk menghindari adanya perilaku tak tentu dari masukannya.
Flip-flop merupakan perangkat yang bekerja berdasarkan waktu.
Untuk memberikan input waktu digunakan oscillator. Salah satu jenis
oscillator adalah pewaktu (timmer) yang dibangun dari IC NE 555 sebagai
clock. Untuk keperluan percobaan diberikan modul clock yang digunakan
untuk keperluan ini.

Gambar 2. Modul Clock


Selain modul clock juga ada modul preset-clear yang diperlukan
untuk melakukan preset dan clear terhadap flip-flop. Masukan preset 0
akan merubah Q menjadi 1 sedangkan masukan clear 0 akan mereset Q
menjadi 0

DIODA 56

Gambar 3. Modul Preset-Clear


9.3 Rangkaian Percobaan
Flip flop RS dapat dirangkai dengan gerbang logika universal NAND
dengan IC TTL 7400.

Rangkaian

Simbol

Gambar 4. Rangkaian Percobaan 1 Flip-Flop R-S berdetak


Flip flop D dapat dirangkai dengan IC TTL 7474.

Simbol

IC TTL 7474

Gambar 5. Rangkaian Percobaan 2 Flip-Flop D

DIODA 57

Flip flop JK dapat dirangkai dengan IC TTL 7473.

Simbol

IC TTL 7473

Gambar 6. Rangkaian Percobaan 3 Flip-Flop J-K


9.4 Alat-alat dan Komponen
- Rangkaian Percobaan 1, 2, dan 3
- Modul debouncing switch, modul clock, dan modul preset-clear
- IC TTL 7473, 7474
- LED
- Resistor 1 K
- Catu daya DC 5 volt
9.5 Langkah-langkah Percobaan
Percobaan 1 Flip-Flop R-S
- Rangkaikan percobaan 1 (gambar 4), sambungkan catu daya pada
modul debouceless switch, modul clock, dan IC 7400
- Sambungkan input clock flip-flop R-S dengan output modul clock.
Sambungkan input A dan B flip-flop R-S dengan output modul
debouceless switch. Rangkaikan output Q dan negasi Q flip-flop
dengan rangkaian keluaran LED seperti pada acara 3
- Hidupkan catu daya dan operasikan saklar modul debouceless switch
(LED hidup=1, LED padam=0).
- Dengan setting R dan S untuk nilai yang ada pada tabel 2,
operasikan pulsa clock untuk setiap perubahan masukan. Amati hasil
nilai Q sebelum pulsa clock - LED clock padam - (Q n) dan sesudah
pulsa clock - LED clock hidup - (Qn+1).
- Catat hasil pengamatan anda pada tabel 2. Bagaimana hubungan
antara keluaran Q dan Q?
- Perhatikan, pada saat pulsa clock bagaimana keluaran (Q n+1)
berubah?
- Lengkapilah diagram waktu pada lembar kerja.

DIODA 58

Percobaan 2 Flip-Flop D
- Rangkaikan percobaan 2 (gambar 5), sambungkan catu daya pada
modul debouceless switch, modul clock, modul preset-clear, dan IC
7474
- Sambungkan input clock flip-flop D dengan output modul clock.
Sambungkan input A dan B flip-flop D dengan output modul
debouceless switch. Sambungkan preset dan clear flip-flop D dengan
output modul preset-clear. Rangkaikan output Q dan negasi Q flipflop dengan rangkaian keluaran LED seperti pada acara 3
- Hidupkan catu daya dan operasikan saklar modul debouceless switch
(LED hidup=1, LED padam=0).
- Dengan setting D untuk nilai yang ada pada tabel 3, operasikan pulsa
clock untuk setiap perubahan masukan. Amati hasil nilai Q sebelum
pulsa clock - LED clock padam - (Q n) dan sesudah pulsa clock - LED
clock hidup - (Qn+1).
- Catat hasil pengamatan anda pada tabel 3. Bagaimana hubungan
antara keluaran Q dan Q?
- Perhatikan, pada saat pulsa clock bagaimana keluaran (Q n+1)
berubah?
- Lengkapilah diagram waktu pada lembar kerja.
Percobaan 3 Flip-Flop J-K
- Rangkaikan percobaan 3 (gambar 6), sambungkan catu daya pada
modul debouceless switch, modul clock, modul preset-clear, dan IC
7473
- Sambungkan input clock flip-flop J-K dengan output modul clock.
Sambungkan input A dan B flip-flop J-K dengan output modul
debouceless switch. Sambungkan clear flip-flop J-K dengan output
clear modul preset-clear. Rangkaikan output Q dan negasi Q flip-flop
dengan rangkaian keluaran LED seperti pada acara 3
- Hidupkan catu daya dan operasikan saklar modul debouceless switch
(LED hidup=1, LED padam=0).
- Dengan setting J dan K untuk nilai yang ada pada tabel 4, operasikan
pulsa clock untuk setiap perubahan masukan. Amati hasil nilai Q
sebelum pulsa clock - LED clock padam - (Q n) dan sesudah pulsa
clock - LED clock hidup - (Qn+1).
- Catat hasil pengamatan anda pada tabel 4. Bagaimana hubungan
antara keluaran Q dan Q?
- Perhatikan, pada saat pulsa clock bagaimana keluaran (Q n+1)
berubah?
- Set J dan K pada posisi 1, operasikan pulsa clock secara berulangulang. Bagaimana keadaan keluaran Q?
- Lengkapilah diagram waktu pada lembar kerja.

DIODA 59

9.6 Lembar Kerja


Percobaan 1 Flip-Flop R-S
Clock

Qn

Qn+1

Tabel 2. Data hasil percobaan Flip-Flop R-S


-

Hubungan Q dan Q

Keluaran Qn+1 berubah pada saat pulsa clock

Diagram waktu hasil percobaan flip-flop R-S

DIODA 60

Percobaan 2 Flip-Flop D
Clock

Preset

Clear

Qn

Qn+1

Tabel 3. Data hasil percobaan Flip-Flop D


-

Hubungan Q dan Q

Keluaran Qn+1 berubah pada saat pulsa clock

Diagram waktu hasil percobaan flip-flop D

DIODA 61

Percobaan 3 Flip-Flop J-K


Clock

Clear

Qn

Qn+1

Tabel 4. Data hasil percobaan Flip-Flop J-K


-

Hubungan Q dan Q

Keluaran Qn+1 berubah pada saat pulsa clock

Keluaran Q dan negasi Q pada saat J dan K pada posisi 1 dan clock
bergantian

Diagram waktu hasil percobaan flip-flop J-K

DIODA 62

9.7 Hasil dan Pembahasan

DIODA 63

9.8 Kesimpulan

Asisten Acara 9

(.
)
NIM :

Nilai

Praktikan

(.)
NIM :

DIODA 64

Anda mungkin juga menyukai