KOMPONEN SEMIKONDUKTOR
A. PENDAHULUAN
Penggunaan semikonduktor yang dioperasikan sebagai sakelar dalam suatu
rangkaian elektronika memiliki keuntungan dapat menaikkan efisiensi dan performasi
rangkaian karena rugi daya yang terjadi relatif kecil. Seperti karakteristik sekelar pada
umumnya, karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai sakelar
memiliki dua keadaan, yaitu: kondisi ’ON’ dan kondisi ’OFF’. Hal ini berarti, rangkaian
dalam keadaan ’tertutup’ atau ’terbuka’. Dalam kondisi ideal, semikonduktor daya yang
dioperasikan sebagai sekelar hanya menyerap daya yang relatif kecil baik saat kondisi
’ON’ maupun ’OFF’ atau bahkan dalam kondisi tertentu daya yang diserap dapat
diabaikan (nol). Keuntungan lain dari proses pensakelaran ini dapat dilakukan
sekaligus proses pengubahan atau proses pengaturan. Karena keistimewaan inilah
semikonduktor daya banyak digunakan dalam pengaturan daya listrik.
(c)
Gambar 4.1. (a) Pembentukan Sambungan;(b) Daerah
Pengosongan; (c) Simbol Dioda
Oleh karena itu pada sisi p tinggal ion-ion akseptor yang bermuatan
negatip dan pada sisi n tinggal ion-ion donor yang bermuatan positip. Namun
proses ini tidak berlangsung terus, karena potensial dari ion-ion positip dan
negatip ini akan mengahalanginya. Tegangan atau potensial ekivalen pada daerah
pengosongan ini disebut dengan tegangan penghalang (barrier potential).
Besarnya tegangan penghalang ini adalah 0.2 untuk germanium dan 0.6 untuk
silikon.
Jika diode dalam kondisi ideal, ketika dioda dalam kondisi ON memiliki
karakteristik tegangan pada dioda sama dengan nol dan arus yang mengalir pada
diode sama dengan arus bebannya. Sebaliknya, dioda dalam kondisi OFF memiliki
karakteristik tegangan pada dioda sama dengan tegangan sumbernya dan arus
yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi dioda ON dan OFF ini dapat
dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada dioda.
(a) (b)
Gambar 4.5. (a)Rangkaian penyearah gelombang penuh,
(b)bentuk gelombangnya
Lain halnya pada rangkaian penyearah gelombang penuh. Pada kondisi ini dioda
beroperasi dengan cara berpasangan. Dimana pada setengah siklus pertama dioda
pertama dan dioda kedua terkonduksi dan keluaran bernilai positif sedangkan
dioda tiga dan dioda empat bernilai negatif. Pada setengah siklus kedua, dioda
kedua dan dioda keempat terkonduksi dan keluaran bernilai positif tetapi dioda
pertama dan dioda ketiga tidak terkonduksi dan bernilai negatif, demikian
seterusnya seperti pada gambar 4.5.(b)
Sedangkan jika didekati dengan struktur transistor, maka struktur SCR dapat
digambarkan seperti pada gambar berikut.
3. DIAC
Kalau dilihat strukturnya seperti gambar 4.12, DIAC bukanlah termasuk keluarga
thyristor, namun prisip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat
dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat
tipis sehingga elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini.
Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar
untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua
buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai
dioda.
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan ini. Hanya
dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus
yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya.
Kurva karakteristik DIAC sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah
berapa tegangan breakdown-nya.
Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar-8b. DIAC umumnya
dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi.
Contohnya adalah aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar 4.10.
Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Lalu
diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan Vbo = 20 V, maka dapat
dihitung TRIAC akan ON pada tegangan :
V = IGT(R)+Vbo+VGT = 120.7 V
Pada rangkaian dimmer, resistor R biasanya diganti dengan rangkaian seri resistor dan
potensiometer. Di sini kapasitor C bersama rangkaian R digunakan untuk menggeser
phasa tegangan VAC. Lampu dapat diatur menyala redup dan terang, tergantung pada saat
kapan TRIAC di picu.
4. TRIAC
Triac dapat dianggap sebagai dua buah SCR dalam struktur kristal
tunggal, dengan demikian maka Triac dapat digunakan untuk melakukan
pensaklaran dalam dua arah (arus bolak balik, AC). Simbol dan struktur Triac
adalah seperti ditunjukan dalam gamabar berikut.
Karena secara prinsip adalah ekivalen dengan dua buah SCR yang disusun secara
paralel dengan salah SCR dibalik maka Triac memiliki sifat-sifat yang mirip
dengan SCR. Gambar dibawah adalah gambar karakteristik volt-amper dari Triac.
Selama setengah perioda negative, muatan negative akan berada pada plat bagian
atas kapasitor dan jika tegangan yang berada pada kapasitor telah mencukupi,
maka TRIAC akan ON.
Kecepatan pengisian kapasitor diatur oleh hambatan R2, dimana jika R2 bernilai
besar, maka pengisisannya akan lambat sehingga terjadi penundaan penyalaan
yang panjang dan arus rata-ratanya kecil. Jika R2 bernilai kecil, maka pengisian
kapasitor akan cepat dan arus bebannya tinggi.
Bagi beban-beban resitif, waktu yang tersedia guna mematikan suatu TRIAC akan
lebih panjang dari titik ketika arus bebannya jatuh hingga waktu dimana tegangan
balik mencapai nilai yang dapat menghasilkan arus latching yang dibutuhkan.
Sedangkan bagi beban-beban induktif komutasinya akan lebih rumit lagi, dimana
jika arus beban jatuh dan TRIAC berhenti menghantar, maka tegangan masih ada
pada piranti tersebut. Jika tegangannya muncul terlalu cepat, maka akibat yang
dihasilkan oleh persambungan kapasitansi adalah tetap menghantarnya TRIAC
tersebut. Untuk itu maka sering digunakan rangkaian pengaman yang dapat
mengubah nilai perubahan (Range of Change) tegangan TRIAC. Adapun pengaturan
tegangan bolak-balik dengan menggunakan TRIAC ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.