Anda di halaman 1dari 32

PENERAPAN RANGKAIAN

ELEKTRONIKA
XI TAV
THYRISTOR
Thyristor adalah komponen semikonduktor
untuk pensaklaran yang berdasarkan pada
struktur PNPN. Komponen ini memiliki
kestabilan dalam dua keadaan yaitu on dan off
serta memiliki umpan-balik regenerasi internal.
Thyristor memiliki kemampuan untuk mensaklar
arus searah (DC) yaitu jenis SCR, maupun arus
bolak-balik (AC), jenis TRIAC.
Struktur Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah
komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya
sama, tetapi struktur P-N junction yang
dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor
bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih
digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang
sebagai penguat arus atau tegangan seperti
halnya transistor.
Gambar-1 : Struktur Thyristor
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer
PNPN seperti yang ditunjukkan pada gambar-1a.
Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua
buah struktur junction PNP dan NPN yang
tersambung di tengah seperti pada gambar-1b. Ini
tidak lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN
yang tersambung pada masing-masing kolektor dan
base. Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan
Q2, maka struktur thyristor ini dapat diperlihatkan
seperti pada gambar-2 yang berikut ini.
Gambar-2 : visualisasi dengan transistor
Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung
pada base transistor Q2 dan sebaliknya kolektor
transistor Q2 tersambung pada base transistor
Q1. Rangkaian transistor yang demikian
menunjukkan adanya loop penguatan arus di
bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic I= b,
yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus
base.
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir
pada base transistor Q2, maka akan ada arus Ic yang
mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini
merupakan arus base Ib pada transistor Q1,
sehingga akan muncul penguatan pada pada arus
kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1
tdak lain adalah arus base bagi transistor Q2.
Demikian seterusnya sehingga makin lama
sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah
akan mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah
lapisan P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang
demikian todak lain adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat
yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam
keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari
anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah
dioda.
Gambar-3 : Thyristor diberi tegangan
Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu
dc dan diberi suplai tegangan dari nol sampai tegangan
tertentu seperti pada gambar 3. Apa yang terjadi pada
lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol. Ya betul, tentu
saja lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang
ada ditengah akan mendapatkan reverse-bias (teori
dioda). Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan OFF
karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil
sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu
tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan
sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut
tegangan breakdown dan pada saat itu arus mulai dapat
mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda
umumnya. Pada thyristor tegangan ini disebut tegangan
breakover Vbo.
1. Silicon Controlled Rectifier (SCR)
SCR merupakan jenis thyristor yang terkenal
dan paling tua, komponen ini tersedia dalam
rating arus antara 0,25 hingga ratusan amper,
serta rating tegangan hingga 5000 volt.
Struktur dan simbol dari SCR dapat
digambarkan seperti pada gambar dibawah :
Gambar struktur dan simbol dari SCR
Gambar Struktur SCR jika didekati dengan
struktur transistor.
Kondisi awal dari SCR adalah dalam kondisi OFF (A
dan K tidak tersambung). Salah satu cara untuk
meng-ON kan (menyambungkan antara A dan K)
adalah dengan memberikan tegangan picu terhadap
G (gate). Sekali SCR tersambung maka SCR akan
terjaga dalam kondisi ON (dapat dilihat pada
struktur transistor Gambar 2). Untuk mematikan
sambungan A-K, maka yang perlu dilakukan adalah
dengan memberikan tegangan balik pada A-K-nya,
atau dengan menghubungkan G ke K.
Gambar berikut adalah karakteristik volt-
amper SCR dan skema aplikasi dasar dari
SCR.
Gambar Karakteristik dan skema
aplikasi SCR.
2. Triac
Triac dapat dianggap sebagai dua buah SCR
dalam struktur kristal tunggal, dengan
demikian maka Triac dapat digunakan untuk
melakukan pensaklaran dalam dua arah (arus
bolak balik, AC). Simbol dan struktur Triac
adalah seperti ditunjukan dalam gamabr
dibawah :
Gambar simbol dan struktur Triac.
Karena secara prinsip adalah ekivalen dengan
dua buah SCR yang disusun secara paralel
dengan salah SCR dibalik maka Triac memiliki
sifat-sifat yang mirip dengan SCR. Gambar
dibawah adalah gambar karakteristik volt-amper
dan skema aplikasi dari Triac.
Gambar Karakteristik dan skema
aplikasi Triac.
Jika TRIAC sedang OFF, arus tidak dapat
mengalir diantara terminal-terminal utamanya
(saklar terbuka). Jika TRIAC sedang ON, maka
dengan tahanan yang rendah arus mengalir
dari satu terminal ke terminal lainnya dengan
arah aliran tergantung dari polaritas tegangan
yang digunakan (saklar tetutup).
Arus rata-rata yang dialirkan pada beban dapat
bervariasi oleh adanya perubahan harga waktu
setiap perioda ketika TRIAC tersebut ON. Jika
porsi waktu yang kecil saat kondisi ON, maka arus
rata-ratanya akan tinggi.
Kondisi suatu TRIAC pada setiap perioda tidak
dibatasi hingga 180o, dengan pengaturan picu dia
dapat menghantarkan hingga 360o penuh.
Tegangan gate untuk pemicu buasanya diberi
notasi VGT , dan arus gate pemicu dinotasikan
dengan IGT.
Gambar Rangkaian picu TRIAC
Selama setengah perioda negative, muatan
negative akan berada pada plat bagian atas
kapasitor dan jika tegangan yang berada pada
kapasitor telah mencukupi, maka TRIAC akan ON.
Kecepatan pengisian kapasitor diatur oleh
hambatan R2, dimana jika R2 bernilai besar, maka
pengisisannya akan lambat sehingga terjadi
penundaan penyalaan yang panjang dan arus
rata-ratanya kecil. Jika R2 bernilai kecil, maka
pengisian kapasitor akan cepat dan arus
bebannya tinggi.
Gambar DIAC sebagai pengendali
TRIAC
Rangkaian tersebut menggunakan DIAC
sebagai pengen dali picu. Prinsip kerjanya, jika
tegangan input berada pada setengah periode
positif, maka kapasitor akan terisi muatan
melebihi beban dan hambatan R. jika
tegangan kapasitor mencapai tegangan
breakover DIAC, maka kapasitor mulai
mengosongkan muatan melalui DIAC ke
gerbang (gate) TRIAC.
Pulsa trigger TRIAC akan menghantarkan TRIAC pada
setengah perioda tadi dan untuk setengah perioda
berikutnya (negative) prinsipnya sama.
Sekali TRIAC dihidupkan, maka dia akan
menghantarkan sepanjang arus yang mengalir
melaluinya tetap dipertahankan. TRIAC tidak dapat
dimatikan oleh arus balik layaknya suatu SCR. TRIAC
dapat dimatikan dan kembali pada kondisi
menghambat, ketika arus beban AC yang melewatinya
berharga nol (0), sebelum setengah perioda lainnya
digunakan. Faktor ini akan membatasi frekuensi respon
yang dimiliki oleh TRIAC tersebut.
Bagi beban-beban resitif, waktu yang tersedia guna
mematikan suatu TRIAC akan lebih panjang dari titik ketika
arus bebannya jatuh hingga waktu dimana tegangan balik
mencapai nilai yang dapat menghasilkan arus latching yang
dibutuhkan.
Sedangkan bagi beban-beban induktif komutasinya akan
lebih rumit lagi, dimana jika arus beban jatuh dan TRIAC
berhenti menghantar, maka tegangan masih ada pada
piranti tersebut. Jika tegangannya muncul terlalu cepat,
maka akibat yang dihasilkan oleh persambungan
kapasitansi adalah tetap menghantarnya TRIAC tersebut.
Untuk itu maka sering digunakan rangkaian pengaman yang
dapat mengubah nilai perubahan (Range of Change)
tegangan TRIAC.
pengaturan tegangan bolak-balik dengan
menggunakan TRIAC
Contoh penggunaan TRIAC:
Pemakaian motor arus bolak-balik 1 fasa
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari dibandingkan dengan motor arus searah.
Pengontrolan pun sekarang sudah banyak
ragamnya dari mulai pengaturan putaran
sampai pada proteksinya.

Anda mungkin juga menyukai