Konsep thyristor
Apabila 2 (dua) buah transistor NPN dan PNP
mempunyai karakteristik yang sama, maka kedua transistor tersebut dikatakan
complementary (komplemen). Misalnya, transistor-transistor 2N3904 (NPN) dan
2N3096 (PNP). Kedua transistor ini memiliki nilai-nilai , tegangan breakdown, arus
nominal dan lain-lain yang sama. Karena itu, keduanya dikatakan komplemen.
Gambar berikut menunjukkan suatu complementary latch, yaitu cara khusus untuk
menghubungkan transistor-transistor yang komplemen. Suatu complementary latch
dapat berada dalam keadaan menghantar atau tidak menghantar. Dalam keadaan
menghantar dia akan berfungsi sebagai saklar tertutup dan akan tetap tertutup
sampai ada suatu kekuatan dari luar untuk membukanya. Dalam keadaan tidak
menghantar dia akan berfungsi sebagai suatu saklar terbuka dan akan tetap terbuka
sampai ada kekuatan dari luar menutupnya.
Untuk menjelaskan konsep suatu complementary latch, marilah kita ikuti uraian
berikut ini! Pada gambar di bawah ditunjukkan suatu susunan (gambar a dan b) dan
simbol (gambar c) dioda empat lapis (four layer diode). Komponen ini
diklasifikasikan sebagai dioda karena memiliki dua terminal, yaitu anoda dan katoda.
Karena dioda ini memiliki empat daerah, maka sering disebut dioda PNPN.
Jika diperhatikan pada gambar b, tampak bahwa sebelah kiri merupakan susunan
transistor PNP dan sebelah kanan susunan transistor NPN. Karena itu dioda empat
sebuah dioda.
Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi suplai
tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar di bawah? Apa
yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol? Ya, betul. Tentu saja
lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada di tengah akan mendapatkan
reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini thyristor disebut dalam keadaan OFF karena
tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir
sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan
NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown. Pada saat itu
arus mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya.
Tegangan ini disebut tegangan breakover (Vbo).
Garis putus-putus menunjukkan peralihan antara daerah cutt-off dan jenuh. Dibuat
putus-putus untuk menujukkan bahwa thyristor berubah secara cepat antara
keadaan ON dan OFF.
Pada saat dalam kondisi OFF, arus sama dengan nol. Apabila tegangan dioda
melebihi Vbo, maka breakover beralih sepanjang garis putus-putus menuju ke
daerah jenuh. Dioda akan beroperasi pada garis sebelah atas. Selama arus yang
melalui lebih besar dari arus genggam (holding current) Ih, dioda akan terkunci
pada kondisi ON. Sebaliknya bila arus yang melewati dioda lebih kecil dari Ih, maka
dioda akan putus (OFF).
Contoh soal:
Sebuah rangkaian seperti di bawah dengan spesifikasi dioda dari datasheet memiliki
tegangan breakover sebesar 10 V. Apabila tegangan masukan naik menjadi 15 V,
berapa arus dioda?
Penyelesaian:
Karena tegangan masukan 15 V lebih besar dari Vbe yang besarnya 10V, dioda
breakover. Secara ideal dioda akan seperti saklar tertutup, sehingga arusnya:
Beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (programmable unijunction transistor), UJT (uni-junction transistor), GTO (gate turn off switch), dan
photo SCR. Namun, pada kesempatan ini, yang akan dikemukakan hanya
komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan SCR (silicon controlled
rectifier), TRIAC dan DIAC.
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR
mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat
menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan
beberapa arus Ig dan hubungannya dengan tegangan breakover. Pada datasheet
SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current).
Pada gambar ditunjukkan juga arus Ih, yaitu arus holding yang mempertahankan
SCR tetap ON. Jadi, agar SCR tetap ON, arus forward dari anoda menuju katoda
harus berada di atas parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada
kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON,
walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk
membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun di
bawah arus Ih (holding current). Pada gambar kurva SCR, jika arus forward berada
di bawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding
ini? Umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF dengan menurunkan tegangan anoda-katoda ke
titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak cocok digunakan
untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi tegangan
AC, karena SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah tegangan
trigger pada gate yang menyebabkan SCR ON. Kalau dilihat dari model thyristor
pada gambar, tegangan ini adalah tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT seperti
halnya Vsub>be, besarnya kira-kira 0.7 volt (bahan silikon). Seperti contoh
rangkaian gambar berikut ini sebuah SCR diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT
= 0.7 volt. Maka dapat dihitung tegangan VIN yang diperlukan agar SCR ini ON,
yaitu sebesar:
Sudut penyulutan adalah sudut yang diperlukan agar SCR tersulut, artinya ketika
SCR diaplikasikan dengan tegangan AC. Untuk membuat ON, SCR harus disulut
dengan sudut tertentu. Sudut ini disebut dengan sudut penyulutan (firing angle).
Beberapa aplikasi menggunakan pengendali sudut fasa untuk mendapatkan sudut
penyulutan yang tepat agar SCR ON. Berikut adalah contoh aplikasi pengendalian
sudut SCR.
Pada rangkaian tersebut, variabel resistor R1 dan kapasitor C menggeser sudut fasa
sinyal gate. Saat R1 = 0 , tegangan gate (VGT) memiliki fase yang sama dengan
tegangan catu dan SCR hanya berfungsi sebagai penyearah setengah gelombang, R2
membatasi arus (IGT) pada batas yang aman.
Pada saat R1 naik, tegangan gate akan tertinggal dibanding tegangan catu dengan
sudut antara 0 sampai 90 derajat.
Sebelum tegangan gate mencapai titik pemicuan, SCR tidak aktif dan arus beban
sama dengan nol. Pada titik pemicuan, tegangan kapasitor cukup besar untuk
memicu SCR. Saat ini terjadi hampir seluruh tegangan catu diberikan pada beban
dan arus beban menjadi tinggi. Secara ideal, SCR akan tetap ON atau terkunci
sampai polaritas tegangan catu terbalik.
Bagian yang diarsir menunjukkan sudut penghantaran atau saat SCR sedang ON.
Karena R1 tidak tetap, sudut fase tegangan dapat diubah. Hal ini akan
memungkinkan kita untuk mengatur bagian yang diarsir pada tegangan catu.
Artinya, kita dapat mengatur arus rata-rata yang melalui beban dan sangat berguna
untuk, misalnya, mengubah kecepatan motor, terangnya lampu, atau temperatur
pemanas.
Pada rangkaian pengendali fase RC seperti rangkaian di atas, jangkauan arus yang
dapat dibatasi karena sudut fase hanya bervariasi dari 00 sampai 900, yang berarti
sudut penghantaran berubah dari 1800 ke 900. Tetapi beberapa rangkaian, kita
dapat mengubah sudut fase dari 00 sampai 1800, yang memungkinkan kita untuk
mengubah arus rata-rata dari nol sampai maksimum.
TRIAC
Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional (satu arah), karena ketika
ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja, yaitu dari anoda menuju katoda.
Struktur TRIAC sebenarnya sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik
dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar di bawah.
TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional (dua arah).
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat
melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC seperti tampak pada
gambar berikut ini.
Pada data sheet akan lebih rinci diberikan besar parameter-parameter seperti Vbo
dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar
parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus. Dalam perhitungan desain,
bisa dianggap parameter ini simetris sehingga lebih mudah dihitung.
Sudut Penyulutan (Firing Angle) TRIAC
Rangkaian di bawah menunjukkan rangkaian RC yang memberikan variasi sudut fase
penyulutan gerbang TRIAC. Rangkaian ini dapat mengatur arus melalui sebuah
beban yang besar.
Ilustrasi berikut menunjukkan tegangan catu dan tegangan gate yang tertinggal.
Saat tegangan kapasitor cukup besar untuk mencatu arus trigger, TRIAC akan
DIAC
Kalau dilihat strukturnya seperti gambar di bawah, DIAC bukanlah termasuk
keluarga thyristor, namun prinsip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai
thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada
transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat menyeberang
menembus lapisan ini. Pada DIAC, lapisan N dibuat cukup tebal sehingga elektron
cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian dapat juga
dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur
DIAC digolongkan sebagai dioda.
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan ini.
Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan
arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda
dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya
perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya.
Simbol DIAC seperti tampak pada gambar. DIAC umumnya dipakai sebagai pemicu
TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi. Contohnya adalah
aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar di bawah.
Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan VGT = 0.7 volt.
Lalu diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan Vbo = 20 V, maka
dapat dihitung TRIAC akan ON pada tegangan:
V = IGT(R)+Vbo+VGT = 120.7 V
Pada rangkaian dimmer, resistor R biasanya diganti dengan rangkaian seri resistor
dan potensiometer. Di sini kapasitor C bersama rangkaian R digunakan untuk
menggeser phasa tegangan VAC. Lampu dapat diatur menyala redup dan terang,
tergantung pada saat kapan TRIAC di picu.
Aplikasi Thyristor
Berikut adalah salah satu contoh aplikasi thyristor digunakan sebagai alarm.
Pada rangkaian Non-Inverting Comparator, jika Vin lebih besar dari Vref, maka
tegangan output adalah +Vsat (mendekati tegangan +VCC). Jika Vin lebih kecil dari Vref,
maka tegangan output adalah -Vsat (mendekati tegangan -VEE).
2. Inverting Comparator
Pada Inverting Comparator tegangan input (Vin) dihubungkan pada saluran inverting (-) dan
tegangan referensi (Vref) pada saluran non-inverting (+). Tegangan referensi dapat
menggunakan sumber catu daya tegangan konstan atau rangkaian pembagi tegangan.
Pada saat Vin lebih kecil dari Vref, tegangan output Vo adalah +Vsat ( +VCC). jika Vin
lebih besar dari Vref, maka tegangan output adalah -Vsat ( +VEE).
APMLIFIER
Pada Industri perminyakan yang umumnya jauh dari perumahan dan sumber listrik maka
sudah menjadi syarat dan kewajiban untuk membuat sumber listrik sendiri untuk mencukupi
segala proses operasi di lapangan. biasanya kita membangun generator sendiri untuk
mencukupi daya yang dibutuhkan.
Ketika kita sudah membangung plant sumber listrik, tugas kita belum selesai sampai itu. kita
juga harus menjaga kestabilan daya yang dihasilkan agar tidak merusak Instalasi elektronik di
lapangan. apalagi jika daya terjadi Dropping yang cukup signufikan dapat menghambat
proses produksi migas. oleh sebab itu perlu di pasang penstabil tegangan untuk melengkapi
kerja generator.
Syncronous Generator yang paling modern secara otomatis terlengkapi dengan sistem
regulasi voltase, dalam hal itu tidak memerlukan power supply dari switchboard eksternal.
Secara rinci sistem Syncronous Generator terdiri dari: Measurement Sircuit: Sirkuit untuk mengukur arus dan tegangan dari lilitan pada stator
yang ada pada generator.
Voltage Error Sensing sircuit(VESC): yang mendeteksi voltage dan arus keluar dari
generator jika terjadi penurunan atau kenaikan.
Amplifier: untuk memperkuat sinyal indikasi eror dan untuk memberikan tenaga yang
cukup untuk memberi energi kumparan dari exciter.
Sebuah generator tambahan AC(exciter), berfungsi memperkuat kekuatan sinyal sehingga
mampu untuk memberi supply energi pada medan kumparan di generator utama.
AVR bekerja seperti cara kerja Stavolt yang ada di rumah dan dipasang penyambung dari
listrik PLN ke peralatan elektronik. perbedaannya kalo Stavolt menstabilkan tegangan input
agar komponen barang elektronik tidak rusak dan AVR menstabilkan tegangan Output dari
generator agar Instalasi listrik di plant tidak rusak.
Pada prinsipnya Automatic Voltage Regulator(AVR) adalah menstabilkan Voltase dan Arus
output dari generator. karena biasanya seiring berjalannya waktu teradi penurunan tegangan
dan arus akibat melemahnya medan pada lilitan di stator dan rotor. atau dari aktor luar terjadi
penurunan karena load listrik yang sangat tinggi dan kalo terjadi secara serentak maka akan
menurunkan daya daari genarator juga. tapi kita tidak membahas tengang faktor luar. kali ini
kita akan fokus pada faktor internal. oleh sebab itu medan dan tegangan akan dikuatkan oleh
Amplifier dan Exiter(komponen AVR).
kita bahas per point bagian diatas secara detail di bawah ini,
1.
Measurement Sircuit:
gambar diatas adalah contoh rangkaian measurement sircuit yang di ambil dari
situs(/www.electronicsweekly.com).
Pengukuran voltage output generator diukur dengan memasang transformator pada line
stator.kemudian hasil pengukuran diperjelas dan diperkuat oleh amplifier. Tetapi pada
pengukuran ini terjadi delay waktu T yang relatif kecil.
Pada kasus biasanya perusahaan terjadi pemasangan generator yang paralel yang lebih dari
satu. pembagian daya akan berdasarkan hasil pengukuran pada measurement sircuit ini.
Tegangan tiga phasa generator diberikan pada sensing circuit melewati PT dan 90R terlebih
dahulu, dan tegangan tiga phasa keluaran dari 90R diturunkan kemudian disearahkan dengan
rangkaian dioda, dan diratakan oleh rangkaian kapasitor dan resistor dan tegangan ini dapat
diatur dengan VR (Variable Resistant). Keuntungan dari sensing circuit adalah mempunyai
respon yang cepat terhadap tegangan output generator.
3. Amplifier
dengan set voltage. Besar sensing voltage dengan set voltage tidak mempunyai nilai yang
sama sehingga selisih/rentang besar tegangan tersebut. Selisih tegangan disebut dengan error
voltage. Ini akan dihilangkan dengan cara memasang VR (variable resistance) pada set
voltage dan sensing voltage.
b. Exiter Amplifier
Pada kinerja Amlifier ini yang dikuatkan adalah kekuatan medan pada kumparan di Exciter.
mekanisme penguatan adalah dengan menguatkan tegangan dan arus pada stator Exciter.
amplifier ini merupakan response dari sensing sircuit jika ternyata output generator terjadi
penurunan.
4. Exciter
Pada Generator yang dilengkapi dengan Exciterbesar tegangan listrik yang dihasilkan
sebanding dengan medan magnet di dalamnya. sedangkan besarnya arus ini sebanding
dengan arus yang dibangkitkan oleh Exciter. pada generator yang terjadi penurunan daya
maka Besar arus Exciter harus di tambah, dan juka generator terjadi kenaikan daya maka
exciter harus diturunkan arusnya. secara umum Exciter digolongkan menjadi dua yaitu, (a)
Exciter berputar dan (b) Exciter Statis
a) Exciter berputar
Exciter ini membangkitkan arus listrik DC dengan menggunakan generator kecil yang
dipasang dan ikut berputar dengan generator utama. dimana lilitan pada rotor dan stator sudah
terinverterd. Ada dua tipe generator berputar, yaitu:
a.1) Tipe yang menggunakan Brush
tipe Exciter ini membutuhkan Slip-ring untuk menghubungkan arus yang dibangkitkan
exciter dengan rotor generator utama.
sehigga tipe ini memerlukan perawatan berjangka.
a.2) tipe yang tidak menggunakan brush(brushless type)
tipe ini lebih modern karena exciter berada satu poros dengan generator utama. supply arus
dari exciter dihubungkan dengan dioda
plat ke kumparan di generator utama. jenis ini disebut juga dengan sebutan pilot Exciter.
b) Exciter statis adalah model exciter dengan energi tambahan dari generator kecil yang
dipasang diluar generator utama sebagai penyuplai daya. jenis ini disebut juga External
power supply. kelebihan sistem ini adalah daya yang diberikan bersifat uninterrupted power
supply. artinya daya memang terfokus dan terus menerus diberikan untuk exciter utama. tapi
kekurangannya adalah menambah biaya yang relatif lebih mahal dari metode pilot exciter
bahkan juga membutuhkan perawatan yang lebih.
Sebetulnya ada metode lain untuk mensupply arus yaitu dengan metode Self Exitationr
yaitu dengan memanfaatkan sisa medan magnet pada shaft rotor generator utama.
kelebihanya memang anggaran dana yang dikeluarkan bisa dibilang paling minim. tetapi
performa yang dihasilkan juga paling buruk. karena memangs daya berasal dari sisa medan
magnet saat gerator di Shut down karena penjadwalan power system. buruknya lagi jika
terjadi hubungan pendek di generator utama atau disekitar generaotr utama maka arus akan
langsung mati dan tidak memberikan daya.
Jadi gambaran kinerja AVR secara umum adalah pertama output dari generator terukur oleh
measurement sircuit dan kemudian terjadi pendeteksian juga apakah terjadi perbedaan nilai
tegangan dan arus yang keluar dari generator dengan nilai referensi yang sudah di set di AVR
Controller. jika terjadi penurunan daya output maka amplifier akan bekerja memperkuat
medan di sekitar Exciter dan kemudian Exciter akan memperkuat sinyak medan di kumparan
generator utama sehingga daya keluaran generator bisa naik. Jika terjadi kenaikan maka
exciter akan menurunkan medan di generator utama sehingga output generator bisa turun
sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari skema aslinya kinerja komponen AVR. ada komponen
tambahan lain diluar empat omponen utama yang saya jelaskan diatas. antara lain:
a.) Limited circuit
Limited circuit adalah untuk penentuan pembatasan lebih dan kurang penguatan (excitation)
untuk pengaturan tegangan output pada sistem excitacy.
b.) Dumping circuit
Dumping circuit akan memberikan sensor besarnya penguatan tegangan dari AC exciter dan
untuk diberikan ke amplifier circuit dengan dijadikan feed back masukan terminal amplifier.
Generator Sinkron
Generator Sinkron
Konstruksi Generator Sinkron
Pada dasarnya konstruksi dari generator sinkron adalah sama dengan konstruksi
motor sinkron, dan secara umum biasa disebut mesin sinkron (seperti telah
dibahas di sini). Ada dua struktur kumparan pada mesin sinkron yang merupakan
dasar kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan
DC (membangkitkan medan magnet, biasa disebut sistem eksitasi) dan sebuah
kumparan (biasa disebut jangkar) tempat dibangkitkannya GGL arus bola-balik.
Hampir semua mesin sinkron mempunyai belitan GGL berupa stator yang diam
dan struktur medan magnit berputar sebagai rotor. Kumparan DC pada struktur
medan yang berputar dihubungkan pada sumber DC luar melaui slipring dan
sikat arang, tetapi ada juga yang tidak mempergunakan sikat arang yaitu
sistem brushless excitation.
Bentuk Penguatan
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa untuk membangkitkan fluks magnetik
diperlukan penguatan DC. Penguatan DC ini bisa diperoleh dari generator DC
penguatan sendiri yang seporos dengan rotor mesin sinkron. Pada mesin sinkron
dengan kecepatan rendah, tetapi rating daya yang besar, seperti generator
Hydroelectric (Pembangkit listrik tenaga air), maka generator DC yang digunakan
tidak dengan penguatan sendiri tetapi dengan Pilot Exciter sebagai penguatan
atau menggunakan magnet permanent (magnet tetap).
berputar dengan rotor, sehingga tidak dibutuhkan sikat arang dan slip-ring.
Bentuk Rotor
Untuk medan rotor yang digunakan tergantung pada kecepatan mesin, mesin
dengan kecepatan tinggi seperti turbo generator mempunyai bentuk silinder
gambar 3a, sedangkan mesin dengan kecepatan rendah seperti Hydroelectric
atau Generator Listrik Diesel mempunyai rotor kutub menonjol gambar 3b.
Bentuk Stator
Stator dari Mesin Sinkron terbuat dari bahan ferromagnetik , seperti telah
dibahas di sini, yang berbentuk laminasi untuk mengurangi rugi-rugi arus pusar.
Dengan inti ferromagnetik yang bagus berarti permebilitas dan resistivitas dari
bahan tinggi.
Jawaban:
Sudut mekanis antara kutub utara dan kutub selatan adalah:
penggunaan inti stator, karena variasi kerapatan fluks dalam inti dan juga
melokalisir pengaruh panas dalam daerah alur dan menimbulkan harmonik.
Untuk mengatasi masalah ini, generator praktisnya mempunyai kumparan
terdistribusi dalam beberapa alur per kutub per fasa. Gambar 7 memperlihatkan
bagian dari sebuah kumparan jangkar yang secara umum banyak digunakan.
Pada masing-masing alur ada dua sisi lilitan dan masing-masing lilitan memiliki
lebih dari satu putaran. Bagian dari lilitan yang tidak terletak kedalam alur
biasanya disebut Winding Overhang, sehingga tidak ada tegangan dalam
winding overhang.
Faktor Distribusi
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa sebuah kumparan terdiri dari sejumlah
lilitan yang ditempatkan dalam alur secara terpisah. Sehingga, GGLl pada
terminal menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan kumparan yang telah
dipusatkan. Suatu faktor yang harus dikalikan dengan GGL dari sebuah
kumparan distribusi untuk menghasilkan total GGL yang dibangkitkan disebut
faktor distribusi Kd untuk kumparan. Faktor ini selalu lebih kecil dari satu (Kd <
1). Diasumsikan ada n alur per fasa per kutub, maka jarak antara alur dalam
derajat listrik, adalah :
akan tertinggal (lagging) dari GGL yang dibangkitkan dalam alur 1 sebesar
=15 derajat listrik, demikian pula GGL yang dinduksikan dalam alur 3 akan
tertinggal 2 derajat, dan seterusnya. Semua GGL ini ditunjukkan masing-masing
oleh phasor E1, E2, E3 dan E4. Total GGL stator per fasa E adalah jumlah dari
seluruh vektor.
E = E1 + E2 + E3 + E4
Total GGLl stator E lebih kecil dibandingkan jumlah aljabar dari GGL lilitan oleh
faktor.
Faktor Kisar
Gambar 10, memperlihatkan bentuk kisar dari sebuah kumparan, bila sisi lilitan
diletakkan dalam alur 1 dan 7 disebut kisar penuh, sedangkan bila diletakkan
dalam alur 1 dan 6 disebut kisar pendek, karena ini sama dengan 5/6 kisar
kutub.
atau,
sedangkan jika,
atau,
Pendahuluan
Sebagian besar energi listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk
kebutuhan sehari-hari
dihasilkan oleh generator sinkron phasa banyak (polyphase) yang ada di pusat
pembangkit
tenaga listrik. Generator sinkron yang dipergunakan ini mempunyai rating daya
dari ratusan
sampai ribuan mega Volt Ampere (MVA).
Disebut mesin sinkron, karena bekerja pada kecepatan dan frekuensi konstan di
bawah
kondisi Steady state. Mesin sinkron bisa dioperasikan baik sebagai generator
maupun
motor. Mesin sinkron bila difungsikan sebagai motor berputar dalam kecepatan
konstan.
Apabila dikehendaki kecepatan yang bersifat variabel, maka motor sinkron
dilengkapi dengan
dengan pengubah frekuensi seperti Inverter atau Cyclo-converter.
Sebagai generator, beberapa mesin sinkron sering dioperasikan secara paralel,
seperti di
pusat-pusat pembangkit. Adapun tujuan dari paralel generator adalah
menambah daya
pasokan dari pembangkit yang dibebankan ke masing-masing generator yang
dikirimkan ke
beban.
Ada dua struktur medan magnet pada mesin sinkron yang merupakan dasar keja
dari mesin
tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC dan sebuah jangkar
tempat
dibangkitkannya ggl arus bolak-balik. Hampir semua Mesin Sinkron mempunyai
jangkar
diam sebagai stator dan medan magnet berputar sebagai rotor. Kumparan DC
pada medan
magnet yang berputar dihubungkan pada sumber listrik DC luar melaui slipring
dan sikat
arang, tetapi ada juga yang tidak mempergunakan sikat arang arang disebut
brushless
excitation.
13.2 Konstruksi Mesin Sinkron
Ada dua struktur medan magnit pada mesin sinkron yang merupakan dasar kerja
dari mesin
tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC dan sebuah jangkar
tempat
dibangkitkannya ggl arus bola-balik. Hampir semua mesin sinkron mempunyai
belitan ggl
berupa stator yang diam dan struktur medan magnit berputar sebagai rotor.
Kumparan DC
pada struktur medan yang berputar dihubungkan pada sumber luar melaui
slipring dan sikat
arang, tetapi ada juga yang tidak mempergunakan sikat arang yaitu sistem
brushless excitation.
Konstruksi dari sebuah Mesin Sinkron secara garis besar sebagai berikut.
13.2.1 Bentuk Penguatan
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa untuk membangkitkan flux magnetik
diperlukan
penguatan DC. Penguatan DC ini bisa diperoleh dari generator DC penguatan
sendiri yang
seporos dengan rotor mesin sinkron.
Pada mesin sinkron dengan kecepatan rendah, tetapi rating daya yang besar,
seperti
generator hydroelectric, maka generator DC yang digunakan tidak dengan
penguatan
sendiri, tetapi dengan pilot exciter sebagai penguatan atau menggunakan
magnet permanen.
BAB 13
GENERATOR SINKRON
342
Alternatif lainnya untuk penguatan eksitasi adalah menggunakan Diode silikon
dan Thyristor.
Dua tipe sistem penguatan Solid state sebagai berikut.
Sistem statis yang menggunakan Diode atau Thyristor statis, dan arus dialirkan
ke rotor
melalui Slipring.
Brushless system, pada sistem ini penyearah dipasangkan di poros yang
berputar dengan
rotor, sehingga tidak dibutuhkan sikat arang dan slipring.
13.2.2 Bentuk Rotor
Untuk medan rotor yang digunakan tergantung pada kecepatan mesin, mesin
dengan
kecepatan tinggi seperti turbo generator mempunyai bentuk silinder
kecepatan rotor dan frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh suatu generator sinkron
berbanding lurus. Gambar 1 akan memperlihatkan prinsip kerja dari sebuah generator AC
dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu lilitan yang terbuat dari dua
penghantar secara seri, yaitu penghantar a dan a.
siklus tegangan dalam lilitan stator. Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi
dari kecepatan rotor, dan diformulasikan dengan:
Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing terpisah
sebesar 120 derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah udara seperti diperlihatkan pada
kumparan a a, b b dan c c pada gambar 2. Masing-masing lilitan akan menghasilkan
gelombang Fluksi sinus satu dengan lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan
seimbang besarnya fluksi sesaat :
A = m. Sin t
B = m. Sin ( t 120 )
C = m. Sin ( t 240 )
Gambar 3a dan 3b. Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban
Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan terminal V akan
berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:
Resistansi jangkar Ra
Reaktansi bocor jangkar Xl
Reaksi Jangkar Xa
a. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa (tegangan
jatuh/fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas
pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor.
c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani akan
menimbulkan fluksi jangkar (A ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada
kumparan medan rotor(F), sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti diperlihatkan pada
Gambar 4. yang mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar untuk jenis beban yang berbedabeda.
Gambar 4c, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat dibebani kapasitif murni yang
mengakibatkan arus jangkar Ia mendahului GGL Eb sebesar 90 dan A akan memperkuat
F yang berpengaruh terhadap pemagnetan.
Gambar 4d, memperlihatkan kondisi reaksi jangkar saat arus diberi beban induktif murni
sehingga mengakibatkan arus jangkar Ia terbelakang dari GGL Eb sebesar 90 dan A akan
memperlemah F yang berpengaruh terhadap pemagnetan.
rotor hilang, terjadi out of step, menjadi Generator Asinkron, timbul arus pusar
berlebihan di rotor, selanjutnya rotor mengalami pemanasan berlebihan.
Relay penguatan hilang akan mentripkan PMT Generator
Penggunaan Relay Mho
Dalam keadaan eksitasi rendah / hilang, Generator akan mengambil daya
Reaktif dari sistem.
Oleh karenanya dipakai Relay Mho yang bekerja pada kwadran 3 dan 4 dari
Kurva Kemampuan Generator.
Perlu perhatian pada Beban Kapasitif, misalnya Saluran Kosong, Daya Reaktif
akan masuk ke Generator dan menyebabkan Relay ini bekerja.
Hubung Singkat dalam Sirkit Rotor
Hubung singkat dalam sirkit rotor bisa menyebabkan penguatan hilang.
Karena hubung singkat dalam sirkit rotor ini, bisa timbul distorsi medan
magnet dan selanjutnya timbul getaran berlebihan.
Cara mendeteksi gangguan sirkit rotor : Potentio Meter, AC Injection, DC
Injection.
Relay Negatif Sequence
Gangguan yang menimbulkan ketidak-simetrisan Tegangan maupun arus,
menimbulkan Negatif Sequence Current, tetapi tidak dapat dideteksi oleh Relayrelay yang telah disebutkan sebelumnya, maka sebelum Negatif Sequence
Current terjadi diharapkan dapat dideteksi oleh Relay ini.
Gangguan-gangguan tersebut di atas misalnya adalah :
Hubung Singkat antar lilitan satu fasa.
Hubung Tanah di dekat titik Netral.
Ada sambungan salah satu fasa yang kendor.
Negative Sequence Current bisa menimbulkan pemanasan berlebihan pada
rotor.
Gangguan Internal Generator Yang Sulit Dideteksi
1. Hubung singkat antar lilitan satu fasa, tidak terdeteksi oleh relay diferensial.
2. Hubung tanah di dekat titik Netral, tidak terdeteksi oleh relay hubung tanah
terbatas.
3. Lilitan putus atau sambungan kendor, tidak terlihat oleh relay diferensial.
4. Diharapkan relay suhu dan relay Negatif Sequence bisa ikut mendeteksi dua
gangguan ini.
Untuk Exciter berupa generator arus bolak balik yang memakai diode berputar,
deteksi gangguan rotor hanya bisa lewat :
a. Arus medan Pilot Exciter yang melewati sikat, bisa ditap untuk diamati. Arus
ini akan membesar kalau ada gangguan kumparan rotor.
b. Gangguan Kumparan rotor menimbulkan vibrasi yang bisa dideteksi oleh
detektor vibrasi.
Gangguan dalam mesin penggerak
Daya Balik
Daya balik dimana generator menjadi motor dapat menimbulkan kerusakan
karena pemanasan berlebihan pada sudu-sudu tekanan rendah Turbin uap. Pada
Turbin air dapat meningkatkan kavitasi. Oleh karenanya diperlukan relay daya
balik pada generator yang digerakkan oleh turbin uap atau turbin air dengan
melalui Alarm terlebih dahulu. Untuk Turbin Gas masalahnya sama dengan untuk
Turbin Uap.
Putaran Lebih
Apabila PMT generator trip, maka akan terjadi putaran lebih yang
membahayakan generator dan mesin penggeraknya.
Untuk ini diperlukan relay putaran lebih yang memberhentikan mesin
penggerak.
Tegangan Lebih
Apabila PMT generator trip, maka bisa terjadi tegangan lebih.
Untuk ini diperlukan relay tegangan lebih.
Tekanan dan Kebocoran Hidrogen
Untuk generator yang didinginkan dengan gas Hidrogen, harus ada relay yang
mendeteksi tekanan rendah dan kebocoran Hidrogen untuk memberhentikan
mesin penggerak generator dan memutus arus medan
Relay Over Fluks
Relay ini mengukur besaran volt per Hertz. Tegangan imbas volt dalam suatu
kumparan adalah sebanding dengan kerapatan fluks dan frekwensi. Over fluks
bisa terjadi pada Tegangan normal tetapi frekwensi rendah. Hal semacam ini
bisa terjadi pada saat menstart generator dimana frekwensi masih rendah,
karena putaran Generator masih rendah, tetapi sudah ada arus penguat dari
exciter. Kerapatan fluks yang tinggi ini akan menimbulkan arus pusar yang tinggi
sehingga timbul pemanasan berlebihan dalam inti generator dan dalam inti trafo
penaik tegangan. Begitu pula dengan rugi histerisis yang menjadi makin tinggi
apabila kerapatan fluks magnetik tinggi, hal ini ikut menambah pemanasan inti
stator.
generator arus searah (DC) atau generator arus bolak balik (AC) yang
disearahkan terlebih dahulu dengan menggunakan rectifier.
Jika menggunakan sumber listrik listrik yang berasal dari generator AC atau
menggunakan Permanent Magnet Generator (PMG) medan magnetnya adalah
magnet permanent. Dalam lemari penyearah, tegangan listrik arus bolak balik
diubah atau disearahkan menjadi tegangan arus searah untuk mengontrol
kumparan medan eksiter utama (main exciter).
Untuk mengalirkan arus Eksitasi dari main exciter ke rotor generator
menggunakan slip ring dan sikat arang, demikian juga penyaluran arus yang
berasal dari pilot exciter ke main exciter .
menimbulkan masalah.
Pengaturan besarnya arus penguatan generator utama dilakukan dengan
pengatur tegangan otomatis supaya nilai tegangan klem generator konstan.
Pengaturan tegangan otomatis pada awalnya berdasarkan prinsip mekanis,
tetapi sekarang sudah menjadi elektronik.
Perkembangan sistem eksitasi pada generator sinkron dengan sistem eksitasi
tanpa sikat, karena sikat dapat menimbulkan loncatan api pada putaran tinggi.
Untuk menghilangkan sikat digunakan dioda berputar yang dipasang pada
jangkar. Gambar 2 menunjukkan sistem excitacy tanpa sikat.
2. Sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)
Penggunaan sikat atau slip ring untuk menyalurkan arus excitasi ke rotor
generator mempunyai kelemahan karena besarnya arus yang mampu dialirkan
pada sikat arang relatif kecil. Untuk mengatasi keterbatasan sikat arang,
digunakan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation.
Keuntungan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation),
antara lain adalah:
1) Energi yang diperlukan untuk Eksitasi diperoleh dari poros utama (main shaft),
sehingga keandalannya tinggi
2) Biaya perawatan berkurang karena pada sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless
excitation) tidak terdapat sikat, komutator dan slip ring.
3) Pada sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation) tidak terjadi kerusakan
isolasi karena melekatnya debu karbon pada farnish akibat sikat arang.
4) Mengurangi kerusakan ( trouble) akibat udara buruk (bad atmosfere) sebab
semua peralatan ditempatkan pada ruang tertutup
5) Selama operasi tidak diperlukan pengganti sikat, sehingga meningkatkan
keandalan operasi dapat berlangsung terus pada waktu yang lama.
6) Pemutus medan generator (Generator field breaker), field generator dan bus
exciter atau kabel tidak diperlukan lagi
7) Biaya pondasi berkurang, sebab aluran udara dan bus exciter atau kabel tidak
memerlukan pondasi
pada stator main exciter. Besar arus searah yang mengalir ke kutub main exciter
diatur oleh pengatur tegangan otomatis (automatic voltage regulator/AVR).
Besarnya arus berpengaruh pada besarnya arus yang dihasilkan main exciter,
maka besarnya arus main exciter juga mempengaruhi besarnya tegangan yang
dihasilkan oleh generator utama.
Pada sistem Eksitasi tanpa sikat, permasalahan timbul jika terjadi hubung singkat
atau gangguan hubung tanah di rotor dan jika ada sekering lebur dari dioda
berputar yang putus, hal ini harus dapat dideteksi. Gangguan pada rotor yang
berputar dapat menimbulkan distorsi medan magnet pada generator utama dan
dapat menimbulkan vibrasi (getaran) berlebihan pada unit pembangkit.
utama sehingga penyaluran arus searah bagi penguatan generator utama, oleh
generator penguat kedua tidak memerlukan cincin geser karena. penyearah ikut
berputar bersama poros generator. Cincin geser digunakan untuk menyalurkan
arus dari generator penguat pertama ke medan penguat generator penguat
kedua. Nilai arus penguatan kecil sehingga penggunaan cincin geser tidak
menimbulkan masalah.
Pengaturan besarnya arus penguatan generator utama dilakukan dengan
pengatur tegangan otomatis supaya nilai tegangan klem generator konstan.
Pengaturan tegangan otomatis pada awalnya berdasarkan prinsip mekanis,
tetapi sekarang sudah menjadi elektronik.
Perkembangan sistem eksitasi pada generator sinkron dengan sistem eksitasi
tanpa sikat, karena sikat dapat menimbulkan loncatan api pada putaran tinggi.
Untuk menghilangkan sikat digunakan dioda berputar yang dipasang pada
jangkar. Gambar 2 menunjukkan sistem excitacy tanpa sikat.
2. Sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)
Penggunaan sikat atau slip ring untuk menyalurkan arus excitasi ke rotor
generator mempunyai kelemahan karena besarnya arus yang mampu dialirkan
pada sikat arang relatif kecil. Untuk mengatasi keterbatasan sikat arang,
digunakan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation.
Keuntungan sistem eksitasi tanpa menggunakan sikat (brushless excitation),
antara lain adalah:
1) Energi yang diperlukan untuk Eksitasi diperoleh dari poros utama (main shaft),
sehingga keandalannya tinggi
2) Biaya perawatan berkurang karena pada sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless
excitation) tidak terdapat sikat, komutator dan slip ring.
3) Pada sistem Eksitasi tanpa sikat (brushless excitation) tidak terjadi kerusakan
isolasi karena melekatnya debu karbon pada farnish akibat sikat arang.
4) Mengurangi kerusakan ( trouble) akibat udara buruk (bad atmosfere) sebab
semua peralatan ditempatkan pada ruang tertutup
5) Selama operasi tidak diperlukan pengganti sikat, sehingga meningkatkan
keandalan operasi dapat berlangsung terus pada waktu yang lama.
6) Pemutus medan generator (Generator field breaker), field generator dan bus
exciter atau kabel tidak diperlukan lagi
7) Biaya pondasi berkurang, sebab aluran udara dan bus exciter atau kabel tidak
memerlukan pondasi
kecepatan rotor dan frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh suatu
generator sinkron berbanding lurus. Gambar 1 akan memperlihatkan prinsip
kerja dari sebuah generator AC dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya
memiliki satu lilitan yang terbuat dari dua penghantar secara seri, yaitu
penghantar a dan a.
Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing
terpisah sebesar 120 derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah udara
seperti diperlihatkan pada kumparan a a, b b dan c c pada gambar 2.
Masing-masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi sinus satu dengan
lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi
sesaat :
A = m. Sin t
B = m. Sin ( t 120 )
C = m. Sin ( t 240 )
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator, sehingga
tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan
(If). Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran juga akan
naik sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada gambar 3. Kondisi
generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaian ekuivalennya seperti
diperlihatkan pada gambar 3b.
Gambar 3a dan 3b. Kurva dan Rangkaian Ekuivalen Generator Tanpa Beban
Generator Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan
terminal V akan berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian
tegangan pada:
Resistansi jangkar Ra
Reaktansi bocor jangkar Xl
Reaksi Jangkar Xa
a. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya kerugian tegang/fasa
(tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang sefasa dengan arus jangkar.
b. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian fluks yang terjadi tidak
mengimbas pada jalur yang telah ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor.
c. Reaksi Jangkar
Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat generator dibebani
akan menimbulkan fluksi jangkar (A ) yang berintegrasi dengan fluksi yang
dihasilkan pada kumparan medan rotor(F), sehingga akan dihasilkan suatu
fluksi resultan sebesar :
Interaksi antara kedua fluksi ini disebut sebagai reaksi jangkar, seperti
diperlihatkan pada Gambar 4. yang mengilustrasikan kondisi reaksi jangkar
untuk jenis beban yang berbeda-beda.
output sehingga dua fasa terhubung secara seri, Gambar 9. Resistansi per fasa
adalah setengahnya dari yang diukur.