THYRISTOR
Thyristor berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “ pintu “. Dinamakan
demikian mungkin karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang
dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen
yang termasuk thyrystor antara lain PUT (programable uni-junction transistor), UJT
(uni junction transistor), GTO (get turn off switch), photo SCR dan sebagainya.
Namun, yang akan dikemukakan saat ini adalah :
1. DIAC
2. TRIAC
3. SCR
4. LSCR
Thyristor memiliki struktur yang tersusun atas empat lapisan silikon p-n/p-n.
simbolnya merupakan simbol penyearah dengan terminal tambahan yang disebut
gerbang (gate) Gerbang inilah yang memungkinkan pengendalian atas aksi pnyearah.
Piranti ini dibuat agar bertindak seperti rangkaian terbuka ( penahan maju ) atau dapat
dipicu sehingga memiliki kondisi hantaran maju resistansi rendah dengan
memberikan pulsa singkat yang memiliki daya relative rendah pada terminal gerbang.
1
kecepatan maksimum munculnya transien pada suplai sebelum
pembakaran palsu terbentuk.
3. dengan menyupali arus ke gerbang. Metode ini dilakukan dengan
menyuplai suatu tegangan dengan polaritas yang benar, yaitu positif untuk
arus input dan gerbang, dan lebih dari ukuran minimum untuk waktu yang
lebih banyak dari pada waktu minimum. Ukuran yang menyatakan nilai-
nilai minimum ini dapat dilihat pada data pabrik dan dipakai untuk
menentukan lebar dan ketinggian pulsa tegangan minimum yang
diperlukan untuk memacu thryristor. Arus ini dapat disuplai :
a. secara langsung dari positif suplai lewat sebuah resistor. Cara ini dapat
dilakukan, tetapi boros karena tidak akan diperlukan setelah thyristor
hidup.
b. Dari kapasitor yang diisi. Diperlukan pengaturan untuk mengisi
kapasitor kembali untuk waktu pembakaran berikutnya. Cara tidak
langsung untuk melaksanakan metode ini adalah dengan memakai osolator
rileksasi sambungan tunggal.
1. Dengan mengurangi arus arah biasa dibawah ukuran pokoknya. Cara ini
merupakan cara umum. Arus pokok lebih kecil daripada arus kancing.
Kalau arus arah biasa itu dapat dikurangi sampai di bawah ukuran arus
pokok, thyristor akan kembali ke keadaan non konduksi. Hal ini dapat
dicapai dengan memutuskan hubungan suplai , akan tetapi, kegunaan
thyristor sebagai saklar akan hilang karena diperlukan saklar lain untuk
mengontrolnya.
2. Dengan memberikan tegangan arah terbalik ke thyristor. Cara ini dapat
dilakukan dengan menghubungkan kapasitor komutasi yang terisi ke
tiristor seperti pada gambar….. Dari cara ini akan dihasilkan dua hal pada
waktu yang sama. Cara ini memberikan tegangan arah yang terbalik dan
aliran arus yang cepat sekali ke kapasior guna mengosongkannya,
membelokkan arus dari thyristor, dan menurunkannya sampai di bawah
ukuran pokok. Thyristor itu mati dan kapasitor terisi oleh tegangan suplai.
Sirkuit komutasi diperlukan lagi untuk mengoperasikan ini secara
otomatis. Kapasitor yang diperlukan berukuran amat besar karena dipakai
untuk arus yang berat.
3. Dengan memakai suplai yang diperbaiki. Jika suplai tidak diperbaiki
sampai dapat menghasilkan gelombang penuh yang tidak diperhalus , ia
akan jatuh ke nol sebanyak dua kali per siklus dan thyristor seringkali
mati.
4. Dengan memakai thyristor pada suplai a.c. thyristor akan mati pada akhir
tiap setengah siklus positif dan tidak akan berkonduksi dalam setengah
siklus negatif.
2
2.DIAC
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan
ini. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan
arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan
sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu
diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya.
Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar-8b. DIAC
umumnya dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang
relatif tinggi. Contohnya adalah aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar-9.
3
Gambar 9 : Rangkaian Dimmer
Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan V GT = 0.7
volt. Lalu diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan V bo = 20 V,
maka dapat dihitung TRIAC akan ON pada tegangan :
V = IGT(R)+Vbo+VGT = 120.7 V
Gambar xx
Diac merupakan salah satu piranti yag dapat mempunyai arus penahan dalam
salah satu dari dua arah yang mungkin. Rangkaian ekivalen dari Diac berupa sepasang
dioda empat lapis. Secara ideal ini sama dengan sistem saklar penahan. Diac tidak
akan menghantar sebelum batas tegangan dadal-jenuh dilampaui oleh tegangan catu
dalam salah satu arahnya.
4
yang ditunjukan oleh gambar xx, maka saklar penahan kanan yang akan menutup bila
v mulai melampaui tegangan dadal jenuh.
Jika penghantar arus pada Diac sudah mulai berlangsung, maka satu-satunya
cara untuk membukanya kembali adalah cara pemutusan arus rendah. Ini berarti
mengurangi arus sampai di bawah batas arus penahan dari piranti bersangkutan.
Lambang rangkaian dari Diac diberikan dalam gambar xx.
3.TRIAC
Triak tercipta karena masalah hubungan tiristor yang paralel inverse dan
dibutuhkannya sinyal pemacu tersendiri. Simbol sirkut yang ada pada Triak
memperlihatkan bahwa komponen tersebut mirip dengan dua buah teristor yang
bertemu punggung. Akan tetapi, terdapat sebuah perbedaan, yaitu Triak dapat dipacu
pada sebelah manapun, baik pulsa positif maupun pulsa negatif pada terminal gerbang
tunggalnya.
MT1
gerbang
MT2
Simbol Sirkit Sirkit Triak
Triak dapat dipacu pada kedua setengah siklusnya oleh osilator rileksasi UJT ,
tetapi diperlukan suplai yang diperbaiki ; atau dapat digunakan sebuah diak , yang
merupakan dioda dan arah seperti gambar berikut .
5
Diak itu berkonduksi dalam salah satu arah kalau dilewati oleh tegangan
dalam jumlah yang cukup. Koponen ini mempunyai tegangan batas maksimum untuk
polaritas arah biasa ataupun arah terbalik.
Ada dua macam diak : simetris dan asimetris. Tegangan batas maksimum yang
umum pada jenis diak simetris ± 30 V .
-V -Vbo
-I
Diak karakteristik
Triak
Suplai a.c.
Diak
6
Seperti halnya thyristor daya, gerbang yang dibutuhkan cukup kecil untuk
menghasilkan peranti yang selanjutnya akan digunakan untuk mengontrol daya yang
besar dalam rangkaian MT2-nya.
Arus masuk pada git menentukan tegangan antara anoda dan katoda dimana
SCR mulai mengantarkan arus atau tidak mengantarkan arus pada setengah perioda
positif sinyal masukan sinusoida.
7
Perhatikan grafik karakteristik mundur dan lihat gambar 16.1 a. jika diberikan
bias mundur J2 mendapat bias maju dan J1 , J3 bias mundur. Jika tegangan mundur
( −VAK ) kecil, arus bocor mundur IRX ( reverse leakage current ) mengalir. Harga
typical 100µA dan kadang-kadang disebut “ Reverse blocking current “ ( arus mundur
tidak konduksi ).
Kalau tegangan mundur dinaikkan IRX kira-kira tetap konstan sampai −VAK
menjadi cukup besar yang membuat J1 dan J2 konduksi ( breakdown ). Lihat gambar
16.3 arus mundur menaik dengan cepat jika tegangan “ jatuh mundur “sudah tercapai
dan jika IR tidak dibatasi SCR akan rusak.
Jika SCR diberi bias maju , J 1 dan J3 mendapat bias maju dan J2 mendapat bias
mundur. Dengan tegangan antara anoda katoda ( +VAK ) kecil, arus bocor kecil
mengalir ( lihat gambar 16.3 ). Arus bocor ( IFX ) kira-kira sama dengan IRX dan
mempunyai nilai typical 100µA dengan IG = 0, IF tetap sama dengan IFX sampai +VAK
dibuat cukup besar untuk membuat bias mundur hubungan J 2 konduksi ( breakdown ).
Tegangan maju pada titik ini disebut “ forward voltage “ ( tegangan mulai konduksi
maju ) VF (BO).
Jika VF (BO) telah dicapai, Q1 dan Q2 dengan cepat berkonduksi menuju daerah
saturasi dan tegangan anoda katoda turun menuju VF ( tegangan konduksi maju ).
Jika :
+VAK > VF (BO)
IG = 0
Jika kedua keadaan diatas terjadi maka arus bocor ( kecil ) mengalir. Akan
tetapi keadaan tersebut terlalu kecil untuk bias mempengaruhi level dari +V AK pada
saat mulainya konduksi.
Jika IGI dibuat sedikit lebih besar dari arus bocor hubungan ( junction leakage
- current), hal itu mempunyai pengaruh yang dapat diabaikan pada besarnya +V AK saat
terjadi konduksi ( lihat IGI pada gambar 16.3 ).
Jika IGI dibuat lebih besar dari arus basis minimum yang dibutuhkan utuk
membuat Q2 konduksi, SCR tetap tidak konduksi sampai +VAK cukup besar untuk
membuat bias maju hubungan emitor Q1 dan Q2.
Tegangan konduksi maju ( VF ) disusun dari ( VBE1 + VCE2 ) atau ( VBE2 + VCE1
). Lihat gambar 16.2 b. nilai typical untuk V CE untuk transistor yang diberi bias
hingga konduksipada keadaan saturasi kira-kira 0,2 volt.
Untuk membuat SCR tdak konduksi, arus maju ( IF ) harus dikurangi dibawah
level yang disebut arus pegangan ( holding current , I H ). Lihat gambar 16.3. arus
pegangan adalah level minimum IF yang menjaga SCR tetap konduksi. Jika arus git IG
> 0 dipertahankan selama SCR konduksi, dimungkinkan nilai-nilai arus pegangan
( IH2, IH3 atau IH4 ) lebih kecil.
Dua besaran yang sangat penting dalam memilih SCR adalah tegangan dan
arus dimana komponen masih digunakan tanpa “ Breaking down “ ( menjadi rusak ).
Tegangan patah maju ( forward breakover voltage ) dan tegangan patah mundur
(reverse breakdown voltage).
8
Arus maju maksimum yang masih diijinkan disebut dengan:
Arus rata-rata maju ( average forward current, IFAV )
Arus maju efektif ( rms forward current, If )
Arus denyut satu perioda puncak ( peak one cycle surge current, IFM ( SURGE ) ).
Batas-batas spesifikasi SCR yang dapat digunakan terlihat pada gambar 16.4
dan 16.5. dengan arus maju efektif ( rms forward current ) 1,6 ampere dan tegangan
tidak konduksi maju sampai 200 volt tipe C6 ( gambar 16.4 ) adalah secara relatif arus
dan tegangannya rendah.
Seri dari PNPN devices yang lain adalah light-activated SCR. Ini adalah SCR
yang jangkauannya dikontrol oleh cahaya yang berada disekitar layer silikon
semikonduktor dari suatu alat. Konstruksi dasar dari LASCR ditujukan pada gambar
1, sebuah gerbang led juga ditujukan untuk mentriger alat menggunakan metodetipe
SCR. Sebagai catatan, pada gambarpun ditujukan bahwa permukaan puncak untuk
pellet silikon merupakan anode dari alat.
GAMBAR 1
9
Gambar diatas menunjukkan identifikasi terminal dan sebuah tipe LASCR.
Beberapa wilayah aplikasi dari LASCR termasuk kontrol cahaya optik, relay,
kontrol pasa, motor control, dan berbagai macam aplikasi komputer. Arus maksimum
(rms) dan rating daya untuk LASCR pada umumnya saat ini sekitar 3a dan 0,1 W.
Karakteristik (trigger cahaya) untuk LASCR tertentu ditujukan pada gambar 2.
Sebagai catatan pada gambar ini peningkatan dalam temperatur junction menunjukan
sebuah reduksi dalam energi cahaya untuk mengaktifkan alat tersebut.
GAMBAR 2
10
Gambar diatas menunjukkan bagian puncak pada pellet yang terbuat dari silikon
yang terhubung dengan anoda pada alat. Simbol grafik diatas, juga sering digunakan
untuk LASCR
Aplikasi penting dari LASCR adalah dalam AND dan OR sirkuit yang ditujukan
pada gambar 3. Hanya ketika cahaya jatuh pada LASCR 1 dan LASCR 2 akan terjadi
short circuit pada keduanya dan sumber tegangan akan menghilang dari keduanya.
Untuk circuit OR, energi cahaya akan diberikan pada LASCR 1 atau LASCR 2, dan
akan sumber tegangan hilang diantara keduanya.
Sebuah LASCR sangatlah sensitif terhadap cahaya ketika terminal gerbang
terbuka. Snsitifitas dari LASCR dapat dihasilkan dan dikontrol oleh gerbang resistor
seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini
GAMBAR 3
Aplikasi kedua dari LASCR ditujukan pada gambar 4. Ini adalah sebuah
semikonduktor analog untuk sebuah elektromekanikal relay. Sebagai catatan bahwa
hampir keseluruhan terisolasi diantara input dan elemen switch. Arus meninggalkan
Light-Emiting Dioda atau sebuah lampu. Seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Timbulnya cahaya akan menyebabkan LASCR menghasilkan arus ke seluruh bagian
dibantu oleh DC supply.
Sebuah LASCR dapat dimatikan menggunakan RESET dari switch 1 (S1).
Seluruh sistem ini berfungsi sewaktu-waktu di seluruh switch alat elektromekanikal
sepanjang jaman. Bukan itu saja alat ini pun digunakan pada microsecond response,
small size, dan elimination of contact bounce.
GAMBAR 4
11
12