Anda di halaman 1dari 11

APLIKASI PERANGKAT SWITCH SEMIKONDUKTOR TYIRISTOR

OLEH :
MUHAMMAD HATIM MUNIR 1103151056
FASTABIQ RAHMAT IMANU 1103151057

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2016/2017
Thyristor adalah komponen aktif elektronika yang dapat digunakan seperti
halnya pintu yaitu untuk menahan arus AC atau melewatkan arus AC menggunakan
sumber input yang kecil. Penggunaan thyristor pada rangkaian elektronika pada
umumnya digunakan sebagai saklar (switch). Thyristor merupakan komponen
semikonduktor yang bibuat dari jenis silicon.

Prinsip Kerja Thyristor :

Ketika tegangan anode dibuat lebih positif dibandingkan dengan tegangan katode,
sambungan J1 dan J3 berada pada kondisi forward bias. Sambungan J2 berada pada
kondisi ini thyristor dikatakan pada kondisi reverse bias, dan akan mengalir arus bocor
yang kecil anatar anaode ke katode. Pada kondisi ini thyristor dikatakan pada kondisi
forward blocking atau kondisi offpstate, dan arus bocor dikenal sebagai arus off-state
ID. Jika tegangan anode ke katode VAK ditingkatkan hingga suatu tegangan tertentu,
sambungan J2 akan bocor. Hal ini dikenal dengan avalance breakdown dan tegangan
VAK tersebut dikenal sebagai forward breakdown voltage, VBO. Dan karena J1 dan J3
sudah berada pada kondisi forward bias, maka akan terdapat lintasan pembawa muatan
bebas melewati ketiga sambungan, yang akan menghasilkan arus anode yang besar.
Thyristor pada kondisi ini disebut berada pada keadaan konduksi atau keadaan hidup.
Tegangan jatuh yang terjadi dikarenakan oleh tegangan ohmic antara empat layer dan
biasanya cukup kecil sekitar 1 V. Pada keadaan on, arus anode dibatasi oleh resistansi
atau impedansi luar RL, seperti terlihat pada gambar 1(a). Arus anode harus lebih besar
dari suatu nilai yang disebut Latching current IL, agar diperoleh cukup banyak aliran
pembawa muatan bebas yang melewati sambungan-sambungan ; jika tidak devais akan
kembali ke kondisi blocking ketika tegangan anode ke katode berkurang. Latching
current ( IL ) adalah arus anode minimum yang diperlukan agar membuat thyristor
tetap kondisi hidup, begitu thyristor dihidupkan dan sinyal gerbang dihilangkan.
Karakteristik v-i umum dari suatu thyristor diberikan pada gambar 1(b).
Ketika berada pada kondisi on, thyristor bertindak sebagai diode yang tidak terkontrol.
Devais ini terus berada pada kondisi on karena tidak adanya lapisan deplesi pada
sambungan J2 karena pembawa-pembawa muatan yang bergerak bebas. Akan tetapi,
jika arus maju anode berada dibawah suatu tingkatan yang disebut holding current IH,
daerah deplesi akan terbentuk disekitar J2 karena adanya pengurangan banyak
pembawa muatan bebas dan thyristor akan berada pada keadaan blocking. Holding
current terjadi pada orde miliampere dan lebih kecil dari latching current IL, IH>IL.
Holding current IH adalah arus anode minimum untuk mempertahankan thyristor pada
kondisi on. Ketika tegangan katode lebih positif dibanding dengan anode, sambungan
J2 terforward bias, akan tetapi sambungan J1 dan J3 akan ter-reverse bias. Hal ini
seperti diode-diode yang terhubung secara seri dengan tegangan balik bagi keduanya.
Thyrstor akan berada pada kondisi reverse blocking dan arus bocor reverse dikenal
sebagai reverse current IR. Thyristor akan dapat dihidupkan dengan meningkatkan
tegangan maju VAK diatas VBO, tetapi kondisi ini bersifat merusak. dalam prakteknya,
tegangan maju harus dipertahankan dibawah VBO dan thyristor dihidupkan dengan
memberikan tegangan positf antara gerbang katode. Begitu thyristor dihidupkan
dengan sinyal penggerbangan itu dan arus anodenya lebih besar dari arus holding,
thyristor akan berada pada kondisi tersambung secara positif balikan, bahkan bila
sinyal penggerbangan dihilangkan . Thyristor dapat dikategorikan sebagai latching
devais.

1. Switch thyristor

Mode On

Thyristor mempunyai 3 terminal yaitu anoda, katoda don gerbang (gate). Arus
yangmengalir dan anoda ke katoda disebut arahnya positif. Seperti diode, thyristor
tidak dapat mengalirkanrus dengan arah negatif, thyristor mengalirkan rus dan anoda
ke katoda hanya bila thyristor afungsikan.Thyristor akan berfungsi apabila sejumjah,
Tegangan tertentu mengalir pada gerbangnya gate. Sekalithyristor berfungsi tidak
diperlukan untuk menambah tegangan pada gerbangnya, dan karakteristiknyamenjadi
identik
dengan
diode biasa.
Pada

prinsipnya thyristor atau disebut juga dengan istilah SCR (Silicon Controlled Rectifier)
adalah suatu dioda yang dapat menghantar bila diberikan arus gerbang(arus
kemudi).Arus gerbang ini hanya diberikan sekejap saja sudah cukup dan thyristor akan
terusmenghantar walaupun arus gerbang sudah tidak ada.

Mode off

Karakteristik Thyristor dapat dilihat pada Gambar. Karaktristik tegangan versus arus ini
diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :

Keadaan pada saat tegangan balik (daerah I)

Keadaan pada saat tegangan maju (daerah II)

Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah III)

Karakteristik thyristor

Pada daerah I, thyristor sama seperti diode, dimana pada keadaan ini tidak ada arus
yang mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (Vr). Pada daerah II terlihat
bahwa arus tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan
(Vbo). Apabila tegangan mencapai tegangan penyalaan, maka tiba tiba tegangan akan
jatuh menjadi kecil dan ada arus mengalir. Pada saat ini thyristor mulai konduksi dan
ini adalah merupakan daerah III. Arus yang terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat
disebut sebagai arus genggam (IH = Holding Current). Arus IH ini cukup kecil yaitu
dalam orde miliampere.

Untuk membuat thyristor kembali off, dapat dilakukan dengan menurunkan arus
thyristor tersebut dibawah arus genggamnya (IH) dan selanjutnya diberikan tegangan
penyalaan.
Line Commutated dan Forced Commutated
Thyristor dapat mejadi OFF jika terdapat rangkaian eksternal (external crcuit) yang
menyebabkan anoda menjadi bias negatif (negatively biased) dan dikenal dengan
metode natural atau komutasi sendiri (line commutated).Pada beberapa penggunaan
pensaklaran (switching) thyristor kedua untuk pengosongan kapasitor di katoda pada
thyristor pertama. Metode ini dikenal dengan komutasi paksa (forced commutated).

2. Semi-konverter Thyristor

Semi-konverter thyristor merupakan sistem penyearah 1 fasa gelombang penuh


atau konverter 1 fasa terkendali gelombang penuh (Half Controlled Single-phase Bridge
Rectifier), yaitu penyearah jembatan (bridge rectifier) yang menggunakan 2 buah
thyristor (SCR) dan 2 buah dioda yang diatur/dikendalikan kondukfitasnya melalui
pemicu.

Gambar 2. dan gambar 3. berikut ini menunjukkan prinsip kerja semi-konverter


thyristor 1 fasa tersebut.

Gambar 2. Rangkaian Fullwave Semi Konverter


Pada interval gelombang positive tegangan sumber (A+ dan B-), arus akan mengalir
melalui rangkaian seri : dari titik A -> dioda D1 ->Load -> thyristor T1 -> titik B,
selanjutnya dengan adanya sinyal picu (trigger) maka thyristor T1 konduksi pada wt =
sudut picu. Dalam interval ini dioda D2 dan thyristor T2 kondisi reverse bias.

Pada interval gelombang negative berikutnya (A- dan B+), arus akan mengalir
melalui rangkaian seri : dari titik B -> dioda D2 -> Load -> thyristor T2 -> titik A,
selanjutnya dengan adanya sinyal picu (trigger) maka thyristor T2 konduksi pada phi +
wt = sudut picu. Dalam interval ini dioda D1 dan thyristor T1 kondisi reverse bias.
Demikian seterusnya sehingga diperoleh output tegangan DC gelombang penuh yang
dapat diatur (UDC variabel), melalui pengendalian thyristor T1 dan T2.

Gambar 3. Bentuk Gelombang a, j, dan IG


Semi-konverter Thyristor
Dioda Dm disebut freewheeling dioda bersifat optional dalam rangkaian,
Dm sangat diperlukan khususnya jika beban bersifat induktif. Apabila Um adalah
tegangan maksimum dari UAC, maka tegangan keluaran rata-rata UDC adalah :

UDC dapat diatur dari 0 volt sampai dengan vot melalui pengendalian a;
(nilai a adalah 0 < a < p). Dari persamaam tersebut maka tegangan keluaran adalah nol
apabila a = 1800 dan akan menjadi maksimum apabila a = 00.

3. Rangkaian Pemicu (Trigger) pada Frekuensi AC-50 Hz


Pemanfaatan UJT secara konvensional sebagai pemicu SCR melalui rangkaian
relaxation osilator merupakan pilihan yang tepat, rangkaian relaxation oscillator uni
junction transistor (RO-UJT) dirancang agar sinyal/pulsa yang dihasilkan senantiasa
sinkron terhadap interval tegangan sumber AC (power supply), serta mampu
menghasilkan daerah pengaturan sudut penyalaan (a) atau sudut (j) konduksi antara
00 sampai dengan 1800, rangkaiannya sebagaimana pada gambar 4 berikut:

Gambar 4. Rangkaian RO-UJT Pemicu SCR

Data teknis yang merupakan persyaratan / pertimbangan dalam perancangan rangkaian


RO-UJT adalah: tegangan AC 220 volt / 50 Hz, UJT (misal 2N2646), tegangan bias RO-
UJT (misal 12 volt dc)
Untuk menghasilkan sinyal picu yang tetap sinkron terhadap perioda tegangan sumber
AC (Us), maka tegangan pencatu rangkaian RO-UJT adalah tegangan dc rata yang
secara periodik off dan sinkron terhadap Us tersebut. Hal ini dapat dipenuhi melalui
rangkaian seri tahanan (Rz) dan zener dioda (Dz) yang dihubungkan pada sumber dc
gelombang penuh hasil penyearahan Us melalui dioda jembatan DB, selanjutnya
tegangan output Dz (= Uz) digunakan sebagai pencatu RO-UJT yaitu titik C-D..

Berikut ini rancangan / perhitungan / pendekatan untuk menentukan komponen


rangkaian pemicu

1. Penyearah gelombang penuh menggunakan dioda bridge (DB).


DB menyearahkan tegangan sumber AC 220 volt dan dibebani rangkaian RO-UJT yang
memerlukan arus maksimum 50 mA, maka tegangan kerja DB > (1,41 x 220 V) dan arus
kerja > 50 mA; DB = 400 V / 500mA.
2. Zener dioda (Dz) dan tahanan depan zener (Rz),
Tegangan bias RO-UJT = 12 V, maka Rz dan Dz sebagai berikut :
Zener dioda (Dz) = 12 V / 0,5 W; yaitu 1N4742 atau sejenis.
Tahanan depan zener (Rz),

PRz = Iz2 x Rz = (0,04)2 x 7475 = 11,96 watt


Rz yang digunakan pada rangkaian adalah 10 kW / 10 W.
1. Spesifikasi komponen rangkaian RO-UJT.
UJT adalah type 2N2646, dengan data sebagai berikut :
h = 0,56 0,75 IE rms = 50 mA
Ip = 5 mA IV = 4 mA
UBB = 35 V UV =2V
rB1 = 5,8 kW rB2 = 3,4 kW
Untuk perancangan range frekuensi dan stabilitas RO-UJT, ditetapkan CE =
0,1 mF, dan R2 = 560 W.
Penentuan nilai tahanan RE dan potensiometer RP .
Telah dibahas dalam bab sebelumnya bahwa harga UP dapat dihitung, dan agar RO-UJT
dapat berosilasi REmin < RE < REmax.
Frekuensi ac yang dikendalikan (fAC) = 50 Hz, maka TAC = 20 ms
Daerah kerja RO-UJT 00 ~1800 = TAC = 10 ms, artinya TRO-UJT= 0 ~ 10
ms,, untuk h = 0,63
10 ms = RP x 0,1 mF RP = 10.10-3 / 0,1.10-6 = 100 kW
RE pada rangkaian merupakan RE.min 2500 W RE = 2700 W / W.
RP pada rangkaian ( RE + RP) = RE.max 888 kW RP = 100 kW / W.
1. Trafo pulsa pemicu thyristor
Pulsa tajam positip yang dihasilkan pada basis 1 (B1) dimanfaatkan untuk pemicu
thyristor, karena RO-UJT merupakan rangkaian elektronik yang bekerja pada tegangan
rendah (=12 V) sedangkan thyristor beroperasi pada tegangan tinggi (>>220 V), maka
perlu melindungi rangkaian RO-UJT dari bahaya / kebocoran arus dari thyristor.
Selanjutnya dipasang trafo pulsa yang berfungsi sebagai kopel / penghubung sinyal picu
sekaligus mengisolasi antara rangkaian RO-UJT dengan thyristor.

Trafo pulsa yang digunakan adalah 1:1:1 impedansi dc 100W.

Hal yang mungkin terjadi adalah pulsa yang diperlukan untuk pemicu semi-konverter
mungkin lebih tinggi, karena karakteristik thyristor yang digunakan berbeda, untuk
mengatasinya antara lain dengan menaikkan tegangan bias RO-UJT, yaitu dengan
mengganti zener dioda (Dz) yang memiliki Uz lebih tinggi, misalnya : 18 volt atau 20
volt.

4. Pengontrolan Beban dc / ac
Perhatikan rangkaian pada gambar 5.a dan 5.b, pada dasarnya merupakan pengontrol
dc gelombang penuh, disebut pengontrol dc/ac karena dapat digunakan untuk
mengendalikan beban ac maupun beban dc, yang selanjutnya biasa dinamakan Uni-bi
directional full wave controll .

Gambar 5. Pengontrolan Beban ac/dc.


Untuk pemakaian beban ac sebagaimana gambar 5.a., bridge tidak dibebani (dihubung
singkat), beban dipasang di luar bridge. Selanjutnya untuk beban dc sebagaimana
gambar 5.b, beban dipasang di dalambridge sedangkan di luar bridge sambungan
rangkaian langsung ke sumber (tidak dibebani).
Daftar Pustaka
https://raidergummi.wordpress.com/tag/thyristor/
http://zonaelektro.net/thyristor/

Anda mungkin juga menyukai