OLEH :
MUHAMMAD HATIM MUNIR 1103151056
FASTABIQ RAHMAT IMANU 1103151057
Ketika tegangan anode dibuat lebih positif dibandingkan dengan tegangan katode,
sambungan J1 dan J3 berada pada kondisi forward bias. Sambungan J2 berada pada
kondisi ini thyristor dikatakan pada kondisi reverse bias, dan akan mengalir arus bocor
yang kecil anatar anaode ke katode. Pada kondisi ini thyristor dikatakan pada kondisi
forward blocking atau kondisi offpstate, dan arus bocor dikenal sebagai arus off-state
ID. Jika tegangan anode ke katode VAK ditingkatkan hingga suatu tegangan tertentu,
sambungan J2 akan bocor. Hal ini dikenal dengan avalance breakdown dan tegangan
VAK tersebut dikenal sebagai forward breakdown voltage, VBO. Dan karena J1 dan J3
sudah berada pada kondisi forward bias, maka akan terdapat lintasan pembawa muatan
bebas melewati ketiga sambungan, yang akan menghasilkan arus anode yang besar.
Thyristor pada kondisi ini disebut berada pada keadaan konduksi atau keadaan hidup.
Tegangan jatuh yang terjadi dikarenakan oleh tegangan ohmic antara empat layer dan
biasanya cukup kecil sekitar 1 V. Pada keadaan on, arus anode dibatasi oleh resistansi
atau impedansi luar RL, seperti terlihat pada gambar 1(a). Arus anode harus lebih besar
dari suatu nilai yang disebut Latching current IL, agar diperoleh cukup banyak aliran
pembawa muatan bebas yang melewati sambungan-sambungan ; jika tidak devais akan
kembali ke kondisi blocking ketika tegangan anode ke katode berkurang. Latching
current ( IL ) adalah arus anode minimum yang diperlukan agar membuat thyristor
tetap kondisi hidup, begitu thyristor dihidupkan dan sinyal gerbang dihilangkan.
Karakteristik v-i umum dari suatu thyristor diberikan pada gambar 1(b).
Ketika berada pada kondisi on, thyristor bertindak sebagai diode yang tidak terkontrol.
Devais ini terus berada pada kondisi on karena tidak adanya lapisan deplesi pada
sambungan J2 karena pembawa-pembawa muatan yang bergerak bebas. Akan tetapi,
jika arus maju anode berada dibawah suatu tingkatan yang disebut holding current IH,
daerah deplesi akan terbentuk disekitar J2 karena adanya pengurangan banyak
pembawa muatan bebas dan thyristor akan berada pada keadaan blocking. Holding
current terjadi pada orde miliampere dan lebih kecil dari latching current IL, IH>IL.
Holding current IH adalah arus anode minimum untuk mempertahankan thyristor pada
kondisi on. Ketika tegangan katode lebih positif dibanding dengan anode, sambungan
J2 terforward bias, akan tetapi sambungan J1 dan J3 akan ter-reverse bias. Hal ini
seperti diode-diode yang terhubung secara seri dengan tegangan balik bagi keduanya.
Thyrstor akan berada pada kondisi reverse blocking dan arus bocor reverse dikenal
sebagai reverse current IR. Thyristor akan dapat dihidupkan dengan meningkatkan
tegangan maju VAK diatas VBO, tetapi kondisi ini bersifat merusak. dalam prakteknya,
tegangan maju harus dipertahankan dibawah VBO dan thyristor dihidupkan dengan
memberikan tegangan positf antara gerbang katode. Begitu thyristor dihidupkan
dengan sinyal penggerbangan itu dan arus anodenya lebih besar dari arus holding,
thyristor akan berada pada kondisi tersambung secara positif balikan, bahkan bila
sinyal penggerbangan dihilangkan . Thyristor dapat dikategorikan sebagai latching
devais.
1. Switch thyristor
Mode On
Thyristor mempunyai 3 terminal yaitu anoda, katoda don gerbang (gate). Arus
yangmengalir dan anoda ke katoda disebut arahnya positif. Seperti diode, thyristor
tidak dapat mengalirkanrus dengan arah negatif, thyristor mengalirkan rus dan anoda
ke katoda hanya bila thyristor afungsikan.Thyristor akan berfungsi apabila sejumjah,
Tegangan tertentu mengalir pada gerbangnya gate. Sekalithyristor berfungsi tidak
diperlukan untuk menambah tegangan pada gerbangnya, dan karakteristiknyamenjadi
identik
dengan
diode biasa.
Pada
prinsipnya thyristor atau disebut juga dengan istilah SCR (Silicon Controlled Rectifier)
adalah suatu dioda yang dapat menghantar bila diberikan arus gerbang(arus
kemudi).Arus gerbang ini hanya diberikan sekejap saja sudah cukup dan thyristor akan
terusmenghantar walaupun arus gerbang sudah tidak ada.
Mode off
Karakteristik Thyristor dapat dilihat pada Gambar. Karaktristik tegangan versus arus ini
diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :
Karakteristik thyristor
Pada daerah I, thyristor sama seperti diode, dimana pada keadaan ini tidak ada arus
yang mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (Vr). Pada daerah II terlihat
bahwa arus tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan
(Vbo). Apabila tegangan mencapai tegangan penyalaan, maka tiba tiba tegangan akan
jatuh menjadi kecil dan ada arus mengalir. Pada saat ini thyristor mulai konduksi dan
ini adalah merupakan daerah III. Arus yang terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat
disebut sebagai arus genggam (IH = Holding Current). Arus IH ini cukup kecil yaitu
dalam orde miliampere.
Untuk membuat thyristor kembali off, dapat dilakukan dengan menurunkan arus
thyristor tersebut dibawah arus genggamnya (IH) dan selanjutnya diberikan tegangan
penyalaan.
Line Commutated dan Forced Commutated
Thyristor dapat mejadi OFF jika terdapat rangkaian eksternal (external crcuit) yang
menyebabkan anoda menjadi bias negatif (negatively biased) dan dikenal dengan
metode natural atau komutasi sendiri (line commutated).Pada beberapa penggunaan
pensaklaran (switching) thyristor kedua untuk pengosongan kapasitor di katoda pada
thyristor pertama. Metode ini dikenal dengan komutasi paksa (forced commutated).
2. Semi-konverter Thyristor
Pada interval gelombang negative berikutnya (A- dan B+), arus akan mengalir
melalui rangkaian seri : dari titik B -> dioda D2 -> Load -> thyristor T2 -> titik A,
selanjutnya dengan adanya sinyal picu (trigger) maka thyristor T2 konduksi pada phi +
wt = sudut picu. Dalam interval ini dioda D1 dan thyristor T1 kondisi reverse bias.
Demikian seterusnya sehingga diperoleh output tegangan DC gelombang penuh yang
dapat diatur (UDC variabel), melalui pengendalian thyristor T1 dan T2.
UDC dapat diatur dari 0 volt sampai dengan vot melalui pengendalian a;
(nilai a adalah 0 < a < p). Dari persamaam tersebut maka tegangan keluaran adalah nol
apabila a = 1800 dan akan menjadi maksimum apabila a = 00.
Hal yang mungkin terjadi adalah pulsa yang diperlukan untuk pemicu semi-konverter
mungkin lebih tinggi, karena karakteristik thyristor yang digunakan berbeda, untuk
mengatasinya antara lain dengan menaikkan tegangan bias RO-UJT, yaitu dengan
mengganti zener dioda (Dz) yang memiliki Uz lebih tinggi, misalnya : 18 volt atau 20
volt.
4. Pengontrolan Beban dc / ac
Perhatikan rangkaian pada gambar 5.a dan 5.b, pada dasarnya merupakan pengontrol
dc gelombang penuh, disebut pengontrol dc/ac karena dapat digunakan untuk
mengendalikan beban ac maupun beban dc, yang selanjutnya biasa dinamakan Uni-bi
directional full wave controll .