Anda di halaman 1dari 14

Thyristor

Konsep thyristor
Apabila 2 (dua) buah transistor NPN dan PNP mempunyai karakteristik yang
sama, maka kedua transistor tersebut dikatakan complementary
(komplemen). Misalnya, transistor-transistor 2N3904 (NPN) dan 2N3096
(PNP). Kedua transistor ini memiliki nilai-nilai ß, tegangan breakdown, arus
nominal dan lain-lain yang sama. Karena itu, keduanya dikatakan
komplemen.

Gambar berikut menunjukkan suatu complementary latch, yaitu cara khusus


untuk menghubungkan transistor-transistor yang komplemen. Suatu
complementary latch dapat berada dalam keadaan menghantar atau tidak
menghantar. Dalam keadaan menghantar dia akan berfungsi sebagai saklar
tertutup dan akan tetap tertutup sampai ada suatu kekuatan dari luar untuk
membukanya. Dalam keadaan tidak menghantar dia akan berfungsi sebagai
suatu saklar terbuka dan akan tetap terbuka sampai ada kekuatan dari luar
menutupnya.

Complementary latch saklar terbuka saklar tertutup

Untuk menjelaskan konsep suatu complementary latch, marilah kita ikuti


uraian berikut ini! Pada gambar di bawah ditunjukkan suatu susunan
(gambar a dan b) dan simbol (gambar c) dioda empat lapis (four layer
diode). Komponen ini diklasifikasikan sebagai dioda karena memiliki dua
terminal, yaitu anoda dan katoda. Karena dioda ini memiliki empat daerah,
maka sering disebut dioda PNPN.
(a) (b) (c)

Jika diperhatikan pada gambar b, tampak bahwa sebelah kiri merupakan


susunan transistor PNP dan sebelah kanan susunan transistor NPN. Karena
itu dioda empat lapis adalah sama dengan complementary latch.
Dioda empat lapis ini sering disebut dengan Thyristor.

Ciri utama thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan


semikonduktor silikon. Walaupun bahannya sama, namun struktur P-N
junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau
MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) daripada
sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.

Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang


ditunjukkan pada gambar (a) di atas. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat
sebagai dua struktur junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah
seperti pada gambar (b) di atas. Ini tidak lain adalah dua buah transistor
PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base. Jika
divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini
dapat diperlihatkan seperti pada gambar berikut.

Struktur thyristor

Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2 dan


sebaliknya kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1.
Rangkaian transistor yang demikian menunjuk-kan adanya loop penguatan
arus di bagian tengah. Seperti yang kita ketahui bahwa IC = ß. IB, atau arus
kolektor adalah penguatan dari arus base.
Jika, misalnya, ada arus sebesar IB yang mengalir pada base transistor Q2,
maka akan ada arus IB yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini
merupakan arus base IB pada transistor Q1, sehingga akan muncul
penguatan pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tidak
lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga
makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil
dan hilang yang tertinggal hanyalah lapisan P dan N di bagian luar.

Jika keadaan ini tercapai, maka struktur ini merupakan struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, thyristor
disebut dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju
katoda seperti layaknya sebuah dioda.

Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi
suplai tegangan dari nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar di
bawah? Apa yang terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol? Ya,
betul. Tentu saja lampu akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada di
tengah akan mendapatkan reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini thyristor
disebut dalam keadaan OFF karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau
sangat kecil sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan
reverse-bias tertentu yang menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan
hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown. Pada saat itu arus
mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya.
Tegangan ini disebut tegangan breakover (Vbo).

Tyhristor diberi tegangan

SIMULASI

Ilustrasi berikut menunjukkan kurva karakteristik tegangan breakover.


Karakteristik tegangan breakover

Garis putus-putus menunjukkan peralihan antara daerah cutt-off dan jenuh.


Dibuat putus-putus untuk menujukkan bahwa thyristor berubah secara cepat
antara keadaan ON dan OFF.
Pada saat dalam kondisi OFF, arus sama dengan nol. Apabila tegangan dioda
melebihi Vbo, maka breakover beralih sepanjang garis putus-putus menuju
ke daerah jenuh. Dioda akan beroperasi pada garis sebelah atas. Selama
arus yang melalui lebih besar dari arus genggam (holding current) Ih, dioda
akan terkunci pada kondisi ON. Sebaliknya bila arus yang melewati dioda
lebih kecil dari Ih, maka dioda akan putus (OFF).

Contoh soal:
Sebuah rangkaian seperti di bawah dengan spesifikasi dioda dari datasheet
memiliki tegangan breakover sebesar 10 V. Apabila tegangan masukan naik
menjadi 15 V, berapa arus dioda?

Penyelesaian:
Karena tegangan masukan 15 V lebih besar dari Vbe yang besarnya 10V,
dioda breakover. Secara ideal dioda akan seperti saklar tertutup, sehingga
arusnya:
Beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT
(programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor), GTO
(gate turn off switch), dan photo SCR. Namun, pada kesempatan ini, yang
akan dikemukakan hanya komponen-komponen thyristor yang dikenal
dengan sebutan SCR (silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC.

Susunan Material Thyristor


SCR (Silicon Controlled Rectifier)

Telah dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON kita harus


memberi arus trigger lapisan P yang dekat dengan katoda. Caranya dengan
membuat kaki gate pada thyristor PNPN seperti pada gambar di bawah.
Karena letaknya yang dekat dengan katoda, pin gate ini bisa juga disebut
pin gate katoda (cathode gate). Beginilah SCR dibuat dan simbol SCR
digambarkan seperti ilustrasi di bawah. SCR dalam banyak literatur
disebut Thyristor saja.

Susunan SCR hampir sama dengan susunan dioda empat lapis, hanya saja
pada SCR terdapat tambahan satu terminal keluar pada basis transistor PNP
yang disebut Gate

Struktur, simbol, dan bentuk SCR

Ilustrasi berikut menjelaskan susunan SCR dan rangkaian ekuivalen.


Susunan SCR dan Rangkaian ekuivalen

Karakteristik Kurva SCR

Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini ditrigger atau
dipicu menjadi ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan
memberi arus gate Ig yang semakin besar dapat menurunkan tegangan
breakover (Vbo) sebuah SCR. Tegangan ini merupakan tegangan minimum
yang diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate
tertentu, ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan
dengan tegangan forward yang kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau
lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan arus dari sebuah SCR dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Karakteristik kurva SCR


Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward
SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig
yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada
gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan hubungannya dengan tegangan
breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan
notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ditunjukkan juga arus Ih,
yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi, agar SCR
tetap ON, arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas
parameter ini.

Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON.
Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya
akan ON, walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-
satunya cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat
arus anoda-katoda turun di bawah arus Ih (holding current). Pada gambar
kurva SCR, jika arus forward berada di bawah titik Ih, maka SCR kembali
pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding ini? Umumnya ada di dalam
datasheet SCR.

Cara membuat SCR menjadi OFF dengan menurunkan tegangan anoda-


katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak
cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan
untuk aplikasi tegangan AC, karena SCR bisa OFF pada saat gelombang
tegangan AC berada di titik nol.

Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah
tegangan trigger pada gate yang menyebabkan SCR ON. Kalau dilihat dari
model thyristor pada gambar, tegangan ini adalah tegangan Vbe pada
transistor Q2. VGT seperti halnya Vsub>be, besarnya kira-kira 0.7 volt
(bahan silikon). Seperti contoh rangkaian gambar berikut ini sebuah SCR
diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Maka dapat dihitung
tegangan VIN yang diperlukan agar SCR ini ON, yaitu sebesar:

Rangkaian SCR

SIMULASI
Untuk memudahkan pemahaman prinsip SCR, berikut terminologi parameter
SCR.

Ig = Gate Current (arus gate)'


Ih = Holding Current (arus genggam)'
Vbo = Breakover Voltage (tegangan breakover)'
VGT = Gate Trigger Voltage (tegangan pemicuan gate)'
IGT = Gate Trigger Current (arus pemicuan gate)'

Sudut Penyulutan (Firing Angle) SCR

Telah dikemukakan di awal bahwa SCR atau thyristor pada umumnya tidak
cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan
untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC, karena SCR bisa OFF pada saat
gelombang tegangan AC berada di titik nol.

Sudut penyulutan adalah sudut yang diperlukan agar SCR tersulut, artinya
ketika SCR diaplikasikan dengan tegangan AC. Untuk membuat ON, SCR
harus disulut dengan sudut tertentu. Sudut ini disebut dengan sudut
penyulutan (firing angle).

Beberapa aplikasi menggunakan pengendali sudut fasa untuk mendapatkan


sudut penyulutan yang tepat agar SCR ON. Berikut adalah contoh aplikasi
pengendalian sudut SCR.

Rangkaian pengendali fase sudut penyulutan

Pada rangkaian tersebut, variabel resistor R1 dan kapasitor C menggeser


sudut fasa sinyal gate. Saat R1 = 0 Ω, tegangan gate (VGT) memiliki fase
yang sama dengan tegangan catu dan SCR hanya berfungsi sebagai
penyearah setengah gelombang, R2 membatasi arus (IGT) pada batas yang
aman.

Pada saat R1 naik, tegangan gate akan tertinggal dibanding tegangan catu
dengan sudut antara 00 sampai 900, seperti terlihat pada gambar berikut.
Sudut penyulutan SCR

Sebelum tegangan gate mencapai titik pemicuan, SCR tidak aktif dan arus
beban sama dengan nol. Pada titik pemicuan, tegangan kapasitor cukup
besar untuk memicu SCR. Saat ini terjadi hampir seluruh tegangan catu
diberikan pada beban dan arus beban menjadi tinggi. Secara ideal, SCR
akan tetap ON atau terkunci sampai polaritas tegangan catu terbalik.

Bagian yang diarsir menunjukkan sudut penghantaran atau saat SCR sedang
ON. Karena R1 tidak tetap, sudut fase tegangan dapat diubah. Hal ini akan
memungkinkan kita untuk mengatur bagian yang diarsir pada tegangan
catu. Artinya, kita dapat mengatur arus rata-rata yang melalui beban dan
sangat berguna untuk, misalnya, mengubah kecepatan motor, terangnya
lampu, atau temperatur pemanas.

Pada rangkaian pengendali fase RC seperti rangkaian di atas, jangkauan


arus yang dapat dibatasi karena sudut fase hanya bervariasi dari 0 0 sampai
900, yang berarti sudut penghantaran berubah dari 1800 ke 900. Tetapi
beberapa rangkaian, kita dapat mengubah sudut fase dari 00 sampai 1800,
yang memungkinkan kita untuk mengubah arus rata-rata dari nol sampai
maksimum.
TRIAC
Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional (satu arah),
karena ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja, yaitu dari
anoda menuju katoda. Struktur TRIAC sebenarnya sama dengan dua buah
SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan. Simbol TRIAC
ditunjukkan pada gambar di bawah. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-
directional (dua arah).

Simbol TRIAC

TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat
melewatkan arus dua arah. Kurva karakteristik dari TRIAC seperti tampak
pada gambar berikut ini.

Karakteristik TRIAC
Pada data sheet akan lebih rinci diberikan besar parameter-parameter
seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya.
Umumnya besar parameter ini simetris antara yang plus dan yang minus.
Dalam perhitungan desain, bisa dianggap parameter ini simetris sehingga
lebih mudah dihitung.

Sudut Penyulutan (Firing Angle) TRIAC

Rangkaian di bawah menunjukkan rangkaian RC yang memberikan variasi


sudut fase penyulutan gerbang TRIAC. Rangkaian ini dapat mengatur arus
melalui sebuah beban yang besar.

Rangkaian pengendali fase sudut penyulutan

Ilustrasi berikut menunjukkan tegangan catu dan tegangan gate yang


tertinggal. Saat tegangan kapasitor cukup besar untuk mencatu arus trigger,
TRIAC akan menghantar. Sekali menghantar, TRIAC akan terus menghantar
sampai tegangan catu kembali ke nol.
Sudut penyulutan TRIAC

DIAC

Kalau dilihat strukturnya seperti gambar di bawah, DIAC bukanlah termasuk


keluarga thyristor, namun prinsip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai
thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan
N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat
menyeberang menembus lapisan ini. Pada DIAC, lapisan N dibuat cukup
tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC
yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,
sehingga dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.

Struktur, simbol dan bentuk DIAC

Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan
ini. Hanya dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat
menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari
anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC sama seperti
TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan
breakdown-nya.

Simbol DIAC seperti tampak pada gambar. DIAC umumnya dipakai sebagai
pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi.
Contohnya adalah aplikasi dimmer lampu yang berikut pada gambar di
bawah.
Rangkaian dimmer

Jika diketahui IGT dari TRIAC pada rangkaian di atas 10 mA dan VGT = 0.7
volt. Lalu diketahui juga yang digunakan adalah sebuah DIAC dengan V bo =
20 V, maka dapat dihitung TRIAC akan ON pada tegangan:

V = IGT(R)+Vbo+VGT = 120.7 V

Pada rangkaian dimmer, resistor R biasanya diganti dengan rangkaian seri


resistor dan potensiometer. Di sini kapasitor C bersama rangkaian R
digunakan untuk menggeser phasa tegangan VAC. Lampu dapat diatur
menyala redup dan terang, tergantung pada saat kapan TRIAC di picu.
Aplikasi Thyristor
Berikut adalah salah satu contoh aplikasi thyristor digunakan sebagai alarm.

SIMULASI

Anda mungkin juga menyukai