Anda di halaman 1dari 29

http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/03/Prinsip-Kerja-Dioda-shockley.

html

Pengertian dan Prinsip Kerja Dioda shockley


Dioda shockley adalah dioda dengan empat lapisan bahan semikonduktor, atau yang sering disebut dioda PNPN. Nama
shockley sendiri diambil dari penemunya william shockley. Perhatikan gambar ilustrasi dioda shockley dengan empat
lapis bahan semikonduktor berikut ini.

Gambar ilustrasi diatas mungkin tidak dapat menjelaskan secara mendalam bagaimana cara kerja atau perilaku dasar
dari dioda shockley. Perhatikan gambar konstruksi alternatif kesetaraan transistor dengan dioda shockley dibawah ini.

Gambar diatas menunjukkan bahwa dioda shockley berperilaku seperti rangkaian sepasang transistor bipolar PNP dan
NPN yang saling terhubung. Untuk simbol skematik dan diagram skematik dari dioda shockley akan terlihat seperti
gambar berikut ini.

Lalu sekarang coba kita lihat apa yang terjadi bila perangkat ini dihubungkan dengan sumber tegangan yang variabel.
Perhatikan gambar dibawah ini.
1
rangkaian dioda shockley dengan sumber tegangan
Saat tidak ada tegangan yang diterapkan tentu tidak ada arus yang mengalir. Dan saat tegangan mulai meningkat, masih
tetap saja tidak ada arus karena transistor belum mampu untuk hidup/turn on. Dalam kedua keadaan seperti ini
perangkat dikatakan berada dalam mode cutoff. Untuk memahami keadaan seperti ini, coba kita ingat – ingat kembali
apa yang diperlukan oleh transistor bipolar untuk aktif, yang diperlukannya adalah arus basis (arus yang melalui
sambungan basis dan emitor). Seperti yang kita lihat pada diagram, arus basis transistor bawah dikontrol oleh transistor
yang berada diatas, sedangkan arus basis transistor atas dikontrol oleh transistor yang berada dibawah. Dengan kata lain,
transistor tidak akan bisa menyala atau aktif sampai ada salah satu transistor yang menyala.

Lalu bagaimana dioda shockley bisa menghantarkan arus jika transistor penyusunnya keras kepala mempertahankan
mode cutoff ?? jawabannya terletak pada sifat atau perilaku transistor yang tidak sama atau bertentangan dengan
transistor bipolar pada umumnya. Jika menurut perilaku idealnya, transistor bipolar tidak akan mengalirkan arus
kolektor bila tidak ada arus basis, dengan tidak mempedulikan berapa besar atau kecilnya tegangan yang diterapkan
antara kolektor dan emitor. Sedangkan transistor yang membentuk dioda shockley memilki batas tertentu berapa besar
tegangan yang dapat ditahan oleh kolektor dan emitor sebelum pecah (break down) dan mengahantar. Jadi pada dioda
shockley saat tegangan yang cukup besar diterapkan diantara katoda dan anoda, salah satu transistor akan pecah (break
down). Dan setelah salah satu transistor pecah, hal ini akan memungkinkan arus basis mengalir pada transistor yang lain
atau yang kedua sehingga akan membuat ia bekerja atau aktif pada mode yang normal, yang kemudian juga
memungkinkan arus basis untuk mengalir pada transistor yang pertama. Dan pada akhirnya kedua transistor tersebut
akan berada pada mode jenuh (saturation), dan saling menjaga untuk tetap menyala atau aktif.

Jadi kita bisa memaksa dioda sockley untuk aktif/ON dengan menerapkan atau memberikan tegangan yang cukup antara
anoda dan katoda. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa transistor akan breakdown dan menghidupkan transistor
yang lainnya, setelah itu kedua transistor mengunci (latching) dan saling menjaga untuk tetap aktif. Hal seperti ini
terjadi karena adanya arus basis yang mengalir pada kedua transistor, namun bagaimana sekarang kita dapat mematikan
kembali kedua transistor tersebut? Jawabannya adalah dengan mengurangi tegangan yang diberikan jauh ke titik yang
lebih rendah dimana arus yang mengalir menjadi terlalu kecil sehingga tidak lagi mampu menjaga bias dari transistor.
Dan saat itu terjadi salah satu transistor akan cutoff, kemudian akan menghentikan aliran arus basis pada transistor yang
lainnya, sehingga kedua transistor tersebut kembali berada pada keadaan mati (off), dimana seperti keadaan sebelum
diterapkannya tegangan sama sekali.

Semoga sedikit penjelasan tentang dioda shockley ini bisa bermanfaat. Baca juga artikel-artikel menarik tentang
thyristor, seperti DIAC, SCR, dan TRIAC. Terima kasih.

2
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/03/Pengertian-Silicon-Controlled-Rectifier.html

Pengertian dan Prinsip Kerja Dasar Silicon


Controlled Rectifier (SCR)
Silicon controlled rectifier (SCR) atau thyristor merupakan device semikonduktor yang mempunyai perilaku cenderung
tetap on setelah diaktifkan dan cenderung tetap off setelah dimatikan (bersifat histeresis) dan biasa digunakan sebagai
saklar elektronik, protektor, dan lain sebagainya. Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan prinsip
kerja dasar dari Silicon controlled rectifier (SCR), sebaiknya kita tahu terlebih dulu tentang definisi dari dioda shockley.
Karena SCR itu sendiri memang device yang dikembangkan dari sebuah dioda shockley, yaitu dioda yang terdiri dari
empat lapisan bahan semikonduktor, atau yang juga biasa disebut sebagai dioda PNPN.

Perkembangan dioda shockley menjadi SCR sebenarnya dicapai hanya dengan menambah suatu tambahan kecil yang
tidak lebih dari sambungan kawat ketiga yang diberi nama “gate” dari struktur PNPN yang telah ada. untuk lebih
jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

Perkembangan dioda shockley menjadi SCR


Berikut ini gambar simbol skematik dan diagram skematik dari SCR.

SCR

Jika sebuah gate dari SCR dibiarkan mengambang atau tidak terhubung (terputus), maka SCR akan berperilaku sama
persis seperti dioda shockley. Seperti halnya dioda shockley, SCR juga akan aktif dan mengunci (latch) saat diberikan
tegangan breakover antara katoda dan anoda. Untuk mematikan kembali SCR dapat dilakukan dengan cara mengurangi
arus sampai salah satu dari transistor internal tersebut jatuh dan berada dalam mode cutoff , dan perilaku SCR yang
seperti ini juga seperti dioda shockley. Lalu sekarang coba kita bahas tentang kawat atau terminal gate yang menjadi
perbedaan dari kedua perangkat ini. Kita tahu kalau terminal gate SCR terhubung langsung ke basis transistor yang
lebih rendah, itu berarti terminal gate ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengaktifkan SCR (latch up). Dengan
memberikan tegangan yang kecil antara gate dan katoda, transistor yang bawah atau transistor yang lebih rendah akan
dipaksa ON oleh arus basis yang dihasilkan, hal ini akan menyebabkan arus basis transistor atas mengalir dan transistor
atas akan aktif dan menghantarkan arus basis untuk transistor yang bawah (tidak dibutuhkan lagi pasokan tegangan dari
terminal gate), sehingga kini kedua transistor saling menjaga agar tetap aktif atau saling mengunci (latch). Arus yang
diperlukan gate untuk memulai latch up tentu saja jauh lebih rendah daripada arus yang melalui SCR dari katoda ke
anoda, sehingga SCR tidak perlu mencapai penguatan.
3
Cara yang paling umum digunakan dan dianggap aman untuk mengaktifkan SCR adalah dengan memberikan tegangan
pada terminal gate, dan cara atau metode seperti ini disebut dengan “memicu” (triggering). Bahkan dalam
penggunaannya SCR biasanya sengaja dibuat atau dipilih dengan tegangan breakover yang jauh lebih besar melampaui
tegangan terbesar yang diperkirakan akan dialami oleh sumber listrik. Sehingga SCR hanya bisa diaktifkan dengan
pulsa tegangan yang diterapkan ke terminal gate, bukan dengan tegangan breakover.

Perlu dikatakan bahwa SCR terkadang bisa dimatikan secara langsung dengan menjumper atau mengkorsletkan terminal
gate dan katoda, yang disebut dengan “reverse triggering”, dimana gate dengan tegangan negatif (mengacu pada
katoda), sehingga transistor yang lebih rendah atau dibawah dipaksa cutoff. Saya mengatakan ini kadang-kadang karena
cara ini mungkin akan melibatkan semua arus kolektor dari transistor atas yang melewati basis transistor yang dibawah.
Dan arus ini mungkin sangat substansial sehingga membuat triggered shut off dari SCR begitu sulit. Dan sebuah
thyristor Gate-Turn-Off (GTO) yang merupakan variasi dari SCR yang akan mampu mempermudah tugas ini. akan
tetapi bahkan dengan sebuah GTO sekalipun, arus gate yang dibutuhkan untuk mematikannya mungkin sebanyak 20%
dari arus anoda (beban). Simbol skematik dari GTO ditunjukkan oleh gambar ilustrasi dibawah ini.

thyristor - GTO
SCR dan GTO mempunyai skema yang sama yaitu dua transistor yang terhubung secara positif-dengan mode feedback
atau berbalikan. Satu-satunya perbedaan dari rancangan konstruksi adalah untuk memberikan transistor NPN sebuah β
yang lebih besar dari PNP. Hal ini memungkinkan arus gate yang lebih kecil (forward atau reverse) untuk mengerahkan
tingkat kontrol yang lebih besar atas konduksi dari katoda ke anoda. Dalam keadaan terkunci (latch), transistor PNP
menjadi lebih tergantung pada NPN bukan sebaliknya. Thyristor Gate-Turn-Off juga dikenal dengan nama Gate-
controlled switch (GCS).

Pengetesan fungsi dasar SCR, atau mengidentifikasi terminal dapat dilakukan dengan ohmmeter. Karena koneksi
internal antara gate dan katoda adalah PN junction tunggal, alat ukur harus menunjukkkan adanya sambungan atau
koneksi antara terminal-terminal ini saat probe merah dihubungkan ke gate dan probe hitam pada katoda. Seperti
gambar dibawah ini.

pengujian SCR

Dan SCR akan menunjukkan terminal terbuka atau tak terhingga (OL jika pada display multimeter digital) saat
pengukuran dilakukan pada sambungan-sambungan yang lain. Perlu dipahami bahwa tes ini sangat kasar dan bukan
merupakan penilaian yang komprehensif dari SCR. Hal ini dilakukan untuk memberikan indikasi tahanan SCR masih
baik atau sudah rusak. Dan satu-satunya cara untuk menguji SCR yang lebih mendalam adalah dengan arus beban.
4
Jika anda menggunakan multimeter yang mempunyai fungsi dioda cheknya, indikasi tegangan antara sambungan atau
persimpangan gate ke katoda mungkin hasilnya tidak akan sesuai dengan persimpangan PN silikon pada umumnya
(yang biasanya sekitar 0,7 volt). Dalam beberapa kasus, hasil pengukuran tegangan akan jauh lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh resistor internal yang terhubung antara gate dan katoda yang dimasukkan kedalam beberapa SCR.
Resistor ini ditambahkan untuk mengurangi kerentanan SCR terhadap pemicu (trigger) palsu, yang berasal dari lonjakan
tegangan palsu, dari noise rangkaian, atau dari pelucutan listrik statis. Dengan kata lain, adanya resistor yang terhubung
di persimpangan gate-katoda mengharuskan sinyal trigger yang kuat (arus yang besar) untuk diterapkan pada gate SCR.
Fitur ini ditemukan pada SCR yang lebih besar bukan SCR yang kecil. Ingatlah bahwa SCR dengan resistor internal
yang terhubung antara gate dan katoda akan menunjukkan kontinuitas hubungan dalam dua arah antara dua terminal.

Resistor internal pada kaki gate dan katoda SCR


SCR dengan nilai resistor internal yang kecil terkadang juga disebut sebagai SCR gate sensitif, karena kemampuannya
yang dipicu (triggered) oleh sinyal positif gate yang sangat sedikit.
Rangkaian tes untuk SCR berikut ini sangat baik untuk digunakan sebagai alat uji SCR, selain itu juga sangat baik untuk
mengetahui dan memahami operasi dasar SCR. Sebuah sumber tegangan DC yang digunakan sebagai daya dari
rangkaian dan dua push button switch yang digunakan untuk mengaktifkan dan mematikan SCR.

Rangkaian sederhana penguji SCR

Push button NO (tombol on) menghubungkan gate dengan anoda, sehingga arus dari terminal negatif baterai akan
melalui PN junction katoda-gate, kemudian melalui saklar, melalui resistor beban dan kembali ke baterai. Arus gate
inilah yang akan membuat SCR latch on, sehingga meskipun tombol on dilepas, beban akan tetap mendapat daya listrik.
Dengan menekan push button NC (tombol off), arus yang melalui SCR akan terhenti, sehingga hal tersebut akan
memaksa untuk mematikan SCR (Turn off).

Jika SCR tidak bisa atau gagal untuk latch, mungkin masalahnya ada pada beban rangkaian bukan pada SCR. Arus
beban dengan jumlah minimum tertentu diperlukan atau wajib dimiliki untuk menjaga agar SCR latch on. Tingkat atau
level arus minimum ini disebut “holding current”. Holding current biasanya berkisar antara 1 miliampere sampai 50
miliampere atau mungkin lebih untuk unit yang lebih besar.
5
Untuk pengujian sepenuhnya dapat dilakukan dengan menguji trigger dengan tegangan breakover. Untuk menguji batas
tegangan breakover dapat dilakukan dengan cara meningkatkan suplai tegangan DC sampai SCR aktif dan mengunci
(latch) dengan sendirinya (tanpa perlu menekan tombol pushbutton). Saat tes tegangan breakover ini perlu kehati-hatian
karena mungkin memerlukan tegangan yang sangat tinggi. Dalam bentuk sederhana, rangkaian tes SCR bisa cukup
sebagai rangkaian kontrol start/stop untuk motor DC, lampu, atau beban-beban yang praktis lainnya.

Rangkaian kontrol start/stop motor DC

Contoh penggunaan SCR pada sirkuit DC adalah sebagai perangkat atau device crowbar yang berfungsi untuk
memproteksi bila terjadi tegangan lebih (over voltage). Sirkuit crowbar terdiri dari sebuah SCR yang dihubungkan
pararel dengan output dari power supply DC. Rusaknya SCR dan power supply dapat dicegah dengan pemasangan
secara benar dan bijaksana sebuah fuse atau resistansi seri yang besar setelah SCR untuk membatasi arus hubung
singkat dari rangkaian.

rangkaian power supply DC

Beberapa rangkaian atau perangkat sensor tegangan output akan terhubung ke gate SCR. Sehingga ketika kondisi
overvoltage terjadi, tegangan akan diterapkan di antara gate dan katoda, yang kemudian memicu atau mentrigger SCR
dan memaksa fuse untuk memutus.

Meskipun fakta mengatakan bahwa SCR merupakan perangkat DC (arus searah), namun sebagian besar aplikasi SCR
adalah untuk mengontrol daya AC (arus bolak-balik). Jika dibutuhkan arus rangkaian dalam dua arah, maka beberapa
atau lebih dari satu SCR dapat digunakan dalam sebuah rangkaian. Dengan begitu SCR akan dapat menangani atau
mengalirkan setiap arah arus dari kedua setengah siklus gelombang AC.

Untuk lebih mengetahui dan lebih mendalami tentang perangkat thyristor, baca juga artikel tentang thyristor dengan
jenis yang lain, seperti; DIAC-thyristor, dan TRIAC thyristor.

6
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/03/Pengertian-DIAC.html

Pengertian DIAC
Sama seperti semua dioda, dioda shockley juga merupakan perangkat searah; yaitu device atau perangkat yang
menghantarkan arus hanya dalam satu arah. Namun bila dioda shockley diperlukan dalam rangkaian operasi dua arah
(AC), dua buah dioda shockley dengan arah yang berbeda (back to back) dapat digabungkan secara pararel. Dan
penggabungan dua dioda shockley ini membentuk jenis perangkat baru yang disebut DIAC - thyristor. Perhatikan
gambar simbol dan diagram dari DIAC berikut ini.

DIAC mempunyai perilaku yang sama persis dengan dioda shockley. DIAC biasa dioperasikan dengan tegangan DC.
Dan apabila DIAC beroperasi dengan AC, maka akan terjadi perilaku yang mungkin berbeda dari yang diharapkan. Hal
ini terjadi karena arus bolak – balik berulang kali berbalik arah (dalam satu siklus mempunyai setengah siklus positif
dan setengah siklus negatif), dengan begitu DIAC tidak akan tetap terkunci (latch) ketika polaritas AC berbalik. DIAC
yang menjadi aktif dan terkunci (latch) akan terus mengalirkan atau menghantarkan arus, selama masih tersedia
tegangan untuk mendorong arus yang cukup ke arah itu, dan saat polaritas tegangan AC berbalik, tentu saja DIAC akan
terputus karena tidak memiliki cukup arus, dan berbaliknya arah tersebut juga berarti DIAC memerlukan breakover lain
sebelum menjadi on atau menghantar lagi. Dan hasilnya akan seperti gelombang arus pada gambar dibawah ini.

Dalam penggunaannya DIAC hampir tidak pernah digunakan sendiri, akan tetapi selalu dihubungkan dengan perangkat
thyristor yang lain. Baca juga artikel selanjutnya tentang jenis perangkat thyristor yang lainnya seperti : SCR, dan
TRIAC.

7
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/03/Pengertian-TRIAC.html

Pengertian dan Cara Kerja TRIAC


Jika pada artikel sebelumnya kita telah membahas tentang thyristor DIAC yang terbentuk dari dua dioda shockley yang
digabung secara pararel dengan arah yang berbeda. Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang TRIAC (Triode for
Alternating Current) yang ekuivalen dengan dua SCR dengan arah yang berbeda (back to back) dan digabung secara
pararel, sama seperti dioda shockley yang membentuk DIAC. Jika SCR merupakan device yang searah, maka TRIAC
merupakan device untuk dua arah atau bolak-balik (AC). Perhatikan gambar simbol dan diagram ekuivalen dari TRIAC
berikut ini.

Simbol dan Diagram ekuivalen TRIAC

Karena SCR secara individu lebih fleksibel untuk digunakan dalam sistem kontrol maju, oleh karena itu SCR lebih sering
dilihat pada sirkuit motor drive; sedangkan TRIAC biasanya terlihat pada aplikasi yang berdaya rendah seperti saklar
dimmer. Dan berikut ini gambar rangkaian dimmer lampu sederhana, lengkap dengan jaringan resistor – kapasitor (RC)
sebagai penggeser fasa yang diperlukan untuk memicu atau menyulut.

rangkaian dimmer lampu

TRIAC terkenal karena tidak menyulut secara simetris. Ini berarti TRIAC biasanya tidak akan memicu pada tingkat
tegangan gate yang sama persis dengan tingkat tegangan yang diberikan pada saat polaritas lain. Secara umum, hal ini
tidak diinginkan, karena penyulutan yang tidak simetris akan menghasilkan bentuk gelombang arus dengan berbagai
frekuensi harmonik yang lebih besar. Jika pada bentuk gelombang yang simetris hanya akan terdiri dari harmonik
ganjil. Sedangkan, pada bentuk gelombang yang tidak simetris akan mengandung harmonik genap dan mungkin juga
disertai harmonik ganjil.

Karena pentingnya mengurangi kandungan total harmonik dalam sistem tenaga listrik, yang mana semakin sedikit dan
berkurangnya ragam harmonik maka akan semakin baik. Mungkin ini yang menjadi salah satu alasan mengapa SCR
individu lebih disukai bila dibandingkan dengan TRIAC dalam sirkuit kontrol daya tinggi. Salah satu cara agar

8
gelombang arus TRIAC lebih simetris adalah dengan menggunakan perangkat eksternal seperti DIAC untuk mengatur
waktu pulsa pemicu (trigger) TRIAC. Penggunaan DIAC ini ditempatkan secara seri dengan gate dari TRIAC.

Penggunaan DIAC meningkatkan simetri kontrol

Tegangan breakover DIAC cenderung jauh lebih simetris (sama meskipun polaritasnya berbalik) daripada tegangan
pemicu TRIAC. Penempatan DIAC secara seri dengan gate, dapat mencegah atau menunda setiap arus gate sampai
tegangan trigger (pemicu) telah mencapai nilai tertentu. Dengan begitu titik penyulutan TRIAC dari setengah siklus ke
setengah siklus berikutnya akan cenderung konsisten, sehingga gelombang akan lebih simetris pada pusatnya.

Hampir semua karakteristik dan perilaku SCR berlaku juga bagi TRIAC. Dikatakan hampir tentu saja karena TRIAC
merupakan perangkat yang dapat menangani arus dari dua arah (AC), sedangkan SCR hanya satu arah.

Dari diagram ekuivalen yang ditunjukkan sebelumnya (diatas), mungkin orang akan berpikir bahwa terminal utama
TRIAC (terminal 1 dan 2) dapat dipertukarkan. Namun tidak seperti itu, diagram tersebut hanya untuk membantu dan
membayangkan TRIAC sebagai perangkat yang terdiri dari dua SCR yang digabung pararel menjadi satu, tapi pada
kenyataannya TRIAC terbuat dari lapisan bahan seminkonduktor yang diolah dengan tepat. Jadi sifat operasinya TRIAC
mungkin sedikit berbeda dari diagram ekuivalennya.

Dua rangkaian sederhana berikutnya ini mungkin akan memperjelas bahwa terminal – terminal utama TRIAC tidak bisa
ditukar atau digantikan, dua rangkaian ini adalah variasi rangkaian dimmer lampu yang telah ditampilkan sebelumnya,
dimana kapasitor dan DIAC dihilangkan untuk memudahkan penjelasan. Dan meskipun hanya menghasilkan rangkaian
dengan kemampuan kontrol yang kurang baik dari versi kompleksnya (dengan DIAC dan kapasitor), gambar rangkaian
dibawah ini berfungsi :

rangkaian TRIAC yang berfungsi

9
Dan saat dua terminal utama TRIAC tersebut ditukar, gambarnya akan menjadi seperti ini:

rangkaian triac tidak berfungsi karena terminal utama tidak bisa digantikan atau ditukar

Penukaran terminal utama tersebut akan membuat rangkaian menjadi tidak berfungsi, dan beban tidak akan
menerima daya, karena TRIAC tidak akan pernah menyulut atau menyala, tidak peduli seberapa rendah atau tingginya
resistansi resistor kontrol. Kunci keberhasilan dalam memicu (mentrigger) TRIAC adalah dengan memastikan bahwa
arus pemicu yang diterima gate berasal dari sisi terminal utama 2 (MT2), yaitu sisi terminal yang berlawanan atau
berseberangan dengan terminal gate (pada simbol TRIAC). Identifikasi terminal utama 1 dan terminal utama 2 (MT1
dan MT2) harus dilakukan melalui bagian nomor TRIAC dengan mengacu pada lembar data (data sheet) atau buku.

Semoga artikelnya bermanfaat. Baca juga artikel sebelumnya tentang thyristor dengan jenis yang lain, seperti: SCR dan
DIAC.

10
https://andihasad.com/2011/12/05/operasi-dan-aplikasi-triac/

OPERASI DAN APLIKASI TRIAC

Andi Hasad
Program Studi Teknik Elektronika
Fakultas Teknik, Universitas Islam 45 (UNISMA)
Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113
Telp. +6221-88344436, Fax. +6221-8801192
Website: andihasad.com, Email: andihasad@yahoo.com

Triac atau dikenal dengan nama Bidirectional Triode Thyristor, dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah
ketika ditrigger (dihidupkan). Triac dapat ditrigger dengan memberikan tegangan positif ataupun negatif pada
elektroda gerbang. Sekali ditrigger, komponen ini akan terus menghantar hingga arus yang mengalir lebih
rendah dari arus genggamnya, misalnya pada akhir paruh siklus dari arus bolak-balik. Operasi triac sangat mirip
dengan SCR. Perbedaannya adalah apabila SCR dihubungkan ke dalam rangkaian ac, tegangan output
disearahkan menjadi arus searah sedangkan triac dirancang untuk menghantarkan pada kedua tengahan dari
bentuk gelombang output. Oleh karena itu, output dari triac adalah arus bolak-balik, bukan arus searah. Triac
dibuat untuk menyediakan cara agar kontrol daya ac ditingkatkan.

Gambar 1 Bentuk fisik triac

Operasi Triac

Kontruksi triac diperlihatkan pada Gambar 2. Triac beroperasi sebagai dua SCR dalam satu bungkus dan
dipasang paralel berkebalikan. Rangkaian ekivalen triac diperlihatkan sebagai dua SCR yang dihubungkan
paralel terbalik seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Dengan demikian, triac mampu menghantarkan dengan
salah satu polaritas tegangan terminal. Triac dapat juga ditrigger dengan salah satu polaritas sinyal gerbang.

Gambar 2 Konstruksi Triac

11
Gambar 3 Struktur, simbol dan
rangkaian ekivalen triac

Triac mempunyai tiga terminal; dua terminal utama (MT2) dan terminal utama 1 (MT1) dan gerbang (G).
Terminal MT2 dan MT1 dirancang demikian sebab aliran arus adalah dua arah. Karena aliran berinteraksi
dengan gerbang, MT1 digunakan sebagai pengukuran terminal referen. Arus dapat mengalir antara MT2 dan
MT1 dan juga antara gerbang dan MT1. Triac dapat ditrigger agar konduksi pada salah satu arah dengan arus
gerbang bergerak masuk atau keluar dari gerbang. Apabila aliran arah arus terminal utama ditentukan, triac
pada dasarnya mempunyai karakteristik pengoperasian internal yang sama dengan SCR. Triac mempunyai
empat kemungkinan mode pentriggeran. Sehubungan dengan MT1 yaitu:

 MT2 adalah positif dan gerbang positif


 MT2 adalah positif dan gerbang negatif
 MT2 adalah negatif dan gerbang positif
 MT2 adalah negatif dan gerbang negatif

Gambar 4 Mode pentriggeran triac

Dua mode pentriggeran tersebut digambarkan pada Gambar 4. Karena triac dapat menghantarkan pada kedua
tengahan siklus, maka sangat bermanfaat untuk mengontrol beban yang beroperasi pada arus searah. Efisiensi
penuh dapat dicapai dengan menggunakan kedua tengahan gelombang dari tegangan input ac.

12
Aplikasi Triac

Skema rangkaian penghubungan triac yang dioperasikan dari sumber ac diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Rangkaian penghubungan


triac ac

Jika tombol tekan PB1 dipertahankan tertutup, arus trigger terus-menerus diberikan pada gerbang. Triac
menghantarkan pada kedua arah untuk menghubungkan semua tegangan ac yang diberikan pada beban. Jika
tombol tekan dibuka, triac kembali OFF atau mati, apabila tegangan sumber ac dan penahanan arus turun
menjadi nol atau polaritas terbalik. Perhatikan bahwa tidak seperti output dari rangkaian SCR yang sama, output
rangkaian ini adalah arus bolak-balik, bukan arus searah.

Gambar 6 Aplikasi triac pada


rangkaian penghubungan arus pada motor

Satu aplikasi umum dari triac adalah penghubungan arus ac pada motor ac. Rangkaian penghubungan motor
triac pada Gambar 6 menggambarkan kemampuan triac untuk mengontrol jumlah arus beban yang besar dengan
jumlah arus gerbang yang kecil. Aplikasi ini akan bekerja seperti relay solid-state. Transformator penurun
tegangan 24 V digunakan untuk mengurangi tegangan pada rangkaian thermostat. Tahanan membatasi jumlah
aliran arus pada rangkaian gerbang-MTl ketika thermostat terhubung kontaknya untuk menswitch triac dan
motor ON. Ukuran kerja arus maksimum dari kontak thermostat jauh lebih rendah dibandingkan dengan arus
kerja triac dan motor. Jika thermostat yang sama dihubungkan seri dengan motor untuk mengoperasikan motor
secara langsung, kontak akan dihancurkan dengan aliran arus yang lebih besar.

13
Gambar 7 Aplikasi triac untuk merubah
arus

Triac dapat digunakan untuk merubah arus ac rata-rata menjadi beban ac seperti terlihat pada Gambar 8.
Rangkaian trigger mengontrol titik dari bentuk gelombang ac di mana triac yang dihubungkan ON. Bentuk
gelombang yang terjadi adalah masih arus bolak-balik, tapi arus rata-rata diubah. Pada rangkaian penerangan,
perubahan arus menjadi lampu pijar akan merubah jumlah cahaya yang dipancarkan oleh lampu. Jadi, triac
dapat digunakan sebagai pengontrol keredupan cahaya. Pada rangkaian motor yang sama, perubahan arus itu
akan merubah kecepatan motor. Diac adalah alat seperti transistor dua terminal yang digunakan untuk
mengontrol trigger SCR dan triac.

Tidak seperti transistor, dua sambungan diac diberi bahan campuran yang sama kuat dan sama. Simbol diac
memperlihatkan bahwa diac bertindak seperti dua dioda yang menunjuk pada arah yang berbeda. Arus mengalir
melalui diac (pada salah satu arah) ketika tegangan antaranya mencapai tegangan breakover yang diratakan.
Pulsa arus yang dihasilkan ketika diac berubah dari status non-induksi ke status konduksi digunakan untuk
pentriggeran gerbang SCR dan triac.

14
Gambar 8 Aplikasi diac/triac sebagai
peredup lampu

Rangkaian eksperimental peredup lampu triac/diac diperlihatkan pada Gambar 8. Ketika tahanan variabel R,
ada pada harga terendahnya (terang), kapasitor C1 mengisi dengan cepat pada permulaan dari masing-masing
setengah siklus dari tegangan ac. Jika tegangan antara C1, mencapai tegangan triac over dari diac, C1
dikosongkan pada gerbang triac. Jadi, triac ON (lebih awal) pada tiap setengah siklus dan bertahan hidup (ON)
sampai akhir triac setengah siklus. Oleh karena itu. arus akan mengalir lewat lampu untuk sebagian besar dari
diac setengah siklus dan menghasilkan kecerahan (terang) yang penuh. Pada saat tahanan R 1 naik, waktu yang
diperlukan untuk mengisi C1, sampai tegangan breakover dari diac bertambah. Hal ini menyebabkan triac
menyala kemudian pada setiap setengah siklus. Sehingga panjang waktu arus mengalir pada lampu menjadi
berkurang dan cahaya yang dipancarkan juga berkurang.

15
http://ilmulistrik.com/triac.html

TRIAC

TRIAC, atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak-balik) adalah sebuah komponen
elektronik yang ekivalen dengan dua SCR yang disambungkan antiparalel dan kaki gerbangnya disambungkan
bersama. Nama resmi untuk TRIAC adalah Bidirectional Triode Thyristor. Ini menunjukkan sakelar dua arah
yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah ketika dipicu (dihidupkan). TRIAC dapat dinyalakan baik
dengan tegangan positif ataupun negatif pada elektrode gerbang. TRIAC tersusun dari lima buah lapis
semikonduktor yang banyak digunakan pada pensaklaran elektronik. Berbeda dengan SCR yang hanya
melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengendali dan
pensaklaran.

Simbol TRIAC

TRIAC akan aktif ketika polaritas pada anoda lebih positif daripada katodanya. Dan gatenya diberi polaritas
positif, begitu juga sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus yang
mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun arus gate dihilangkan. Satu-satunya
cara untuk membuka (meng-offkan) TRIAC adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.

Konstruksi Simbol TRIAC


16
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang parallel bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah. Kurva
karakteristik dari TRIAC dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Karakteristik TRIAC

Yang perlu diketahui adalah Pada Low-Current TRIAC kontaknya dapat digunakan hingga kuat arus 1 ampere
dan mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt. Sedangkan Medium-Current TRIAC
Kontaknya dapat digunakan sampai kuat arus 40 ampere dan mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000 volt.

Aplikasi TRIAC
Skema rangkaian penghubungan triac yang dioperasikan dari sumber AC diperlihatkan pada Gambar dibawah.
Jika tombol tekan PB1 dipertahankan tertutup, arus trigger terus-menerus diberikan pada gerbang. Triac akan
terkonduksi untuk menghubungkan semua tegangan ac yang diberikan pada beban. Jika tombol tekan dibuka,
triac kembali OFF atau mati, apabila tegangan sumber ac dan penahanan arus turun menjadi nol atau polaritas
terbalik. Perhatikan bahwa tidak seperti output dari rangkaian SCR yang sama, output rangkaian ini adalah arus
bolak-balik, bukan arus searah.

Rangkaian penghubungan TRIAC AC

Triac mempunyai tiga terminal; dua terminal utama (MT2) dan terminal utama 1 (MT1) dan gerbang (G).
Terminal MT2 dan MT1 dirancang demikian sebab aliran arus adalah dua arah. Karena aliran berinteraksi
dengan gerbang, MT1 digunakan sebagai pengukuran terminal referen. Arus dapat mengalir antara MT2 dan
MT1 dan juga antara gerbang dan MT1. Triac dapat ditrigger agar konduksi pada salah satu arah dengan arus
gerbang bergerak masuk atau keluar dari gerbang. Apabila aliran arah arus terminal utama ditentukan, triac
pada dasarnya mempunyai karakteristik pengoperasian internal yang sama dengan SCR. Triac mempunyai
empat kemungkinan mode pentriggeran. Sehubungan dengan MT1 yaitu:

 MT2 adalah positif dan gerbang positif


 MT2 adalah positif dan gerbang negatif
 MT2 adalah negatif dan gerbang positif
 MT2 adalah negatif dan gerbang negatif

17
Aplikasi TRIAC pada rangkaian penghubungan arus pada motor

Satu aplikasi umum dari triac adalah penghubungan arus AC pada motor AC. Rangkaian penghubungan motor
triac pada Gambar diatas menggambarkan kemampuan triac untuk mengontrol jumlah arus beban yang besar
dengan jumlah arus gerbang yang kecil. Aplikasi ini akan bekerja seperti relay solid-state. Transformator
penurun tegangan 24 V digunakan untuk mengurangi tegangan pada rangkaian thermostat. Tahanan membatasi
jumlah aliran arus pada rangkaian gerbang-MTl ketika thermostat terhubung kontaknya untuk menswitch triac
dan motor ON. Ukuran kerja arus maksimum dari kontak thermostat jauh lebih rendah dibandingkan dengan
arus kerja triac dan motor. Jika thermostat yang sama dihubungkan seri dengan motor untuk mengoperasikan
motor secara langsung, kontak akan rusak karena aliran arus yang lebih besar melebihi nilai ratingnya.

Aplikasi triac untuk merubah arus

Triac dapat digunakan untuk merubah arus ac rata-rata pada beban ac seperti terlihat pada Gambar diatas.
Rangkaian trigger mengontrol titik dari bentuk gelombang AC di mana triac yang dihubungkan ON. Bentuk
gelombang yang terjadi adalah masih arus bolak-balik, tapi arus rata-rata diubah.

Kurva Aplikasi TRIAC saat Perubahan arus

Pada rangkaian penerangan, perubahan arus pada lampu pijar akan merubah jumlah cahaya yang dipancarkan
oleh lampu. Jadi, triac dapat digunakan sebagai pengontrol keredupan cahaya. Pada rangkaian motor yang sama,
perubahan arus itu akan merubah kecepatan motor.
18
http://elektronika.web.id/elkav2/index.php?topic=609.0

sakelar lampu TL otomatis 220V AC


« pada: Juli 03, 2010, 01:05:33 AM »

rangkaian diatas setelah saya buat terus pake lampu TL hasilnya tidak bagus
lampu tl nyala kedip kedip ketika kondisi mendung
ketika sudah gelap baru bisa nyala terang

saya ingin ketika mendung tidak nyala kedip kedip


kira kira kurang apanya? atau perlu ditambah apa? mohon dibantu

19
http://learneverythings.blogspot.com/2014/02/how-to-build-simple-automatic-street.html

How to Build a Simple Automatic Street Light System


Wednesday, 12 February 2014 ELECTRONIC No comments

There have been lot of problems in street lights. Major problem in some places is every evening a person
has to come and switch ON the street light and it should be again switched off in morning.
So this problem can be overcome by using a simple circuit. Below shown circuit will be automatically
switched ON and OFF during night and morning times respectively.

**SIMPLE CIRCUIT**

1.circuit diagram (using resistance &transistor bc547)

COMPONENT LIST:-

1. R1,R3-330ohm
2. R2-1Kohm
3. Q1,Q2-BC547
4. LDR
5. LED
6. BAT

20
2.Circuit Diagram (using LDR sensor & IC 555)

COMPONENT LIST:-
1. 9v Battery with strip
2. Switch
3. L.D.R (Light Depending Resistance)
4. I.C NE555 with Base
5. L.E.D (Light Emitting Diode) 3 to 6 pieces.
6. Variable Resistance of 47 KΩ
7. P.C.B (Printed Circuit Board of 555 or Vero board.

21
**COMPLEX CIRCUIT DIAGRAM**
1.Circuit diagram (using ic 555)

COMPONENT LIST:-
Resistors (all ¼-watt, ± 5% Carbon)
R1 = 10 KΩ/10-watt
R2 = 33 KΩ
R3 = 39 KΩ
R4, R6, R7 = 10 KΩ
R5 = 100 Ω

C1, C5 = 0.1 µF

C2 = 1000 µF/25V
C3 = 10 µF/25V
C4 = 0.01 µF

IC1 = NE555 timer IC

T1, T3 = BC548
T2 = 2N2222
ZD1 = 9.1V/0.5V
D1 = 1N4001
Triac1 = BT136
LED1 = RED color

22
LDR1 = light-dependent resistor
F1 = Fuse, 5A
B1 = 100W/ 230V AC
SW1 = On/off Switch

2.Circuit diagram (using TRIAC BT136)

COMPONENT LIST:-
1. R1-60KΩ(1/2 watt)

2. R2-1KΩ

3. D1-1N4001

4. C1-100UF/16V

5. Q1-558

6. Q2-548

7. TRIAC(BT136)

8. 9V BATTERY OR TRANSFORMER

9. LDR

23
3.Circuit diagram (using RELAY)

COMPONENT LIST:-
1. R1, R2, R3 = 2K2,

2. VR = 10K preset,

3. C1 = 100uF/25V,

4. C2 = 10uF/25V,

5. D1 ---- D6 = 1N4007

6. T1, T2 = BC547,

7. Relay = 12 volt, 400 Ohm, SPDT,

8. LDR = any type with 10K to 47K resistance at ambient light.

9. Transformer = 0-12V, 200mA

24
http://www.homemade-circuits.com/2012/04/how-to-make-simplest-triac-flasher.html

How to Make a Simplest Triac Dimmer Switch Circuit


We have already seen in many of my earlier articles how triacs are used in electronic circuits for switching
AC loads.

Triacs are basically devices which are able to switch ON a particular connected load in response to an external
DC trigger.

Though these may be incorporated for complete switch ON and complete switch OFF procedures of a load,
the device is also popularly applied for regulating an AC, such that the output to the load may be reduced to
any desired value.

For example triacs are very commonly used dimmer switch applications where the circuit is designed to make
the device switch in such a manner that it conducts only for a particular section of the AC sine wave and
remains cut OFF during the remaining parts of the sine wave.

This result is an corresponding output AC which has an average RMS value much lower than the actual input
AC.

The connected load also responds to this lower value AC and is thus controlled to that particular consumption
or resultant output.

This is what exactly happens inside electrical dimmer switches which are normally used for controlling
ceiling fan and incandescent lights.

Simple and the Best Triac Dimmer Switch Circuit

The circuit diagram shown above is an classic example of a dimmer switch, where a triac has been utilized
for controlling the intensity of light.

When AC mains is fed to the above circuit, as per the setting of the pot, C2 charges fully after a particular
delay providing the necessary firing voltage to the diac.

The diac conducts and triggers the triac into conduction, however this also discharges the capacitor whose

25
charge reduces below the diacs firing voltage.

Due to this the diac stops conducting and so does the triac.

This happens for each cycle of the mains AC sine wave signal, which cuts it into discrete sections, resulting in
well tailored lower voltage output.

The setting of the pot sets the charge and the discharge timing of C2 which in turn decides for how long the
triac remains in a conducting mode for the AC sine signals.

You might be interested to know why C1 is placed in the circuit, because the circuit would work even without
it.

It's true, C1 is actually not required if the connected load is a resistive load like an incandescent lamp etc.

However if the load is an inductive type, the inclusion of C1 becomes very crucial.

Inductive loads have a bad habit of returning a part of the stored energy in the winding, back into the supply
rails.

This situation can choke up C2 which then becomes unable to charge properly for initiating the next
subsequent triggering.

C1 in this situation helps C2 to maintain is cycle by providing bursts of small voltages even after C2 has
completely discharged, and thus maintains the correct switching rate of the triac.

Triac dimmer circuits have the property of generating a lot of RF disturbances in the air while operating and
therefore an RC network becomes imperative with these dimmer switches for reducing the RF generations.

The above circuit is shown without the feature and therefore will generate a lot of RF which might disturb
sophisticated electronic audio systems.

The circuit of a dimmer switch illustrated below incorporate the necessary precautions for subsiding the above
issue.

26
Parts List for the above enhanced fan dimmer circuit

C1 = 0.1u/400V
C2, C3 = 0.022/250V,
R1 = 15K,
R2 = 330K,
R3 = 33K,
R4 = 100 Ohms,

VR1 = 220K, or 470K linear


Diac = DB3,
Triac = BT136
L1 = 40uH

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai