Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang paling
penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.
Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar, beroperasi pada keadaan non konduksi
ke konduksi. Pada banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai saklar ideal
akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan dan karakteristik tertentu.
Thyristor adalah semikonduktor daya yang tersusun dari 4 lapis P-N-P-N, seperti
gambar di bawah ini.
2.3
Thyristor
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu. Dinamakan
demikian karena sifat dari komponen yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan
ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ciri - ciri utama dari sebuah thyristor adalah
komponen yang terbuat dari bahan semiconductor silicon. Komponen thyristor yang
digunakan yaitu SCR (silicon controlled rectifier).
2.3.1 SCR (Silicon Controlled Rectifier) [2] [16] [19]
SCR (Silicon Controlled Rectifier) merupakan komponen elektronika daya yang
dapat digunakan sebagai sistem saklar. Salah satu keuntungan dari SCR adalah mampu
mengalirkan daya ratusan watt dan hanya membutuhkan mili watt sinyal pemicuan.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer P-N-P-N, jika dipilah, struktur
thyristor dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction P-N-P dan N-P-N yang
tersambung ditengah seperti pada gambar 2.5(b). Yang menyerupai dua buah transistor PN-P dan N-P-N dan tersambung pada masing - masing kolektor dan basis. Jika
digambarkan sebagai transisitor Q1 dan Q2, maka stuktur thyristor dapat diperlihatkan
seperti pada gambar 2.5(c).
P
N
P
N
PNP
N
P
N
P
K
(a)
NPN
K
(b)
(c)
K
(d)
Gambar 2.5(a) merupakan struktur dasar SCR, gambar 2.5(b) merupakan struktur
SCR yang didekatkan pada dua transistor, gambar 2.5(c) merupakan lambang SCR yang
dibentuk oleh dua transistor dan gambar 2.5(d) merupakan lambang SCR. Pada gambar
2.5(c), kolektor transistor P-N-P tersambung pada basis transistor N-P-N dan sebaliknya
kolektor transistor N-P-N tersambung pada basis transistor P-N-P. Rangkaian transistor
yang demikian menunjukan loop penguatan arus dibagian tengah. Dimana diketahui
bahwa Ic = Ib, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus basis.
Apabila ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor N-P-N, maka akan
ada arus Ic yang mengalir pada kolektor N-P-N. Arus kolektor merupakan arus base Ib
pada transistor P-N-P, sehingga akan muncul penguatan pada arus kolektor transistor PN-P. Arus kolektor transistor P-N-P adalah arus base bagi transistor N-P-N. Sehingga
makin lama sambungan P-N dari thyristor dibagian tengah akan mengecil dan hilang.
Yang tertinggal hanyalah lapisan P dan N di bagian luar. Jika keadaan tersebut telah
tercapai, maka struktur yang demikian tidak lain merupakan struktur dioda P-N (anoda katoda). Pada saat yang demikian, dapat disebut bahwa thyristor dalam keadaan ON dan
dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti sebuah dioda. Pada kondisi
tersebut SCR akan terkunci (latch) untuk terus ON dengan sekali picu. Dua transistor
yang dirangkai seperti pada gambar 2.5(c) diatas akan tidak bekerja walaupun pada kaki
anoda SCR dan kaki Katoda SCR diberi beda potensial (pada kaki anoda diberi beda
potensial positif dan pada kaki katoda diberi beda potensial negatif) SCR akan tetap
dalam keadaan OFF apabila tidak ada arus yang diberikan pada kaki gate. Pada beberapa
keadaan SCR hidup dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Beda Potensial SCR telalu besar antara kaki katoda dengan kaki anoda.
2. Dengan temperatur yang tinggi.
3. Kaki gate SCR dipicu oleh pulsa dari luar.
Dari ketiga macam cara untuk menghidupkan SCR diatas point tiga merupakan cara
menghidupkan SCR secara normal. SCR dapat dimatikan dengan dua cara yaitu
mengurangi arus maju (Forward) yang mengalir sampai dibawah arus holding SCR dan
cara kedua dengan membias balik arus SCR, dengan membalik beda potensial pada kaki
anoda dan katoda. Gambar 2.6 merupakan karakteristik dari SCR.
+IA
Tegangan jatuh
Latching Current
Holding Current
IG1
IG2
IG0
- VAK
+ VAK
Daerah penahan
tegangan maju
Tegangan maju
maksimum
-IA
SISTEM TEGANGAN AC
(TEGANGAN TINGGI)
RANGKAIAN
PEMISAH
OPTOISOLATOR
RANGKAIAN
PENGUAT ARUS
RANGKAIAN
PENGAMAN
KE GATE SCR
Pada gambar 2.7, keluaran pulsa gerbang dari mikrokontroler sebagai masukan
kaki gate SCR dimasukkan menuju rangkaian pemisah optoisolator, yang kemudian arus
keluaran dari optoisolator dikuatkan dengan rangkaian penguat arus yang terdiri dari dua
buah transistor, optoisolator sendiri berfungsi sebagai rangkaian pemisah antara
rangkaian sistem kontrol (tegangan rendah DC) dengan rangkaian sistem daya (tegangan
tinggi AC). Kemudian pulsa gerbang menuju ke gate SCR melalui dioda. Dioda
digunakan untuk meneruskan sinyal picu positif pada kaki gate SCR dan juga
dimaksudkan sebagai pengaman apabila ada tegangan dan arus balik dari SCR, karena
SCR bekerja pada tegangan tinggi AC.
2.4
Processing
Unit)
merupakan
bagian
utama
dari
suatu
sistem
2.4
Thyristor
Thyristor adalah komponen yang prinsip kerjanya mirip dengan dioda namun
dilengkapi dengan gate untuk mengatur besarnya fasa yang dilalukan. Simbol thyristor
dan struktur dasar thyristor terdapat pada gambar 2.12
(a)
(b)
+IA
tegangan jatuh
Latching Current
Holding Current
IG2
IG1
IG0
Tegangan Breakdown
balik
- VAK
+ VAK
Daerah penahan
tegangan maju
Tegangan maju
maksimum
-IA
a. Radiasi
Thyristor ditembaki dengan foton sedemikian rupa sehingga pasangan holeelectron semakin banyak dan menurunkan nilai hambatan, sehingga arus dapat
mengalir.
b. Tegangan
Tegangan maju thyristor diperbesar diatas tegangan tembusnya, sehingga arus
dapat mengalir.
c. Suhu (temperature)
Setiap thyristor dibuat dengan batas suhu kerja dalam beberapa puluh bahkan
ratus derajat Celcius, bila thyristor dikenakan pada suhu diatas batas tersebut
maka resistansi pada sambungannya (junction) akan mengecil sehingga dapat
dilalui arus.
d. Gate
Thyristor
AC
Vac
Igate
VR
VT
IR
R
Pemicuan atau penyulutan melalui gate adalah yang umum digunakan, dengan
tegangan kecil saja pada gate-cathode (tergantung spesifikasi produk) arus gate dapat
mengalir. Pada saat arus gate mengalir blok tegangan pada J2 menurun dikarenakan J3
potensial tegangannya menjadi lebih rendah dibandingkan J1. Sehingga arus dapat
mengalir dari anoda ke katoda. Karena daerah kerja thyristor adalah 00 hingga 1800 (sifat
umum dioda bila bekerja pada tegangan arus bolak balik) maka hanya pada daerah
tersebut pengontrolan fasa dapat dilakukan. Proses ini dapat diperhatikan pada gambar
2.14. Gambar 2.14 menunjukkan bahwa thyristor dipicu pada sudut 0 arus akan melalui
thyristor secara penuh dari perioda 0 hingga 1800. Pada perioda 1800 hingga 3600
thyristor akan mengalami bias mundur sehingga arus akan ditahan, pada perioda ini
pemicuan tidak berguna karena fenomena bias mundur merupakan fenomena dasar
thyristor (dioda) dimana hanya akan melakukan bias maju. Jadi pada thyristor bila ingin
dalam keadaan menghantar maka pemicuan lewat gate harus dilakukan setiap perioda 00
hingga 1800.
Dalam pembuatan tugas akhir ini digunakan metoda penyulutan melalui terminal
gate. Setelah thyristor dalam kondisi terpicu maka thyristor dalam kondisi
menghantarkan arus listrik, untuk pengaturan fasa atau menghentikan arus listrik maka
diperlukan metoda komutasi. Pada intinya metoda komutasi pada thyristor adalah
mengusahakan tegangan pada thyristor adalah nol, sehingga arus tidak mengalir. Pada
saat itu dapat dipastikan thyristor akan dalam kondisi tidak dapat menghantarkan arus
listrik dari anoda ke katoda hingga pemicuan dimasukkan kembali. Dan beberapa metoda
membuat thyristor tidak menghantar atau komutasi, yaitu :
a. Komutasi alami (natural commutation)
Dalam pembuatan modul ini, teknik alami yang digunakan, karena tegangan kerja
yang digunakan adalah AC. Pada tegangan arus bolak balik setiap satu perioda
akan melewati dua kali titik nol volt yaitu 00 dan 1800. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2.14.b, setelah tegangan melewati titik-titik tersebut maka
thyristor secara otomatis akan mengalami komutasi. Inilah salah satu keuntungan
bila menggunakan thyristor pada tegangan kerja arus bolak balik.
b. Komutasi yang dipaksakan (Forced commutation)
Komutasi jenis ini tidak dibahas secara mendetail, karena tidak digunakan dalam
pembuatan modul.
Gambar 2.14 adalah rangkaian sederhana thyristor yang dipicu sebesar serta bentuk
gelombang yang dihasilkan.
SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah suatu komponen elektronika yang biasanya
digunakan sebagai saklar. Salah satu keuntungan dari komponen ini adalah
kemampuannya dalam mengalirkan daya ratusan watt hanya membutuhkan mili bahkan
mikro watt sinyal picu
Struktur SCR , pendekatan struktur PNPN terhadap transistor, susunan transistor
yang membentuk SCR dan lambang dari SCR dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini
A
A
A
PNP
P
N
P
N
N
P
G
N
P
N
K
NPN
K
K
a)
b)
c)
d)
arus sehingga akan menghidupkan transistor NPN hal ini dikarena terjadi aliran arus dari
kaki basis ke kaki emitor , dengan hidupnya transistor NPN akan menarik arus dari kaki
emitor pada kaki transistor PNP ke kaki basis hal ini akan menghidupkan transistor PNP
yang selanjutnya transistor PNP ini akan mengalirkan arus dari kaki emitornya ke kaki
kolektornya yang kemudian akan diteruskan ke kaki basis menuju kaki kolektor pada
transistor NPN sehingga setiap transistor ini akan menahan kedaan ini sehingga SCR
akan terkunci (latch) untuk terus hidup dengan sekali picu. Pada beberapa keadaan SCR
hidup dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Beda Potensial SCR telalu besar antara kaki Katoda dengan kaki
Anoda
2. Bila arus maju (Forward) berlangsung sangat cepat
3. Dengan Temperatur yang tinggi
4. Kaki SCR dipicu oleh pulsa dari luar
5. Energi Cahaya yang mengenai lapisan pada SCR
Dari kelima macam cara untuk menghidupkan SCR diatas hanya point
keempatlah cara menghidupkan SCR secara normal.
SCR dapat dimatikan dengan dua cara yaitu mengurangi arus maju (Forward)
yang mengalir sampai dibawah arus holding-nya, cara kedua dengan cara membias balik
arus SCR , dengan membalik beda potensial pada kaki Anoda dan Katoda
Karakteristik SCR dapat dilihat gambar 2.2 dibawah ini
+IA
tegangan jatuh
Latching Current
Holding Current
IG 2
IG 1
IG 0
- VAK
+ VAK
Daerah penahan
tegangan maju
-IA
Tegangan maju
maksimum
Pada prakteknya ada dua macam cara untuk memicu SCR sekaligus mengisolasi
antara tegangan pengendali dengan tegangan jala-jala yaitu dengan menggunakan
transformator pulsa atau optocoupler .
Pada gambar 2.3 dapat dilihat SCR
memberikan suatu pulsa picu dengan tegangan yang cukup pada kaki basis sehingga
transistor akan mengalami saturasi
d2
tegangan keluaran
Sedangkan rangkaian pengaman untuk SCR dapat dilihat pada gambar 2.4
dibawah ini.
d1 r1
G
rg
K
cg
G
rg
(a)
cg
K dg
(b)
(c)
(d)
dg
2.2.
Thyristor
Thyristor[7][8] adalah komponen yang prinsip kerjanya mirip dengan dioda namun dilengkapi
dengan gate untuk mengatur besarnya fasa yang dilalukan. Simbol thyristor dan struktur dasar thyristor
terdapat pada gambar 2.4.
(a)
(b)
Pada gambar ekivalen tersebut transistor T2 dianggap sebagai transistor P-N-P dan transistor T1
dianggap sebagai transistor N-P-N. Arus kecil yang mengalir masuk di sambungan anoda harus mengalir
keluar dari katoda. Untuk T1 arus emitor (I) adalah jumlah arus basis dan arus collector ditambah
kebocoran yang ada, yaitu :
(2.15)
Dalam persamaan diatas ICB0 adalah arus bocoran, selanjutnya persamaan dapat disederhanakan menjadi :
I I hFB1 hFB2 I CB 0
I CB 0
1 hFB1 hFB 2
(2.16)
Pada persamaan diatas penguatan arus tunggal basis suatu transistor, hFB sangat tergantung pada
nilai arus collector. Bila arus yang mengalir melalui transistor-transistor tetap rendah, jumlah kedua
penguatan arus (hFB1 + hFB2) tetap kurang dari satu, sebagai contoh :
(2.17)
Arus dalam persamaan diatas menjadi kecil, karena resistansi antara anoda dan katoda sangat
tinggi. Tetapi, bila T1 dibias maju oleh arus gate, maka peningkatan arus melalui T 1 menaikkan penguatan
arus dan dengan cepat (hFB1 + hFB2) akan mendekati satu. Kemudian kedua transistor beralih kedalam
keadaan menghantar. Transistor-transistor ini disambungkan dalam konfigurasi umpan-balik positif, arus
collector setiap transistor mencatu arus basis ke yang lain. Selanjutnya arus gate dapat dihilangkan dan
kedua transistor tetap menghantar, karena arus yang mengalir melaluinya cukup tinggi untuk menjamin
jumlah hFB1 dan hFB2 melebihi satu. Gambar 2.6 menunjukkan karakteristik umum sebuah thyristor.
+IA
tegangan jatuh
Latching Current
Holding Current
IG 2
IG 1
IG 0
- VAK
+ VAK
Daerah penahan
tegangan maju
Tegangan maju
maksimum
-IA
Dari gambar 2.4.b dapat dipelajari sistem operasi thyristor. Ketika katoda thyristor lebih positif
daripada anoda maka sambungan J1 dan J3 terbias mundur dan thyristor akan berusaha memblok aliran arus
namun demikian arus bocor balik (reverse leakage current) akan tetap muncul walau kecil sekali, kecuali
bila tegangan yang diberikan lebih besar dari tegangan tembus balik (reverse breakdown voltage) sehingga
timbul arus bocor balik yang sangat besar yang dapat merusakkan thyristor. Ketika anoda lebih positif
daripada katoda, sambungan J1 dan J3 dibias maju. Selama J2 terbias balik, maka thyristor masih dalam
kondisi memblok tegangan maju. Supaya arus dapat mengalir dari anoda ke katoda maka potensial J2 harus
diperkecil yaitu dengan cara memberi arus pada P-nya melalui gate, sehingga bias balik pada J2 dapat
berlangsung pada tegangan yang rendah.
Dalam penggunaannya diketahui berbagai cara mengoperasikan thyristor, yaitu metoda membuat
thyristor dalam kondisi menghantar (trigger methods) atau penyulutan dan metoda membuat thyristor
dalam kondisi tidak menghantar (commutation methods) atau komutasi.
Terdapat beberapa metoda membuat thyristor dalam kondisi menghantar, yaitu :
e.
Radiasi
Thyristor ditembaki dengan foton sedemikian rupa sehingga pasangan hole-electron semakin
banyak dan menurunkan nilai hambatan, sehingga arus dapat mengalir.
f.
Tegangan
Tegangan maju thyristor diperbesar diatas tegangan tembusnya, sehingga arus dapat mengalir.
g.
Suhu (temperature)
Setiap thyristor dibuat dengan batas suhu kerja dalam beberapa puluh bahkan ratus derajat Celcius,
bila thyristor dikenakan pada suhu diatas batas tersebut maka resistansi pada sambungannya
(junction) akan mengecil sehingga dapat dilalui arus.
h.
Gate
Pemicuan atau penyulutan melalui gate adalah yang umum digunakan, dengan tegangan kecil saja
pada gate-cathode (tergantung spesifikasi produk) arus gate dapat mengalir. Pada saat arus gate
mengalir blok tegangan pada J2 menurun dikarenakan J3 potensial tegangannya menjadi lebih
rendah dibandingkan J1. Sehingga arus dapat mengalir dari anoda ke katoda. Karena daerah kerja
thyristor adalah 00 hingga 1800 (sifat umum dioda bila bekerja pada tegangan arus bolak balik)
maka hanya pada daerah tersebut pengontrolan fasa dapat dilakukan. Proses ini dapat diperhatikan
pada gambar 2.7. Gambar 2.7 menunjukkan bahwa thyristor dipicu pada sudut 0 arus akan
melalui thyristor secara penuh dari perioda 0 hingga 1800. Pada perioda 1800 hingga 3600
thyristor akan mengalami bias mundur sehingga arus akan ditahan, pada perioda ini pemicuan
tidak berguna karena fenomena bias mundur merupakan fenomena dasar thyristor (dioda) dimana
hanya akan melalukan bias maju. Jadi pada thyristor bila ingin dalam keadaan menghantar maka
pemicuan lewat gate harus dilakukan setiap perioda 00 hingga1800.
Vac
Igate
VR
VT
Thyristor
AC
IR
R
(a)
(b)
dari anoda ke katoda hingga pemicuan dimasukkan kembali. Dan beberapa metoda membuat thyristor tidak
menghantar atau komutasi, yaitu :
c.
d.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Besarnya nilai kapasitor dan induktor sangat mempengaruhi perioda on-off yang diperoleh.
Kutup pemicuannya adalah gate-cathode. Jadi pemicuan atau penyulutan (triggering) bertujuan
untuk membuat thyristor dalam kondisi menghantarkan arus listrik dan sekaligus mengatur besarnya
tegangan yang dilepaskan. Sedangkan tujuan komutasi adalah membuat thyristor dalam kondisi tidak
menghantarkan arus listrik. Gambar 2.7 adalah rangkaian sederhana thyristor yang dipicu sebesar serta
bentuk gelombang yang dihasilkan.
Pada gambar 2.17 dapat dilihat SCR dipicu oleh transformator dengan cara memberikan suatu
pulsa picu dengan tegangan yang cukup pada kaki basis sehingga transistor akan mengalami saturasi
sehingga ada aliran arus pada lilitan primer transformator menyebabkan lilitan sekunder pada transformator
juga akan mengalirkan arus hasil induksi magnetik . Dioda d1 digunakan untuk mengamankan transistor
dari arus balik yang dihasilkan oleh transformator, resistor 1 digunakan membatasi arus yang mengalir
pada basis transistor, transistor digunakan untuk memperbesar arus yang mengalir ke transformator, dioda
d2 digunakan untuk mencegah tegangan negatif pada kaki basis transistor sehingga transistor hanya dipicu
oleh tegangan positif saja.