Anda di halaman 1dari 33

Materi-5b Elektronika Industri

(Sifat dan Karakteristik Komponen


Elektronika Daya).
Komponen- Komponen Elektronika Daya

1. Dioda Power
2. Thyristor
3. Transistor
4. Gto (Gate Turn Off) Thyristor
5. Mosfet
6. Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBT)
Dioda
Power
• Dioda Power merupakan salah satu komponen semikonduktor elektronika daya
yang memilki dua terminal yang disebut dengan nama Anoda (kutub positif) dan
Katoda (kutub negative). Pada rangkaian elektronika daya, dioda berfungsi sebagai
switching atau sakelar untuk melewatkan arus listrik dalam satu arah, yaitu dari
Anoda ke Katoda.
• Pada fungsinya sebagai saklar, yang ditunjukkan pada gambar 1 (c), dioda akan
konduksi (ON) jika potensial pada anoda lebih positif daripada potensial pada
katoda. Dioda akan berada pada kondisi (OFF) jika potensial pada anoda lebih
negatif daripada potensial pada katoda. Pada kondisi ideal, pada waktu dioda
dalam kondisi ON akan memiliki karakteristik tegangan pada dioda sama dengan
nol dan arus yang mengalir pada dioda sama dengan arus bebannya. Sebaliknya,
dioda dalam kondisi OFF memiliki karakteristik tegangan pada dioda sama dengan
tegangan sumbernya dan arus yang mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi
dioda ON dan OFF ini dapat dinyatakan tidak terjadi kerugian daya pada dioda.
Secara matematik, kondisi ON
dan OFF dioda dapat dituliskan
dengan persyaratan sebagai
berikut:
Syarat Dioda On
• A dan K dibias maju
(Forward Bias), dimana A(+)
dan K (-).
• VAK = 0 dan
• IA = Ibeban

Syarat Dioda Off


• A dan K dibias mundur (RB),
dimana A(-) dan K (+).
• VAK = Vsumber
• IA = 0
Thyristor
• Thyristor atau yang disebut dengan nama SCR (Silicon Controlled
Rectifier) adalah komponen ini terdiri dari 3 (tiga) terminal yang
digunakan untuk mengatur arus yang melalui suatu beban. SCR
dapat digunakan untuk mengatur tegangan dan arus pada suatu
rangkaian elektronika daya.
• Kelebihan SCR dibanding dengan komponen lainnya adalah
kemampuannya dalam mengalirkan arus yang cukup besar melalui
Anoda-Katoda hanya dengan arus yang kecil dari Gate-nya. Beberapa
aplikasi yang menggunakan SCR mempunyai daya arus bolak-balik
(AC) hingga 100 MW dengan rating arus sebesar 2000 A pada
tegangan ribuan Volt. Daerah kerja dari SCR dapat mencapai
frekuensi 50 KHz. Beberapa SCR didesain khusus untuk bekerja pada
suhu yang sangat tinggi sehingga mampu digunakan untuk
pengaturan berbagai peralatan industri yang mempunyai suhu kerja
sangat tinggi seperti pemanas, motor listrik, konveyor, lift, eskalator,
dan lain sebagainya.
Prinsip Kerja Thyristor (SCR)
• Prinsip kerja komponen ini adalah dengan memberikan bias maju
dari anoda ke katoda melebihi tegangan minimalnya. Karakteristik
tambahan dari komponen ini adalah diperlukan arus trigger yang
cukup kecil untuk memulai menghidupkan SCR yang biasa dikenal
dengan istilah penyulutan (trigger). SCR akan tetap on atau
bekerja selama arus mengalir pada Anoda-Katoda dan arus Gate
dapat dihilangkan setelah penyulutan.
• Tahanan dalam dinamis suatu SCR adalah sekitar 0.01 sampai 0.1
ohm sedangkan tahanan reversenya sekitar 100.000 ohm atau
mungkin lebih.
Struktur SCR
• SCR merupakan komponen semikonduktor yang terdiri lapisan
seperti pada halnya diode dan transistor. Struktur SCR sederhana
dapat dipandang sebagai dua transistor BJT (Bipolar Junction
Transistor) N-P-N dan P-N-P yang dihubungkan membentuk
pasangan feedback regenerative P-N-P-N. Struktur sambungan
SCR dapat dijelaskan seperti pada gambar di bawah ini :

Keterangan :
IB : Arus basis
IC : Arus collector
IA : Arus anoda
IK : Arus katoda
Ig : Arus gate

Gambar Struktur sambungan SCR


Memberikan Tegangan
Bias (Apply Biasing)
Jika terminal Gate OPEN,
kedua transistors OFF.
Jika tegangan meningkat,
akan terjadi “breakdown”
yang menyebabkan kedua
transistor saturasi. Sehingga
IF> 0 dan VAK= 0. GATE (G)

VBreakdown= VBR(F)
Memberikan Tegangan
Bias (Apply Biasing)
Jika terminal Gate OPEN,
kedua transistors OFF.
Jika tegangan meningkat,
akan terjadi “breakdown”
yang menyebabkan kedua
transistor saturasi. Sehingga
IF> 0 dan VAK= 0. GATE (G)

VBreakdown= VBR(F)
• SCR dapat mengalirkan arus hanya pada satu arah yakni jika VA > VK serta bisa
diatur sudut penyalaannya dengan mengatur tegangan gatenya. Karakteristik
dari suatu SCR dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:
V-I (VOLT-AMPERE) CHARACTERISTIC CURVE
 Pada daerah pemblokiran maju, bila tegangan maju ditambah maka arus
bocor hampir tidak berubah hingga pelipat gandaan pembawa muatan oleh
adanya breakdown avalanche setelah keadaan dilampaui arus di dalam SCR
yang mempunyai nilai cukup besar hingga loop gain = 1. Pada keadaan ini
SCR berkonduksi jika VA berada pada nilai tertentu, yang disebut arus
bertahan (holding current). Bila arus anoda turun di bawah nilai arus bertahan
SCR akan kembali pada pemblokiran maju.

 Pada keadaan pemblokiran mundur SCR berperilaku seperti dua dioda yang
dipasang secara seri (terpanjar mundur).

 Pada keadaan VA > VK penambahan harga IG akan memperkecil daerah


pemblokiran, untuk IG yang cukup besar bisa mengakibatkan SCR berperilaku
seperti dioda terpanjar maju.
 Pada keadaan VA > VK penambahan harga IG akan
memperkecil daerah pemblokiran, untuk IG yang cukup
besar bisa mengakibatkan SCR berperilaku seperti dioda
terpanjar maju.

Cara kerjanya (contoh di samping):


 Jika Vi (DC) naik melebihi
harga yang diijinkan maka
Vab naik sehingga SCR
berkonduksi dan arus yang
melewati fuse akan besar
sehingga fuse akan putus.
Contoh Rangkaian untuk melindungi alat
dari tegangan lebih.
Syarat SCR On
• A dan K dibias maju (FB), dimana A(+) dan K (-).
• Arus IG > 0
• VAK = 0, IA = Ibeban

Syarat SCR Off


• A dan K dibias mundur (RB), dimana A(-) dan K (+).
• Arus IG > 0
• VAK = Vsumber, IA = 0
Kontrol Fasa pada SCR
 SCR dapat dibuat agar berkonduksi pada
bagian tertentu daripada siklus tegangan PLN.
Rangkaian yang digunakan untuk ini
ditunjukkan pada gambar di bawah ini (b)!
 Bentuk rangkaian picu SCR dapat bermacam-
macam. Suatu rangkaian picu yang
menggunakan RC ditunjukkan pada gambar di Gambar (a) Rangkaian control SCR
bawah ini (b)
 Pada kondisi anoda negatif terhadap katoda,
kapasitor C akan diisi muatan melalui D2
hingga mencapai tegangan Vp. Dioda D1
berfungsi untuk mencegah arus gate negatif
pada SCR. Pada kondisi anoda positif terhadap
katoda, maka kapasitor C akan diisi melalui R
dengan tetapan waktu (t = RC). Bila tegangan
Vc melebihi tegangan ambang (VGT) maka
SCR akan berkonduksi sehingga VAK ≈ 0.
Sudut picu SCR dapat diatur dari 0° sampai Gambar (b) Rangkaian pemicu SCR dan bentuk
180° dengan mengatur nilai R variabel. gelombangnya
Harga rata-rata keluaran adalah :

(tegangan keluaran bisa diatur sesuai dengan harga α)


α berkisar dari 0° sampai dengan 180°
untuk α = 0°, θ = 180°, α = 180°, θ = 0°
 Bentuk rangkaian picu SCR dapat bermacam-macam.
Suatu rangkaian picu yang menggunakan RC ditunjukkan
pada gambar dibawah ini :

Gambar 2-4. Rangkaian picu SCR dengan RC


(a) Rangkaian
(b) Bentuk gelombang
 Bila anoda sedang negatif terhadap katoda, kapasitor C diisi muatan
melalui D1 hingga tegangan Vp. Dioda D1 mencegah arus gate negatif pada
SCR, selanjutnya waktu anoda positif kapasitor C diisi melalui R dengan tetapan
waktu (t = RC). Bila Vc melampaui tegangan ambang (VGT) maka SCR
akan berkonduksi sehingga VAK » 0, dengan mengatur R sudut konduksi dapat
diatur dari 0° sampai 180°.
Aplikasi sederhana SCR :
TRANSISTOR
GTO (GATE
TURN OFF)
THYRISTOR
MOSFET

Anda mungkin juga menyukai