Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Silicon Controlled Rectifier (SCR)

Muhsonul Farid (3.31.16.0.17)


KELAS LT-2A
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2018
I. .Pendahuluan
Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu jenis semikonduktor
daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian
elektronika industri. SCR biasanya digunakan sebagai saklar/bistabil,
beroperasi antara keadaan non konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi,
SCR dapat diasumsikan sebagai saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya SCR
memiliki batasan dan karakteristik tertentu.

II. Pengertian dasar SCR

Silicon controlled rectifier (SCR) atau thyristor merupakan device


semikonduktor yang mempunyai perilaku cenderung tetap on setelah
diaktifkan dan cenderung tetap off setelah dimatikan (bersifat histeresis) dan
biasa digunakan sebagai saklar elektronik, protektor, dan lain sebagainya.
Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan prinsip kerja
dasar dari Silicon controlled rectifier (SCR), sebaiknya kita tahu terlebih dulu
tentang definisi dari dioda shockley. Karena SCR itu sendiri memang device
yang dikembangkan dari sebuah dioda shockley, yaitu dioda yang terdiri dari
empat lapisan bahan semikonduktor, atau yang juga biasa disebut sebagai
dioda PNPN.

SCR merupakan perangkat elektronik yang dirancang agar dapat


mengendalikan daya arus bolak-balik (AC) hingga 10 MW dengan rating arus
sebesar 2000 A pada tegangan 1800 V. Adapun daerah frekuensi kerja SCR
dapat mencapai sekitar 50 KHz. SCR dibuat dari bahan semikonduktor jenis
silicon dengan pertimbangan kemampuan terhadap temperature dan daya yang
tinggi.

Tahanan dalam dinamis suatu SCR adalah sekitar 0.01 sampai 0.1 ohm
sedangkan tahanan reversenya sekitar 100.000 ohm atau mungkin lebih.

Struktur P-N-P-N sederhana seperti pada SCR dapat dipandang sebagai dua
transistor N-P-N dan P-N-P yang dihubungkan membentuk pasangan feedback
regeneratif seperti pada gambar di bawah ini
(a) (b)
Gambar 2-1 : P-N-P-N dua Transistor (SCR)

(a) Struktur
(b) Arah Arus
Keterangan :
IB : Arus basis
IC : Arus collector
IA : Arus anoda
IK : Arus katoda
Ig : Arus gate
Dari gambar 2-1 diperoleh :
IB1 = (1-α1) IA – ICBO1….1)

IC2 = α2 IK + ICBO2….….2)

Dari gambar 2-1, terlihat bahwa : IB1 = IC2


(1-α1) IA – ICBO1 = α2 IK + ICBO2…..3)
Juga terlihat bahwa : IK = Ig + IA, sehingga
(1-α1) IA – ICBO1 = α2 (Ig + IA) + ICBO2
(1-(α1+ α2)) IA = α2 Ig + ICBO1 + ICBO2
atau :
 2 Ig  ICBO1  ICBO 2
IA 
1  ( 1   2)

Persamaan diatas menunjukkan feedback regeneratif SCR akan jalan apabila α1+
α2 ≥ 1
Beberapa mekanisme menjalankan Thyristor :

(1) Tegangan antara collector dan emitor diperbesar, akhirnya akan tercapai
keadaan dimana arus bocor dapat menghasilkan pembawa muatan yang lain,
sehingga terjadi suatu breakdown avalanche (longsor). Mekanisme ini bisa
digunkan pada dioda empat lapis seperti DIAC.
(2) Perubahan tegangan
Setiap sambungan P-N mempunyai kapasitansi. Makin luas sambungan maka
makin besar kapasitansinya. Bila suatu fungsi tangga tiba-tiba dipasang antara
collector dan emitter, suatu arus pergi akan mengalir sebesar :

dv
iC ; arus ini dapat membuat nilai loop gain G mendekati nilai satu, yang
dt
akan menghantarkan thyristor.

(3) Suhu
Pada suhu tinggi arus bocor (arus saturasi) pada sambungan P-N silikon
dengan panjaran mundur menjadi dua kali lipat dengan kenaikan suhu 8°C ini
dapat membuat loop gain G mendekati satu dan menghantarkan.

(4) Mekanisme transistor


Pada transistor pertambahan arus pada basis akan memperbesar arus colletor.
Ini biasa digunakan untuk menghantarkan thyristor yang mempunyai gate,
SCR menghantarkan dengan memasukkan arus pada gate P, sedangkan pada
Complementary SCR (CSCR) digunakan gate N.

(5) Cahaya
Cahaya yang disinarkan pada SCR dapat melepaskan pasangan elektron dan
hole. Cara trigger ini dilakukan pada Light Activited SCR (LA SCR) dan
thyristor yang peka cahaya.

III. Karakteristik V – I SCR :

SCR dapat mengalirkan arus hanya pada satu arah yakni jika V A > VK serta
bisa diatur sudut penyalaannya dengan mengatur tegangan gatenya.
Gambar 2-2. Karakteristik V – I SCR

Pada daerah pemblokiran maju, bila tegangan maju ditambah maka arus bocor
hampir tidak berubah hingga pelipat gandaan pembawa muatan oleh adanya
breakdown avalanche setelah keadaan dilampaui arus di dalam SCR yang
mempunyai nilai cukup besar hingga loop gain = 1, pada keadaan ini SCR
berkonduksi jika VA berada pada nilai tertentu, yang disebut arus bertahan
(holding current). Bila arus anoda turun di bawah nilai arus bertahan SCR akan
kembali pada pemblokiran maju.

Pada keadaan pemblokiran mundur SCR berperilaku seperti dua dioda


dipasang seri (terpanjar mundur).

Pada keadaan VA > VK penambahan harga IG akan memperkecil daerah


pemblokiran, untuk IG yang cukup besar bisa mengakibatkan SCR berperilaku
seperti dioda terpanjar maju.

Perhatikan contoh berikut ini :

Gambar 2-3. Rangkaian untuk melindungi alat dari tegangan lebih.


Cara kerjanya :

Jika Vi (DC) naik melebihi harga yang diijinkan maka Vab naik sehingga SCR
berkonduksi dan arus yang melewati fuse akan besar sehingga fuse akan putus.

(6) Kontrol Fasa pada SCR


SCR dapat dibuat agar berkonduksi pada bagian tertentu daripada siklus
tegangan PLN. Rangkaian yang digunakan untuk ini ditunjukkan pada gambar
dibawah ini :

(a) (b)

Gambar 2-4. Rangkaian kontrol fasa SCR

(a) Rangkaian
(b) Bentuk gelombang
Harga rata-rata keluaran adalah :

1
2 
 Vm sin t (dt )
Vrata-rata
Vm
 [cos t ]
2
Vm
 (cos   cos  )
2

Vm
Vrata  rata  (cos   1)
2

(tegangan keluaran bisa diatur sesuai dengan harga α)


α berkisar dari 0° sampai dengan 180°

untuk α = 0°, θ = 180°, α = 180°, θ = 0°

IV. Poses penyulutan SCR

Bentuk rangkaian picu SCR dapat bermacam-macam. Suatu rangkaian picu


yang menggunakan RC ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

(a) (b)

Gambar 2-4. Rangkaian picu SCR dengan RC

(a) Rangkaian
(b) Bentuk gelombang

(7) Bila anoda sedang negatif terhadap katoda, kapasitor C diisi muatan melalui
D1 hingga tegangan Vp. Dioda D1 mencegah arus gate negatif pada SCR,
selanjutnya waktu anoda positif kapasitor C diisi melalui R dengan tetapan
waktu (t = RC). Bila Vc melampaui tegangan ambang (VGT) maka SCR akan
berkonduksi sehingga VAK  0 , dengan mengatur R sudut konduksi dapat diatur
dari 0° sampai 180°.
Rangkaian picu lain akan dibahas setelah mempelajari TRIAC.
Beberapa aplikasi sederhana SCR :


1
V rata-rata

 
 Vm sin td (t )
Em
 (1  cos  )

Thyristor
Variable DC
Ac LOAD
Phase
input DC Voltage Motor
Controlled

Rectifier Velocity

Tranducer

Control logic

and

trigger circuit
V. Prinsip Kerja Dasar Silicon Controlled Rectifier
(SCR)
Perkembangan dioda shockley menjadi SCR sebenarnya dicapai
hanya dengan menambah suatu tambahan kecil yang tidak lebih
dari sambungan kawat ketiga yang diberi nama “gate” dari
struktur PNPN yang telah ada. untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar dibawah ini.

Perkembangan dioda shockley menjadi SCR

Berikut ini gambar simbol skematik dan diagram skematik dari SCR.

SCR

Jika sebuah gate dari SCR dibiarkan mengambang atau tidak terhubung
(terputus), maka SCR akan berperilaku sama persis seperti dioda shockley.
Seperti halnya dioda shockley, SCR juga akan aktif dan mengunci (latch) saat
diberikan tegangan breakover antara katoda dan anoda. Untuk mematikan
kembali SCR dapat dilakukan dengan cara mengurangi arus sampai salah satu
dari transistor internal tersebut jatuh dan berada dalam mode cut off , dan
perilaku SCR yang seperti ini juga seperti dioda shockley. Lalu sekarang coba
kita bahas tentang kawat atau terminal gate yang menjadi perbedaan dari kedua
perangkat ini. Kita tahu kalau terminal gate SCR terhubung langsung ke basis
transistor yang lebih rendah, itu berarti terminal gate ini dapat digunakan sebagai
alternatif untuk mengaktifkan SCR (latch up). Dengan memberikan tegangan
yang kecil antara gate dan katoda, transistor yang bawah atau transistor yang
lebih rendah akan dipaksa ON oleh arus basis yang dihasilkan, hal ini akan
menyebabkan arus basis transistor atas mengalir dan transistor atas akan aktif dan
menghantarkan arus basis untuk transistor yang bawah (tidak dibutuhkan lagi
pasokan tegangan dari terminal gate), sehingga kini kedua transistor saling
menjaga agar tetap aktif atau saling mengunci (latch). Arus yang diperlukan gate
untuk memulai latch up tentu saja jauh lebih rendah daripada arus yang melalui
SCR dari katoda ke anoda, sehingga SCR tidak perlu mencapai penguatan.

Cara yang paling umum digunakan dan dianggap aman untuk mengaktifkan SCR
adalah dengan memberikan tegangan pada terminal gate, dan cara atau metode
seperti ini disebut dengan “memicu” (triggering). Bahkan dalam penggunaannya
SCR biasanya sengaja dibuat atau dipilih dengan tegangan breakover yang jauh
lebih besar melampaui tegangan terbesar yang diperkirakan akan dialami oleh
sumber listrik. Sehingga SCR hanya bisa diaktifkan dengan pulsa tegangan yang
diterapkan ke terminal gate, bukan dengan tegangan breakover.

Perlu dikatakan bahwa SCR terkadang bisa dimatikan secara langsung dengan
menjumper atau mengkorsletkan terminal gate dan katoda, yang disebut dengan
“reverse triggering”, dimana gate dengan tegangan negatif (mengacu pada
katoda), sehingga transistor yang lebih rendah atau dibawah dipaksa cut off.
Kadang-kadang karena cara ini akan melibatkan semua arus kolektor dari
transistor atas yang melewati basis transistor yang dibawah. Dan arus ini
mungkin sangat substansial sehingga membuat triggered shut off dari SCR begitu
sulit. Dan sebuah thyristor Gate-Turn-Off (GTO) yang merupakan variasi dari
SCR yang akan mampu mempermudah tugas ini. akan tetapi bahkan dengan
sebuah GTO sekalipun, arus gate yang dibutuhkan untuk mematikannya mungkin
sebanyak 20% dari arus anoda (beban). Simbol skematik dari GTO ditunjukkan
oleh gambar ilustrasi dibawah ini.

thyristor - GTO

SCR dan GTO mempunyai skema yang sama yaitu dua transistor yang terhubung
secara positif-dengan mode feedback atau berbalikan. Satu-satunya perbedaan
dari rancangan konstruksi adalah untuk memberikan transistor NPN sebuah β
yang lebih besar dari PNP. Hal ini memungkinkan arus gate yang lebih kecil
(forward atau reverse) untuk mengerahkan tingkat kontrol yang lebih besar atas
konduksi dari katoda ke anoda. Dalam keadaan terkunci (latch), transistor PNP
menjadi lebih tergantung pada NPN bukan sebaliknya. Thyristor Gate-Turn-Off
juga dikenal dengan nama Gate-controlled switch (GCS).

Pengetesan fungsi dasar SCR, atau mengidentifikasi terminal dapat dilakukan


dengan ohmmeter. Karena koneksi internal antara gate dan katoda adalah PN
junction tunggal, alat ukur harus menunjukkkan adanya sambungan atau koneksi
antara terminal-terminal ini saat probe merah dihubungkan ke gate dan probe
hitam pada katoda. Seperti gambar dibawah ini.
pengujian SCR

Dan SCR akan menunjukkan terminal terbuka atau tak terhingga (OL jika pada
display multimeter digital) saat pengukuran dilakukan pada sambungan-
sambungan yang lain. Perlu dipahami bahwa tes ini sangat kasar dan bukan
merupakan penilaian yang komprehensif dari SCR. Hal ini dilakukan untuk
memberikan indikasi tahanan SCR masih baik atau sudah rusak. Dan satu-
satunya cara untuk menguji SCR yang lebih mendalam adalah dengan arus
beban.

Jika anda menggunakan multimeter yang mempunyai fungsi dioda cheknya,


indikasi tegangan antara sambungan atau persimpangan gate ke katoda mungkin
hasilnya tidak akan sesuai dengan persimpangan PN silikon pada umumnya (yang
biasanya sekitar 0,7 volt). Dalam beberapa kasus, hasil pengukuran tegangan
akan jauh lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh resistor internal yang terhubung
antara gate dan katoda yang dimasukkan kedalam beberapa SCR. Resistor ini
ditambahkan untuk mengurangi kerentanan SCR terhadap pemicu (trigger) palsu,
yang berasal dari lonjakan tegangan palsu, dari noise rangkaian, atau dari
pelucutan listrik statis. Dengan kata lain, adanya resistor yang terhubung di
persimpangan gate-katoda mengharuskan sinyal trigger yang kuat (arus yang
besar) untuk diterapkan pada gate SCR. Fitur ini ditemukan pada SCR yang lebih
besar bukan SCR yang kecil. Ingatlah bahwa SCR dengan resistor internal yang
terhubung antara gate dan katoda akan menunjukkan kontinuitas hubungan dalam
dua arah antara dua terminal.

Resistor internal pada kaki gate dan katoda SCR

SCR dengan nilai resistor internal yang kecil terkadang juga disebut sebagai SCR
gate sensitif, karena kemampuannya yang dipicu (triggered) oleh sinyal positif
gate yang sangat sedikit.
Rangkaian tes untuk SCR berikut ini sangat baik untuk digunakan sebagai alat uji
SCR, selain itu juga sangat baik untuk mengetahui dan memahami operasi dasar
SCR. Sebuah sumber tegangan DC yang digunakan sebagai daya dari rangkaian
dan dua push button switch yang digunakan untuk mengaktifkan dan mematikan
SCR.

Rangkaian sederhana penguji SCR

Push button NO (tombol on) menghubungkan gate dengan anoda, sehingga arus
dari terminal negatif baterai akan melalui PN junction katoda-gate, kemudian
melalui saklar, melalui resistor beban dan kembali ke baterai. Arus gate inilah
yang akan membuat SCR latch on, sehingga meskipun tombol on dilepas, beban
akan tetap mendapat daya listrik. Dengan menekan push button NC (tombol off),
arus yang melalui SCR akan terhenti, sehingga hal tersebut akan memaksa untuk
mematikan SCR (Turn off).

Jika SCR tidak bisa atau gagal untuk latch, mungkin masalahnya ada pada beban
rangkaian bukan pada SCR. Arus beban dengan jumlah minimum tertentu
diperlukan atau wajib dimiliki untuk menjaga agar SCR latch on. Tingkat atau
level arus minimum ini disebut “holding current”. Holding current biasanya
berkisar antara 1 miliampere sampai 50 miliampere atau mungkin lebih untuk
unit yang lebih besar.

Untuk pengujian sepenuhnya dapat dilakukan dengan menguji trigger dengan


tegangan breakover. Untuk menguji batas tegangan breakover dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan suplai tegangan DC sampai SCR aktif dan mengunci
(latch) dengan sendirinya (tanpa perlu menekan tombol pushbutton). Saat tes
tegangan breakover ini perlu kehati-hatian karena mungkin memerlukan tegangan
yang sangat tinggi. Dalam bentuk sederhana, rangkaian tes SCR bisa cukup
sebagai rangkaian kontrol start/stop untuk motor DC, lampu, atau beban-beban
yang praktis lainnya.

Rangkaian kontrol start/stop motor DC

Contoh penggunaan SCR pada sirkuit DC adalah sebagai perangkat atau device
crowbar yang berfungsi untuk memproteksi bila terjadi tegangan lebih (over
voltage). Sirkuit crowbar terdiri dari sebuah SCR yang dihubungkan pararel
dengan output dari power supply DC. Rusaknya SCR dan power supply dapat
dicegah dengan pemasangan secara benar dan bijaksana sebuah fuse atau
resistansi seri yang besar setelah SCR untuk membatasi arus hubung singkat dari
rangkaian.

rangkaian power supply DC

Beberapa rangkaian atau perangkat sensor tegangan output akan terhubung ke


gate SCR. Sehingga ketika kondisi overvoltage terjadi, tegangan akan diterapkan
di antara gate dan katoda, yang kemudian memicu atau mentrigger SCR dan
memaksa fuse untuk memutus.

Meskipun fakta mengatakan bahwa SCR merupakan perangkat DC (arus searah),


namun sebagian besar aplikasi SCR adalah untuk mengontrol daya AC (arus
bolak-balik). Jika dibutuhkan arus rangkaian dalam dua arah, maka beberapa atau
lebih dari satu SCR dapat digunakan dalam sebuah rangkaian. Dengan begitu
SCR akan dapat menangani atau mengalirkan setiap arah arus dari kedua
setengah siklus gelombang AC.

Anda mungkin juga menyukai