Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I

RANGKAIAN DC DAN ARUS TRANSIEN

Nama : Aulyra Velinda Pinanti Putri

NIM : 225090707111002

Kelompok : 08

Tgl. Praktikum : 31 Maret 2023

Nama Asisten : Geraldin Ramadita

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN
ELEKTRONIKA DASAR I
RANGKAIAN DC DAN ARUS TRANSIEN

Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________


Pukul : _____________________________________________________

Korektor Asisten

............................... Geraldin Ramadita


...... CO Asisten

Elsa Hedya Kusumaningtyas

Catatan:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________

Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________


Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Tujuan dari percobaan topik ini adalah untuk dipahaminya penerapan hukum Ohm
dan hukum Kirchoff pada rangkaian DC oleh praktikan. Dan untuk dipahaminya
prinsip arus transien pada rangkaian RC, yaitu saat terjadi pengisian dan pengosongan
pada kapasitor oleh praktikan.

1.2 DASAR TEORI


Hukum Ohm berbunyi “Besar arus listrik yang mengalir melalui penghantar atau
konduktor berbanding lurus dengan tegangan atau beda potensial yang diterapkan
kepadanya dan berbanding terbalik dengan tahanan/hambatannya”. Formula persamaan
parameter Hukum Ohm dapat dituliskan :

𝑉 = 𝐼 × 𝑅
dimana :
V = tegangan listrik, dalam satuan Volt (V)
I = arus listrik, dalam satuan Ampere (A)
R = hambatan listrik, dalam satuan Ohm (Ω)
(Ponto, 2018.).

Hukum Kirchhoff I berbunyi “Arus total yang masuk melalui suatu titik percabangan
dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan
tersebut” sehingga dapat diformulasikan ΣI masuk = ΣI keluar. Dengan demikian diperoleh
arus total yang mengalir pada suatu percabangan dengan persamaan :

𝐼𝑡 = 𝐼1 + 𝐼2 + ⋯ + 𝐼𝑛 . . . . ..

dimana :
It = arus total, dalam satuan Ampere (A)
I1 = arus pada percabangan pertama, dalam satuan Ampere (A)
I2 = arus pada percabangan kedua, dalam satuan Ampere (A)
(Ponto, 2018.)
Hukum Kirchhoff II yang digunakan untuk menganalisis beda potensial suatu rangkaian
tertutup yang terdiri dari komponen-komponen elektronika. Hukum ini berbunyi “Besar
beda potensial dalam suatu rangkaian tertutup adalah sama dengan “nol” dalam suatu
rangkaian tertutup (loop), jumlah aljabar dalam rangkaian dari gaya gerak listrik (GGL) dan
besarnya penurunan tegangan sama dengan nol”. Dengan demikian diperoleh formula :

𝛴𝜀 + 𝛴𝐼𝑅 = 0

dimana :
ε = E = gaya gerak listrik (GGL), dalam satuan Volt (V)
I = kuat arus, dalam satuan Ampere (A)
R = besaran hambatan (tahanan), dalam satuan Ohm (Ω)
Dan ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penganasilisan rangkaian dengan
Hukum Kirchoff II antara lain :
• Arah arus loop yang berfungsi menentukan arah loop. Arah dari loop ini adalah dari
GGL tinggi ke GGL rendah.
• Jika arus bertemu kutub positif dari sumber tegangan, maka GGL bernilai positif,
dan sebaliknya.
(Ponto, 2018.)

Kita dapat melakukan analisis pada sirkuit, apabila menemui keadaan : beda potensial
pada setiap komponen, terdapat arus pada setiap komponen (arus yang masuk ke sambungan
haruslah sama dengan arus yang keluar pada sambungan), yang dapat dituliskan dengan
persamaan :

𝛴𝐼𝑖𝑛 = 𝛴𝐼𝑜𝑢𝑡
dikarenakan energi bersifat kekal, muatan di sekitar jalur yang tertutup memiliki ΔU = 0. Hl
ini terapkan pada rangkaian dengan ditambahkannya semua beda potensial di sekitar loop yang
dibentuk oleh sirkuit, yang dapat dituliskan dengan persamaan :

𝛥𝑉𝑙𝑜𝑜𝑝 = 𝛴(𝛥𝑉)𝑖 = 0
dimana (ΔV)I adalah beda potensial komponen I dalam loop. Hukum loop Kirchoff dikatakan
benar apabila salah satu dari (ΔV)I adalah negative. Dalam mengidentifikasi beda potensial kita
perlu eksplisit mana yang positif dan mana yang negatif (D. Knight, 2017).

Produk RC disebut kapasitif konstanta waktu dari rangkaian dan dilambangkan dengan
simbol τ. Dimana :

𝜏 = 𝑅𝐶 (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)
dapat dilihat bahwasannya pada waktu t = τ = (RC), yaitu muatan yang pada mulanya kapasitor
yang tidak bermuatan yang telah meningkat dari nol menjadi :

𝑞 = 𝑐𝜀(1 − 𝑒 −1 ) = 0.63𝐶𝜀
dengan kata lain, selama konstanta pertama muatan telah meningkat dari nol hingga 63% dari
nilai akhir C𝜀. Segitiga kecil sepanjang waktu sumbu menandai interval berturut-turut dari satu
kali konstan selama pengisian kapasitor. Saat pengisian sirkuit RC sering dinyatakan dalam τ
(Halliday, 2018).

Arus sesaat I mula-mula meningkat dengan cepat, kemudian meningkat lebih lambat
dan mendekati nilai akhir secara asimtotik. Pada waktu tertentu, arus meningkat menjadi 63%
dari nilai akhirnya. Karena hal tersebut, kuantitas adalah ukuran cepatnya arus mengalir menuju
ke nilai akhirnya, yang biasa disebut konstanta waktu untuk sirkuit, yang dilambangkan dengan
τ. Dimana :

𝐿
𝜏 = (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑅𝐿)
𝑅
dalam waktu yang sama dengan arus mencapai 86% dari nilai akhirnya. Pada 5τ, 99.3% dan
pada 10τ, 99.995% (pengisian kapasitor yang dirangkai seri dengan resistor dengan hambatan
waktu konstan untuk suatu situasi adalah produknya) (Young, 2015).
BAB II
METODOLOGI

2.1 PERALATAN PERCOBAAN

Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan topik rangkaian DC dan arus transien
yaitu satu buah voltmeter DC, satu buah amperemeter DC, satu buah variabel power supply,
satu buah signal generator, satu buah oscilloscope, dan satu buah rangkaian uji (rangkaian DC
dan RC). Serta untuk rangkaian uji tersebut terdiri dari beberapa komponen alat yaitu dua buah
tahanan 10 kΩ 2 Watt, satu buah tahanan 20 kΩ (2 x 10 kΩ ) 2 Watt, satu buah tahanan 30 kΩ
(3 x 10 kΩ) 2 Watt, dan dua buah kapasitor 0,1μF.

2.2 TATA LAKSANA PERCOBAAN


Rangkaian DC :
Dimulai dengan dihidupkannya voltmeter, amperemeter, dan variable power supply.
Voltmeter dan amperemeter diatur pada mode DC. Keadaan saklar pada rangkaian uji diatur
sebagai : S5 on, S1 off, S4 off, Sx off, sehingga didapatkan rangkaian seperti pada gambar di
bawah ini :

Kemudian variable power supply diatur sehingga dihasilkannya tegangan keluaran antara 5 V
sampai 12 V. Tegangan VAD, VBD, VCD, VAB, VBC, I1, I2, dan I3 diukur untuk semua
kombinasi keadaan saklar S2 dan S3. Kemudian tabel digunakan untuk pencatatan hasil
pengukuran. Variable power supply diatur, kemudian tegangan keluaran diubah dan dipilih
antara 5 V sampai 12 V. Tegangan I1, I2, dan I3 diukur untuk semua kombinasi keadaan saklar
S2 dan S3. Kemudian tabel dibuat Kembali untuk pencatatan hasil pengukuran. Untuk yang
terakhir, voltmeter, amperemeter, dan variable power supply dimatikan.

Rangkaian RC (a) :

Dimulai dengan dihidupkannya rangkaian uji, signal generator, dan oscilloscope.


Keadaan saklar pada rangkaian uji diatur sehingga didapatkan rangkaian seperti pada gambar
(a) di bawah ini :

Coupling DC pada channel 1 (CH1) dan channel 2 (CH2) oscilloscope dipilih. Kemudian CH1
dan CH2 oscilloscope dihubungkan secara berturut-turut ke titik A dan titik B. Signal generator
diatur agar dihasilkannya sinyal keluaran dengan bentuk golombang kotak. Amplitudonya
diatur sebesar 10 V peak to peak, frekuensinya sebesar 20 Hz, dan offset DCnya sebesar 5 V.
Pengaturannya dipastikan agar sinyal terlihat seperti pada gambar (c) di atas. Kemudian bentuk
sinyal tegangan VAD dan VBD disimpan.

Rangkaian RC (b) :

Keadaan signal generator dan oscilloscope dipastikan tidak diubah. Kemudian atur
kedaan saklar pada rangkaian uji sehingga didapatkan rangkaian seperti pada gambar (b) di
atas. Untuk yang terakhir bentuk sinyal tegangan VAD dan VBD disimpan.
Rangkaian RL :

Pertama yaitu, dipastikannya keadaan signal generator dan oscilloscope tidak diubah.
Kemudian keadaan saklar pada rangkaian uji diatur sehingga didapatkan rangkaian seperti pada
gambar di bawah :

2.3 GAMBAR ALAT DAN RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 2.3.1 Voltmeter DC.


Gambar 2.3.2 Amperemeter DC.

Gambar 2.3.3 Variable Power Supply.


Gambar 2.3.4 Signal Generator.

Gambar 2.3.5 Oscilloscope.


gambar 2.3.6 Rangkaian Uji

Gambar 2.3.7 Skema Rangkaian Uji


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 DATA HASIL PERCOBAAN
3.1.1 Rangkaian DC
Rangkaian DC = 11,8 V

Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan

No S2 S3 S4 VAD VBD VCD VAB VBC I1 I2 I3 I4


(v) (v) (v) (v) (mA) (mA) (mA) (mA)
(v)

1 off off off 11,93 11,92 0,1 m 0,1 m 11,92 -0,007 -0,018 -0,016 -0,016
µA µA µA µA

2 on off off 11,92 5,87 0,1 6,04 5,87 -0,599 -0,599 -0,017 -0,012
mV mA mA µA µA

3 off on off 11,92 5,88 0,1 6,02 5,88 -0,598 -0,015 -0,598 -0,012
mV mA µA mA µA

4 off off on 11,8 5,95 0,1 5,9 5,9 -0,586 -0,014 -0,015 -0,586
mA µA µA mA
mV

5 on on on 11,88 2,931 0,2 0,93 2,931 V - - -0,297 -0,289


0,885 0,299 mA mA
mV
mA mA

3.1.2 Rangkaian RC (a) : Pengukuran Tegangan di Kapasitor

volt/div = 2 Volt/div dan time/div = 10 ms/div5,

amplitudonya sebesar 3 Vpeak, frekuensinya sebesar 50 Hz

• 20K ohm
Gambar osiloskop AC :
Gambar 3.1, osiloskop AC

Gambar osiloskop AD:

Gambar 3.2, osiloskop AD

Gambar osiloskop CD:

Gambar 3.3 osiloskop CD

• 30K ohm
Gambar osiloskop AC :

Gambar 3.4 osiloskop AC

Gambar osiloskop AD:

Gambar 3.5 osiloskop AD

Gambar osiloskop CD:

gambar 3.6 osiloskop CD


3.1.3 Rangkaian RC (b) : Pengukuran Tegangan di Tahanan

volt/div = 2 Volt/div dan time/div = 10 ms/div

amplitudonya sebesar 3 Vpeak, frekuensinya sebesar 50 Hz

• 20K ohm
Gambar osiloskop AB :

Gambar 3.7 osiloskop AB

Gambar osiloskop AD:

Gambar 3.8 osilodkop AD

Gambar osiloskop BD:


Gambar 3.9 osiloskop BD

• 30K ohm
Gambar osiloskop AB :

Gambar 3.10 osiloskop AB

Gambar osiloskop AD:

Gambar 3.11 osiloskop AD


Gambar osiloskop BD:

Gambar 3.12 osiloskop BD

3.2 PERHITUNGAN
3.2.1 Mencari Nilai R1
• Variasi Data ke1
𝑉 𝐴𝐵
R1 = 𝐼1
0,1 V
R1 = −0.000007 𝐴 = −14285,71429 Ω

• Variasi data ke 2
𝑉 𝐴𝐵
R1 = 𝐼1
6,04 V
R1 = −0.000599 𝐴
= −10684.47412 Ω

• Variasi data ke 3
𝑉 𝐴𝐵
R1 = 𝐼1
6,02 V
R1 = −0.000598 = −10066,88963 Ω
𝐴

• Variasi data ke 4
𝑉 𝐴𝐵
R1 = 𝐼1
5,9 V
R1 = −0.000586 = −10068,25939 Ω
𝐴

• Variasi data ke 5
𝑉 𝐴𝐵
R1 = 𝐼1
0,93 V
R1 = −0.000885 = −8,2305𝑥10−4 Ω
𝐴

3.2.2 Mencari Nilai I4


• Variasi data ke 1
𝑉 𝐵𝐶
I4 = 𝑅4
11,92 V
I4 = 30.000 Ω = 0,000397 𝐴

• Variasi data 2
𝑉 𝐵𝐶
I4 = 𝑅4
5,87 V
I4 = 30.000 Ω = 0,000199 𝐴

• Variasi data 3
𝑉 𝐵𝐶
I4 = 𝑅4
5,88 V
I4 = 30.000 Ω = 0,000196 𝐴

• Variasi data 4
𝑉 𝐵𝐶
I4 = 𝑅4
5,9 V
I4 = 30.000 Ω = 0,000197 𝐴

• Variasi data 5
𝑉 𝐵𝐶
I4 = 𝑅4
0,93 V
I4 = 30.000 Ω = 0,000031 𝐴

3.2.3 Mencari Nilai I1


• Variasi data ke 1
I1 = I2 + I3 + I4
I1 = (-0,000018) + (-0,000016) + (-0,000016)
I1 = - 0,00005 mA
• Variasi data ke 2
I1 = I2 + I3 + I4
I1 = (-0,599) + (-0,000017) + (-0,000012)
I1 = - 0,599029 mA
• Variasi data ke 3
I1 = I2 + I3 + I4
I1 = (-0,000015) + (-0,598) + (-0,000012)
I1 = - 0,598027 mA
• Variasi data ke 4
I1 = I2 + I3 + I4
I1 = (-0,000014) + (-0,000015) + (-0.586)
I1 = - 0,586029 mA
• Variasi data ke 5
I1 = I2 + I3 + I4
I1 = (-0,018) + (-0,016) + (-0.016)
I1 = -0,05 mA

3.3 PEMBAHASAN
3.3.1 ANALISA PROSEDUR
3.3.1.1 FUNGSI ALAT
Pada percobaan topik rangkaian DC dan arus transien digunakan beberapa peralatan
dengan fungsi yang berbeda-beda. Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan topik
rangkaian DC dan arus transien yaitu satu buah voltmeter DC, satu buah amperemeter DC, satu
buah variabel power supply, satu buah signal generator, satu buah osiloskop, dan satu buah
rangkaian uji (rangkaian DC dan RC). Voltmeter difungsikan sebagai pengukur beda potensial
antara dua titik pada rangkain. Amperemeter digunakan untuk diukurnya nilai arus yang
dialirkan pada rangkaian. Variabel power supply pada rangkaian difungsikan sebagai sumber
arus listrik yang akan dihubungkan ke rangkaian uji, tegangan yang dihasilkan nilainya dapat
diatur. Signal generator difungsikan sebagai sumber pembangkit gelombang dalam bentuk
sinus. Serta peralatan yang terakhir yaitu osiloskop difungsikan sebagai alat ditampilkannya
bentuk gelombang sinyal elektronik yang dihasilkan signal generator anatara dua titik .

3.3.1.2 FUNGSI PERLAKUAN


Pada ppercobaan topik rangkaian DC dan arus transien, setiap peralatan diperlakukan
secara berbeda-beda karena fungsi yang dimiliki tiap alat juga berbeda-beda. Pada rangkaian
DC, pertama-tama sumber tegangan dinyalakan dan diatur agar terdapat tegangan keluaran
sebesar 5 V hingga 12 V. Voltmeter dan amperemeter dinyalakan dan diatur pada mode
pengukuran DC. Saklar S1 off hal tewrsebut ditujukan agar rangkaian dapat terhubung dengan
sumber tegangan DC. S5 dalam kondisi on , hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar kapasitor
C2 tidak terhubung dengan rangkaian. Serta untuk saklar Sx dimatikan, hal tersebut dilakukan
agara resistor R1 dapat terhubung dengan rangkaian. Setelah itu, voltmeter dihubungkan
dengan titik A dan D sehingga didapatkan nilai tegangan VAD. Langkah ini diulangi pada nilai
tegangan lainnya, sehingga didapat nilai tegangan VBD, VCD, VAB, VBC. Kemudian
amperemeter dihubungkan dengan titik I1, I2, dan I3 agar didapatkan nilai arus yang dapat
lewat pada letiga titik tersebut. Kemudian kondisi saklar S2, S3, dan S4 diubahubah agar dapat
dihubungkannya atau diputuskannya resistor pada rangkaian. Sementara untuk rangkaian RC,
hal pertama yang dilakukan yaitu dinyalakan dan diaturnya coupling AC untuk channel 1 (CH1)
dan channel 2 (CH2) dengan pengaturan volt/div = 2 Volt/div dan time/div = 10 ms/div. yang
kemudian dihubungkan ke titik A dan B, hal ini dilakukan agar sinyal tegangan antara titik A
dan titik B dapat divisualisasikan dalam bentuk gelombang. Signal generator dinyalakan dan
diatur agar dapat dihasilkan bentuk gelombang kotak dengan amplitude sebesar 3 Vpeak,
dengan frekuensi sebesar 50 Hz. Pada rangkaian RC ini diatur dalam percobaan (a) dan
percobaan (b). Pada rangkaian RC (a) saklar S1 dinyalakan, hal ini dilakukan agar rangkaian
dapat terhubung dengan signal generator. Saklar S2 dan Saklar S3 diubah-ubah agar didapatkan
nilai dari resistor R2 dan resistor R3. Kemudian rangkain yang telah dihubungkan dengan VAD
dan VCD dapat diperoleh bentuk sinyal tegangannya sehingga bentuk gelombangnya tersebut
disimpan sebagai data hasil percobaan. Pada rangkaian RC (b) dipastikan keadaannya signal
generator tidak diubah, hal ini dilakukan agar dapat dihasilkan sinyal keluaran dengan bentuk
gelombang kotak. Lalu dilakukan perlakuan yang sama seperti pada rangkaian RC (a). setelah
didapatkan data hasil percobaan, maka praktikum selesai dan semua alat yang digunakan
dimatikan.

3.4.2 ANALISA HASIL


Berdasarkan praktikum topik rangkaian DC dan arus transien yang telah dilakukan,
telah didapatkan variasi data. Sehingga dari data hasil pengukuran tersebut dapat dilakukan
perhitungan. Pada variasi data ke 1 untuk rangkaianbDC dengan saklar S2, S3, dan S4
diperoleh data pengukuran sebagai berikut, VAD sebesar 11,93 V, VBD sebesar 11,92 V, VCD
sebesar 0,1 V, VAB sebesar 0,1 V, VBC sebesar 11,92 V, I1 yaitu -0,000007 mA, I2 yaitu -
0,000018 mA, I3 yaitu -0,000016 mA, I4 yaitu -0,000016 mA. Diperoleh data perhitungan
pada variasi data ke 1dari R1 yaitu -14285,71429 Ω, I4 sebesar 0,000397 A, dan pada I1
sebesar -0,00005 mA. Pada variasi data ke 2 untuk rangkaian DC dengan saklar Saklar S2 on
dan saklar S3 dan S4 off diperoleh data pengukuran sebagai berikut VAD sebesar 11,92 V,
VBD sebesar 5,97 V, VCD sebesar 0,0001 V, VAB sebesar 6,02 V, VBC sebesar 5,88 V, I1 yaitu
-0,599 mA, I2 yaitu 0,599 mA, I3 yaitu 0,000017 mA, I4 yaitu 0,000012 mA. Diperoleh data
perhitungan pada variasi data ke 2 dari R1 yaitu -10684,47412 Ω, I4 yaitu 0,000199 A, dan
pada I1 yaitu -0,599029 mA. Pada variasi data ke 3 untuk rangkaian DC dengan saklar S2 off
, saklar S3 on dan S4 off diperoleh data pengukuran sebagai berikut VAD sebesar 11,92 V,
VBD sebesar 5,87 V, VCD sebesar 0,0001 V, VAB sebesar 6,02 V, VBC sebesar 5,88 V, I1 yaitu
-0,598 mA, I2 yaitu -0,000015 mA, I3 yaitu -0,598 mA, I4 yaitu -0,000012 mA. Diperoleh
data perhitungan pada variasi data ke 3 dari R1 yaitu -10066,88963 Ω, I4 yaitu 0,000196 A,
dan pada I1 yaitu -0,598027 mA. Pada variasi data ke 4 untuk rangkaian DC dengan saklar
S2 dan S3 off serta S4 on diperoleh data pengukuran sebagai berikut VAD sebesar 11,8 V, VBD
sebesar 5,95 V, VCD seesar 0,0001 V, VAB sebesar 5,9 V, VBC sebesar 5,9 V, I1 yaitu -0,586
mA, I2 yaitu -0,000014 mA, I3 yaitu -0,000015mA, I4 yaitu -0,586 mA. Diperoleh data
perhitungan pada variasi data ke 4 dari R1 yaitu -10068,25939 Ω, I4 yaitu 0,000197 A, dan
I1 yaitu -0,586029 mA. Dan untuk variasi data ke 5 untuk rangkaian DC dengan saklar S2,S3
dan S4 dalam keadaan on diperoleh data pengukuran sebagai berikut VAD sebesar 11,88 V,
VBD sebesar 2,931 V, VCD sebesar 0,0002 V, VAB sebesar 0,93 V, VBC sebesar 2,931 V, I1
yaitu -0,885 mA, I2 yaitu -0,299 mA, I3 yaitu -0,297 mA, I4 yaitu -0,289 mA. Diperoleh
data perhitungan pada variasi data ke 5 dari R1 yaitu -8,2305x10-4 Ω, I4 yaitu 0,000031 A,
dan I1 yaitu -0,05 mA. Dapat dilihat pada masing – masing variasi data diperoleh hasil
perhotungan terdapat kesesuaian antara hasil perhotungan dengan bunyi Hukum Ohm dan
Hukum Kirchoff, yaotu pada Hukum Ohm tegangan akan berbanding lurus dengan kuat arus
serta akan berbanding terbalik dengan nilai hambatannya, dapat dilihat pada variasi data ke
1. Namun tidak semua variasi data yang diperoleh sesuai dengan hukum Ohm. Begitu juga
dengan hukum kirchoff dimana arus yang masuk nilainya akan sama besar dengan arus yang
keluar. Pada perhitungan dirumuskan I1 seharusnya sama dnegan nilai penjumalahan dari
I2, I3 dan I4. Namun berdasarkan perhitungan nilai tersebut tidak sama, tetapi hasilnya masih
dengan selisih yang sangat kecil. Ketidak sesuaian ini dapat dikarenakan fungsi alat yang
kurang baik atau juga disebabkan kesalahan praktikan yang kurang teliti dalam pengambilan
data.
Arus transien atau yang disebut sebagai arus sementara dapat didefinisikan sebagai
arus yang berhubungan dengan dapat kecilnya arus listrik terhadap waktu, sehingga dapat
dikatakan arus yang hanya timbul sesaat atau bukan konstan. Dalam suatu rangkaian terdapat
komponen yang disebut kapasitor. Kapasitor adalah kombinasi antara dua konduktor yang
dipisahkan oleh suatu isolator, jumlah muatan Q pada kapasitor dapat dikatakan linear
sebanding dengan beda potensial di antara kedua konduktor. Jika kapasitor dengan
kapasitansi C dihubungkan dengan suatu sumber tegangan V, saat saklar ditutup lalu muatan
dapat dialirkan ke resistor dan ke kapasitor, maka setelah beberapa waktu di dalam kapasitor
akan terkumpul muatan, hal inilah yang disebut sebagai pengisian kapasitor. Kemudian saat
kapasitor sudah terisi penuh dengan muatan, lalu saklar dibuka hingga tidak ada muatan yang
dialirkan ke resistor. Karena tidak ada arus ketika saklar dibuka, sehingga tidak ada beda
potensial pada resistor. Hal inilah yang disebut sebagai pengosongan muatan.
Pada pratikum topik ini juga didapatkan gambar sinyal pada oscilloscope dengan
rangkaian RC dengan dilakukan pengukuran tegangan di kapasitor dengan 2 Volt/div dan
time/div = 10 ms/div, dengan amplitude sebesar 3 Vpeak, dan frekuensi sebesar 50 Hz
didapatkan gelombang berbentuk gelombang yang awalnya mula tidak terlihat namun
seiring bertambahnya waktu terbentuk gelombang kotak. Pada osiloskop AD terlihat bentuk
gelombang yang kotak, sedangkan pada osiloskop CD tidak telihat bentuk gelombang kotak,
hanya saja berbentuk geometri seperti segitiga sehinngga dapat diatakan seperti bukit.
Selanjutnya pada rangkaian RC pengukuran tegangan di tahanan 2 Volt/div dan time/div =
10 ms/div, dengan amplitude sebesar 3 Vpeak, dan frekuensi sebesar 50 Hz sama yang pada
mulanya tidak terlihat bentuk gelombang kemudian terlihat bentuk gelombang kotak. Pada
osiloskop AD terlihat bentuk gelombang yang kotak, sedangkan pada osiloskop BD tidak
terlihat bentuk gelombang kotak Hal ini sesuai dengan prinsip arus transien bahwa arus
hanya dialirkan secara sementara atau tidak konstan. Didefinisikan pada pengisian muatan
kapasitor, maka semakin banyak waktu yang digunakan maka tegangan yang digunakan juga
akan semakin besar. Sedangkan pada pengosongan, kuat arus akan dikeluarkan hingga
dihasilkan panas oleh resistor sehingga muatan yang terdapat pada kapasitor habis.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah praktikum kali ini dilakukan kita dapat memahami hukum Ohm dan hukum Kirchoff,
dimana hukum ohm berbunyi “kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar atau hambatan
besarnya sebanding dengan beda potensial atau tegangan antara ujung-ujung penghantar
tersebut” dimana dapat dituliskan dengan persamaan V = I R. Sedangkan pada hukum Kirchoff
berbunyi “jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik cabang akan sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang meninggalkan titik itu” dimana dapat dituliskan dengan persamaan
ΣImasuk = ΣIkeluar . Kemudian kita juga dapat memahami prinsip dari arus transien, dimana
arus transien adalah arus yang bersifat sementara. Dikarenakan arus ini mengecil terhadap
waktu, maka arus transien hanya timbul/muncul sesaat atau bukan konstan. Pada saat pengisian,
kapasitor akan menyimpan tegangan hingga besar tegangannya setara dengan besar sumber
tegangan.

4.2 SARAN
Pada proses pengambilan data juga dibutuhkan ketelitian dan daya fokus yang lebih untuk
pembacaan nilai kuat arus pada amperemeter dan juga tegangan pada voltmeter. Diharapkan
materi praktikum dapat dipahami oleh masing-masing praktikan supaya proses praktikum dapat
dilakukan oleh semua praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

D. Knight, R. (2017). Physics for Scientists and Engineers A Strategic Approach with Modern
Physics. 4th ed. San Luis Obispo: Pearson.
Halliday, D. R. (2018). Fundamentals of Physics. 6th ed. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Ponto, H. (2018.). Dasar Teknik Listrik. Sleman,. Yogyakarta: Deepublish.
Young, H. F. (2015). University Physics with Modern Physics. 14th ed. London: Pearson
Education, Inc.
LAMPIRAN
(Ponto, 2018.)

(D. Knight, 2017)


(Halliday, 2018)

(Young, 2015)
(Gambar Rangkaian Percobaan)

DHP

Rangkaian DC = 11,8 V

Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan

No S2 S3 S4 VAD VBD VCD VAB VBC I1 I2 I3 I4


(v) (v) (v) (v) (mA) (mA) (mA) (mA)
(v)

1 off off off 11,93 11,92 0,1 m 0,1 m 11,92 -0,007 -0,018 -0,016 -0,016
µA µA µA µA

2 on off off 11,92 5,87 0,1 6,04 5,87 -0,599 -0,599 -0,017 -0,012
mV mA mA µA µA

3 off on off 11,92 5,88 0,1 6,02 5,88 -0,598 -0,015 -0,598 -0,012
mV mA µA mA µA

4 off off on 11,8 5,95 0,1 5,9 5,9 -0,586 -0,014 -0,015 -0,586
mV mA µA µA mA

5 on on on 11,88 2,931 0,2 0,93 2,931 V - - -0,297 -0,289


0,885 0,299 mA mA
mV
mA mA

3.1.2 Rangkaian RC (a) : Pengukuran Tegangan di Kapasitor

volt/div = 2 Volt/div dan time/div = 10 ms/div5,

amplitudonya sebesar 3 Vpeak, frekuensinya sebesar 50 Hz

• 20K ohm
Gambar osiloskop AC :

Gambar 3.1, osiloskop AC

Gambar osiloskop AD:


Gambar 3.2, osiloskop AD

Gambar osiloskop CD:

Gambar 3.3 osiloskop CD

• 30K ohm
Gambar osiloskop AC :

Gambar 3.4 osiloskop AC

Gambar osiloskop AD:


Gambar 3.5 osiloskop AD

Gambar osiloskop CD:

gambar 3.6 osiloskop CD

3.1.3 Rangkaian RC (b) : Pengukuran Tegangan di Tahanan

volt/div = 2 Volt/div dan time/div = 10 ms/div

amplitudonya sebesar 3 Vpeak, frekuensinya sebesar 50 Hz

• 20K ohm
Gambar osiloskop AB :
Gambar 3.7 osiloskop AB

Gambar osiloskop AD:

Gambar 3.8 osilodkop AD

Gambar osiloskop BD:

Gambar 3.9 osiloskop BD

• 30K ohm
Gambar osiloskop AB :

Gambar 3.10 osiloskop AB

Gambar osiloskop AD:

Gambar 3.11 osiloskop AD

Gambar osiloskop BD:

Gambar 3.12 osiloskop BD


POSTTEST

1. Jelaskan perbedaan rangkaian AC dan DC! (10)

2. Jelaskan dan Tuliskan rumus hukum Ohm dan Kirchoff! (30)

3. Jelaskan fungsi oscilloscope pada rangkaian! (10)

4. Jelaskan prosedur pengambilan data menggunakan remlab secara lengkap! (50)

Jawab:

1. Arus AC adalah jenis arus listrik yang memiliki arah arus listrik secara bolak balik dan
cenderung tidak stabil. Sebagian orang juga menyebut arus AC sebagai arus bolak-
balik atau arus tidak stabil. Pada prinsipnya, arus AC ini bekerja sesuai perputaran
kumparan dengan kecepatan yang disesuaikan. Beberapa jenis rangkaian komponen
AC antara lain adalah resistor, induktor, dan kapasitor. Sedangkan Arus listrik DC
adalah bentuk aliran arus listrik atau tegangan listrik yang bersifat searah dan
cenderung lebih stabil dalam penggunaanya.Arus listrik DC ini biasanya dihasilkan
dari pembangkit daya, baterai, dinamo dan tenaga surya. Oleh karenanya jenis arus
DC disimpulkan lebih aman dan jarang terjadi konsleting listrik.

2. Hukum Ohm berbunyi “Besar arus listrik yang mengalir melalui penghantar atau
konduktor berbanding lurus dengan tegangan atau beda potensial yang diterapkan
kepadanya dan berbanding terbalik dengan tahanan/hambatannya”. Formula persamaan
parameter Hukum Ohm dapat dituliskan :

𝑉 = 𝐼 × 𝑅

Hukum Kirchhoff I berbunyi “Arus total yang masuk melalui suatu titik percabangan
dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan
tersebut” sehingga dapat diformulasikan ΣI masuk = ΣI keluar. Dengan demikian diperoleh
arus total yang mengalir pada suatu percabangan dengan persamaan :
𝐼𝑡 = 𝐼1 + 𝐼2 + ⋯ + 𝐼𝑛 . . . . ..

3. Manfaat Osciloscope (CRO) adalah untuk mengukur besaran-besaran: tegangan,


frekuensi, periode, bentuk sinyal dan beda fasa.

4. Prosedur pengambilan data menggunakan remlab dimulai dengan login remlab


menggunakan password yang diberikan oleh asprak. Aplikasi remlab
tersambung ke alat praktikum seperti voltmeter dan ampere meter. Setelah
massuk pada aplikasi remlab dan telah memastikan alat alat praaktikum seperti
voltmeter dan ampere meter telah dinyalakan, para praktikan dapat mengikuti
instruksi sesuai diktat dan bimbingan oleh asprak, contohnya pada saat
pengambilan data yang pertama rangkaian DC saklar S2, S3, dan S4 dimatikan.
Pada aplikasi remlab terdapat pusat kontrol untuk mematikan dan menyalakan
saklar, saat telah mengaturnya pada aplikasi remlab, hasil akan muncul pada volt
meter dan ampere meter, data tersebutlah yang menjadi variasi data pada
percobaan pertama.

Anda mungkin juga menyukai