Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

PENGUAT KELAS A MENGGUNAKAN BIAS PEMBAGI


TEGANGAN

Nama : Muhammad Hanif Rizqi Amrullah

NIM : 205090700111015

Kelompok :C-4

Tgl. Praktikum : 27 Oktober 2021

Nama Asisten : Allysa Zahra Ramadhina

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN

ELEKTRONIKA DASAR II
PENGUAT KELAS A MENGGUNAKAN BIAS PEMBAGI TEGANGAN

Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________

Pukul : _____________________________________________________

Korektor Asisten

Allysa Zahra Ramadhina

CO Asisten

Charissa Arik W
Catatan:

___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________

Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________

Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan agar penguat kelas A menggunakan bias
pembagi tegangan dapat diukur, diamati, dan dipelajari karakteristiknya oleh praktikan.

1.2 DASAR TEORI

Bias pembagi tegangan atau self bias atau emmiter biasa merupakan sebuah
rangkaian yang pada umumnya digunakan sebagai penstabil pada suatu titik di
rangkaian. Bias pembagi tegangan ini biasa digunakan pada rangkaian common emitter.
Pada rangkaian ini, tiap komponennya terhubung pada sumper daya yaitu Vcc. Untuk
lebih memudahkan dalam memahami, perhatikan gambar berikut (Chattopadhyay,2006).

Gambar 1.1 Bias Pembagi Tegangan pada Rangkaian Common Emitter

(Godse and Bakshi, 2009)

Penguat kelas A merupakan sebuah penguat transistor yang memiliki fungsi


sebagai penguat linier. Penggunaan penguat kelas A ini umumnya digunakan sebagai
penguat sinyal kecil. Efisiensi yang dihasilkan dari penguat kelas A ini termasuk
efesiensi rendah karena pada penguat kelas A diatur agar rangkaian selalu
dioperasikan pada bagian linier lengkungan karakteristik penguat sehingga ada daya
yang terbuang pada rangakaian tersebut. Penguat kelas A hanya memiliki efisiendi
kurang dari 50%, Oleh karena itu penguat kelas A dikatakan sebagai jenis penguat
yang tidak terlalu efisien (Mismail, B. 2011).

Gambar 1.2 Penguat Kelas A

(Malvino & Bates, 2016)

Penguat kelas A pada umumnya menggunakan model pembagi tegangan


transistor seperti pada gambar 1.2 Pada penguat kelas A terdapat beberapa persamaan
yang berlaku.

1. Penguatan Daya (𝐴𝑝).

Pout
Ap=
P¿

2. Disipasi daya transistor (𝑃𝐷𝑄),

P DQ=V CEQ x I CQ

Nilai disipasi daya transistor akan semakin mengecil akibat diberikan sinyal masukan
karena transistor akan mengubah daya diam menjadi daya sinyal, sehingga nilai
disipasi daya transistor bernilai lebih kecil dari pada nilai daya transistornya, jika tidak
transistor yang digunakan akan rusak. (Malvino & Bates, 2016)
BAB 2

METODOLOGI

2.1 PERALATAN PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini, diperlukan alat-alat dan bahan agar praktikum dapat
dilakukan secara maksimal. Alat dan bahan yang di pakai antara lain ialah rangkaian uji,
multimeter DC, ampermeter DC, tahanan (R1 27 kΩ, R2 4,67 kΩ, RC 3,20 kΩ, dan RE
667,5 Ω) yang memiliki nilai berbeda-beda, dan transistor dengan tipe yang berbeda beda.
Tipe transistor ada Q1 2N3904, Q2 2N2222, Q3 BC547, Q4 C945, dan Q5 BD139.

2.2 Tata Cara Percobaan

2.2.1. Penerapan Sumber Tegangan (12 V) Pada Rangkaian Uji

Saklar S2 dihubungkan. Kemudian pada voltmeter dipilih mode DC dan dihubungkannya


kaki (+) voltmeter ke titik A dan kaki (-) ke titik D. Lalu, pada power supply, diterapkan
tegangan sebesar 12 V. Jika masih kurang mendekati 10 V, step dinaikkan / diturunkan
hingga nilai cukup mendekati.

2.2.2. Pengukuran Tegangan VCE, Arus Basis dan Arus Kolektor Transistor

Tegangan VCE transistor diukur dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik C dan
kaki (-) ke titik E. Arus IB (=I2) diukur dengan ditempatkannya amperemeter di posisi I2.
Kemudian arus IC (=I3) diukur dengan menempatkan amperemeter di posisi I3. Kedua nilai
arus tersebut dibaca melalui amperemeter DC.

2.2.3 Penerapan Sinyal AC pada Masukan Penguat dengan Amplitudo 0,01 V

Keluaran signal generator dihubungkan ke masukan rangkaian penguat dengan


menghubungkan saklar S1. Masukan oscilloscope channel 1 (CH1O dihubungkan ke titik X
rangkaian penguat. Lalu, pilih coupling DC pada CH1 & CH2 oscilloscope. Kemudian signal
generator diatur agar menghasilkan sinyal AC berbentuk gelombang sinus, dengan amplitude
0,01 V(peak) dan rekuensi 1 kHz.

2.2.4 Pengukuran Tegangan AC di Basis Transistor

Masukan CH1 oscilloscope dipastikan terhubung ke titik X di rangkaian penguat. CH2


oscilloscope dihubungkan ke titik B di rangkaian penguat. Volt/div untuk CH1 & CH2 diatur
serta time/di agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Kemudian sinyal pada CH1 & CH2
direkam dengan meng-capture layer/disimpan ke file.

2.2.5 Pengukuran Tegangan AC di Kolektor Transistor

Masukan CH1 oscilloscope dipastikan terhubung ke titik X di rangkaian penguat. CH2


oscilloscope dihubungkan ke titik C di rangkaian penguat. Volt/div untuk CH1 & CH2 diatur
serta time/di agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Kemudian sinyal pada CH1 & CH2
direkam.

2.2.6 Pengukuran tegangan AC di Emitor Transistor

Masukan CH1 oscilloscope dipastikan terhubung ke titik X di rangkaian penguat. CH2


oscilloscope dihubungkan ke titik E di rangkaian penguat. Volt/div untuk CH1 & CH2 diatur
serta time/di agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Kemudian sinyal pada CH1 & CH2
direkam.

2.2.7 Pengukuran Tegangan AC di Keluaran Penguat

Masukan CH1 oscilloscope dipastikan terhubung ke titik X di rangkaian penguat. CH2


oscilloscope dihubungkan ke titik Y di rangkaian penguat. Volt/div untuk CH1 & CH2 diatur
serta time/di agar sinyal dapat ditampilkan dengan jelas. Kemudian sinyal pada CH1 & CH2
direkam.

2.2.8 Pengukuran melibatkan Sinyal AC dengan Amplitudo 0,1 V(peak)

Amplitudo keluaran signal generator diubah menjadi 0,1 V(peak), selanjutnya dilakukan
pengukuran tegangan AC seperti yang telah dilakukan sebelumnya (sub bab 2.2.1 – 2.2.7).
Pada tiap pengukuran harus dipastikan pengaturan volt/div dan time/div sudah sesuai agar
sinyal dapat terlihat dengan jelas. Kemudian pada tiap pengukuran tersebut sinyal CH1 &
CH2 direkam.

2.2.9 Pengukuran melibatkan Sinyal AC dengan Amplitudo 1 V(peak)

Amplitudo keluaran signal generator diubah menjadi 1 V(peak), selanjutnya dilakukan


pengukuran tegangan AC seperti yang telah dilakukan sebelumnya (sub bab 2.2.1 – 2.2.7).
Pada tiap pengukuran harus dipastikan pengaturan volt/div dan time/div sudah sesuai agar
sinyal dapat terlihat dengan jelas. Kemudian pada tiap pengukuran tersebut sinyal CH1 &
CH2 direkam.
2.3 Gambar Alat dan Rangkaian Percobaan

Gambar 2.3.1

Rangkaian

Gambar 2.3.2 Sinyal Generator

Gambar 2.3.3 Amperemeter dan Voltmeter


BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Praktikum


Penerapan Sumber Tegangan = 12V ≈ 11,93 V

Vce 5,83 V

IB (I2) 0,123 mA

IC (I3) 1,587 A
Masukan Penguat, A = 0,01 Vp
V = 0,01V
Volt/ Div = 500mV
Basis Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV, 5V
Kolektor Transistor
V = 200mV, 10mV
Volt/ Div = 500mV
Emitor Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV, 5V
Output Penguat
V = 50mV, 2V
Volt/ Div = 500mV
Masukan Penguat, A = 0,1 Vp
V = 0,1V
Volt/ Div = 500mV
Basis Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV
Kolektor Transistor
V = 8mV, 10mV
Volt/ Div = 5V
Emitor Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV
Output Penguat
V = 9V, 10V
Volt/ Div = 5V
Masukan Penguat, A = 1 Vp
V = 1V
Volt/ Div = 1V
Basis Transistor
V = 2V, 2V
Volt/ Div = 1V
Kolektor Transistor
V = 10V, 10V
Volt/ Div = 5V
Emitor Transistor
V = 500mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV
Output Penguat
V = 10V, 10V
Volt/ Div = 5V

3.2 Gambar Sinyal Output


3.2.1 Masukan Penguat A=0,01 V
Gambar 3.1 XB Gambar 3.2 XC
Gambar 3.3 XE
Gambar 3.4 XY

3.2.2 Masukan Penguat Kelas A=0,1 V

Gambar 3.5 XB
Gambar 3.6 XC
Gambar 3.7 XE
Gambar 3.8 XY

3.2.3 Masukan Penguat Kelas A=1 V


Gambar 3.9 XB
Gambar 3.10 XC
Gambar 3.11 XE
Gambar 3.12 XY

3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat

Dalam praktikum pembagi bias tegangan ini, alat-alat yang digunakan


memiliki fungsinya masing-masing. Rangkaian uji berfungsi sebagai konektor dengan
alat-alat ukur yang lain. Multimeter DC digunakan dalam pengukuran tegangan, arus
listrik, dan hambatan. Amperemeter DC atau amperemeter arus searah digunakan
dalam pengukuruan besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian elektronika.
Sinyal generator digunakan sebagai pemberi sinyal masukan pasa sistem elektronika
yang sedang diuji. Oscilloscope berfungsi sebagai alat pengamatan tegangan dalam
bentuk gelombang dengan fungsi waktu. Kemudian ada tahanan yang berfungsi
sebagai penahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian
elektronika.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Pada praktikum penguat kelas A menggunakan bbias pembagi tegangan ini


dipastikan semua alat terhubung dengan robot-robot dan tersambung pada aplikasi
remlab. Pada praktikum ini dilakukan sembilan kali percobaan. Percobaan pertama
yaitu pengaturan sumber tegangan 12 V pada rangkaian uji. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu saklar S2 dihubungkan, kemudian menyetel sumber tegangan sebesar
12 V pada rangkaian, yang berperan sebagai nilai VCC. Percobaan kedua yaitu
dilakukannya pengukuran tegangan RCE, arus basis, dan arus kolektor transistor.
Kemudian kaki (+) transistor dihubungkan ke titik C dan kaki (-) ke titik E ntuk
didapatkannya tegangan VCE. Lalu, untuk melakukan pengukuran arus dengan
memperhatikan juga bahwa kaki (+) dan (-) transistor sudah ditempatkan di titik yang
sesuai dengan prosedur agar diperoleh nilai arus yang sesuai dan akurat. Percobaan
ketiga yaitu dihubungkannya saklar S1, masukan oscilloscope CH1 ke titik X, dipilih
coupling DC pada CH1 dan CH2 sehingga dapat diterapkannya sinyal AC pada
masukan penguat dengan amplitudo 0,01 V(peak). Kemudian percobaan keempat –
ketujuh yaitu dipastikan bahwa CH1 oscillosope terhubung ke titik X dan CH2
oscilloscope ke titik B (untuk basis), C (untuk kolektor), dan E (untuk emitor), Y
(untuk keluaran penguat), hal ini untuk dilakukannya pengukuran tegangan AC di 3
kaki transistor dan keluaran penguat. Volt/div dan time/div diatur agar sinyal dapat
terlihat dengan jelas lalu rekam sinyal pada CH1 dan CH2 untuk dijadikan data hasil
percobaan. Percobaan kedelapan yaitu amplitudo keluaran signal generator diubah
menjadi 0,1 V(peak) dan percobaan kesembilan menjadi 1 V(peak). Kemudian
dilakukan Langkah pada percobaan empat – tujuh agar diperoleh tegangan AC di
basis, kolektor, emitor, dan keluaran penguat. Volt/div dan time/div diatur agar sinyal
dapat terlihat jelas. Kemudian sinyal direkam sebagai data hasil percobaan.

3.3.2 Analisa Hasil

Untuk mengukur besar tegangan dan arus listrik, digunakan multimeter dan
amperemeter, sehingga nilai yang digunakan dalam perhitungan bisa didapatkan. Kemudian,
pengukuran sinyal dengan osiloskop dilakukan untuk mendapatkan model dari sinyal input
dan sinyal output berasal dari rangkaian kelas A.

Gambar 3.13 Bentuk sinyal osilosokop pada output pengukuran dengan


Amplitudo 0,01 V(peak)

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bentuk output pada penguat A membentuk
grafik sinusoidal dengan perbedaan 180 derajat. Hal ini menandakan bahwa hasil tersebut
telah sesuai, sehingga pada sinyal tidak terjadi distorsi yang berlebihan dan mengalami
penguatan sinyal dari sinyal masukan ke sinyal keluaran.

Gambar 3.14 Bentuk sinyal osilosokop pada output pengukuran dengan


Amplitudo 0,1 V(peak)

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bentuk output pada penguat A tidak
menghasilkan sinyal sinusoidal yang memiliki perbedaan 180 derajat. Hal tersebut terjadi
karena terdapat distorsi pada sinyal. Distorsi tersebut membuat bentuk sinyal yang seharusnya
berbentuk gelombang sinusoidal berubah karena adanya sinyal yang tertahan akibat adanya
kapasitor.

Gambar 3.15 Bentuk sinyal osilosokop pada output pengukuran dengan


Amplitudo 1 V(peak)

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bentuk output pada penguat A tidak
menghasilkan sinyal sinusoidal yang memiliki perbedaan 180 derajat. Hal ini sama dengan
apa yang terjadi pada gambar 3.2 karena terdapat distorsi pada sinyal. Distorsi tersebut
membuat bentuk sinyal yang seharusnya berbentuk gelombang sinusoidal berubah karena
adanya sinyal yang tertahan akibat adanya kapasitor. Distorsi terlihat jelas pada bagian
mendatar sinyal yang terjadi di tengah-tengah gelombang.

Penguat kelas A merupakan sebuah penguat transistor yang memiliki fungsi sebagai
penguat linier. Penggunaan penguat kelas A ini umumnya digunakan sebagai penguat sinyal
kecil. Efisiensi yang dihasilkan dari penguat kelas A ini termasuk efesiensi rendah karena
pada penguat kelas A diatur agar rangkaian selalu dioperasikan pada bagian linier lengkungan
karakteristik penguat sehingga ada daya yang terbuang pada rangakaian tersebut. Penguat
kelas A hanya memiliki efisiendi kurang dari 50%,

Pada percobaan ini diberikan tegangan sumber sebesar 11,93 V, kemudian didapatkan
tegangan keluaran pada emitter sebesar 1045.839 V serta tegangan keluaran pada kolektor
sebesar 7316,956V V, sehingga didapatkan tegangan keluaran total sebesar 83,47 V. Oleh
karena itu, penguatan sumber terjadi sebesar 6,996 kali. Pada grafik yang ditampilkan pada
osiloskop dapat dilihat bentuk sinyal yang terbentuk banyak mengalami distorsi seiring
dengan perubahan amplitudo.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan penguat kelas A menggunakan bias pembagi


tegangan, agar karakteristik penguat kelas A yang dengan bias pembagi tegangan dapat
diukur, diamati dan dipelajari. Penguat Kelas A sendiri ialah transistor yang beroperasi
dalam keadaan wilayah aktif setiap saat sehingga arus kolektor mengalir sebesar 360
derajat dari siklus AC. Bentuk operasi penguat Kelas A memiliki titik bias yang diatur
sedemikian rupa untuk tepat berada di titik tengah garis linear pada grafik karatakteristik
transfer. Dapat disimpulkan bahwa penguat kelas A menghasilkan sinyal output berupa
gelombang sinusoidal dalam siklus penuh serta menghasilkan penguat yang dapat
dikatakan cukup besar. Akan tetapi, pada rangkaian ini terjadi distorsi sinyal akibat
penggunaan kapasitor pada rangkaian.

Kelebihan dari percobaan ini dilakukan secara daring adalah hasil data
percobaan sudah ditentukan sehingga peluang terjadinya human error lebih sedikit
dibandingkan ketika percobaan dilakukan secara luring. Hal ini dapat terjadi karena hasil
data yang didapatkan setiap individu tidak sama. Kekurangan dari percobaan ini
dilakukan secara daring adalah pratikum tidak dapat dilakukan secara langsung sehingga
rasa bingung dirasakan pratikan saat menyusun laporan ataupun pengertian secara
pribadi.

4.2 SARAN

Durasi pertemuan yang dilakukan terlalu singkat dan penjelasan dalam pertemuan tersebut
tidak detail dan tidak sistematis sehingga sulit dimengerti. Terkait pratikum selanjutnya,
durasi pertemuan dapat dipertimbangkan ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Chattopadhyay, D., Rakshit, P.C. 2006. Electronics : Fundamentals and Applications. New
Delhi:New Age International (P) Limited, Publisher.

Godse, A.P., Bakshi, U.A. 2009. Electronic Circuits-I. Pune: Technical Publications.

Malvino, A & Bates, D. 2016. Electronic Principles Eight Edition. New York : McGraw Hill
Education

Mismail, B. 2011. Dasar Teknik Elektro Jilid 2. Malang : UB Press.


LAMPIRAN

(Chattopadhyay,2006)

(Godse & Bakshi,2009)


(Malvino & Bates, 2016)

(Mismail, B. 2011)

Anda mungkin juga menyukai