NIM : 205090700111015
Kelompok :C-4
ELEKTRONIKA DASAR II
PENGUAT KELAS A MENGGUNAKAN BIAS PEMBAGI TEGANGAN
Pukul : _____________________________________________________
Korektor Asisten
CO Asisten
Charissa Arik W
Catatan:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________
Pukul : ______________________________________________________
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan agar penguat kelas A menggunakan bias
pembagi tegangan dapat diukur, diamati, dan dipelajari karakteristiknya oleh praktikan.
Bias pembagi tegangan atau self bias atau emmiter biasa merupakan sebuah
rangkaian yang pada umumnya digunakan sebagai penstabil pada suatu titik di
rangkaian. Bias pembagi tegangan ini biasa digunakan pada rangkaian common emitter.
Pada rangkaian ini, tiap komponennya terhubung pada sumper daya yaitu Vcc. Untuk
lebih memudahkan dalam memahami, perhatikan gambar berikut (Chattopadhyay,2006).
Pout
Ap=
P¿
P DQ=V CEQ x I CQ
Nilai disipasi daya transistor akan semakin mengecil akibat diberikan sinyal masukan
karena transistor akan mengubah daya diam menjadi daya sinyal, sehingga nilai
disipasi daya transistor bernilai lebih kecil dari pada nilai daya transistornya, jika tidak
transistor yang digunakan akan rusak. (Malvino & Bates, 2016)
BAB 2
METODOLOGI
Pada praktikum kali ini, diperlukan alat-alat dan bahan agar praktikum dapat
dilakukan secara maksimal. Alat dan bahan yang di pakai antara lain ialah rangkaian uji,
multimeter DC, ampermeter DC, tahanan (R1 27 kΩ, R2 4,67 kΩ, RC 3,20 kΩ, dan RE
667,5 Ω) yang memiliki nilai berbeda-beda, dan transistor dengan tipe yang berbeda beda.
Tipe transistor ada Q1 2N3904, Q2 2N2222, Q3 BC547, Q4 C945, dan Q5 BD139.
2.2.2. Pengukuran Tegangan VCE, Arus Basis dan Arus Kolektor Transistor
Tegangan VCE transistor diukur dengan dihubungkannya kaki (+) voltmeter ke titik C dan
kaki (-) ke titik E. Arus IB (=I2) diukur dengan ditempatkannya amperemeter di posisi I2.
Kemudian arus IC (=I3) diukur dengan menempatkan amperemeter di posisi I3. Kedua nilai
arus tersebut dibaca melalui amperemeter DC.
Amplitudo keluaran signal generator diubah menjadi 0,1 V(peak), selanjutnya dilakukan
pengukuran tegangan AC seperti yang telah dilakukan sebelumnya (sub bab 2.2.1 – 2.2.7).
Pada tiap pengukuran harus dipastikan pengaturan volt/div dan time/div sudah sesuai agar
sinyal dapat terlihat dengan jelas. Kemudian pada tiap pengukuran tersebut sinyal CH1 &
CH2 direkam.
Gambar 2.3.1
Rangkaian
PEMBAHASAN
Vce 5,83 V
IB (I2) 0,123 mA
IC (I3) 1,587 A
Masukan Penguat, A = 0,01 Vp
V = 0,01V
Volt/ Div = 500mV
Basis Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV, 5V
Kolektor Transistor
V = 200mV, 10mV
Volt/ Div = 500mV
Emitor Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV, 5V
Output Penguat
V = 50mV, 2V
Volt/ Div = 500mV
Masukan Penguat, A = 0,1 Vp
V = 0,1V
Volt/ Div = 500mV
Basis Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV
Kolektor Transistor
V = 8mV, 10mV
Volt/ Div = 5V
Emitor Transistor
V = 50mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV
Output Penguat
V = 9V, 10V
Volt/ Div = 5V
Masukan Penguat, A = 1 Vp
V = 1V
Volt/ Div = 1V
Basis Transistor
V = 2V, 2V
Volt/ Div = 1V
Kolektor Transistor
V = 10V, 10V
Volt/ Div = 5V
Emitor Transistor
V = 500mV, 50mV
Volt/ Div = 500mV
Output Penguat
V = 10V, 10V
Volt/ Div = 5V
Gambar 3.5 XB
Gambar 3.6 XC
Gambar 3.7 XE
Gambar 3.8 XY
3.3 Pembahasan
Untuk mengukur besar tegangan dan arus listrik, digunakan multimeter dan
amperemeter, sehingga nilai yang digunakan dalam perhitungan bisa didapatkan. Kemudian,
pengukuran sinyal dengan osiloskop dilakukan untuk mendapatkan model dari sinyal input
dan sinyal output berasal dari rangkaian kelas A.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bentuk output pada penguat A membentuk
grafik sinusoidal dengan perbedaan 180 derajat. Hal ini menandakan bahwa hasil tersebut
telah sesuai, sehingga pada sinyal tidak terjadi distorsi yang berlebihan dan mengalami
penguatan sinyal dari sinyal masukan ke sinyal keluaran.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bentuk output pada penguat A tidak
menghasilkan sinyal sinusoidal yang memiliki perbedaan 180 derajat. Hal tersebut terjadi
karena terdapat distorsi pada sinyal. Distorsi tersebut membuat bentuk sinyal yang seharusnya
berbentuk gelombang sinusoidal berubah karena adanya sinyal yang tertahan akibat adanya
kapasitor.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa bentuk output pada penguat A tidak
menghasilkan sinyal sinusoidal yang memiliki perbedaan 180 derajat. Hal ini sama dengan
apa yang terjadi pada gambar 3.2 karena terdapat distorsi pada sinyal. Distorsi tersebut
membuat bentuk sinyal yang seharusnya berbentuk gelombang sinusoidal berubah karena
adanya sinyal yang tertahan akibat adanya kapasitor. Distorsi terlihat jelas pada bagian
mendatar sinyal yang terjadi di tengah-tengah gelombang.
Penguat kelas A merupakan sebuah penguat transistor yang memiliki fungsi sebagai
penguat linier. Penggunaan penguat kelas A ini umumnya digunakan sebagai penguat sinyal
kecil. Efisiensi yang dihasilkan dari penguat kelas A ini termasuk efesiensi rendah karena
pada penguat kelas A diatur agar rangkaian selalu dioperasikan pada bagian linier lengkungan
karakteristik penguat sehingga ada daya yang terbuang pada rangakaian tersebut. Penguat
kelas A hanya memiliki efisiendi kurang dari 50%,
Pada percobaan ini diberikan tegangan sumber sebesar 11,93 V, kemudian didapatkan
tegangan keluaran pada emitter sebesar 1045.839 V serta tegangan keluaran pada kolektor
sebesar 7316,956V V, sehingga didapatkan tegangan keluaran total sebesar 83,47 V. Oleh
karena itu, penguatan sumber terjadi sebesar 6,996 kali. Pada grafik yang ditampilkan pada
osiloskop dapat dilihat bentuk sinyal yang terbentuk banyak mengalami distorsi seiring
dengan perubahan amplitudo.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kelebihan dari percobaan ini dilakukan secara daring adalah hasil data
percobaan sudah ditentukan sehingga peluang terjadinya human error lebih sedikit
dibandingkan ketika percobaan dilakukan secara luring. Hal ini dapat terjadi karena hasil
data yang didapatkan setiap individu tidak sama. Kekurangan dari percobaan ini
dilakukan secara daring adalah pratikum tidak dapat dilakukan secara langsung sehingga
rasa bingung dirasakan pratikan saat menyusun laporan ataupun pengertian secara
pribadi.
4.2 SARAN
Durasi pertemuan yang dilakukan terlalu singkat dan penjelasan dalam pertemuan tersebut
tidak detail dan tidak sistematis sehingga sulit dimengerti. Terkait pratikum selanjutnya,
durasi pertemuan dapat dipertimbangkan ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Chattopadhyay, D., Rakshit, P.C. 2006. Electronics : Fundamentals and Applications. New
Delhi:New Age International (P) Limited, Publisher.
Godse, A.P., Bakshi, U.A. 2009. Electronic Circuits-I. Pune: Technical Publications.
Malvino, A & Bates, D. 2016. Electronic Principles Eight Edition. New York : McGraw Hill
Education
(Chattopadhyay,2006)
(Mismail, B. 2011)