Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

PENGUAT NON-INVERTING DAN OSILATOR

Nama : Fatihah Kusuma Rani

NIM : 225090807111010

Kelompok : 11

Tgl. Praktikum : 9 November 2023

Nama Asisten : Nabil Agya Novensa

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN
ELEKTRONIKA DASAR II
PENGUAT NON-INVERTING DAN OSILATOR

Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________


Pukul : _____________________________________________________

Korektor Asisten

............................... Nama Asisten

...... CO Asisten

Nama Co Asisten Kelas

Catatan: ......

___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
____________________________________

Tanggal Masuk Revisi : ______________________________________________________


Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Praktikum percobaan penguat non-inverting dan osilator dilakukan agar dapat
dilakukan pengukuran, pengamatan, dan dipelajari karakteristik op-amp yang digunakan
sebagai penguat non-inverting serta osilator Jembatan Wien yang dibangun dengan
digunakan penguat non-inverting dan umpan balik positif dengan isi tahanan dan kapasitor.

1.2 DASAR TEORI


Penguat operasional atau op-amp merupakan salah satu jenis penguat yang sangat
umum digunakan dalam berbagai aplikasi. Op-amp umumnya digunakan dalam berbagai
aplikasi elektronika. Fungsi dari op-amp sendiri yaitu untuk memperkuat sinyal listrik
dengan faktor penguatan yang tinggi dan memiliki beberapa konfigurasi yang berbeda,
yaitu penguat inverting dan penguat non-inverting (Santoso, 2018).
Pada penguat inverting, sinyal input dihubungkan ke terminal inverting (masukan
terbalik) op-amp, sedangkan terminal non-inverting (masukan tak terbalik) dihubungkan ke
ground atau referensi tegangan. Pada konfigurasi ini, sinyal output diperoleh dari terminal
output op-amp. Penguat inverting menghasilkan sinyal output yang memiliki polaritas yang
berlawanan dengan sinyal input. Faktor penguatan (gain) pada penguat inverting ditentukan
oleh perbandingan antara resistansi umpan balik (feedback) dan resistansi masukan
(Santoso, 2018).

Gambar 1.2.1 Penguat inverting (Malvino dan David, 2016)


Pada penguat non-inverting, sinyal input dihubungkan ke terminal non-inverting
(masukan tak terbalik) op-amp, sedangkan terminal inverting (masukan terbalik)
dihubungkan ke ground atau referensi tegangan. Sinyal output diperoleh dari terminal
output op-amp. Penguat non-inverting menghasilkan sinyal output dengan polaritas yang
sama dengan sinyal input. Faktor penguatan pada penguat non-inverting ditentukan oleh
perbandingan antara resistansi umpan balik dan resistansi masukan (Santoso, 2018).
Gambar 1.2.2 Penguat non-inverting (Malvino dan David, 2016)
Gambar 1.2.2 menunjukkan rangkaian ac-ekuivalen dari penguat non-inverting.
Tegangan input vin menggerakkan input non-inverting. Tegangan masukan ini diperkuat
untuk menghasilkan tegangan keluaran sefasa yang ditunjukkan. Sebagian tegangan
keluaran diumpankan kembali ke masukan melalui pembagi tegangan. Tegangan pada R1
adalah tegangan umpan balik yang diterapkan pada masukan pembalik. Tegangan umpan
balik ini hampir sama dengan tegangan masukan. Karena penguatan tegangan loop terbuka
yang tinggi, perbedaan antara v1 dan v2 sangat kecil. Karena tegangan umpan balik
berlawanan dengan tegangan masukan, maka dimiliki umpan balik negatif (Malvino dan
David, 2016).
Seperti halnya penguat inverting, nilai RF dan Ri menentukan penguatan tegangan
loop tertutup atau ACL. Karena tegangan masukan diferensial Vid, antara terminal masukan
op-amp kira-kira nol, maka arus yang melalui Ri dapat ditulis dalam persamaan berikut
(Schultz, 2021),
𝑉𝑖𝑛
𝐼=
𝑅𝑖
Karena secara teknis tidak ada arus yang mengalir dari terminal masukan pembalik
op-amp, semua arus masukan akan mengalir melalui resistor umpan balik, RF. Maka dapat
ditulis dalam persamaan berikut (Schultz, 2021),
𝑉𝑅𝐹 = 𝐼 × 𝑅𝐹
Karena tegangan keluaran, Vout diambil terhadap ground, Vout adalah jumlah dari
VRi dan VRF. Maka dapat ditulis dalam persamaan berikut (Schultz, 2021),
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝐼𝑅𝐹 + 𝐼𝑅𝑖
= 𝐼(𝑅𝐹 + 𝑅𝑖 )
Penguatan tegangan loop tertutup, ACL, dihitung dengan membagi Vout dengan Vin.
Maka dapat ditulis dalam persamaan berikut (Schultz, 2021),
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐼(𝑅𝐹 + 𝑅𝑖 ) 𝑅𝐹 + 𝑅𝑖
𝐴𝐶𝐿 = = =
𝑉𝑖𝑛 𝐼𝑅𝑖 𝑅𝑖
𝑅𝐹
Atau, 𝐴𝐶𝐿 = + 1 (Schultz, 2021).
𝑅𝑖
BAB II

METODOLOGI

2.1 PERALATAN PERCOBAAN

Praktikum percobaan penguat non-inverting dan osilator digunakan peralatan


percobaan berupa voltmeter DC, variable power supply dengan polaritas ganda, signal
generator, oscilloscope, dan rangkaian uji penguat non-inverting dan isolator.

2.2 TATA LAKSANA PERCOBAAN

2.2.1 Rangkaian Penguat Non-Inverting

Rangkaian uji, voltmeter, variable power supply dan oscilloscope dihidupkan


terlebih dahulu. Pada voltmeter dipilih mode DC. Kemudian terminal voltmeter
dihubungkan ke titik A-E (Terminal positif ke titik A, terminal negatif ke titik E).
Pada voltmeter akan ditunjukkan tegangan VAE atau tegangan keluaran variable
power supply (+Vcc). Variable power supply diatur agar didapat tegangan keluaran
12 V. Langkah ini dimaksudkan untuk dibuat +Vcc = 12 V dan -Vcc = -12 V.
Tegangan VAE dicatat, selanjutnya tegangan VBE diukur dan dicatat dengan terminal
positif voltmeter dipindahkan ke titik B. Ke-tidak-akuratan pada power supply
polaritas ganda bisa saja terjadi sehingga dihasilkan keluaran positif dan negatif yang
tidak benar-benar simetri. Saklar Sx diputus/dimatikan (ditandai dengan LED Sx yang
off) dan saklar S2 agar didapat konfigurasi penguat non-inverting. Saat ini, masukan
rangkaian filter didapatkan tegangan dari signal generator. Saklar S1
dihubungkan/dihidupkan. Dipilih coupling DC pada channel 1 (CH1) dan channel 2
(CH2) oscilloscope, CH1 dan CH2 oscilloscope dihubungkan secara berturut-turut
ke titik X dan titik F. Keluaran signal generator dipastikan dimiliki offset DC = 0 V,
dengan dilihatnya melalui tampilan sinyal pada CH1 oscilloscope. Bila tidak, signal
generator diatur agar dikeluarkan offset DC 0 V. Keluaran signal generator diatur
agar dihasilkan tegangan 1 V(peak) atau 2 V(peak-to-peak).

saklar S4 sampai S5 diatur untuk didapatkan variasi penguatan pada rangkaian


penguat non-inverting. Tegangan masukan VX, VD dan keluaran VF dicatat dan
disimpan bentuk sinyalnya untuk masing-masing variasi penguatan. Tidak perlu
mematikan alat yang digunakan karena akan digunakan untuk praktek selanjutnya.

2.2.2 Rangkaian Osilator Jembatan Wien


Saklar Sx di-on-kan (ditandai dengan LED Sx yang on) dan saklar S2 agar
didapat konfigurasi osilator Jembatan Wien. Rangkaian osilator bisa diputus dari
signal generator. Signal generator selanjutnya bisa dimatikan. Saklar S1 bisa di-off-
kan. Titik X juga tidak digunakan. CH1 oscilloscope dihubungkan ke titik F yang
merupakan keluaran osilator.

Saklar S4 sampai S5 diatur untuk didapatkan variasi penguatan pada rangkaian


penguat non-inverting. Tegangan keluaran osilator (VF) termasuk frekuensinya
dicatat dan disimpan bentuk sinyalnya untuk masing-masing variasi. Kemudian
semua alat dimatikan.

2.3 GAMBAR ALAT DAN RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 2.3.1 Voltmeter DC

Gambar 2.3.2 Variable power supply, polaritas ganda

Gambar 2.3.3 Signal Generator


Gambar 2.3.4 Oscilloscope

Gambar 2.3.5 Rangkaian uji penguat non-inverting dan isolator


DAFTAR PUSTAKA

Malvino, Albert dan David Bates. 2016. ELECTRONIC PRINCIPLES, EIGHTH EDITION.
New York: McGraw-Hill Education

Santoso, Gatot. 2018. ELEKTRONIKA DASAR EDISI KEDUA. Yogyakarta: AKPRIND


PRESS

Schultz, Mitchel E. 2021. Grob’s Basic Electronics, 13th Edition. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc.
LAMPIRAN

(Malvino dan David, 2016)


(Santoso, 2018)
(Schultz, 2021)

Anda mungkin juga menyukai