Anda di halaman 1dari 9

Load Cell

Load Cell adalah transduser gaya yang digunakan untuk mengukur gaya berdasarkan
hasil defleksi dari gaya tersebut. Transduser ini juga berfungsi sebagai pengukur perubahan
gaya berat dari suatu benda per satuan waktu, itu sebabnya Load Cell disebut juga alat uji
perangkat listrik yang mengubah suatu gaya menjadi sinyal listrik. Load Cell adalah jenis
sensor yang digunakan untuk mendeteksi tekanan atau berat sebuah beban. Load cell akan
menerjemahkan / merubah nilai dari tekanan (gaya tekan) kedalam sinyal elektrik. Terdapat
tiga tipe Load Cell berdasarkan prinsip kerja yang digunakan untuk dapat mengkonversi
besarnya gaya tekan menjadi sebuah nilai terukur.

Berikut adalah tipe dari Load cell berdasarkan prinsip kerja utamanya :

1. Hidraulic Load Cell

Gambar 1. Bagian pada Hidraulic Load Cell


Hiraulic Load Cell menggunakan piston konvensional dan susunan silinder untuk
menunjukkan perubahan tekanan yang disebabkan oleh pergerakan piston dan susunan
silinder. Pergerakan piston dan susunan difragma tersbut akan menghasilkan perubahan
tekanan pada tuba Bourdon yang terkoneksi dengan Load Cell.
2. Pneumatic Load Cell
Pneumatic Load Cell menggunakan tekanan udara yang diaplikasikan disalah satu sisi
dari diafragma dan bergerak melalui Nozzle dibagian bawah dari load cell yang mempunyai
Preassure Gauge didalamnya.

Gambar 2. Bagian pada Pneumatic Load Cell


3. Strain Gauge Load Cell

Gambar 3. Bagian pada Strain Gauge Load Cell

Gambar 4. Ilustrasi prinsip kerja Strain Gauge Load Cell

Pada batang Strain Gauge, sel diatur dalam formasi “Z” sehingga torsi akan diterapkan
pada batang, sehingga keempat Strain Gauge pada sel akan mengukur tekukan distorsi, yaitu
dua strain gauge mengukur kompresi dan dua lainnya mengukur ketegangan. Ketika keempat
Strain Gauge diatur sesuai prinsip jembatan Wheatstone, maka Strain Gauge akan mudah
untuk melakukan pengukuran secara akurat terhadap perubahan kecil dari resistansi,
sepertipada gambar 5 di atas.
Gambar 5 adalah gambar fisik dari sensor Load Cell beserta konfigurasi dan cara
kerjanya. Load biasa digunakan pada timbangan digital ataupun jembatan yang berfungsi
untuk menimbang berat dari truk pengangkut bahan baku, dimana pengukuranya
menggunakan prinsip tekanan.

Gambar 5. Bentuk Fisik Load Cell


Keterangan :
Kabel warna merah merupakan input tegangan sensor
Kabel warna hitam merupakan input ground sensor
Kabel warna hijau merupakan output positif sensor
Kabel warna putih merupakan output negatif sensor

Gambar 6. Konfigurasi Kabel Load Cell


Gambar 6 adalah konfigurasi kabel dari sensor Load Cell yang terdiri dari kabel
berwarna merah, hitam, hijau dan putih. Nilai tegangan output dari sensor Load Cell ini
sekitar 1,2 mV. Saat ada tekanan pada permukaan sensor maka akan mengabitkan adanya
reaksi terhadap elemen logam yang terdapat pada bagian Load Cell. Hal ini akan
mengakibatkan gaya elastis. Regangan yang dihasilkan dari gaya elastis ini akan
dikonversikan kedalam sinyal elektrik oleh strain gauge (pengukur tegangan) yang terpasang
pada Load Cell (seperti pada gambar 3). Strain Gauge pada Load Cell berfungsi untuk
mengukur perubahan hambatan listrik dalam menanggapi ketegangan yang diterapkan ke
perangkat. Strain Gauge menerapkan prinsip Jembatan Wheatstone seperti pada gambar
dibawah :

Gambar 7. Rangkaian Jembatan Wheatstone pada Sensor Load Cell


Pada gambar 7, jika rangkaian diberi beban, maka nilai R pada rangkaian akan berubah,
nilai R1 = R4 dan R2 = R3. Sehingga akan membuat sensor tidak dalam keadaan seimbang
dan mengakibatkan adanya beda potensial. Beda potensial tersebutlah yang akan menjadi
output dari sensor Load Cell. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk melakukan
perhitungan beda potensial Load Cell (Vout) :
R2 R4
( (
Vo= Vin ×
R1+ R 2 )) ( (
− Vin ×
R 3+ R 4 ))
Sesuai dengan teori Wheatstone dimana saat terdapat beban pada Load Cell maka akan
terjadi perubahan nilai resistansinya. Nilai R1 dan R3 akan turun sedangkan nilai R2 dan R4
akan naik ketika posisi seimbang, sehingga Vout = 0 Volt. Namun saat ada kenaikan nilai R1
dan R3 maka akan terjadi perubahan Vout pada Load Cell. Pada Load Cell output data (+)
dipengaruhi oleh perubahan resistansi pada R1, sedangkan output (-) dipengaruhi ooleh
perubahan resistansi R3. Keluran yang dihasilkan oleh Load Cell bernilai mili Volt, sehingga
sangat sulit untuk dideteksi oleh sinyal prosesor dan butuh ditambahkan penguatan, biasanya
berupa PGA (Programmable Gain Amplifier) yang terdapat pada ADC (analog to Digital
Converter).
Secara umum, blok diagaram pembacaan / konversi yang dilakukan oleh Load Cell
kurang lebih digambarkan seperti pada gambar dibawah :

Pengkondisi Sinyal User


Load Cell
(Penguat dan ADC)
Kontroler Interface
Gambar 8. Blok Diagram proses Pembacaan data Load Cell
Berdasarkan blok diagram di atas, Load Cell berfungsi untuk mengambil data dengan cara
mengubah pergeseran mekanik menjadi perubahan tahanan. Kemudian tegangan output dari
Load Cell akan disesuaikan terlebih dahulu di dalam rangkaian pengkondisi sinyal, dengan
tujuan untuk menentukan titik awal pengukuran. Dalam hal ini sinyal output akan
dikondisikan dengan cara mengubah level sinyal berupa penguatan. Kemudian data yang
telah didapatkan akan dikonversi menjadi data digital pada ADC (analog to digital converter)
dan diolah pada kontroler untuk ditampilkan pada user interface.
Berikut adalah rangkaian-rangkaian yang terdapat pada sensor load cell :
1. Rangkaian Pengkondisi Sinyal
Proses pengkondisian sinyal merupakan proses konversi sinyal menjadi bentuk yang
lebih sesuai agar dapat dikenali dan diproses oleh elemen-elemn lain dalam suatu rangkaian.
Pengkondisi sinyal biasanya digunakan pada output dari sensor untuk dilanjutkan pada proses
lain. Sensor dapat merubah suatu besaran menjadi besaran elektris dengan menggunakan
variabel dinamik untuk menghasilkan output. Pengkondisi sinyal berperan untuk mengubah
keluaran dari sensor tersebut ke suatu bentuk yang merupakan antarmuka dengan elemen-
elemen lain pada suatu kontrol proses.
Rangkaian Pengkondisi sinyal pada Load Cell ini terdiri dari penguat instrumentasi dan
penguat deferensial, dimana sebuah penguat tegangan sederhana mempunyai fungsi transfer
dan suatu konstanta. Melalui fungsi transfer tersebutlah, suatu pengkondisi sinyal dapat
menerjemahkan atau mengartikan outuput sinyal sensor menjadi sinyal masukan pada elemen
lain ataupun dengan merubah level sinyal output dari sensor.

Gambar 9. Gambar Rangkaian Pengkondisi Sinyal


Pada rangkaian tersebut, pengkondisi sinyal terdiri dari penguat Diferensial dan
penguat instrumentasi. Bagian awal dari rangkaian pengkondisi sinyal tersebut adalah
rangkaian penguat instrumentasi dan digabungkan dengan rangkaian penguat diferensial.
Berikut adalah persamaan pada rangkaian pengkondisi sinyal :
2R' R2
(
Vo= 1+
R
× )
R1
× ( V 2−V 1 )

Keterangan :
Vo = Tegangan Output
V1 = Tegangan input 1
V2 = Tegangan input 2
R = Resistansi Gain
R’ = Resistansi 1
R1 = Resistansi 2
R2 = Resistansi 3
Persamaan diatas adalah persamaan yang terdapat pada penguat instrumentasi. Output
dari penguat ini akan menjadi input pada penguat selanjutnya (penguat differensial). Fungsi
dari penguat instrumentasi adalah untuk mendapatkan penguatan tegangan yang langsung
berasal dari sensor. Berikut adalah penurunan rumus dari Penguat Instrumentasi.

Gambar 10. Gambar Rangkaian Penguat Instrumentasi


Keterangan :
V1 = Tegangan input 1
V2 = Tegangan input 2
Rg = Resistansi Gain
R = Resistansi 1 (Resistansi pada V1)
R = Resistansi 2 (Resistansi pada V2)
Dari gambar diatas, R1 merupakan potensiometer yang digunakan untuk mengatur
potensiometer. Arus pada R1 dapat diketahui sebagai berikut :
V 2−V 1
I=
R1
Arus yang didapatkan akan mengalir melalui R2 dan akan mendapatkan nilai tegangan
sebagai berikut :
V 3−V 1 =I . R 2
V 4 −V 2=I . R2

Dengan mendistribusikan persamaan tersebut, maka akan didapatkan :

Dari analisa rangkaian berdasarkan pada arah arus pada rangkaian, maka didapatkan
tegangan keluaran (Vout), sebagai berikut :

Karena R5 = R, maka rumusan Vout yaitu :

Pada dasrnya, penguat instrumentasi terdiri dari penguat penyangga (buffer) dan
penguat diferensial sederhana. Dimana penguat buffer akan menguatkan dan
mempertahankan output dari sensor Load Cell yang telah didapatkan, sedangakan penguat
diferensial akan menguatkan kembali output sensor menjadi lebih besar.
Pada rangkaian pengkondisi sinyal, rangkaian terdiri dari penguat instrumentasi dan
penguat diferensial. Berikut adalah rangkaian dan penurunan rumus dari penguat diferensial :
Gambar 11. Gambar Rangkaian Penguat Differensial
Penguat differensial adalah penguat yang tegangan outputnya didapatkan dari hasil
selisih antara kedua buah tegangan inputnya (pada terminal inverting dan non-inverting).
Keterangan :
Vin1 (Vin -) = Tegangan input 1 (Tegangan input Inverting)
Vin2 (Vin+) = Tegangan input 2 (Tegangan input non-Inverting)
Untuk mengetahui Tegangan output dan gain dari penguat differensial ini, maka berikut
adalah gambar beserta penurunan rumus dari penguat differensial :

Gambar 12. Gambar Rangkaian Penurunan Rumus Penguat Differensial


Berdasarkan dari gambar di atas, maka dapat diketahui arus pada I1 sebagai berikut :
V 1−Va
I 1=
R1
Kemudian;
V 2−V b
I 2=
R2
Dan ;
V a−V out
I f=
R3
Titik penjumlahan Va = Vb , dan :

V b=V 2 ( R 2+R 4R 4 )
Jika V2 = 0, maka :
V out ( a )=−V 1 ( RR13 )
Jika V1 = 0, maka :

V out ( b )=V 2 ( R 2+R 4R 4 )( R 1+R 1R 3 )


V out =−V out ( a )+V out ( b )
Sehingga

V out =−V 1 ( RR 31 )+ V 2( R 2+R 4R 4 )( R 1+R 1R 3 )


Ketika R1 = R2 = R3 = R4, maka persamaannya menjadi :

V out= ( RR 31 ) ( V 2−V 1)
Berdasarkan persamaan pada penguatan instrumentasi dan penguat differensial, maka Vout
pada rangkaian pengkondisi sinyal adalah dengan menjumlahkan tegangan output pada kedua penguat
tersebut.
2. Rangkaian Analog to Digital Converter
Rangkaian Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah perangkat yang berfungsi
untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital agar mudah dibaca oleh pengguna.
Perangkat ADC dapat berupa modul ataupun sebuah chip. Rangkaian ADC berfungsi untuk
menjambatani pemrosesan sinyal analog oleh sistem digital. Berikut adalah rangkaian dari
ADC :

Gambar 13 Rangkaian ADC

Rangkaian adc pada gambar 2.7 memanfaatkan rangkaian pembanding opamp sebagai
rangkaian dasar. Dimana perbedaan yang sedikit pada kedua terminal input op-amp akan
menghasilkan tegangan sebesar Vdd atau Vcc op-amp. Jika tegangan pada terminal positif
input lebih besar dari pada terminal negative input maka keluaran adalah 9 volt (sesuai
dengan Vdd), sedangkan jika tegangan pada terminal negative input lebih besar maka
tegangan keluarannya adalah 0 volt (sesuai dengan Vcc). Menggunakan 3 (tiga) buah op-amp
dengan tujuan setiap satu op-amp mewakili satu jangkah pembagian tegangan input. Pada
masing-masing terminal negative input op-amp mendapatkan tegangan referensi (penentuan)
yang ditentukan oleh pembagian tegangan antara R1, R2, R3 dan R4.
Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi kode –
kode digital. ADC banyak digunakan sebagai pengatur proses industri, komunikasi digital
dan rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai perantara antara
sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/
berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital
(komputer).

Anda mungkin juga menyukai