Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR


MATERI :
UJI TAK RUSAK SUMBER RADIASI SINAR-X
Dengan (TEKNIK DWDV)

Disusun Oleh :
Nama : Asy Syarifain
NIM : 011500402
Jurusan : Teknokimia Nuklir
Kelompok : 3
Asisten : Tasih Mulyono

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
I. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti persyaratan Teknik DWDV dalam Uji Tak
Rusak Radiografi dengan pesawat Sinar-X.
2. Mahasiswa melakukan pengukuran, perhitungan sampai diperoleh data kV, mA, waktu
dan penentuan penetrameter sesuai dengan Standar ASME V. .
3. Mahasiswa dapat melakukan setup benda uji dan pesawat Sinar-X sesuai perhitungan .
4. Mahasiswa mampu melakukan pemrosesan film radiografi dan interpretasi cacat pada
film.

II. DASAR TEORI

Radiografi dapat dilakukan dengan sumber radiasi yang berupa sinar-x maupun sinar
gamma. Radiasi yang berasal dari suatu pesawat sinar-X dengan focal spot “f” menembus
benda uji (speciment) dengan tebal ‘t’. Di dalam benda uji, radiasi akan terserap bervariasi
tergantung pada tebal dan kerapatan bagian benda uji. Bagian yang lebih tripis dan kerapatan
yang lebih kecil (contoh defect gas inclusion) akan menghasilkan akumulasi paparan yang
ditransmisikan yang lebih banyak, Apabila sinar yang yang melalui bagian tersebut sampi ke
film radiografi, maka dengan reaksi photokimia, bagian bagian ini akan menjadi lebih hitam
dibanding bagian sekelilingnya lihat Gambar 1.
Bayangan yang terbentuk pada film radiografi bersifat diperbesar dan membentuk
kekaburan atau penumbra ( unsharpness geometry, Ug)., karena sinar yang datang bersifat
divergen dan sumber radiasi tidak mungkin sebuah titik (memiliki dimensi yang disebut ukuran
focal-spot). Untuk memperksecil nilai Ug, maka jarak objek ke film dibuat sedekat mungkin
(jika mungkin film dipasang menempel pada benda uji) lihat Gambar 2.
Skema proses radiografi dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber radiasi

Discontinui
tas Benda uji

Film

Discontinuitas pada Film terlihat lebih gelap


(kecuali Tungsten/material yang beratjenisnya
lebih besar dari material)

Gambar 1. Proses radiografi, penyinaran radiasi pada benda uji dengan film
Ug besar

Ug kecil

Gambar 2. Ketidak jaman geometri (Ug)

Source

SOD

Ug d
—— = ———
f SOD Obyek

U Film
g

Gambar 3 Perhitungan Ug

Perhitungan Nilai Ug pada Gambar 3, f (ukuran focal spot). SOD Source to Object
Distance adalah Jarak sumber ke Obyek, d adalah jarak permukaan objek ke Film. Nilai d
adalah tebal material untuk Teknik SWSV/DWSV, Sedangkan Untuk Teknik DWSV nilai d
adalah Outside Diameter Pipa + tinggi reinforcement (tinggi lasan).
Film radiografi dikatakan mempunyai kualitas baik bila dapat mendeteksi cacat/no kawat
penetrameter yang disyaratkan dalam standard ASME V atau lebih kecil sesuai dengan
ketebalan materialnya. Kualitas atau Sensitifitas radiografi dinyatakan dalam % perbandingan
kawat terkecil dengan tebal material uji dikalikan 100%.

Bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji. Pemilihan nomor
penetrameter yang digunakan bergantung dengan tebal benda uji, dan mengacu pada Tabel
T.276, dan T.233.2 Standar ASME V

Penentuan waktu penyinaran diperoleh dari grafik exposure chart, hubungan antara mA-
waktu terhadap tebal benda uji. Nilai tebal adalah ketebalan material yang ditembus radiasi.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Peralatan

1. Proteksi Radiasi
a. Monitor radiasi personil ( Dosimeter saku (pen dose), Film Badge/TLD
badge
b. Surveymeter
c. Tanda radiasi dan tali kuning
d. Long tang dan lembar timbal

2. Radiografi
a. Pesawat Sinar-X dan asesoriesnya ( Panel kontrol dan lampu tanda Radiasi)
b. Penetrameter
c. Sigmat
d. Fasilitas ruang gelap dan asesories ( densitometer, viewer )

3.2 Bahan

1. Film radiografi
2. Larutan proses film (developer, stop bath, fixer, air)
3. Benda uji (lasan pipa, plat).
IV. LANGKAH KERJA
Persiapan Sebelum Penyinaran:

1. Menyiapkan peralatan dan Bahan yang meliputi:


- Benda Uji (Lasan Pipa) Carbon Steel;
- Jangka Sorong;
- Masking kertas;
- Lead number dan huruf;
- Penetrameter;
- Kalkulator;
- Tabel Penyinaran

2. Melakukan pengukuran dimensi benda uji meliputi:


- Outside Diameter
- Inside diameter
- Tinggi reinforcement
- Lebar Las
- Tebal 1 lasan ( tebal 1 sisi material + tinggi reinforcement)
- Tebal 2 lasan ( tebal 2 sisi material + 2 x tinggi reinforcement)
-
3. Menghitung kV yang digunakan menurut standard IIW dengan Rumus:
kV = A + Bx dan mengacu pada Tabel 1.

Tabel 1. Konstanta untuk perhitungan kV mesin sinar X menurut standard IIW

Aluminium (Al) Carbon Steel


Tebal (mm)
A B A B
0,5 < x < 5 20 5 40 10
5 < x < 50 40 1,5 75 4,5
Nilai X adalah tebal material bahan dan lasan.

4. Menghitung pergeseran sumber (P) untuk mendapatkan citra elip, dengan rumus:
1
𝑃 = SFD ⊥ + 2 LL …. (LL= Lebar Lasan)
5

5. Menghitung SFD elip berdasarkan SFD tegak yang telah ditentukan dalam
Praktikum dan pergeseran sumber.

𝑆𝐹𝐷 𝑒𝑙𝑖𝑝 = √𝑆𝐹𝐷 ⊥2 + 𝑃2


6. Tentukan Waktu penyinaran menurut grafik penyinaran berdasarkan material
yang ditembus sinar-X (Untuk Elip 2 tebal lasan) dilihat dalam tabel penyinaran.

Tabel Penyinaran pesawat sinar-X Rigaku Radioflex 250EG-S3

Contoh Jika kV yang digunakan 140 maka bisa langsung dibaca pada grafik berdasar
kan tebal material yang ditembus (2 lasan), atau dengan rumus:
Log Y=0,400434+ 0,063608 . X
Waktu penyinaran (t) sesuai SFD grafik :
𝐸 (𝑚𝐴.𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡)
t = Anti Log Y/ Arus Pesawat Sinar-X yang digunakan = … menit
𝐼 (𝑚𝐴)

7. Menghitung waktu penyinaran SFD Posisi Elip:


2
𝑆𝐹𝐷𝑒𝑙𝑖𝑝 𝐸
𝑡 = (𝑆𝐹𝐷 ) ….. menit
𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 𝑖
8. Menentukan Penetrameter yang digunakan berdasarkan tebal 1 lasan dan mengacu
pada Standar ASTM V Artikel 2, Tabel T.276, dan T.233.2 (untuk jenis kawat)
9. Memasang Identifkasi lokasi ( sisi 0 atau sisi 90) dan identifikasi penyinaran (X-
N0Absen)
10. Memasang Penetrameter yang telah ditentukan pada langkah kerja no.8 pada sisi
sumber (source-side) lihat gambar 4

SUMBER
RADIASI
P

SFD SFDelip

LEBAR

Sisi LAS

LAS Penetramet
er
D
O
D
I

FILM

Gambar 4 – Penempatan Penetrameter (Penny) untuk teknik DWSV

Penyinaran

1. Menyiapkan peralatan Proteksi radiasi sebelum melakukan set-up dan


penyinaran
2. Memeriksa surveymeter yang akan digunakan: baterai, sertifikat dan kalibrasi,
hidupkan dan pelajari cara pemakaian dan pembacaan skalanya.
3. Menggunakan Film Badge//Pocket dosimeter dan pastikan Peralatan berfungsi
dengan baik dan terkalibrasi, Baca dan catat dosis awal untuk pocket dosimeter.
4. Memasang Tali kuning, Tanda radiasi dan Lampu alarm.
5. Melakukan pencatatan kegiatan pengoperasian sinar-X pada log book operasi.
6. Melakukan perakitan pesawat sinar-X dengan control panelnya.
7. Melakukan Aging (pemanasan pesawat sinar-X) sesuai prosedur, sampai kV
yang telah ditentukan dalam perhitungan.
8. Melakukan set up benda uji , Letakkan specimen pada posisi penyinaran
(SFDelip) yang telah ditentukan (untuk DWSV jangan lupa lakukan pergesaran
benda uji sesuai perhitungan), dan pemasangan huruf B dibalik Film harus
dilakukan untk indikator hamburan balik. Lihat Gambar 4.

9. Memeriksa sekali lagi dan pastikan tidak terdapat seorangpun di daerah


penyinaran. Atur tegangan, arus tabung dan timer sesuai dengan perhitungan.
10. Menyalakan pesawat dengan memutar kunci operasi dan menekan tombol “ON”
pada control panel.
11. Melakukan proteksi radiasi saat penyinaran berlangsung dengan melakukan
pengukuran laju paparan di daerah pekerja (control panel) dan di sisi gedung lab
pesawat sinar-X (catat dalam log book operasi)
12. Memutar kunci operasi pada posisi stanby /”lock” saat penyinaran telah selesai.
13. Mengambil material Uji dan Film siap diproses untuk mendapatkan Citra
Radiografi
14. Melakukan pendinginan pesawat sinar-X minimal sama dengan waktu
penyinaran terakhir dilakukan, jika akan digunakan untuk penyinaran
selanjutnya.
15. Mematikan pesawat sinar-X, lepas rakitan power dari control panel dan rapikan
seperti semula.
16. Membaca pocket dosimeter dan catat, matikan survey-meter dan
rapikan/kembalikan peralatan proteksi radiasi pada tempatnya.

Proses dan Pembacaan Film


a. Pemasangan Film ( Loading Film)
1. Menyalakan lampu penerang dan bersihkan ruangan proses film.
2. Menyiapkan Film Radiografi (masih dalam kemasan), Screen Film, kaset dan
plakban pada meja loading.
3. Memastikan kaset tidak rusak dan screen dalam kondisi bersih dan baik.
4. Mengatur dan ingat susunan peralatan tersebur (Film, Screen, kaset, plakban
sehingga mudah diambil dalam kondisi gelap.
5. Mematikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah (safelight)
6. Membiarkan mata menyesuaikan selama beberapa menit.
7. Mengerluarkan film dari kemaan dan amplop pembungkus, ambil selapis film.
8. Melepaskan kertas pengapit film pelan-pelan, ambil filmnya.
9. Menempatkan film diantara screen Pb (atas dan bawah), kemudian masukkan film
yang ber-screen dalam kaset dengan mulut saling menutup.
10. Melakban ujung kasetnya, untuk mencegah kebocoran
11. Menutup kembali amplop film dan masukkan dalam kemasan (kardusnya)
12. Nyalakan lampu penerang dan rapi dan bersihkan meja loading dari sampah,
kertas dsbnya.

b. Pembongkaran Film ( Unloading Film) dan proses film


1. Membawa kaset film yang telah diradiografi ke ruang proses film. Nyalakan lampu
penerang ruang proses film.
2. Mengaduk larutan developer dan fixer (masing masing larutan punya pengaduk dan
jangan dicampur), kemudian ukur temperatur larutan developer.
3. Dengan suhu pengukuran, lihat dalam tabel waktu yang diperlukan untuk
pengembangan film dalam larutan developer.
4. Membersihkan tangan, Siapkan hanger kering pada meja loading dengan mulut
bagian depan.
5. Mematikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah (safelight).
6. Membiarkan mata menyesuaikan seama beberapa menit.
7. Membukaplakban penutup kaset film, keluarkan screen dan film dari kaset
8. Mengambil film, pegang bagian tepi dan pasang pada hanger
9. Masukkan hanger dan film dalam larutan developer untuk proses pengembangan
film dengan waktu yang telah ditentukan, sambil diagitasi ( agitasi naik turun).
10. Selesai waktu pengembangan, tiriskan sebentar kemudian masukkan dalam
stopbath untuk menghentikan prose pengembangan film, kira-kira setengah waktu
di developer. Dalam stopbath agitasi tetap dilakukan.
11. Selesai waktu stopbath, tiriskan sebentar, kemudian masukkan dalam fixer untuk
penetapan bayangan pada film, dengan waktu kira-kira 2 kali waktu developer, dan
tetap dilakukan agitasi. Pada keadaan difixer, lampu penerangan boleh dinyalakan
(bila ada yang sedang melakukan proses pengembangan, lampu jangan dinyalakan).
12. Selesai waktu fixer, tiriskan sebentar, kemudian masukkan dalam air untuk
pencucian film.
13. Mencuci film dengan air kran, sambil digosok dengan jari sehingga film tidak licin
(peret).
14. Bilas dengan drying agent, bila tidak tersedia dapat digubakan atr diberi sedikit
sampo, kemudian dilakukan pengeringan.
c. Proses pencucian film
Waktu pencucian film ditentukan dengan grafik normal development berdasarkan suhu
larutan developer. Adapun grafiknya sebagai berikut.

Suhu larutan developer (T) = 78 °F


Dari grafik tersebut diperoleh waktu pencelupan adalah selama 3,5 menit. .
Perbandingan waktu pencelupan pada masing-masing larutan pencuci adalah
sebagai berikut :

Developer Stop Bath Fixer Washer


t t/2 2t t/2
….menit ….. menit …. menit ….. menit

d. Pembacaan Film
1. Menyiapkan viewer dan densitometer.
2. Menyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya.
3. Memasang film hasil radiografi yang telah kering, perhatikan bentuk bayangan
radiograp.
4. Mengamati bayangan penetrameter, amati kawat terkecil pada las yang nampak
dalam radiograf.
5. Dengan densitometer, mengukur densitas pada:
- Sisi tepi lasan sekitar 25% dari lebar las, dan sekitar kawat terkecil yang
nampak pada penetrameter sebagai densitas sekitar penetrameter (Dp).
- Sisi tepi lasan sekitar 25% dari lebar las diluar area penetrameter ambil yang
tergelap sebagai Densitas maksimum (Dmax), dan Ambil yang paling terang
sebagai Densitas minimum (Dmin)
- Base material (diluar lasan) sebagai densitas material

6. Menghitung Variasi densitas maksimum dan minimumnya (VDmax dan VDmin)

VD Max:
𝐷𝑚𝑎𝑥 − 𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 100%
𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = . . … % ≥ 30 %, VD max tidak memenuhi persyaratan
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = ⋯ … . ≤ 30 %, Sehingga VD max memenuhi persyaratan

VD Min:

𝐷𝑚𝑖𝑛 − 𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = ⋯ % < −15 %, VDmin Tidak Memenuhi persyaratan
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = … … % > −15 %, VDmin memenuhi persyaratan

7. Membaca jumlah kawat yang muncul pada penetrameter, apakah no kawat yang
dipersyaratkan sudah memenuhi/belum? Hitung sensitivitasnya
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
Sensitifitas = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 1 𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑇)
x 100%

8. Menghitung dan membandingkan dengan ug maksimum.


Rumus ug = Unsharpness geometry (Ug):
fs ∙ d
Ug =
SFD┴ − d

9. Mengamati cacat yang tergambar dalam radiograp, tentukan jenisnya.


10. Bila pengamatan sudah selesai, mematikan densitometer, dan matikan viewer.
V. DATA PENGAMATAN

a. Material
Bahan : Besi
Bentuk : Silinder
b. Pengukuran
Sudut : 90o
OD : 90.82 mm
ID : 80.32 mm
Tebal bahan : 5.25 mm
1.76+3.04+2.42
Tinggi las : = 2.413 mm
3

Lebar Las : 12.06 mm


Tebal 1 las : 7.663 mm
Tebal 2 las : 15.326 mm

c. Sumber
Jenis : X – Ray
Merk : Rigaku
Arus : 5 mA
kV : 160 kV
Focal Spot : 2 mm

d. Film
Jenis : AGFA D7
Screen :
Depan : 0.125 mm (Pb)
Belakang : 0.125 mm (Pb)
e. Pembacaan film
Perhitungan Densitas dan Sensitifitas
Densitas material Densitas penny Densitas las min Densitas las max
(Dm) (Dp) (Dlas min) (Dlas max)

3.03 2.32 1.71 2.49


3.01 2.20 1.93 2.31
3.08 2.13 1.98 2.42

Rata-rata 3.04 2.22 1.87 2.41

VI. Perhitungan
1. Persiapan dan Pelaksanaan Proses Penyinaran
Diketahui :
OD = 90.82 mm = 3.4783 inch
Karena OD < 3.5 inch, maka dilakukan teknik pengukuran Double Wall Double
Viewing (DWDV).
a. Menentukan kV Penyinaran
Penentuan kV berdasarkan ketentuan IIW :
kV = A + Bx
Keterangan :
A,B = konstanta (berdasarkan tabel, menurut jenis bahan)
x = OD – ID
OD = 90.82 mm
ID = 80.32 mm
𝑂𝐷−𝐼𝐷
x = 2×( + 𝑡 𝑙𝑎𝑠)
2

90.82−80.32
= 2×( + 2.413) = 15.326 𝑚𝑚
2

Tabel 1. Konstanta untuk Besi

Aluminium
Besi (Fe)
Tebal (mm) (Al)
A B A B
0.5 < x < 5 20 5 40 10
5 < x < 50 40 1.5 75 4.5

kV = A + Bx
= 75 + 4.5 (15.326)
= 143.967 kV ≈ 160 𝑘𝑉

b. Menentukan Pergeseran Sumber (P)


1
𝑃= 𝑆𝐹𝐷⍊ + 2𝐿𝐿
5
1
𝑃= 580⍊ + (2 × 12.06) = 140.12 𝑚𝑚
5

c. Menentukan SFD Elips Berdasarkan SFD Tegak

𝑆𝐹𝐷 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = √𝑆𝐹𝐷⍊2 + 𝑃2

𝑆𝐹𝐷 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = √5802 + 140.122


𝑆𝐹𝐷 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠 = 596.68 𝑚𝑚
d. Menentukan Waktu Penyinaran
Dari kurva penyinaran (Exposure Chart) di atas, maka untuk kV = 160 kV
diperoleh persamaan :
Log y = 0.055997x + 0.2871
Dimana, x = 15.326 mm
Maka,
Log y = 0.055997x + 0.2871
Log y = 0.055997 (15.326) + 0.2871
Log y = 1.145
y = anti log 1.145
y = 13.974 mA.menit
13.974 𝑚𝐴.𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Sehingga waktu Grafik =
5 𝑚𝐴

= 2.795 menit
= 2.8 menit
e. Waktu Penyinaran (Wp)
𝑆𝐹𝐷 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠
Wp = (𝑆𝐹𝐷 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘) ² × tp grafik

596.68 𝑚𝑚
= ( ) ² × 2.8 menit
600 𝑚𝑚

= 2.7 menit

f. Menentukan Penetrameter
Tebal 1 lasan = 7.663 mm = 0.30169 inch

Sehingga,

Penetrameter yang digunakan :


• Kawat
• Source Side

2. Proses Pencucian Film


Waktu pencucian film ditentukan dengan grafik normal development berdasarkan
suhu larutan developer.
Suhu larutan developer (T) = 20℃
9
= ( × 20℃) + 32℉
5

= 68℉
Dari grafik tersebut diperoleh waktu pencelupan pada larutan developer adalah
selama 4.5 menit. Namun di jadikan ke 5 menit.
Perbandingan waktu pencelupan pada masing-masing larutan pencuci adalah
sebagai berikut :
Developer Stop Bath Fixer Washer

t ½t 2t ½t

5 menit 2.5 menit 5 menit 2.5 menit

3. Pembacaan Radiograph
Perhitungan Densitas dan Sensitifitas
Dm rata-rata : 3.04
Dp rata-rata : 2.22
Dlas min rata-rata : 1.87
Dlas max rata-rata : 2.41

✓ Variasi densitas

Dlas max − Dpenny


VDmax = x 100%
Dpenny
2.41 - 2.22
= x 100%
2.22
= 8.56 %

𝐷𝑙𝑎𝑠 min − 𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦


VDmin = x 100%
𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦

1.87 - 2.22
= x 100%
2.22
= -15.766 %
✓ Sensitifitas

𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦


Sensitifitas = x 100%
𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 (𝑇)
0.25
= 7.663 𝑥 100%
= 3.26 %

Sehingga sensitifitas < 20% (diterima)

Nilai Ug
Unsharpness geometry (Ug):
fs ∙ d
Ug =
SFD┴ − d
2 mm × 90.82
=
580 − 90.82
= 0.371 mm

Material Ug
Thickness, in. (mm) Maximum, in. (mm)
Under 2 (50.8) 0.020 (0.51)
2 through 3 (50.8-76.2) 0.030 (0.76)
Over 3 through 4 (76.2-101.6) 0.040 (1.02)
Greater than 4 (101.6) 0.070 (1.78)

T-285 Geometric Unsharpness Limitations


Berdasarkan percobaan, diperoleh Ug < Ug max (0,371 mm < 0,51 mm), maka
nilai tersebut dikatakan dapat diterima.
Artifact
➢ Porosity
➢ Slug
➢ Undercut
➢ Tungsten
➢ Excess

Dari keseluruhan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut :


No. Parameter ASME V, Article Hasil Ket
1 Ug Max 0.02” (0.51 mm) 0.371 mm Diterima
2 Sensitivitas` Tidak lebih dari 20% 3.26 % Diterima
3 Variasi -15% s/d +30% -15.766 % Sd Ditolak
densitas 8.56 %
4 Artifact Tidak ada Ada Ditolak
5 Penetrameter No.6 set A, 3 kawat (4.5 dan 6) 3 kawat Diterima

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan pengaplikasian teknik nuklir di bidang industry
yakni radiografi sinar-x. pada praktikum kali ini dipakai teknik Double Wall Double Viewing
karena benda uji pipa yang berdiameter kurang dari 100 mm. Teknik Double Wall Double
Viewing merupakan teknik penyinaran dengan posisi sumber radiasi sedemikian rupa sehingga
radiasi menembuas kedua dinding benda uji dan pada film tergambar kedua dinding las terebut
untuk diintrepetasikan.
Prinsip dasar dalam radiografi atau uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan
menembus benda yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka banyaknya
radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama. Dengan memanfaatkan sifaat
interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti ini, maka radiasi dapat dimanfaatkan untuk
memeriksa cacat yang ada di dalam bahan. Rongga sekecil apapun dapat dideteksi dengan
teknik radiografi ini. Apabila radiasi yang diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap oleh film
fotografi yang dipasang di belakang bahan tersebut, maka perbedaan intensitas radiasi akan
menimbulkan kehitaman yang berbeda pada film sehingga cacat dalam bahan yang diperiksa
akan tergambar pada film. Dengan teknik ini dapat diketahui mutu sambungan las.
Objek yang diamati pada praktikum ini adalah pipa. Untuk pipa, karena ukuran
diameternya lebih kecil dari 3.5 inch, maka teknik yang digunakan adalah DWDV (Double
Wall Double View). Teknik DWDV ini adalah teknik penyinaran dengan menembus 2 tebal
lasan dimana pada film akan terlihat 2 tebal lasan juga. Pada praktikum ini digunakan teknik
DWDV ellips, teknik ini dilakukan dengan posisi sumber radiasi membentuk sudut tertentu
terhadap bidang normal las sehingga gambar kedua bagian dinding benda uji berbentuk ellips.
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan penentuan parameter yang berpengaruh
terhadap penembakan diantaranya adalah tegangan kerja (kV) pesawat, Source to Film
Distance (SFD), penetrameter dan juga waktu penyinaran.
Dari hasil praktikum didapatkan nilai densitas materia (Dm) 3.04, densitas penny (Dp)
2.22, densitas las minimum (Dmin) 1.87, dan nilai densitas la maksimum 2.41 yaitu hasil rata-
rata. Dari data tersebut dicarilah nilai sensitifitas dan VDmax dan VDmin. Di dapatkan nilai
VDma 8.56 % dan VDmin -15.766 % dan nilai sensitifitas 3.26 %. Dan bagian terakhir yaitu
menghitung nilai Ug ( unsharpness geometry ) didapat nialai sebesar 0.371 mm, sehingga
memenuhi persyaratan Ug <Ugmax (0.371 mm < 0.51 mm). Sehingga percobaan yang di
lakukan didapatkan hasil bahwa film hasil radiografi tersebut belum memenuhi saah satu
persyaratan pada ASME V artikel 2, yaitu tentang artifact pada film.
VIII. Kesimpulan

No. Parameter ASME V, Article Hasil Ket


1 Ug Max 0.02” (0.51 mm) 0.371 mm Diterima
2 Sensitivitas` Tidak lebih dari 20% 3.26 % Diterima
3 Densitas 1.8 – 4 (sinar-X) 3.04 Diterima
Variasi -15.766 % Sd
3 -15% s/d +30% Ditolak
densitas 8.56 %
4 Artifact Tidak ada Ada Ditolak
5 Penetrameter No.6 set A, 3 kawat (4.5 dan 6) 3 kawat Diterima

IX. Daftar Pustaka

- Mulyono,Tasih.2018.Uji Tak Tusak Sumber Radiasi Sinar-X(Teknik DWDV).


Yogyakarta : STTN-BATAN
- Wardhana, Wisnu Arya. 2007. Teknologi Nuklir “Proteksi Radiasi dan
Aplikasinya”. Yogyakarta : Andi Offset

Yogyakarta, 17 Juli 2018

Asisten PRAKTIKAN,

Tasih Mulyono Asy Syarifain

Anda mungkin juga menyukai