Disusun Oleh :
Nama : Asy Syarifain
NIM : 011500402
Jurusan : Teknokimia Nuklir
Kelompok : 3
Asisten : Tasih Mulyono
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti persyaratan Teknik DWDV dalam Uji Tak
Rusak Radiografi dengan pesawat Sinar-X.
2. Mahasiswa melakukan pengukuran, perhitungan sampai diperoleh data kV, mA, waktu
dan penentuan penetrameter sesuai dengan Standar ASME V. .
3. Mahasiswa dapat melakukan setup benda uji dan pesawat Sinar-X sesuai perhitungan .
4. Mahasiswa mampu melakukan pemrosesan film radiografi dan interpretasi cacat pada
film.
Radiografi dapat dilakukan dengan sumber radiasi yang berupa sinar-x maupun sinar
gamma. Radiasi yang berasal dari suatu pesawat sinar-X dengan focal spot “f” menembus
benda uji (speciment) dengan tebal ‘t’. Di dalam benda uji, radiasi akan terserap bervariasi
tergantung pada tebal dan kerapatan bagian benda uji. Bagian yang lebih tripis dan kerapatan
yang lebih kecil (contoh defect gas inclusion) akan menghasilkan akumulasi paparan yang
ditransmisikan yang lebih banyak, Apabila sinar yang yang melalui bagian tersebut sampi ke
film radiografi, maka dengan reaksi photokimia, bagian bagian ini akan menjadi lebih hitam
dibanding bagian sekelilingnya lihat Gambar 1.
Bayangan yang terbentuk pada film radiografi bersifat diperbesar dan membentuk
kekaburan atau penumbra ( unsharpness geometry, Ug)., karena sinar yang datang bersifat
divergen dan sumber radiasi tidak mungkin sebuah titik (memiliki dimensi yang disebut ukuran
focal-spot). Untuk memperksecil nilai Ug, maka jarak objek ke film dibuat sedekat mungkin
(jika mungkin film dipasang menempel pada benda uji) lihat Gambar 2.
Skema proses radiografi dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber radiasi
Discontinui
tas Benda uji
Film
Gambar 1. Proses radiografi, penyinaran radiasi pada benda uji dengan film
Ug besar
Ug kecil
Source
SOD
Ug d
—— = ———
f SOD Obyek
U Film
g
Gambar 3 Perhitungan Ug
Perhitungan Nilai Ug pada Gambar 3, f (ukuran focal spot). SOD Source to Object
Distance adalah Jarak sumber ke Obyek, d adalah jarak permukaan objek ke Film. Nilai d
adalah tebal material untuk Teknik SWSV/DWSV, Sedangkan Untuk Teknik DWSV nilai d
adalah Outside Diameter Pipa + tinggi reinforcement (tinggi lasan).
Film radiografi dikatakan mempunyai kualitas baik bila dapat mendeteksi cacat/no kawat
penetrameter yang disyaratkan dalam standard ASME V atau lebih kecil sesuai dengan
ketebalan materialnya. Kualitas atau Sensitifitas radiografi dinyatakan dalam % perbandingan
kawat terkecil dengan tebal material uji dikalikan 100%.
Bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji. Pemilihan nomor
penetrameter yang digunakan bergantung dengan tebal benda uji, dan mengacu pada Tabel
T.276, dan T.233.2 Standar ASME V
Penentuan waktu penyinaran diperoleh dari grafik exposure chart, hubungan antara mA-
waktu terhadap tebal benda uji. Nilai tebal adalah ketebalan material yang ditembus radiasi.
1. Proteksi Radiasi
a. Monitor radiasi personil ( Dosimeter saku (pen dose), Film Badge/TLD
badge
b. Surveymeter
c. Tanda radiasi dan tali kuning
d. Long tang dan lembar timbal
2. Radiografi
a. Pesawat Sinar-X dan asesoriesnya ( Panel kontrol dan lampu tanda Radiasi)
b. Penetrameter
c. Sigmat
d. Fasilitas ruang gelap dan asesories ( densitometer, viewer )
3.2 Bahan
1. Film radiografi
2. Larutan proses film (developer, stop bath, fixer, air)
3. Benda uji (lasan pipa, plat).
IV. LANGKAH KERJA
Persiapan Sebelum Penyinaran:
4. Menghitung pergeseran sumber (P) untuk mendapatkan citra elip, dengan rumus:
1
𝑃 = SFD ⊥ + 2 LL …. (LL= Lebar Lasan)
5
5. Menghitung SFD elip berdasarkan SFD tegak yang telah ditentukan dalam
Praktikum dan pergeseran sumber.
Contoh Jika kV yang digunakan 140 maka bisa langsung dibaca pada grafik berdasar
kan tebal material yang ditembus (2 lasan), atau dengan rumus:
Log Y=0,400434+ 0,063608 . X
Waktu penyinaran (t) sesuai SFD grafik :
𝐸 (𝑚𝐴.𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡)
t = Anti Log Y/ Arus Pesawat Sinar-X yang digunakan = … menit
𝐼 (𝑚𝐴)
SUMBER
RADIASI
P
SFD SFDelip
LEBAR
Sisi LAS
LAS Penetramet
er
D
O
D
I
FILM
Penyinaran
d. Pembacaan Film
1. Menyiapkan viewer dan densitometer.
2. Menyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya.
3. Memasang film hasil radiografi yang telah kering, perhatikan bentuk bayangan
radiograp.
4. Mengamati bayangan penetrameter, amati kawat terkecil pada las yang nampak
dalam radiograf.
5. Dengan densitometer, mengukur densitas pada:
- Sisi tepi lasan sekitar 25% dari lebar las, dan sekitar kawat terkecil yang
nampak pada penetrameter sebagai densitas sekitar penetrameter (Dp).
- Sisi tepi lasan sekitar 25% dari lebar las diluar area penetrameter ambil yang
tergelap sebagai Densitas maksimum (Dmax), dan Ambil yang paling terang
sebagai Densitas minimum (Dmin)
- Base material (diluar lasan) sebagai densitas material
VD Max:
𝐷𝑚𝑎𝑥 − 𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 100%
𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = . . … % ≥ 30 %, VD max tidak memenuhi persyaratan
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = ⋯ … . ≤ 30 %, Sehingga VD max memenuhi persyaratan
VD Min:
𝐷𝑚𝑖𝑛 − 𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = ⋯ % < −15 %, VDmin Tidak Memenuhi persyaratan
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = … … % > −15 %, VDmin memenuhi persyaratan
7. Membaca jumlah kawat yang muncul pada penetrameter, apakah no kawat yang
dipersyaratkan sudah memenuhi/belum? Hitung sensitivitasnya
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
Sensitifitas = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 1 𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑇)
x 100%
a. Material
Bahan : Besi
Bentuk : Silinder
b. Pengukuran
Sudut : 90o
OD : 90.82 mm
ID : 80.32 mm
Tebal bahan : 5.25 mm
1.76+3.04+2.42
Tinggi las : = 2.413 mm
3
c. Sumber
Jenis : X – Ray
Merk : Rigaku
Arus : 5 mA
kV : 160 kV
Focal Spot : 2 mm
d. Film
Jenis : AGFA D7
Screen :
Depan : 0.125 mm (Pb)
Belakang : 0.125 mm (Pb)
e. Pembacaan film
Perhitungan Densitas dan Sensitifitas
Densitas material Densitas penny Densitas las min Densitas las max
(Dm) (Dp) (Dlas min) (Dlas max)
VI. Perhitungan
1. Persiapan dan Pelaksanaan Proses Penyinaran
Diketahui :
OD = 90.82 mm = 3.4783 inch
Karena OD < 3.5 inch, maka dilakukan teknik pengukuran Double Wall Double
Viewing (DWDV).
a. Menentukan kV Penyinaran
Penentuan kV berdasarkan ketentuan IIW :
kV = A + Bx
Keterangan :
A,B = konstanta (berdasarkan tabel, menurut jenis bahan)
x = OD – ID
OD = 90.82 mm
ID = 80.32 mm
𝑂𝐷−𝐼𝐷
x = 2×( + 𝑡 𝑙𝑎𝑠)
2
90.82−80.32
= 2×( + 2.413) = 15.326 𝑚𝑚
2
Aluminium
Besi (Fe)
Tebal (mm) (Al)
A B A B
0.5 < x < 5 20 5 40 10
5 < x < 50 40 1.5 75 4.5
kV = A + Bx
= 75 + 4.5 (15.326)
= 143.967 kV ≈ 160 𝑘𝑉
= 2.795 menit
= 2.8 menit
e. Waktu Penyinaran (Wp)
𝑆𝐹𝐷 𝑒𝑙𝑖𝑝𝑠
Wp = (𝑆𝐹𝐷 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘) ² × tp grafik
596.68 𝑚𝑚
= ( ) ² × 2.8 menit
600 𝑚𝑚
= 2.7 menit
f. Menentukan Penetrameter
Tebal 1 lasan = 7.663 mm = 0.30169 inch
Sehingga,
= 68℉
Dari grafik tersebut diperoleh waktu pencelupan pada larutan developer adalah
selama 4.5 menit. Namun di jadikan ke 5 menit.
Perbandingan waktu pencelupan pada masing-masing larutan pencuci adalah
sebagai berikut :
Developer Stop Bath Fixer Washer
t ½t 2t ½t
3. Pembacaan Radiograph
Perhitungan Densitas dan Sensitifitas
Dm rata-rata : 3.04
Dp rata-rata : 2.22
Dlas min rata-rata : 1.87
Dlas max rata-rata : 2.41
✓ Variasi densitas
1.87 - 2.22
= x 100%
2.22
= -15.766 %
✓ Sensitifitas
Nilai Ug
Unsharpness geometry (Ug):
fs ∙ d
Ug =
SFD┴ − d
2 mm × 90.82
=
580 − 90.82
= 0.371 mm
Material Ug
Thickness, in. (mm) Maximum, in. (mm)
Under 2 (50.8) 0.020 (0.51)
2 through 3 (50.8-76.2) 0.030 (0.76)
Over 3 through 4 (76.2-101.6) 0.040 (1.02)
Greater than 4 (101.6) 0.070 (1.78)
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengaplikasian teknik nuklir di bidang industry
yakni radiografi sinar-x. pada praktikum kali ini dipakai teknik Double Wall Double Viewing
karena benda uji pipa yang berdiameter kurang dari 100 mm. Teknik Double Wall Double
Viewing merupakan teknik penyinaran dengan posisi sumber radiasi sedemikian rupa sehingga
radiasi menembuas kedua dinding benda uji dan pada film tergambar kedua dinding las terebut
untuk diintrepetasikan.
Prinsip dasar dalam radiografi atau uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan
menembus benda yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka banyaknya
radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama. Dengan memanfaatkan sifaat
interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti ini, maka radiasi dapat dimanfaatkan untuk
memeriksa cacat yang ada di dalam bahan. Rongga sekecil apapun dapat dideteksi dengan
teknik radiografi ini. Apabila radiasi yang diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap oleh film
fotografi yang dipasang di belakang bahan tersebut, maka perbedaan intensitas radiasi akan
menimbulkan kehitaman yang berbeda pada film sehingga cacat dalam bahan yang diperiksa
akan tergambar pada film. Dengan teknik ini dapat diketahui mutu sambungan las.
Objek yang diamati pada praktikum ini adalah pipa. Untuk pipa, karena ukuran
diameternya lebih kecil dari 3.5 inch, maka teknik yang digunakan adalah DWDV (Double
Wall Double View). Teknik DWDV ini adalah teknik penyinaran dengan menembus 2 tebal
lasan dimana pada film akan terlihat 2 tebal lasan juga. Pada praktikum ini digunakan teknik
DWDV ellips, teknik ini dilakukan dengan posisi sumber radiasi membentuk sudut tertentu
terhadap bidang normal las sehingga gambar kedua bagian dinding benda uji berbentuk ellips.
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan penentuan parameter yang berpengaruh
terhadap penembakan diantaranya adalah tegangan kerja (kV) pesawat, Source to Film
Distance (SFD), penetrameter dan juga waktu penyinaran.
Dari hasil praktikum didapatkan nilai densitas materia (Dm) 3.04, densitas penny (Dp)
2.22, densitas las minimum (Dmin) 1.87, dan nilai densitas la maksimum 2.41 yaitu hasil rata-
rata. Dari data tersebut dicarilah nilai sensitifitas dan VDmax dan VDmin. Di dapatkan nilai
VDma 8.56 % dan VDmin -15.766 % dan nilai sensitifitas 3.26 %. Dan bagian terakhir yaitu
menghitung nilai Ug ( unsharpness geometry ) didapat nialai sebesar 0.371 mm, sehingga
memenuhi persyaratan Ug <Ugmax (0.371 mm < 0.51 mm). Sehingga percobaan yang di
lakukan didapatkan hasil bahwa film hasil radiografi tersebut belum memenuhi saah satu
persyaratan pada ASME V artikel 2, yaitu tentang artifact pada film.
VIII. Kesimpulan
Asisten PRAKTIKAN,