Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA DASAR LANJUTAN

LAJU REAKSI

Disusun oleh:

Nama Praktikan : Irvan Saputra


NIM : 191910801021
Kelompok/Kelas : 2/
Asisten : Dian Retno Ayu

LABORATORIUM KIMIA DASAR


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
I. Judul: Laju Reaksi
II. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari Praktikum Laju Reaksi adalah untuk mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
III. Tinjauan Pustaka
3.1 Laju Reaksi
Laju reaksi dinyatakan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar
reaktan atau laju pertambahan konsentrasi molar produk untuk satu satuan
waktu (Mufidah, 2014).
∆[𝑅]
𝑣=− 3.1
∆𝑡

atau
∆[𝑃]
𝑣=+ 3.2
∆𝑡

Keterangan:
v = laju reaksi
∆[𝑅] = perubahan konsentrasi molar reaktan
∆[𝑃] = perubahan konsentrasi molar produk
∆[𝑅]
− = laju pengurangan konsentrasi molar salah satu reaktan dalam
∆𝑡

per satuan waktu


∆[𝑃]
+ = laju penambahan konsentrasi molar salah satu produk dalam
∆𝑡

per satuan waktu.


Reaksi kimia adalah proses perubahan reaktan menjadi hasil reaksi atau
produk. Reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan atau laju tertentu. Laju
reaksi adalah perubahan konsentrasi dari pereaksi ataupun produk per satuan
waktu. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi perlu dikendalikan jika kita
melakukan perbandingan laju reaksi dari berbagai macam reaksi. Laju reaksi
dopengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi suhu, konsentrasi pereaksi,
sifat pereaksi dan katalis. Laju reaksi dapat ditentukan dengan memberikan
variasi salah satu faktor, misalnya konsentrasi reaktan dan mengendalikan
faktor lainnya (Syukri, 1999).
Reaksi kimia dapat terjadi apabila partikel-partikel zat pereaksi saling
bertumbukan satu sama lain. Tumbukan yang terjadi tidak semuanya akan
menghasilkan zat baru yang berupa hasil reaksi atau produk. Zat baru tersebut
bisa diperoleh dari tumbukan yang berlangsung sempurna. Tumbukan
sempurna disebut tumbukan efektif. Partikel zat pereaksi yang saling
bertumbukan terkadang juga tidak langsung berubah menjadi zat produk.
Tumbukan tersebut akan membentuk molekul kompleks terlebih dahulu yang
dinamakan molekul kompleks teraktivasi. Molekul kompleks teraktivasi yang
terbentuk tersebut mempunyai hubungan dengan energi aktivasi (Suarsa, 2017).

3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Laju reaksi biasanya dijumpai dalam beberapa keadaan, ada yang
berlangsung sangat cepat dan adapula yang berlansung lambat. Menurut Brady
(1998), keadaan laju reaksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
3.2.1 Sifat reaktan
Senyawa ada yang bersifat sangat reaktif dibandingkan dengan senyawa
lainnya. Reaksi yang terjadi antara ion dalam suatu larutan biasanya
berlangsung lebih cepat, sementara reaksi antara molekul kovalen berlangsung
lebih lambat.
3.2.2 Konsentrasi
Konsentrasi suatu zat jika semakin besar maka laju reaksinya semakin
besar, dan begitu juga sebaliknya, bila konsentrasi semakin kecil maka laju
reaksinya semakin kecil. Laju reaksi untuk beberapa reaksi kimia dapat
dinyatakan dengan persamaan matematis yang dinamakan dengan hukum laju
reaksi atau persamaan laju reaksi. Pangkat–pangkat dalam persamaan laju
reaksi dikenal dengan orde reaksi. Orde reaksi dalam suatu reaksi kimia pada
prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahaan konsentrasi laju
reaksi terhadap konsentrasi reaktan dan produk.
3.2.3 Luas Permukaan
Reaksi yang terjadi dalam sistem homogen sangat berbeda dengan reaksi
yang terjadi secara heterogen. Sistem reaksi homogen campuran zatnya
bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat terjadinya reaksi kimia,
karena molekul - molekul ini dapat bersentuhan antara satu sama lainnya.
Sistem heterogen, reaksi hanya berjalan pada bidang–bidang yang bersentuhan
dari kedua fasenya. Reaksi kimia berlangsung pada kedua molekul–molekul,
atom–atom atau ion–ion dari zat–zat yang bereaksi telebih dahulu
bertumbukkan. Reaksi kimia jika semakin luas permukaannya maka semakin
cepat reaksi itu berlangsung, dan begitu pula sebaliknya.
3.2.4 Suhu atau Temperatur
Temperatur yang tinggi, energi molekul–molekul akan bertambah. Laju
reaksi semakin meningkat dengan naiknya temperatur, biasanya kenaikan
temperatur sebesar 10 oC akan menyebabkan kenaikkan laju reaksi sebesar dua
atau tiga kalinya. Kenaikkan laju reaksi ini disebabkan oleh kenaikkan
temperatur atau menyebabkan semakin cepatnya molekul-molekul reaktan
bergerak, sehingga memperbesar kemungkinan terjadi tabrakan yang efektif.
Energi tumbukan bertambah yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan
sehingga suatu reaksi dapat terjadi disebut energi pengaktifan.
3.2.5 Katalis
Reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan zat lain yang disebut katalis. Konsep yang menerapkan
pengaruh terhadap laju reaksi diantaranya katalis yang menurunkan energi-
energi pengaktifan suatu reaksi dengan jalan menbentuk tahap-tahap reaksi
yang baru. Katalis dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Katalis homogen adalah katalis yang satu fase dengan zat yang dikatalis.
Jenis katalis ini umumnya ikut juga bereaksi, tetapi pada akhir reaksi akan
kembali lagi ke bentuk semula.
b. Katalis heterogen adalah katalis yang tidak satu fase dengan zat-zat yang
bereaksi. Jenis katalis ini umumnya logam-logam dan reaksi yang
dipercepat umumnya gas-gas.

3.3 Orde Reaksi


Orde reaksi merupakan bilangan eksponen yang menyatakan bertambahnya
laju reaksi kimia yang dikarenakan naiknya konsentrasi zat-zat yang bereaksi.
Orde reaksi juga menyatakan hubungan konsentrasi suatu zat yang sedang
bereaksi dengan laju reaksinya. Reaksi kimia yang berbanding lurus dengan
pangkat satu dari konsentrasi zat pereaksinya, maka reaksi tersebut dinamakan
sebagai orde pertama atau k [A]1. Reaksi kimia yang berbanding lurus dengan
pangkat dua dari konsentrasi zat pereaksinya, maka reaksi itu dinamakan orde
kedua atau k [A]2 (Kitti, 1993).

3.4 Energi Aktivasi


Energi aktivasi adalah suatu reaksi perubahan yang mulai berlangsung jika
diberikan sejumlah energi minimum, yang dapat dinyatakan dalam persamaan:
𝐸
ln 𝑘 = ln 𝑘0 𝑅𝑇𝑎 3.3

Dengan Ea adalah energi aktivasi, yang nilainya dianggap tetap (konstan)


pada rentang suhu tertentu, R adalah konstanta gas (8,314 J/mol K), dan T
adalah suhu yang dinyatakan dalam Kelvin (Martono, 2014).
IV. Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat:
- Erlemenyer
- Gelas Kimia
- Mortar
- Neraca Analitik
- Pipet Tetes
- Pipet Ukur
- Pipet Volume
- Plat Tetes
- Stopwatch
- Tabung Reaksi

4.1.2 Bahan:
- Aquadest
- CH3COOH
- H2O2
- H2SO4
- HCl Pekat
- HNO3 Pekat
- KlO3
- Larutan Kanji
- Logam Co
- Logam Mg
- Logam Zn
- MgO
- NaHSO3
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Preparasi Larutan

HCl Pekat, H2SO4, HNO3, CH3COOH

disiapkan larutan HCl pekat


dilarutkan menggunakan akuades hingga mencapai 6 M
dilakukan prosedur yang sama untuk H2SO4, HNO3,
CH3COOH hingga masing-masing mempunyai
Hasil konsentrasi 3 M, 6 M, 6 M

4.2.2 Sifat Reaktan

Logam Mg

disiapkan tabung reaksi


diisikan pada tabung satu potong logam Mg sepanjang
1 cm
dimasukkan 1 mL larutan H2SO4 3M pada tabung
reaksi
diamati reaksi yang terjadi
dicatat waktu untuk melarutkan logam
dihitung laju reaksinya
diulangi prosedur diatas dengan mengganti larutan
asam sebagai berikut: HCl 6 M, HNO3 6 M,
H3PO4 2 M, CH3COOH 6 M
Hasil
4.2.3 Sifat Reaktan

HCl 6 M
disiapkan tabung reaksi
diisikan 1 mL asam HCl 6 M
dimasukkan 1 cm potongan logam Mg
diamati laju reaksi menggunakan stopwatch
dicatat hasil pengamatan
diulangi prosedur dengan potongan Zn dan Co

Hasil

4.2.4 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

Logam Zn
disiapkan alat suntik 5 mL dan botol obat suntik
dengan tutupnya
dimasukkan Zn sebanyak 0.2 g ke dalam botol
suntik dan ditutup rapat
diambil 3 mL larutan HCl 1M dengan alat suntik
disuntikkan larutan HCl ke dalam botol melalui
karet
dicatat waktu mulai HCl disuntikkan sampai alat
penyedot naik ke ketinggian tertentu
diulangi untuk konsentrasi HCl yang berbeda

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. dan J. L. Holum. 1998. Fundamental of Chemistry. 3 Ed. New York: John
Wiley & Sons Inc.

Kitti, Surra. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia

Martono, Y., Y. E. P. Sari, dan J. Hidarto. 2014. PENGGUNAAN MODEL


ARRHENIUS UNTUK PENDUGAAN MASA SIMPAN PRODUK MINUMAN
KEMASAN BERDASARKAN KANDUNGAN VIT C. Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.

Mufidah, Annisatul. 2014. ANALISIS KESTABILAN PADA REAKSI OSILASI


FEROSIANIDAIODAT-SULFIT. Mathunesa. 3(3).

Suarsa, I Wayan. 2017. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEORI TUMBUKAN


PADA LAJU REAKSI KIMIA. Denpasar: Universitas Udayana

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai