Anda di halaman 1dari 27

HUKUM OHM DAN RANGKAIN SERI-PARALEL

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH FISIKA DASAR LANJUTAN

Oleh
Nama / NIM : Irvan Saputra /191910801021
Kelompok : 3A
Asisten : Kamilah Awaliyah
Tanggal Praktikum/Jam : 2 April 2020 / 07.00-09.40

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat ........................................................................................................................................ 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................... 2
2.1 Hukum Ohm ................................................................................................................................ 2
2.2 Amperemeter dan Voltmeter ..................................................................................................... 3
2.3 Rangkaian Seri dan Paralel ....................................................................................................... 3
BAB 3. METODOLOGI EKSPERIMEN ........................................................................................... 4
3.1 Alat dan Bahan............................................................................................................................ 4
3.2 Desain Eksperimen ..................................................................................................................... 4
3.2.1 Variabel Eksperimen ........................................................................................................... 4
3.2.2 Prosedur Eksperimen .......................................................................................................... 5
3.3 Metode Analisa Data................................................................................................................. 12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 14
4.1 Hasil............................................................................................................................................ 14
4.1.1 Hasil Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik...................................................... 14
4.1.2 Hasil Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm ............................................................... 14
4.1.3 Hasil Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian
Bercabang dan Tak Bercabang ................................................................................................. 15
4.2 Pembahasan ............................................................................................................................... 16
BAB 5. PENUTUP .............................................................................................................................. 18
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 18
5.2 Saran .......................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 19
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 20

i
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik ............................................................. 14
Tabel 4.2 Hasil Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm dengan Resistor Tetap 100 Ω ...................... 14
Tabel 4.3 Hasil Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm dengan Resistor Tetap 47 Ω ........................ 14
Tabel 4.4 Rangkaian Seri 1 ................................................................................................................... 15
Tabel 4.5 Rangkaian Seri 2 ................................................................................................................... 15
Tabel 4.6 Rangkaian Paralel 1 .............................................................................................................. 15
Tabel 4.7 Rangkaian Paralel 2 .............................................................................................................. 16

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah rangkaian listrik biasanya terdapat istilah yang dikenal dengan arus
listrik, tegangan dan hambatan. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika
sebuah penghantar mampu dialiri elektron bebas secara terus menerus. Aliran inilah yang
disebut dengan arus. Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada di antara titik
rangkaian listrik tersebut. Untuk menemukan hubungan di antara istilah-istilah yang ada
dalam sebuah rangkaian listrik diperlukan sebuah praktikum yang dapat membuktikannya.

Dengan melakukan praktikum yang berjudul Hukum Ohm ini kita dapat mengetahui
dan mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus pada suatu rangkaian dan dapat
digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan listrik tanpa harus menggunakan alat yang
dinamakan Ohmmeter. Selain itu materi tentang Hukum Ohm ini sangat berguna
khususnya yang mendalami kelistrikan. Karena dengan adanya Hukum Ohm kita dapat
mengerti tentang kelistrikan. Untuk itu kita harus mempelajari lebih dalam tentang Hukum
Ohm dengan cara mempraktekkannya dalam percobaan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak dibahas dalam praktikum ini, sebagai berikut.
a. Bagaimana karakteristik Hukum Ohm?
b. Bagaimana karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang dan
tak bercabang?
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam praktikum ini, sebagai berikut.
a. Mempelajari karakteristik Hukum Ohm.
b. Menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang dan
tak bercabang.
1.4 Manfaat
Manfaat pelaksanaan praktikum ini, yaitu praktikan dapat memahami karakteristik
Hukum Ohm dan mempelajari serta menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik
dari rangkaian bercabang dan tak bercabang. Hal tersebut sangat penting untuk dipelajari
karena dalam industri minyak dan gas juga terdapat beberapa alat yang pengoperasiannya
berhubungan langsung dengan listrik.

1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Ohm


Hukum Ohm merupakan suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi Hukum Ohm apabila nilai
resistansinya tidak tergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan
kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar,
namun istilah “hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah (Durbin, 2005). Secara
matematis Hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:
𝑉 = 𝐼. 𝑅
Keterangan:
I = Arus yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere
V= Tegangan yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan Volt
R= Nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam
satuan Ohm
Berdasarkan Hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan
dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan beda potensial 1
Volt. Oleh karena itu, kita dapa mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan
antara beda potensial dan kuat arus. Semakin besar sumber tegangan maka semakin besar
arus yang dihasilkan. Jadi, besar kecilnya hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar
tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang, dan
jenis bahan (Hayt, 1991).
Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan
berbanding lurus dengan panjang benda, semakin panjang maka semakin besar hambatan
suatu benda. Hambatan juga berbanding terbalik dengan luas penampang benda, semakin
luas penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa yang ada
pada tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan
sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah. Hambatan juga berbanding lurus dengan
jenis benda (hambatan jenis), semakin besar hambatan jenisnya maka semakin besar
hambatan benda itu. Jika antara dua kutub positif dan negatif dari suatu sumber tegangan
dihubungkan dengan sepotong kawat penghantar, maka akan mengalir arus listrik dari

2
kutub positif ke kutub negatif. Arus ini mendapat hambatan dalam penghantar tersebut
(Purwandari, 2013).

2.2 Amperemeter dan Voltmeter


Amperemeter merupakan alat ukru yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian sehingga terhubung seri dengan
komponen yang akan dihitung kuat arusnya. Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial
antara 2 titik. Pemakaian Voltmeter dipasang paralel dengan komponen yang akan diukur
beda potensialnya (Sunaryono, 2010).

2.3 Rangkaian Seri dan Paralel


Rangkaian seri dan paralel merupakan kombinasi dua atau lebih elemen yang dipasang
dengan susunan tertentu dalam suatu loop yang dihubungkan oleh node. Rangkaian seri
merupakan rangkaian yang hanya menghubungkan dua komponen dan memiliki besar arus
yang sama setiap komponennya. Jumlah dari hambatan-hambatan pada rangkaian seri
adalah jumlah secara langsung dari hambatan-hambatan itu sendiri. Sedangkan untuk
rangkaian paralel, merupakan rangkaian yang menghubungkan lebih dari dua elemen
listrik. Nilai arus yang melalui tiap-tiap elemen tersebut bernilai beda, tetapi memiliki nilai
tegangan yang sama. Menghitung nilai hambatan yang terdapat pada rangkaian paralel
tersebut, merupakan seper hambatan total sama dengan seperti jumlah hambatan-hambatan
yang ada (Kuntoro, 2009).
Seri:

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ 𝑅𝑛

Paralel:

1 1 1 1
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = + + +⋯
𝑅1 𝑅2 𝑅3 𝑅𝑛

3
BAB 3. METODOLOGI EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum hukum ohm sebagai berikut:

a. Catu Daya, berfungsi untuk mengubah arus listrik bolak – balik (AC) dari PLN menjadi
arus searah (DC) kemudian disalurkan ke komponen yg membutuhkan supply listrik.
b. Kabel penghubung merah, untuk memuat listrik positif (fasa atau api)
c. Kabel penghubung hitam, untuk memuat listrik positif (fasa atau api)
d. Papan rangkaian, sebagai tempat merangkai jembatan penghubung dan penghubung
alat listrik lainnya.
e. Saklar 1 kutub, untuk memutuskan atau menghubungkan arus hubungan satu jalur
f. Jembatan penghubung, sebagai medium untuk menghubungkan aliran arus listrik
g. Meter dasar 90, sebagai konduktor yang menghubungkan arus pada rangkaian antara
satu dengan yang lainnya.
h. Multimeter, untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi).
i. Resistor 47 Ω, untuk memberikan hambatan terhadap aliran listrik yang mengalir ke
dalam perangkat listrik
j. Resistor 4,7 Ω, untuk memberikan hambatan terhadap aliran listrik yang mengalir ke
dalam perangkat listrik
k. Resistor 100 Ω, untuk memberikan hambatan terhadap aliran listrik yang mengalir ke
dalam perangkat listrik.

3.2 Desain Eksperimen


3.2.1 Variabel Eksperimen
a. Variabel Kontrol : Catu daya dan Mulimeter
b. Variabel Terikat : Instalansi lampu dan arus listrik
c. Variabel Bebas : Tegangan

4
3.2.2 Prosedur Eksperimen
a. Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

Mulai

Disusun rangkaian
listrik seperti yang
ditunjukkan pada
Gambar 1

Dihubungkan catu
daya ke sumber
tegangan (alat masih
dalam keadaan off)
dan dipilih tegangan
pada skala 3 V

Dipilih voltmeter
pada skala 10 VDC

Ditutup/hidupkan
saklar. Diamati besar
tegangan pada
voltmeter dan dicatat
pada tabel

Dibuka/matikan
saklar. Diubah
tegangan pada catu
daya menjadi 6
VDC. Dilakukan lagi
langkah sebelumnya.

Diubah rangkaian
pada Gambar 1
menjadi seperti
Gambar 2.

Dihubungkan catu
daya ke sumber
tegangan (alat masih
dalam keadaan off)
dan dipilih tegangan
pada skala 3 V

5
Lanjutan prosedur a

Dipilih
amperemeter pada
skala 5ADC

Ditutup/hidupkan
saklar. Diamati besar
tegangan pada
amperemeter dan
dicatat pada tabel

Dibuka/matikan
saklar. Diubah
tegangan pada catu
daya menjadi 6
VDC. Dilakukan lagi
langkah sebelumnya.

Hasil

b. Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm

Mulai

Disusun rangkaian
seperti yang
ditunjukkan pada
Gambar 3a.
Digunakan R1 =
1000Ω.

Didalam keadaan off


(saklar terbuka),
dihubungkan
rangkaian dengan
catu daya. Dipilih
pada skala 3 VDC

6
Lanjutan prosedur b

Dihidupkan saklar
dan diamati
pembacaan skala
pada amperemeter
dan voltmeter.
Dicatat pada tabel
pengamatan

Dimatikan saklar,
dinaikkan catu daya
pada skala 6 VDC.
Diulangi langkah
sebelumnya.

Diganti resistor
pertama dengan R2
= 47Ω. Diulangi
langkah 2 s/d 4.

Hasil

c. Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian


Bercabang dan Tak Bercabang
Rangkaian Seri

Mulai

Disusun rangkaian
seperti pada gambar
4a. Digunakan
resistor 4,7Ω dan
pastikan saklar
dalam keadaan
terbuka

7
Lanjutan prosedur rangkaian seri

Dihubungkan
rangkaian dengan
amperemeter dengan
batas ukur 1A pada
posisi a.

Dihubungkan pula
rangkaian dengan
catudaya pada skala
9 VDC

Ditutup saklar.
Dibaca nilai kuat
arus listrik (Ia) yang
ditunjukkan pada
amperemeter.
Dicatat hasilnya

Dibuka saklar,
dipindahkan
amperemeter pada
posisi b, ditutup
saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik
(Ib) pada
amperemeter.
Dicatat pada tabel
pengamatan

Dibuka saklar,
dipindahkan
amperemeter pada
posisi c, ditutup
saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik
yang terukur pada
amperemeter dan
dicatat hasilnya

8
Lanjutan prosedur rangkaian seri

Dibuka saklar dan


diubah rangkaian
menjadi seperti pada
gambar 4b.

Diubah meter dasar


menjadi voltmeter
dengan batas ukur 10
VDC.

Dipasang voltmeter
pada posisi a sesuai
yang ditunjukkan
gambar 4b.

Ditutup saklar,
dibaca nilai tegangan
Va, dan dicatat pada
table pengamatan.

Dibuka saklar,
diulangi kembali dua
langkah sebelumnya
untuk posisi
voltmeter di b dan c.
Dicatat hasilnya.

Dilakukan langkah-
langkah di atas untuk
kombinasi seri dari
resistor 47Ω, 56Ω
dan 100Ω, jika
masih ada waktu

Hasil

9
Rangkaian Paralel

Mulai

Disusun rangkaian
seperti pada gambar
5a. Digunakan
resistor R1 = 4,7Ω
dan R2 = 47Ω,
dipastikan saklar
dalam keadaan
terbuka

Dihubungkan
rangkaian dengan
amperemeter dengan
batas ukur 100mA
pada posisi a.

Dihubungkan pua
rangkaian dengan
catudaya pada skala
3 VDC.

Ditutup saklar.
Dibaca nilai kuat
arus listrik (I) yang
ditunjukkan pada
amperemeter.
Dicatat hasilnya

Dibuka saklar,
dipindahkan
ampremeter pada
positif a, ditutup
saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik
(Ia) pada
amperemeter.
Dicatat pada tabel
pengamatan.

10
Lanjutan prosedur rangkaian paralel

Dibuka saklar,
dipindahkan
amperemter pada
posisi a, ditutup
saklar dan dibaca
nilai kuat arus listrik
(Ia) pada
ampermeter. Dicatat
pada tabel
pengamatan

Dibuka saklar,
dipindahkan
ampermeter pada
posisi b, dibaca nilai
kuat arus listrik yang
terukur pada
ampermeter dan
dicatat hasilnya.

Dibuka saklar.
Diubah rangkaian
menjadi seperti pada
gambar 5b.

Diubah meter dasar


menjadi voltmeter
dengan batas ukur 10
VDC.

Dipasang voltmeter
pada posisi V sesuai
yang ditunjukkan
gambar 5b.

Ditutup saklar,
dibaca nilai tegangan
V dan dicatat pada
tabel pengamatan

11
Lanjutan prosedur rangkaian seri

Dibuka saklar,
diulangi kembali dua
langkah sebelumnya
untuk posisi
voltmeter di a dan b.
Dicatat hasilnya

Dilakukan langkah-
langkah di atas untuk
kombinasi paralel
dari resistor 47Ω,
56Ω, dan 100Ω, jika
masih ada waktu.

Hasil

3.3 Metode Analisa Data


3.3.1 Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Untuk menghitung hasil pengukuran Tegangan Listrik (V) menggunakan Voltmeter,
dapat digunakan persamaan berikut.
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
𝑉= × 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Untuk menghitung hasil pengukuran Kuat Arus Listrik (I) menggunakan Amperemeter,
dapat digunakan persamaan berikut.
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
𝐼= × 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

3.3.2 Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm


Untuk mencari nilai hambatan (R), dapat menggunakan persamaan berikut.
𝑉
𝑅=
𝐼

12
3.3.3 Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian
Bercabang dan Tak Bercabang
Analisis percobaan ketiga dianalisis dengan hasil pengukuran dan hubungan yang
terdapat pada Ia , Ib , Ic . Hasil pengukuran Va , Vb , Vc dibandingkan. Analisis kesimpulan
dari kuat arus dan hambatan total pada rangkaian seri. Rangkaian paralel dapat dianalisis
dengan perbandingan hasil pengukuran Ia , Ib , Ic .

13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh selama ekperimen sebagai berikut.
4.1.1 Hasil Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik
Sumber Tegangan 3V 6V
Arus 0,14 A 0,16 A
Tegangan 3,4 V 6,4 V
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tegangan dan Kuat Arus Listrik

4.1.2 Hasil Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm


No R E Batas Ukur Batas Ukur I V R
(Resistor (sumber Arus Tegangan
Tetap) tegangan)

1 100 Ω 3V 100 mA 10 V 0,042 A 3,4 V 80,95 Ω

2 100 Ω 6V 100 mA 10 V 0,078 A 6,2 V 79,48 Ω

3 100 Ω 9V 1,00 A 50 V 0,14 A 9,5 V 67,85 Ω

4 100 Ω 12 V 5,00 A 50 V 0,10 A 12,5 V 125 Ω

Tabel 4.2 Hasil Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm dengan Resistor Tetap 100 Ω

No R E Batas Ukur Batas Ukur I V R


(Resistor (sumber Arus Tegangan
Tetap) tegangan)

1 47 Ω 3V 1,00 A 10 V 0,10 A 3,4 V 34 Ω

2 47 Ω 6V 1,00 A 10 V 0,22 A 6,4 V 29,09 Ω

3 47 Ω 9V 1,00 A 50 V 0,26 A 9V 34,61 Ω

4 47 Ω 12 V 1,00 A 50 V 0,38 A 12 V 31,57 Ω

Tabel 4.3 Hasil Menyelidiki Karakteristik Hukum Ohm dengan Resistor Tetap 47 Ω

14
4.1.3 Hasil Menyelidiki Karakteristik Kuat Arus dan Tegangan Listrik dari Rangkaian
Bercabang dan Tak Bercabang
a. Rangkaian Seri 1
Sumber Tegangan :9V
Hambatan : R1= 4,7 Ω
R2= 47 Ω
E Kuat Arus Listrik (A) Tegangan (V) Hambatan (Ω)

Ia Ib Ic Va Vb Vc Ra Rb Rc
9V
0,28 0,28 0,28 9,4 0,09 8,6 33,57 0,32 30,71
Tabel 4.4 Rangkaian Seri 1

b. Rangkaian Seri 2
Sumber Tegangan :9V
Hambatan : R1= 47 Ω
R2= 56 Ω
R3= 100 Ω
E Kuat Arus Listrik (A) Tegangan (V) Hambatan (Ω)

Ia Ib Ic Id Va Vb Vc Vd Ra Rb Rc Rd
9V
0,054 0,053 0,054 0,056 9,4 2,2 2,7 4,7 174,07 41,50 50 83,92

Tabel 4.5 Rangkaian Seri 2

c. Rangkaian Paralel 1
Sumber Tegangan :9V
Hambatan : R1= 4,7 Ω
R2= 47 Ω
E Kuat Arus Listrik (A) Tegangan (V) Hambatan (Ω)

I Ia Ib V Va Vb R Ra Rb
9V
0,76 0,72 0,60 3 3 3 3,94 4,17 5
Tabel 4.6 Rangkaian Paralel 1

15
d. Rangkaian Paralel 2
Sumber Tegangan :9V
Hambatan : R1= 47 Ω
R2= 56 Ω
R3= 100 Ω
E Kuat Arus Listrik (A) Tegangan (V) Hambatan (Ω)

Ia Ib Ic Id Va Vb Vc Vd Ra Rb Rc Rd

9V
0,20 0,12 0,12 0,08 3,3 3,2 3,2 3,2 16,5 26,67 26,67 40

Tabel 4.7 Rangkaian Paralel 2

4.2 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini, yaitu mengetahui karakteristik
Hukum Ohm melalui rangkain seri dan rangkaian paralel yang di aliri arus listrik dan
tegangan listrik melalui sumber (catu daya). Praktikum ini juga bertujuan menyelidiki
karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari rangkaian bercabang dan tak bercabang.

Percobaan pertama yang di lakukan adalah pengukuran tegangan dan kuat arus listrik.
Hal yang dilakukan pertama kali adalah menyusun rangkaian listrik dalam bentuk
rangkaian seri dengan menggunakan dua variasi sumber tegangan (catu daya) sebesar 3
Volt dan 6 Volt. Kemudian dilakukan pengukuran kuat arus dengan Amperemeter dan beda
potensial (tegangan) dengan Voltmeter. Hasil pengukuran pada sumber tegangan 3 Volt,
diketahui kuat arus yang mengalir sebesar 0,14 A dan beda potensialnya (tegangan) sebesar
3,4 Volt. Sedangkan pada sumber tegangan 6 Volt, diketahui kuat arus yang mengalir
sebesar 0,16 A dan beda potensialnya (tegangan) sebesar 6,4 Volt.

Percobaan kedua adalah menyelidiki karakteristik Hukum Ohm. Pengukuran kuat


arus listrik dan tegangan dilakukan secara bersamaan pada rangkaian listrik yang sudah
disusun. Data kuat arus (I) dan tegangan (V) diperoleh dengan memvariasikan sumber
tegangan DC yang diberikan (3 V, 6 V, 9 V dan 12 V). Resistor yang digunakan ada 2 yakni
100 Ω dan 47 Ω. Pada resistor 100 Ω dengan sumber tegangan 3 Volt diperoleh nilai
hambatan sebesar 80,95 Ω dan untuk sumber tegangan 6 Volt, 9 Volt, 12 Volt diperoleh
nilai hambatan berturut-turut sebesar 79,48 Ω; 67,85 Ω; 125 Ω. Kemudian pada resistor
47 Ω dengan sumber tegangan 3 Volt diperoleh nilai hambatan sebesar 34 Ω dan untuk
sumber 6 Volt, 9 Volt, 12 Volt diperoleh nilai hambatan berturut-turut sebesar 29,09 Ω;
34,61 Ω; 31,57 Ω.
Percobaan ketiga adalah menyelidiki karakteristik kuat arus dan tegangan listrik dari
rangkaian bercabang dan tak bercabang. Percobaan ini dilakukan pada rangkaian seri dan
rangkaian paralel dengan sumber tegangan sebesar 9 V. Perlakuan pertama yaitu rangkaian
seri yang dipasang 2 resistor sebesar 4,7 Ω dan 47 Ω dan sumber tegangan sebesar 9 V
menghasilkan nilai arus listrik yang sama (Ia = Ib = Ic) dalam 3 variasi berbeda dengan

16
besar tegangan yang berbeda-beda. Nilai kuat arus listrik yang dihasilkan sama, yaitu
sebesar 0,28 A (Ia = Ib =Ic) dan tegangan yang berbeda, yang nilainya berturut-turut yaitu
Va = 9,4 V; Vb = 0,09 V; Vc 8,6 V. Berdasarkan perlakuan ini, disimpulkan bahwa
rangkaian seri menghasilkan kuat arus yang sama, meski komponen-komponen rangkaian
listrik diletakkan di posisi yang berbeda-beda pada papan rangkaian. Hasil perlakuan ini
juga sama ketika resistornya diubah menjadi sebesar 47 Ω, 56 Ω, dan 100 Ω. Di mana, nilai
kuat arus yang dihasilkan juga sama.
Perlakuan kedua dari percobaan ketiga adalah pada rangkaian paralel dipasang
resistor sebesar 4,7 Ω dan 47 Ω dengan sumber tegangan 9 V. Kuat arus listik yang
dihasilkan dari perlakuan ini berturut-turut sebesar I = 0,76 A; Ia = 0,72 A; Ib = 0,60.
Sedangkan tegangan yang dihasilkan berturut-turut adalah sama, V = Va = Vb = 3 Volt.
Pada rangkaian paralel besar tegangan yang dihasilkan selalu sama, meski kuat arus listrik
yang mengalir berbeda-beda. Hasil tersebut juga sama, ketika diubah menjadi sebesar 47
Ω, 56 Ω, dan 100 Ω, di mana nilai tegangan yang dihasilkan juga sama.

17
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:


a. Nilai hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada rangkaian paralel.
b. Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus, jika tegangan bertambah, maka
kuat arus bertambah.
c. Hubungan antara Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri memberikan kuat arus
yang lebih besar daripada rangkaian paralel.

5.2 Saran
Praktikan sebaiknya memahami materi Hukum Ohm terlebih dahulu dan menyiapkan
alat-alat yang akan digunakan sebelum praktikum. Praktikan juga sebaiknya memperhatikan
rangkaian listrik yang telah disusun dengan seksama supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Praktikan sebaiknya lebih teliti dan berhati-hati dalam membaca hasil pengukuran
dari amperemeter dan voltmeter, karena jika terjadi sedikit kesalahan maka akan berpengaruh
terhadap pengolahan data.

18
DAFTAR PUSTAKA

Durbin. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga.


Hayt, Wiliam. 1991. Rangkaian Listrik edisi keenam Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Kuntoro, Tri. 2009. Fisika dasar. Yogyakarta: Andi.
Purwandari, E. 2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember: Universitas Jember.
Sunaryono dan Ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika. Jakarta: Kawah Media

19
LAMPIRAN
Perhitungan Percobaan 1
1. Sumber Tegangan (E) 3V:
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
𝑉= × 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
34
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘
𝐼= × 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
14
𝐼= × 1 𝐴 = 0,14 𝐴
100
2. Sumber Tegangan (E) 6V:
64
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 6,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
16
𝐼= × 1 𝐴 = 0,16 𝐴
100
Perhitungan Percobaan 2
1. Sumber Tegangan (E) 3V, Resistor 100 Ω:
34
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
42
𝐼= × 100 𝑚𝐴 = 42 𝑚𝐴 = 0,042 𝐴
100
3,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 80,95 Ω
0,042 𝐴

2. Sumber Tegangan (E) 6V, Resistor 100 Ω:


62
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 6,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
78
𝐼= × 100 𝑚𝐴 = 78 𝑚𝐴 = 0,078 𝐴
100
6,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 79,48 Ω
0,078 𝐴

3. Sumber Tegangan (E) 9V, Resistor 100 Ω:


19
𝑉= × 50 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 9,5 𝑉𝑜𝑙𝑡
100

20
14
𝐼= × 1 𝐴 = 0,14 𝐴
100
9,5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 67,85 Ω
0,14 𝐴

4. Sumber Tegangan (E) 12V, Resistor 100 Ω:


25
𝑉= × 50 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 12,5 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
2
𝐼= × 5 𝐴 = 0,10 𝐴
100
12,5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 125 Ω
0,10 𝐴
5. Sumber Tegangan (E) 3V, Resistor 47Ω:
34
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
10
𝐼= × 1 𝐴 = 0,10 𝐴
100
3,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 34 Ω
0,10 𝐴

6. Sumber Tegangan (E) 6V, Resistor 47Ω:


64
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 6,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
22
𝐼= × 1 𝐴 = 0,22 𝐴
100
6,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 29,09 Ω
0,22 𝐴

7. Sumber Tegangan (E) 9V, Resistor 47Ω:


18
𝑉= × 50 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 9 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
26
𝐼= × 1 𝐴 = 0,26 𝐴
100
9 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 34,61 Ω
0,26 𝐴

21
8. Sumber Tegangan (E) 12V, Resistor 47Ω:
24
𝑉= × 50 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 12 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
38
𝐼= × 1 𝐴 = 0,38 𝐴
100
12 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 31,57 Ω
0,38 𝐴
Percobaan 3
1. Rangkaian Seri 1
28
𝐼𝑎 = × 1 𝐴 = 0,28 𝐴
100
28
𝐼𝑏 = × 1 𝐴 = 0,28 𝐴
100
28
𝐼𝑐 = × 1 𝐴 = 0,28 𝐴
100
94
𝑉𝑎 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 9,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
90
𝑉𝑏 = × 100 𝑚𝑉 = 90 𝑚𝑉 = 0,09 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
86
𝑉𝑐 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 8,6 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
9,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑎 = = 33,57 Ω
0,28 𝐴
0,09 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑏 = = 0,32 Ω
0,28 𝐴
8,6 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑐 = = 30,71 Ω
0,28 𝐴

2. Rangkaian Seri 2
54
𝐼𝑎 = × 100 𝑚𝐴 = 54 𝑚𝐴 = 0,054 𝐴
100
53
𝐼𝑏 = × 100 𝑚𝐴 = 53 𝑚𝐴 = 0,053 𝐴
100
54
𝐼𝑐 = × 100 𝑚𝐴 = 54 𝑚𝐴 = 0,054 𝐴
100
56
𝐼𝑑 = × 100 𝑚𝐴 = 56 𝑚𝐴 = 0,056 𝐴
100

22
94
𝑉𝑎 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 9,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
22
𝑉𝑏 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 2,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
27
𝑉𝑐 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 2,7 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
47
𝑉𝑑 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 4,7 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
9,4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑎 = = 174,07 Ω
0,054 𝐴
2,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑏 = = 41,50 Ω
0,053 𝐴
2,7 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑐 = = 50 Ω
0,054 𝐴
4,7 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑑 = = 83,92 Ω
0,056 𝐴

3. Rangkaian Paralel 1
76
𝐼= × 1 𝐴 = 0,76 𝐴
100
72
𝐼𝑎 = × 1 𝐴 = 0,72 𝐴
100
60
𝐼𝑏 = × 1 𝐴 = 0,60 𝐴
100
30
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
30
𝑉𝑎 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
30
𝑉𝑏 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
3 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 3,94 Ω
0,76 𝐴
3 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑎 = = 4,17 Ω
0,72 𝐴
3 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑏 = = 5Ω
0,60 𝐴

23
4. Rangkaian Paralel 2

20
𝐼= × 1 𝐴 = 0,20 𝐴
100
12
𝐼𝑎 = × 1 𝐴 = 0,12 𝐴
100
12
𝐼𝑏 = × 1 𝐴 = 0,12 𝐴
100
8
𝐼𝑐 = × 1 𝐴 = 0,08 𝐴
100
33
𝑉= × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3,3 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
32
𝑉𝑎 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
32
𝑉𝑏 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
32
𝑉𝑐 = × 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 3,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
100
3,3 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅= = 16,5 Ω
0,20 𝐴
3,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑎 = = 26,67 Ω
0,12 𝐴
3,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑏 = = 26,67 Ω
0,12 𝐴
3,2 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑅𝑐 = = 40 Ω
0,08 𝐴

24

Anda mungkin juga menyukai