Anda di halaman 1dari 15

WILAYAH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Internasional Kelas A

Oleh
Try Sutrisno
NIM 120710101237

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Wilayah Negara Dalam
Hukum Internasional”. Penyusunan makalah diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Hukum Internasioanal.
Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yth:

1. R. A. Anggraeni, S.H., M.H. dan Ida Bagus Oka Ana, S.H., M.M. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Hukum Internasional yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan dan dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan makalah;
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun
untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Jember, 10 Februari 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................................... 5
2.1 Pengertian Wilayah Negara .................................................................................... 6
2.2 Ruang Lingkup Wilayah Negara ........................................................................... 7
2.3 Perbatasan Wilayah Negara ................................................................................... 8
2.4 Kedaulatan dan Tanggung Jawab Negara atas Negara ....................................... 9
2.5 Wilayah dan Yurisdiksi Negara di Laut ................................................................ 9
2.6 Ruang Udara dan Ruang Angkasa ........................................................................ 11
BAB 3. PENUTUP ......................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 14
3.2 Saran .......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933, bahwa salah satu unsur
yang harus dipenuhi oleh suatu negara adalah adanya wilayah yang tetap (a permanent
territory) yang merupakan unsur mutlak yang harus ada. Wilayah adalah suatu ruang sebagai
tempat bagi orang menjadi warga negara atau penduduk untuk dapat hidup dan menjalankan
aktifitasnya. Dalam sejarah kehidupan umat manusia atau negara-negara, kadang-kadang bisa
muncul konflik yang disebabkan oleh masalah wilayah. Konflik ini antara lain bisa disebabkan
karena keinginan untuk melakukan ekspansi wilayah atau karena memang tidak jelasnya garis
batas wilayah antara dua atau lebih negara. Akan tetapi, dengan semakin meningkatnya
penghormatan atas kedaulatan teritorial negara-negara, terutama setelah Perang Dunia II, kini
usaha untuk melakukan ekspansi wilayah semakin berkurang, bahkan dapat dikatakan sudah
tidak ada lagi.1
Sebagai salah satu permasalahan penting di dalam hukum internasional, terdapat
ketentuan-ketentuan hukum internasional terkait wilayah negara. Untuk itu penyusun akan
membahas tentang wilayah negara dalam hukum internasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang akan diangkat oleh penyusun
adalah: Bagaimanakah wilayah negara dalam hukum internasional?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah: untuk mengetahui wilayah negara dalam hukum
internasional.

1
S. M. Noor. 2012. Wilayah Negara. http://www.negarahukum.com/hukum/wilayah-negara.html.

4
BAB 2. PEMBAHASAN

Hukum internasioanal adalah merupakan keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara. Dengan demikian hukum
internasioanal tidak dapat dipisahkan dari adanya negara-negara. Sebaliknya, suatu negara
hanya dapat berfungsi berdasarkan kedaulatan yang dimilinya, yang secara internal
diwujudkan dalam bentuk supremasi dari lembaga-lembaga pemerintahan dan secara eksternal
dalam bentuk supremasi negara sebagai sebagai subjek hukum internasional.2 Dalam pada itu,
konsep dasar dari ruang berlakunya kedaulatan sebagai kekuasaan sebagai kekuasaan tertinggi
negara dibatasi oleh wilayah negara itu, sehingga negara memiliki kekuasaan tertinggi di dalam
batas wilayahnya. Menurut Oppenheim tanpa adanya wilayah wilyah dengan batas-batas
tertentu suatu negara tidak dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional.3 Pengertian
negara disini tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar negara sebagai suatu kesatuan geografis
disertai dengan kedaulatan dan yurisdiksinya masing-masing. Dengan demikian, wilayah
negara menjadi konsep yang paling mendasar (fundamental) dalam hukum internasional, untuk
menunjukkan adanya kekuasaan tertinggi dan eksklusif negara dalam batas-batas wilayahnya.4
Peranan penting dari wilayah negara dalam hukum internasional tercermin dalam prinsip
penghormatan terhadap integritas kewilayahan (territorial integrity) yang dimuat dalam
pelbagai instrumen internsioanal, misalnya dalam bentuk larangan untuk melakukan intervensi
terhadap masalah-masalah internal dari suatu negara. Meskipun demikian, sebagai akibat dari
perkembangan teknologi dan ekonomi dewasa ini, dalam hubungan antar negara tampak
adanya kecenderungan untuk mengurangi peran eksklusif dari wilayah negara, khususnya
dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan hak untuk menentukan
nasib sendiri (self determination). Namun, hingga saat ini kedaulatan teritorial tetap merupakan
suatu konsep penting dalam hukum internasional yang telah melahirkan berbagai ketentuan
hukum tentang perolehan dan hilangnya wilayah negara.
Esensi dari kedaulatan territorial terletak pada kondisi faktual maupun legal sehingga
suatu wilayah dapat dianggap berada dibawah kedaulata suatu negara tertentu. Dengan
demikian, dalam suatu sengketa anatara dua negara yang berkaitan kepemilikan terhadap suatu

2
Malcolm N. Shaw dalam Mochtar Kusumaatmadjad dan Etty R. Agoes. 2010. Pengantar Hukum
Internasional. Halaman 161.
3
Oppenheim dalam Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Op. Cit. Halaman 161.
4
O’Connell dalam Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Op.Cit. Halaman 161-162.

5
wilayah, yang akan dijadikan bahan pertimbangan oleh mahkamah adalah argumentasi hukum
dari salah satu pihak yang dianggap paling kuat.5

2.1 Pengertian Wilayah Negara


Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi
fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-
batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan berikutnya dengan
adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan adalah batas nasional. Wilayah
dalam sebuah negara bisa dibatasi oleh lautan dan/atau daratan. Wilayah negara itu bisa
diperbatas juga oleh tembok atau pagar yang dibangun untuk menambah keamanan.6
Menurut I Wayan Parthiana, wilayah adalah merupakan suatu ruang dimana orang yang
menjadi warga negara atau penduduk negara bersangkutan hidup serta menjalankan segala
aktivitasnya.7 Pengertian wilayah menurut Rebecca M.Wallace adalah merupakan atribut yang
nyata dari kenegaraan dan dalam wilayah geografis tertentu yang ditempatnya, suatu negara
menikmati dan melaksanakan kedaulatan.8
Dalam Ensiklopedia Umum, yang dimaksud dengan wilayah negara adalah bagian muka
bumi daerah tempat tinggal, tempat hidup dan sumber hidup warga negara dari negara tersebut.
Wilayah negara terdiri tanah, air (sungai dan laut) dan udara. Pada dasarnya semua sungai dan
danau dibagian wilayah tanahnya termasuk wilayah negara.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa wilayah nasional adalah seluruh wilayah
NKRI yang meliputi daratan, lautan dan udara. Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 43
Tahun 2008 tentang Wilayah Negara mendefinisikan wilayah negara sebagai salah satu unsur
negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan
kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di
atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa wilayah negara adalah tempat tinggal,

5
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Op.Cit. Halaman 162-163.
6
Wilayah. http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah.
7
I Wayan Parthiana dalam Guntur Faryzal. 2014. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional.
http://faryzal796016.blogspot.com/2014/05/wilayah-negara-dalam-hukum-international_17.html.
8
Rebecca M. Wallace dalam Guntur Faryzal. Op. Cit.

6
tempat hidup dan sumber kehidupan warga negara yang meliputi daratan, lautan dan ruang
udara, dimana suatu negara memiliki kedaulatan penuh atas wilayah negaranya.9

2.2 Ruang Lingkup Wilayah Negara


Seperti disimpulkan Yasidi Hambali, jelaslah prinsip yang mengatakan bahwa yang
dinamakan wilayah (teritory) dari suatu negara itu terdiri dari tiga dimensi, yaitu wilayah
daratan (land teritory), wilayah perairan (water teritory) dan wilayah udara (air teritory).10
I Wayan Parthiana menyatakan bagian-bagian wilayah negara itu meliputi:11

1. Wilayah daratan termasuk tanah didalamnya


Wilayah daratan adalah bagian dari daratan yang merupakan tempat pemukiman atau
kediaman dari warga negara atau penduduk negara yang bersangkutan. Termasuk
pula dalam ruang lingkup wilayah daratan ini tidak saja permukaan tanah daratan,
tetapi juga tanah di bawah daratan tersebut.
2. Wilayah perairan
Wilayah perairan atau disebut juga perairan teritorial adalah bagian perairan yang
merupakan wilayah suatu negara. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 43
Tahun 2008 tentang Wilayah Negara jo. Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Nomor 6
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia disebutkan bahwa:
“Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan
perairan pedalamannya”. Dalam salah satu makalahnya, Hasjim Djalal meyebutkan
yang termasuk ke dalam laut yang merupakan kewilayahan dan yang berada di bawah
kedaulatan Indonesia adalah : (a) Perairan Pedalaman, (b) Perairan Kepulauan
(Nusantara), (c) Laut Teritorial atau Laut Wilayah di luar Perairan Nusantara
tersebut.

3. Wilayah dasar laut dan tanah dibawahnya yang terletak dibawah wilayah perairan
Wilayah negara meliputi juga dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di
bawah wilayah perairan, berarti negara memiliki kedaulatan terhadap dasar laut dan

9
Meiniwan Halawa. Materi Perkuliahan Hukum Internasional 7.
http://www.academia.edu/5160895/MATERI_PERKULIAHAN_HUKUM_INTERNASIONAL_7.
10
Yasidi Hambali dalam Meinawan Halawa Op. Cit.
11
I Wayan Parthiana dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.

7
tanah di bawahnya, segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya adalah
menjadi hak dan kedaulatan sepenuhnya dari negara yang bersangkutan.
4. Wilayah ruang udara
Ruang udara yang merupakan bagian wilayah negara adalah ruang udara yang
terletak di atas permukaan wilayah daratan dan di atas permukaan wilayah perairan.12

2.3 Perbatasan Wilayah Negara


Batas merupakan pemisah unit regional geografi (fisik, sosial, budaya) yang dikuasai
oleh suatu negara. Secara politis, batas negara adalah garis kedaulatan yang terdiri daridaratan,
lautan dan termasuk potensi yang berada di perut bumi.13 Dalam bahasa Inggris perbatasan
sering disebut dengan kata border, boundary atau frontier.
Perbatasan merupakan salah satu manifestasi penting dalam suatu negara dan bukan
hanya suatu garis imajiner di atas permukaan bumi, melainkan suatu garis yang memisahkan
satu daerah dengan daerah lainnya.14
Dalam kaitan dengan kajian terhadap batas wilayah negara, tidak dapat lepas dari aspek
pengaruh aktivitas penyelenggaraan pemerintahan negara terhadap kehidupanmasyarakat
di sepanjang kawasan perbatasan. Martinez (1994) mengklasifikasikan kawasanperbatasan
mejadi 4 (empat) jenis, yaitu:15
a). Alienated Borderland
b). Coexistent Borderland
c). Interdependent Borderland
d). Integrated Borderland
Batas wilayah suatu negara menurut hukum internasional dapat ditentukan melalui :
- Perjanjian dengan negara yang berbatasan
- Keadaan alam
Daerah atau wilayah adalah tempat berlakunya susunan kekuasaan negara, dimana batas-
batas daerah negara ini ditentukan dengan perjanjian. Perjanjian dengan negara-negara
tetangganya baik perjanjian yang tertulis maupun yang tidak tertulis.16

12
Meinawan Hanawa. Op. Cit.
13
Sri Hayati dan Ahmad Yani dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.
14
Starke J. G. dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.
15
Suryo Sakti Hadiwijoyo dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.
16
Meranggidewa. 2011. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional.
https://dewanakbali.wordpress.com/2011/11/23/28/.

8
2.4 Kedaulatan dan Tanggung Jawab Negara atas Wilayah
Kedaulatan yang dimiliki oleh negara terkandung hal-hal yang berhubungan dengan
kedaulatan dan tanggung jawab negara terhadap wilayahnya. Wilayah negara merupakan
tempat di mana negara menyelenggarakan yurisdiksinya atas masyarakat, segala kebendaan
serta segala kegiatan yang terjadi di dalam wilayah. Kedaulatan negara seperti ini disebut juga
dengan kedaulatan teritorial. Kedaulatan teritorial akan berakhir pada batas-batas terluar
wilayah territorial negara bersangkutan, dan karena yurisdiksi territorial suatu negara akan
meliputi perairan territorial, maka pada hakekatnya batas terluar wilayah negara. adalah batas
terluar laut teritorial.17
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar dalam bukunya menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan kedaulatan atas wilayah adalah kewenangan yang dimiliki suatu negara
untuk melaksanakan kewenangannya sebatas dalam wilayah-wilayah yang telah menjadi
bagian dari kekuasaannya.18

2.5 Wilayah dan Yurisdiksi Negara di Laut


Pengaturan tentang kedaulatan dan yurisdiksi negara di laut secara komprehensif mulai
dilakukan oleh empat konvensi-konvensi Jenewa tahun 1958 yang mengatur tentang laut
territorial dan zona tambahan, perikanan dan konservasi sumber daya hayati di laut lepas,
landas kontinen dan laut lepas. Samapi dengan tahun sekitar 1970-an keempat konvensi
tersebut masih dianggap cukup memadai untuk mengatur segala kegiatan manusia di laut.
Tuntutan untuk melakukan peninjauan kembali terhadap konvensi-konvensi tersebut muncul
seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi penambangan di dasar laut, dan
menurunnya persedian sumberdaya hayati di laut. Di samping itu, pesatnya teknologi
perkapalan juga merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan konvensi-konvensi
itu dianggap sudah tidak memadai lagi. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah
bertambahnya jumlah negara baru yang baru merdeka, sehingga menimbulkan tuntutan-
tuntutan baru terhadap laut.

17
Suryo Sakti Hadiwijoyo dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.
18
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar dalam Meinawan Halawa. Op. Cit.

9
Setelah melaui perundingan yang cukup panjang negara-negara peserta Koferensi
Hukum Laut PBB ke-3 pada akhirnya telah menyepakati Konvensi PBB tentang Hukum Laut
(United Nations Convention on the Law of the Sea) tahun 1982 yang terdiri dari 320 pasal dan
9 annex. Konvensi ini mengatur tentang segala aspek kegiatan di laut, seperti misalnya
delimitasi, hak lintas, pencemaran terhadap lingkungan laut, riset ilmiah kelautan, kegiatan
ekonomi dan perdagangan, alih teknologi dan penyelesaian sengketa tentang masalah-masalah
kelautan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 308, konvensi ini mulai berlaku pada tanggal 16
November 1994, yaitu 12 bulan setelah diterimanya ratifikasi ke-60.
Konvensi Hukum Laut 1982 mengakui hak negara-negara untuk melakukan klaim atas
pelbagai macam zona maritim dengan status hukum yang berbeda-beda, yang dibagi sebagai
berikut:

1. Berada di bawah kedaulatan penuh negara meliputi laut pedalaman, laut territorial
dan selat yang digunakan untuk pelayaran internasional;
2. Negara mempunyai yursdiksi khusus dan terbatas yaitu zona tambahan;
3. Negara mempunyai yurisdiksi eksklusif untuk memanfaatkan sumber daya alamnya,
yaitu zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen;
4. Berada di bawah suatu pengaturan internasional khusus, yaitu daerah dasar laut
samudera dalam atau lebih dikenal dengan kawasan (internatinal sea-bed area atau
Area); dan
5. Tidak berada dalam kedaultan maupun yurisdiksi negara manapun, yaitu laut lepas.19

Hasjim Djalal meyebutkan yang termasuk ke dalam laut yang merupakan kewilayahan
dan yang berada di bawah kedaulatan Indonesia adalah:

1. Perairan pedalaman,
2. Laut teritorial.
3. Zona tambahan.
4. Landas kontingen.
5. Zona ekonomi eksklusif

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Bahasa Inggris: United


Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat (UNCLOS), juga disebut Konvensi
Hukum Laut atau Hukum perjanjian Laut, adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari

19
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Op. Cit. Halaman 170-171.

10
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang ketiga (UNCLOS III ) yang
berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982. Konvensi Hukum Laut ini
mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia serta
menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut.
Konvensi kesimpulkan pada tahun 1982, menggantikan perjanjian internasional mengenai laut
tahun 1958. UNCLOS diberlakukan pada tahun 1994, setahun setelah Guyana menjadi negara
ke 60 untuk menandatangani perjanjian. Untuk saat ini telah 158 negara dan Masyarakat Eropa
telah bergabung dalam Konvensi.
Sedangkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menerima instrumen
ratifikasi dan aksesi dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyediakan dukungan untuk pertemuan
negara pihak Konvensi, PBB tidak memiliki peran operasional langsung dalam pelaksanaan
Konvensi. Ada, bagaimanapun, peran yang dimainkan oleh organisasi-organisasi seperti
Organisasi Maritim Internasional, Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional, dan Otorita
Dasar laut Internasional (yang terakhir yang didirikan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa).20

2.6 Ruang Udara dan Ruang Angkasa


Sebagaimana diketahui menurut hukum internasional wilayah negara terdiri dari tiga
matra yaitu darat, laut dan udara. Kalau wilayah laut merupakan perluasan dari wilayah
daratan, wilayah udara suatu negara mengikuti batas-batas wilayah negara di darat dan laut.
Hal ini kemudian tercermin dalam Paris Convention for the Regulation of Aerial Navigation
tahun 1919 yang mengakui kedaulatan penuh negara di ruang udara di atas wilayah daratan
dan laut territorialnya. Pada awalnya kedaulatan negara tidak ditetapkan batas jaraknya secara
vertikal (usque ad coelum). Namun, kemudian dibatasi dengan adanya pengaturan tentang
ruang angkasa.
Secara teoritis dengan adanya kedaulatan negara di ruang udara di atas wilayahnya, setiap
negara dapat melakukan larangan bagi negara-negara lain untuk terbang di atas wilayahnya,
kecuali kalau telah diperjanjikan sebelumnya. Dewasa ini teori tersebut telah berubah dengan
lahirnya perjanjian internasional yang mengatur penggunaan ruang udara dan lahirlah
ketentuan-ketentuan umum yang mengatur antara lain tentang kebebasan penerbangan

20
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konvensi_Perserikatan_Bangsa-Bangsa_tentang_Hukum_Laut.

11
(freedom of overflight) dan hak lintas penerbangan (transit). Ketentuan-ketentuan tersebut
menjadi bahan perundingan dalam Konferensi Chicago tentang Penerbangan Sipil
Internasional (Chicago Conference on International Civil Aviotion) yang diselenggarakan pada
athun 1944 yang kemudian menghasilkan Chicago Convention on Inter-national Civil
Aviation, yang telah mulai berlaku sejak tahun 1974. Konvensi ini tidak berlaku bagi pesawat
udara negara misalnya pesawat udara miiter, bea cukai dan kepolisisan. Konferensi yang sama
juga menghasilkan pembentukan organisasi penerbangan sipil ICAO (International Civil
Aviation Organization).
Sama halnya dengan statu hukum dari laut lepas, hukum internasional mengakui status
hukum ruang angkasa sebagai res communis, sehingga tidak ada satu bagianpun dari ruang
angkasa dapat dijadikan menjadi bagian wilayah kedaulatan negara. Hal ini tampak jelas dari
berbagai resolusi Majelis Umum PBB yang dikeluarkan setelah terjadinya perkembangan
teknologi ruang angkasa yang dimulai dengan peluncuran satelit bumi pertama oleh Uni Sovyet
di tahun 1957. Resolusi Majelis Umum tahun 1962 (XVII) yang diterima pada tahun 1963,
menetapkan beberapa asas hukum yang antara lain menetapkan bahwa penggunaan dan
eksplorasi ruang angkasa serta benda angkasa (celestial bodies) dapat dilaksanakan oleh negara
manapun secara adil dan sesuai dengan hukum internasional. Di samping itu, ruang angkasa
dan benda angkasa tidak dapat dijadikan bagian dari wilayah atau tunduk kepada hukum negara
manapun.
Lebih lanjut pengaturan ruang angkasa ditetapkan melalui penandatanganan Treaty on
Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outerspace,
including the Moon and Other Celestial Bodies pada tahun 1967. Perjanjian internasional ini
menguatkan asas-asas yang telah dikemukakan dalam resolusi Majelis Umum PBB tersebut di
atas, tetapi tidak mengandung satu ketentuan pun yang menetapkan batas antara ruang udara
dan ruang angkasa.21
Wilayah udara suatu nesara adalah. ruang di atas wiiayah daratan'wilayah laut
pedalaman, laut teritorial wilayah laut negara kepulauan, Kedaulatan negara di ruang udara
berdasarkan adagium Romawi adalah sampai ketinggian tlduk terbatas, Prinsip sampai
ketingian tidak terbatas ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi seiring dengan kemajuan
teknologi seperti Peluncuran pesawat ruang angkasa,
Peluncuran pesawat ruang angkasa melintasi ruang udara suatu negara tidak penah minta
izin dari negara yarrg bersangkutan demikian pula penempatannya pada orbit tertentu, Namun

21
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Op. Cit. Halaman 194-197.

12
demikian, sampai pada ketinggian berapa kedaulatan negara atas ruang udara belum ada
kesepakatan,
Pengaturan ruang udara juga angkasa aturan yang, relatif dibandingkan pengaturan
internasional, Beda halnya dengan laut yang sudah berhasil dikuasai manusia sejak berabad-
abad sebelumnya. Barulah sejak ditemukannya balon udara juga pesawat yang paling
sederhana yang kemudian digunakan untuk melumpuhkan kekuatan musuh di era perang mulai
terpikirkan untuk mengatur kedaulatan negara di ruang udara yang ternyata merupakan wilayah
yang sangat penting dan strategis bagi suatu negara.22

22
Guntur Faryzal. Op. Cit.

13
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi
fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-
batas tersebut dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan berikutnya dengan
adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan adalah batas nasional. Wilayah
dalam sebuah negara bisa dibatasi oleh lautan dan/atau daratan. Wilayah negara itu bisa
diperbatas juga oleh tembok atau pagar yang dibangun untuk menambah keamanan.
Ketentuan tentang wilayah negara di laut diatur terdapat dalam Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Bahasa Inggris: United Nations Convention on the Law
of the Sea) disingkat (UNCLOS), juga disebut Konvensi Hukum Laut atau Hukum perjanjian
Laut yang untuk saat ini telah 158 negara dan Masyarakat Eropa telah bergabung dalam
Konvensi.
Pada awalnya wilayah kedaulatan negara atas ruang udara dan ruang angkasa tidak
ditetapkan batas jaraknya secara vertikal (usque ad coelum). Namun, kemudian dibatasi dengan
adanya pengaturan tentang ruang angkasa. Resolusi Majelis Umum tahun 1962 (XVII) yang
diterima pada tahun 1963, menetapkan beberapa asas hukum yang antara lain menetapkan
bahwa penggunaan dan eksplorasi ruang angkasa serta benda angkasa (celestial bodies) dapat
dilaksanakan oleh negara manapun secara adil dan sesuai dengan hukum internasional. Belum
ada ketentuan definitif yang menetapkan batas antara ruang udara dan ruang angkasa.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penyusun antara lain:

1. Setiap negara hendaknya saling menghormati batas wilayah negara lainnya sesuai
dengan hukum internasional;
2. Negara Indonesia hendaknya terus mempertankan dan melindungi seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena merupakan salah satu unsur
pokok suatu negara.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kusumaatmadja, M. dan Agoes, E. R. 2010. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: P.T.


Alumni.
Faryzal, G. 2014. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional.
http://faryzal796016.blogspot.com/2014/05/wilayah-negara-dalam-hukum-
international_17.html. Diakses pada 10 Februari 2015.
Meiniwan Halawa. Materi Perkuliahan Hukum Internasional 7.
http://www.academia.edu/5160895/MATERI_PERKULIAHAN_HUKUM_INTERNA
SIONAL_7. Diakses pada 10 Februari 2015.
Meranggidewa. 2011. Wilayah Negara dalam Hukum Internasional.
https://dewanakbali.wordpress.com/2011/11/23/28/. Diakses pada 10 Februari 2015.
Noor, S. M.. 2012. Wilayah Negara. http://www.negarahukum.com/hukum/wilayah-
negara.html. Diakses pada 10 Februari 2015.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konvensi_Perserikatan_Bangsa-
Bangsa_tentang_Hukum_Laut. Diakses pada 10 Februari 2015.
Wilayah. http://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah. Diakses pada 10 Februari 2015.

15

Anda mungkin juga menyukai