UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
shalawat serta salam selalu kita panjatkan kepada junjungan nabi besar Muhammad
SAW, yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi semua orang, sehingga
makalah ini dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam dan untuk melatih mahasiswa dalam mengerjakan
serta menerapkan ilmu ini dengan acuan atau pegangan dalamdunia kerja,
khususdalam hal ini berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu diharpakan kritik maupun
saran untuk dapat lebih baik lagi. Penyususn berharap laporan ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi orang lain.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu masyarakat madani.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui apa itu kesejahteraan umat.
4. Untuk mengetahui hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan
umat.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.6.4. Wakaf
Istilah wakaf berasal dari “waqb” artinya menahan. Wakaf
adalah menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya
kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa
perorangan maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan
bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai
dengan syari’at Islam . Wakaf berfungsi sebagai ibadah kepada
Allah dan berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah,
diharapkan Wakaf akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian
12 hari, karena Wakaf-nya merupakan satu bentuk amalan yang
pahalanya akan terus mengalir selama harta wakaf itu
dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf
merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang menerangkan
tentang wakaf ini ialah: Al-Baqarah ayat 267 yang artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Selain itu, Hadist Riwayat Muslim: “Abu Hurairah r.a.
menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, ‘Jika seorang
manusia meninggal dunia, maka terputuslah masa ia melanjutkan
amal, kecuali mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (waqafnya)
selama masih dipergunakan, ilmunya yang dimanfaatkan
masyarakat, dan anak salehnya yang mendo’akannya”.
3.1. Kesimpulan
Masyarakat madani menurut Islam adalah masyarakat yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, dan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman.
Karakteristik masyarakat madani menurut islam adalah berlandaskan hukum
Allah, aman dan damai, tolong menolong, toleransi, keseimbangan antara hak
dan kewajiban, peradaban tinggi, menguasai pengetahuan dan teknologi, dan
berakhlak mulia.
Kesejahteraan umat adalah kondisi masyarakat sejahtera. Prinsipnya
adalah tidak mengeksploitasi orang lain, memberi kelebihan rezeki, kepada
yang tidak mampu, dan bersedekah. Masyarakat madani erat sekali
hubungannya dengan kesejahteraan umat. Penerapannya adalah melalui zakat
dan wakaf. Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.
Sedangkan Wakaf adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik satu
badan yang memberi manfaat bagi masyarakat.
Dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat
haruslah berpacu pada Al-Quran dan As-Sunnah. Kita juga harus mengetahui
apa yang dimaksud dengan masyarakat madani itu dan cara menciptakan
suasana pada masyarakat madani tersebut yang terdapat pada zaman
Rasulullah.
3.2. Saran
Dengan mengetahui dan memaknai maksud masyarakat madani dan
kesejahteraan umat, diharapkan masyarakat, pemerintah, dan lainnya mampu
menerapkannya, terutama di Indonesia, sebagai masyarakat muslim kedua
terbesar di dunia. Dengan begitu, kesenjangan antara masyarakat, dan antara
masyarakat dengan pemerintah dapat dikurangi.