Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Dosen pengampu : Tohedi, M.Pd I


Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Nopriana Hidayah W. (191910501016) F. Teknik
2. Irvan Saputra (191910801021) F. Teknik
3. Rengga Aji Firdaus (191903102007) F. Teknik

UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
shalawat serta salam selalu kita panjatkan kepada junjungan nabi besar Muhammad
SAW, yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi semua orang, sehingga
makalah ini dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam dan untuk melatih mahasiswa dalam mengerjakan
serta menerapkan ilmu ini dengan acuan atau pegangan dalamdunia kerja,
khususdalam hal ini berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu diharpakan kritik maupun
saran untuk dapat lebih baik lagi. Penyususn berharap laporan ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi orang lain.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jember, 5 November 2019


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Madinah banyak dirujuk sebagai salah satu contoh
masyarakat yang mempunyai sifat-sifat baik. Seperti pelaksanaan amar
ma’rufnahi munkar yang sejalan dengan petunjuk Allah swt, maupun
persatuan dan kesatuan. Adapun cara pelaksanaanya dengan hikmah,
nasihat, dan tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun “masyarakat
madani modern”, meneladani Nabi Muhammad saw. Bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau lakukan saat berhubungan
dengan sesame umat islam ataupun dengan umat lain. Seperti menjaga
persatuan umat islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain,
berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan
sifat-sifat luhur lainnya. Sifat dan sikap tersebut cocok diterapkan di
masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Dengan begitu muslim
bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan
akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu
diteladani umat islam saat ini maka kebangkitan Islam hanya menunggu
waktu saja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani?
2. Apa ciri-ciri masyarakat madani?
3. Apa yang dimaksud kesejahteraan umat?
4. Bagaimana hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan umat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu masyarakat madani.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui apa itu kesejahteraan umat.
4. Untuk mengetahui hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan
umat.
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1. Konsep Masyarakat Madani


Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau
pengislaman konsep Civil Society. Tokoh yang pertama kali
mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di
Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan Civil Society sebagai
masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah
yang dibangun Nabi Muhammad.

1.2. Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi. Allah swt. memberikan gambaran dari
masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15: 3 yang
artinya :
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di
tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kana dan di
sebelah kiri.(kepada mereka dikatakan): makanlah olehmu dari rezeku yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun”.

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah, yaitu:


1. Masyarakat Saba’
Yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Masyarakat yang hidup
aman sejahtera, dianugerahkan kepada mereka rezeki yang melimpah,
tetapi mereka tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah, akhirnya
Allah turunkan azab kepada mereka berupa banjir bandang yang
menghancurkan kehidupan mereka. Cerita mengenai ini ada pada QS Saba’
ayat 15-17
2. Masyarakat Madinah.
Dibawah pimpinan Rasulullah adalah masyarakat ideal dalam
konsep Islam. Masyarakat yang tunduk dan patuh kepada pemimpin,
meskipun mereka terdiri dari dari berbagai agama dan kepercayaan; kaum
muslimin yang mayoritas, yahudi, nasrani dan watsani. Mereka hidup
rukun, saling menghormati, dan menjalankan agama dan kepercayaan
masing-masing.

1.3. Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam


Dalam perspektif Islam, civil society lebih mengacu kepada
penciptaan peradaban. Kata al-din, yang umumnya diterjemahkan sebagai
agama, berkaitan dengan al-tamaddun atau peradaban. Keduanya menyatu
ke dalam pengertian al-madinah yang arti harfiahnya adalah kota. Dengan
demikian, masyarakat madani mengandung tiga hal, yakni: agama,
peradaban, dan perkotaan. Dari konsep ini tercermin bahwa agama
merupakan sumbernya, peradaban sebagai prosesnya, dan masyarakat kota
adalah hasilnya.
Menurut Sanaky dalam Kusuma (2016), secara bahasa kata madinah
adalah penyerapan dari kosakata Arab yang mempunyai dua pengertian.
Pertama, madinah berarti kota atau disebut dengan "masyarakat kota”.
Kedua, “masyarakat peradaban” karena madinah adalah juga penyerapan
dari kata tamaddun ataumadaniyah yang berarti “peradaban”, yang dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai civility dancivilization. Kata sifat dari kata
madinah adalah madani.
Secara istilah, masyarakat madani adalah komunitas Muslim 4
pertama di kota Madinah yang dipimpin langsung oleh Rasul Allah SAW
dan diikuti oleh keempat al-Khulafa al-Rasyidun. Masyarakat madani yang
dibangun pada zaman Nabi Muhammad SAW tersebut identik dengan civil
society, karena secara sosio-kultural mengandung substansi ke-adaban atau
civility. Model masyarakat ini sering dijadikan model masyarakat modern
1.4. Ciri Masyarakat Madani
Secara umum, ciri-ciri masyarakat madani yaitu hadirnya sikap
toleransi, prinsip pluralisme dan juga pengakuan terhadap hak asasi pada
setiap elemen pribadi manusia yang ada dalam sebuah kelompok
masyarakat. Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, yaitu :
1. Adanya integrasi antar individu
2. Kekuasaan tersebar merata di semua lapisan masyarakat dengan tujuan
meminimalisasi dominasi kalangan tertentu
3. Program-program pembangunan berbasis masyarakat dicukupi dan
mayoritasnya dikuasai oleh negara
4. Kreativitas masyarakat berkembang dengan cepat dan tidak dibatasi oleh
rezim otoriter
5. Kepentingan individu atas negaranya terjembatani dengan baik.
6. Loyalitas dan kepercayaan masyarakat meningkat
7. Masyarakat dibebaskan melakukan berbagai kegiatan melalui lembagai
sosial dari beragam perspektif
8. Bertuhan, artinya masyarakat memiliki agama, mengakui adanya Tuhan
dan menempatkan hukum Tuhan sebagai pedoman yang mengatur
kehidupan sosial
9. Damai
10. Tolong menolong
11. Toleran
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial
13.Peradaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki 5
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia
Dari karakteristik tersebut, dapat diambil karakteristik yang sesuai
dengan pandangan islam, yaitu:
1. Berlandas hukum Allah
2. Aman dan damai
3. Tolong menolong
4. Toleransi
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
6. Peradaban tinggi
7. Menguasai pengetahuan dan teknologi
8. Berakhlak mulia

1.5. Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani


Upaya paling mudah mewujudkan masyarakat madani, khususnya
di Indonesia ialah dari diri sendiri. Sikap paling utama adalah beriman pada
Allah, karena masyarakat madani berlandas hukum Allah. Selain itu, sikap
toleransi harus dijunjung, mulai dari lingkungan terdekat; diri sendiri ,
lingkungan sekitar hingga akhirnya ke lingkungan yang lebih besar. Dari
hal itu, akan tercapai kondisi aman dan damai. Selain toleransi, rasa empati
dan simpati harus dikuatkan, agar antar individu tidak terjadi kesenjangan
yang tinggi, sikap tolong menolong akan terbentuk.

1.6. Hubungan Masyarakat Madani dengan Kesejahteraan Masyarakat


Sejahtera menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah aman,
sentosa dan makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan,
kesukaran. Dengan demikian kesejahteraan umat merupakan keadaan
masyarakat yang sejahtera. Prinsip kesejahteraan umat adalah,
1. Jangan mengeksploitasi orang lain. (QS As-Syura’, 26:183)
2. Yang diberi kelebihan rezeki, hendaknya menyalurkan sebagian untuk
orang lain, (QS. An-Nahl 16:71) 6
3. Dalam harta mereka, terdapat hak orang lain, (QS. Dzaariyat 51:19).
4. Bisikan yang paling baik: mengajak bersedekah, berbuat ma’ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia, (QS. An-Nisa’ 4:114)
Dari prinsip tersebut, hubungan masyarakat madani dengan
kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan sistem ekonomi islam.
Penerapan yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan Zakat dan Wakaf.
1.6.1. Zakat
Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab
dan haul kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-
syarat tertentu. Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki
yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah
berjalan genap satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap
pemeluk Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya menurut
ketentuan (nisab) zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan
mengeluarkan zakatnya. Allah berfirman dalam At-Taubah: 103
yang artinya :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai
berikut:
1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.
2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba. 7
4. Harta perdagangan.
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.
Berikut ini macam-macam zakat beserta besarannya:
1. Zakat Fitrah: Adalah zakat yang dikeluarkan menjelang hari Raya
Idul Fitri oleh setiap individu. Besarnya adalah 2,5 kg atau 3,5 liter
beras yang biasa dikonsumsi. Pembayaran zakat fitrah dapat
dilakukan dengan cara membayarkan harga dari makanan pokok.
2. Zakat penghasilan/profesi: Adalah zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi jika sudah mencapai nilai tertentu (nisab). Cara
menghitung zakat profesi : nisab sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg
gabah atau setara dengan 520 kg beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5
persen.
3. Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang
diperoleh dari hasil investasi. Zakat investasi dikeluarkan pada saat
menghasilkan sedangkan modalnya tidak dikenakan zakat. Besar
zakat investasi yang dikeluarkan 5% untuk penghasilan kotor dan
10% untuk penghasilan bersih.
4. Zakat saham dan deposito: Saham atau deposito yang telah
mengendap selama satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab)
setara 85 gram emas wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
5. Zakat tabungan: Uang simpanan yang telah mengendap selama
satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gram emas
wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
6. Zakat emas atau perak: Nishab emas 85 gram, sedangkan perak
595 gram. Besar zakat 2,5 persen.
7. Zakat hadiah dan sejenisnya. Hadiah terkait dengan gaji,
ketentuannya sama dengan zakat profesi dan dikeluarkan saat
menerima. Besar zakatnya 2,5%. Sementara itu untuk komisi, jika
komisi dari hasil presentase keuntungan perusahaan kepada
pegawai, maka zakat yang dikeluarkan 10%. sedangkan komisi dari
hasil profesi, misalnya makelar, besar zakatnya 2,5%. Sementara
hibah, jika sumber hibah 8 tidak di duga-duga maka zakat yang
dikeluarkan sebesar 20%. Jika sumber hibah sudah di duga dan
diharapkan, maka hibah tersebut digabungkan dengan kekayaan
yang ada. Besarnya 2,5%.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula
berusaha.
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan
pendapatannya sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan
mengumpulkan zakat untuk dibagikan kepada orang yang berhak
menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah
imannya.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi
kebebasan berusaha untuk menebus dirinya agar menjadi orang
merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada
kesanggupan membayarnya.
7. Fi-sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi
menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan
dalam perjalanan yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik,
maupun bagi masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki
zakat berarti mendidik jiwa manusia untuk suka berkorban dan
membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang
biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih. Bagi
mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib
dan sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suuzon terhadap
orang-orang kaya, sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si
miskin dapat dihilangkan. Bagi masyarakat muslim, melalui zakat
akan terdapat pemerataan pendapatan dan pemilikan harta di
kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat muslim
tidak terjadi monopoli, melainkan sistem ekonomi 9 yang
menekankan kepada mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.
1.6.2. Hibah
Menurut bahasa, kata hibah berasal berarti memberi atau
pemberian dengan sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu
kepada orang lain. Menurut istilah, hibah adalah adalah akad atau
perjanjian yang menyatakan perpindahan milik seseorang kepada
orang lain diwaktu ia masih hidup tanpa mengharapkan penggantian
sedikitpun.
Rukun Hibah yaitu,
1. Pemberi hibah (al-Wahib) Pemberi hibah hendaklah seorang yang
berkeahlian seperti sempurna akal, dan baligh
2. Penerima hibah (al-Mauhub lahu)
3. Barang atau harta yang dihibahkan (al-Mauhub)
Barang atau harta yang hendak dihibahkan perlu memenuhi syarat-
syarat berikut:
3.1. Hendaklah barang atau harta yang halal.
3.2. Barang atau harta itu milik pemberi hibah.
3.3. Boleh dipindahtangan
3.4. Barang berwujud. Contohnya, tidak sah hibah barang yang
belum ada seperti menghibahkan anak lembu yang masih dalam
kandungan atau hibah hasil padi tahun hadapan sedangkan masih
belum berbuah dan sebagainya.
3.5. Ijab dan kabul

Syarat hibah yaitu:


1. Hibah dari harta yang boleh di tasharrufkan
2. Terpilih dan sungguh-sungguh
3. Harta yang diperjualbelikan
4. Tanpa adanya pengganti
5. Orang yang sah memilikinya
6. Sah menerimanya 10
7. Walinya sebelum pemberi dipandang cukup waktu
8. Menyempurnakan pemberian
9. Tidak disertai syarat waktu
10. Pemberi sudah dipandang mampu tasharruf (merdeka, dan
mukallaf)
11. Mauhub harus berupa harta yang khusus untuk dikeluarkan.
1.6.3. Wasiat
Menurut istilah, wasiat adalah pesan terakhir yang
diucapkan dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh
seseorang yang merasa akan wafat berkenaan dengan harta benda
yang ditinggalkan. Dalam AlQur'an kata wasiatmempunyai
beberapa arti diantaranya berarti menetapkan, memerintahkan, dan
mensyari'atkan.
Adapun syarat-syarat wasiat adalah:
1. Syarat benda yang diwasiatkan
1.1. Wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga). Apabila lebih,
maka untuk kelebihan dari 1/3 harus atas seijin ahli waris.
1.2. Wasiat tidak boleh diberikan pada salah satu ahli waris
kecuali atas seijin ahli waris lain.
1.3. Boleh berupa benda yang sudah ada atau yang belum ada
seperi wasiat buah dari pohon yang belum berbuah.
1.4. Boleh berupa benda yang sudah diketahui atau tidak
diketahui seperti susu dalam perut sapi.
1.5. Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari
pewasiat.
2. Syarat Pewasiat / Pemberi Wasiat (Al-Washi)
2.1. Akil baligh
2.2. Berakal sehat
2.3. Atas kemauan sendiri.
2.4. Boleh orang kafir asal yang diwasiatkan perkara halal.
3. Syarat Penerima Wasiat (Al-Musho Lah ‫ (الموصى لھ‬11
Penerima wasiat ada dua macam, yaitu wasiat umum seperti
wasiat pembangunan masjid dan wasiat khusus, yaitu wasiat kepada
orang/benda tertentu.
Wasiat bersifat umum, maka tidak boleh untuk hal yang
mengandung dosa (maksiat). Contoh, wasiat harta untuk
pembangunan masjid boleh tetapi wasiat untuk membangun klab
malam tidak boleh.

Untuk wasiat khusus maka syaratnya adalah:


1. Penerima wasiat hidup (orang mati tidak bisa menerima wasiat)
2. Penerima wasiat diketahui (jelas identitas oragnya).
3. Dapat memiliki.
4. Penerima wasiat tidak membunuh pewasiat.
5. Penerima wasiat menerima (qabul) pemberian wasiat dari
pewasiat. Kalau menolak maka wasiat batal.

Adapun rukun wasiat itu ada empat, yaitu


1. redaksi wasiat (shighat),
2. pemberi wasiat (mushiy),
3. penerima wasiat (mushan lahu),
4. barang yang diwasiatkan (mushan bihi),
5. kalimat wasiat (lafadz)

1.6.4. Wakaf
Istilah wakaf berasal dari “waqb” artinya menahan. Wakaf
adalah menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya
kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa
perorangan maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan
bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai
dengan syari’at Islam . Wakaf berfungsi sebagai ibadah kepada
Allah dan berfungsi sosial. Dalam fungsinya sebagai ibadah,
diharapkan Wakaf akan menjadi bekal bagi si wakif di kemudian
12 hari, karena Wakaf-nya merupakan satu bentuk amalan yang
pahalanya akan terus mengalir selama harta wakaf itu
dimanfaatkan. Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf
merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat.
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang menerangkan
tentang wakaf ini ialah: Al-Baqarah ayat 267 yang artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Selain itu, Hadist Riwayat Muslim: “Abu Hurairah r.a.
menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, ‘Jika seorang
manusia meninggal dunia, maka terputuslah masa ia melanjutkan
amal, kecuali mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (waqafnya)
selama masih dipergunakan, ilmunya yang dimanfaatkan
masyarakat, dan anak salehnya yang mendo’akannya”.

Adapun beberapa rukun wakaf ialah:


1. Yang berwakaf, syaratnya:
1.1. Berhak berbuat kebaikan walau bukan Islam sekalipun
1.2. Kehendak sendiri, tidak sah karena dipaksa
2. Sesuatu yang diwakafkan, syaratnya:
2.1. Kekal, bila diambil manfaatnya, barangnya tidak rusak. 13
2.2. Kepunyaan yang mewakafkan.
3. Tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf itu).
4. Lafadz wakaf, seperti: “saya wakafkan ini kepada orang-orang
miskin dan sebagainya

Adapun Syarat wakaf ada tiga, yaitu:


1. Ta’bid, yaitu untuk selama-lamanya/tidak terbatas waktunya.
2. Tanjiz, yaitu diberikan waktu ijab kabul.
3. Imkan-Tamlik, yaitu dapat diserahkan waktu itu juga
Hukum Wakaf
1. Pemberian harta wakaf tidak dapat ditarik kembali sesudah
diamalkannya karena Allah.
2. Pemberian harta wakaf yang ikhlas karena Allah akan
mendapatkan ganjaran terus-menerus selagi benda itu dapat
dimanfaatkan oleh umum dan walaupun bentuk bendanya ditukar
dengan yang lain dan masih bermanfaat.
3. Seseorang tidak boleh dipaksa untuk berwakaf karena bisa
menimbulkan perasaan tidak ikhlas bagi pemberiannya
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Masyarakat madani menurut Islam adalah masyarakat yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi, dan menjadikan Al-Quran sebagai pedoman.
Karakteristik masyarakat madani menurut islam adalah berlandaskan hukum
Allah, aman dan damai, tolong menolong, toleransi, keseimbangan antara hak
dan kewajiban, peradaban tinggi, menguasai pengetahuan dan teknologi, dan
berakhlak mulia.
Kesejahteraan umat adalah kondisi masyarakat sejahtera. Prinsipnya
adalah tidak mengeksploitasi orang lain, memberi kelebihan rezeki, kepada
yang tidak mampu, dan bersedekah. Masyarakat madani erat sekali
hubungannya dengan kesejahteraan umat. Penerapannya adalah melalui zakat
dan wakaf. Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.
Sedangkan Wakaf adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik satu
badan yang memberi manfaat bagi masyarakat.
Dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat
haruslah berpacu pada Al-Quran dan As-Sunnah. Kita juga harus mengetahui
apa yang dimaksud dengan masyarakat madani itu dan cara menciptakan
suasana pada masyarakat madani tersebut yang terdapat pada zaman
Rasulullah.
3.2. Saran
Dengan mengetahui dan memaknai maksud masyarakat madani dan
kesejahteraan umat, diharapkan masyarakat, pemerintah, dan lainnya mampu
menerapkannya, terutama di Indonesia, sebagai masyarakat muslim kedua
terbesar di dunia. Dengan begitu, kesenjangan antara masyarakat, dan antara
masyarakat dengan pemerintah dapat dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai