(MAKALAH)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(1415031004)
(1415031018)
(1415031023)
(1415031028)
(1415031033)
(1515031036)
(1515031051)
DAFTAR ISI
1
Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...iii
BAB I. PENGERTIAN....................................................................................1
I.1 Bentuk Umum Jembatan arus bolak balik ..1
I.2 Jembatan Pengganti.
I.3 Jembatan Maxwell dan aplikasi..
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami kelompok dua mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Jembatan Arus
Bolak-Balik dan Kami sangat berterimakasih atas bimbingan dosen Instrumentasi dan
Pengukuran.
Makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan ke depan sangant diharapkan. Semoga tugas akhir
ini bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
BAB I. PENGERTIAN
I.1. Bentuk Umum jembatan arus bolak-balik
Jembatan AC atau Jembatan Arus Bolak-Balik
Sebuah jembatan AC bentuk dasarnya terdiri dari empat lengan, sumber eksitasi dan
menyeimbangkan detektor. Setiap lengan terdiri dari impedansi. Sumber AC adalah pasokan
persediaan tegangan AC pada frekuensi yang diperlukan. (Sumber: Electrical and Electronic
Measurements and Instrumentation, A. K. Sawhney, Dhanpatrai and Sons, New Delhi ).
Jala-jala yang diperlihatkan pada Gambar. 1 yang didapatkan dengan menggantikan
tahanan-tahanan yang terdapat pada empat cabang dari suatu jembatan arus searah dengan
impedansi-impedansi disebut jembatan bolak-balik. Karena hukum Ohm juga berlaku untuk arus
bolak-balik, maka kondisi untuk keseimbangan didapat sebagai berikut:
(1.1)
Persamaan ini adalah sama dengan dua persamaan di bawah ini:
(1.2)
(1.3)
Bila
kondisi
memperlihatkan
keseimbangan
hubungan-hubungan
tersebut
antara
ditulis
dengan
bagian-bagian
suatu
nyata
persamaan
dan
yang
bagian-bagian
Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan dinyatakan
1
dalam dua persamaan. Hal ini adalah merupakan perbedaan pokok dengan persamaan
keseimbangan dalam jembatan arus searah. Jadi dengan demikian, maka berbeda dengan
jembatan arus searah, dimana keseimbangan bisa dicapai dengan pengaturan satu cabang, maka
untuk jembatan arus bolak-balik, keseimbangan hanya didapat dengan pengaturan dua
komponen dari jembatan.
tidak
tergantung
pada
frekuensi.
Jembatan
arus
bolak-balik
yang
kondisi
nol. Sumber daya menyalurkan suatu tegangan bolak-balik ke jembatan pada frekuensi yang
diinginkan. Untuk pengukuran pada frekuensi rendah, antaran sumber daya (power line) dapat
berfungsi sebagai sumber eksitasi, pada frekuensi yang lebih tinggi, sebuah osilator umumnya
menyalurkan
tegangan
eksitasi.
Detektor
nol
harus
memberi
tanggapan
terhadap
ketidakseimbangan arus-arus bolak-balik dan dalam bentuk yang paling sederhana (tetapi sangat
efektif) terdiri dari sepasang telepon kepala (head phones). Dalam pemakaiaan lain, detektor nol
dapat terdiri dari sebuah penguat arus bolak-balik bersama sebuah alat pencatat keluaran atau
sebuah indikator tabung sinar elektron (tuning eye).
Bentuk umum sebuah jembatan bolak-balik ditunjukkan pada gambar 1.1. Keempat
lengan jembatan Z1, Z2, Z3, dan Z4 ditunjukkan sebagai impedansi yang nilainya tidak ditetapkan
dan detektor dinyatakan oleh telepon kepala.
. (1.6)
4
E
Z1 Z 3
. (1.7)
I2
E
Z2 Z4
. (1.8)
Z 1 1 Z 4 4
Z 2 2 Z 3 3
. (2.0)
induktansi atau kapasitansi yang diketahui. Sebuah jembatan pembanding kapasitansi dasar
ditunjukkan pada gambar 1.2.
Kedua lengan perbandingan adalah resistif dan dinyatakan oleh R 1 dan R2. lengan standar
terdiri dari kapasotor Cs seri dengan tahanan Rs, di mana Cs adalah kapasitor standar kualitas
tinggi dan Rs adalah tahanan variabel. Cx menyatakan kapasitansi yang tidak diketahui dan Rx
adalah tahanan kebocoran kapasitor.
Dua bilangan komplek adalah sama bila bagian-bagian nyata dan bagian-bagian
khayalnya adalah sama. Dengan menyamakan bagian-bagian nyata diperoleh
R X Rs
R1 R X R 2 R s
R2
R1
atau
. (2.1)
jR1
jR2
Cx
Cs
Cx Cs
atau
R1
R2
.
(2.2)
Agar memenuhi kedua syarat setimbang dalam konfigurasinya, jembatan harus
mengandung dua elemen variable. Setiap dua dari empat elemen yang tersedia dapat dipilih
6
walaupun dalam praktek kapasitor Cs merupakan kapasitor standar presisi tinggi dengan nilai
yang tetap dan tidak dapat diatur. Pemeriksaan terhadap persamaan-persamaan setimbang
menunjukkan bahwa Rs tidak muncul dalam bentuk C x. jadi untuk menghilangkan setiap
interaksi antara kedua pengontrol kesetimbanga, Rs merupakan pilihan yang tepat sevagai
elemen variabel kedua seperti ditunjukkan pada gambar 1.2.
Karena kita mengukur kapasitor yang tidak diketahui yang efek tahanannya bisa kecil
sekali, pengaturan pertama sebaiknya dilakukan pada bagian kapasitif yang berarti mengatur R 1
agar menghasilkan suara paling kecil dalam telepon kepala. Dalam kebanyakan hal suara
tersebut tidak akan hilang seluruhnya, sebab syarat setimbang kedua belum dipenuhi. Maka R s
diatur untuk kesetimbangan bagian resistif dan suara dibuat agar semakin mengecil. Ternyata
bahwa pengaturan kedua tahanan secara bergantian adalah perlu untuk menghasilkan keluaran
nol dalam telepon kepala dan untuk mencapai kondisi setimbang yang sebenarnya. Perlunya
pengaturan secara bergantian menjadi jelas bila kita sadari bahwa setiap perubahan dalam R 1
bukan hanya mempengaruhi persamaan setimbang kapasitif, tetapi juga mempengaruhi
persamaan setimbang resistif, sebab R1 muncul dalam kedua bentuk persamaan tersebut.
L x Ls
R2
R1
.(2.3)
R x Rs
R2
R1
.(2.4)
Dalam jembatan ini, R2 dipilih sebagai pengontrol kesetimbangan induktif, dan R s adalah
pengontrol kesetimbangan resistif.
.(2.5)
Di mana Y1 adalah admitansi lengan 1. Dengan melihat kembali ke gambar 1.4 ditunjukkan
bahwa
Zx = R2;
Y1
Z3 = R3;
dan
1
j C 1
R1
.(2.6)
1
j C 1 )
R1
.(2.7)
Pemisahan bagian nyata dan bagian khayal memberikan
Rx
R 2 R3
R1
.(2.8)
9
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Sawhney. Dhanpatrai and Sons. Electrical and Electronic Measurements and Intrumentation. New
Delhi.
Cooper, William D. 1999. Instrumentasi Elektronika Dan Teknik Pengukuran. Jakarta: Erlangga
(Diterjemahkan oleh: Ir. Sahat Pakpahan)
10
Soedjana, Sapiie. Osamu, Nishino. 1976. Pengukuran dan Alat Alat Ukur Listrik. Jakarta: PT. Pradya
Paramita.
Suryatmo. 1997. Fakultas Teknik: Pengukuran Listrik dan Elektronika. Jakarta: Bumi Aksara.
11