Menurut Outlook Energi Nasional 2011, dalam kurun waktu 2000-2009 konsumsi
energi Indonesia meningkat dari 709,1 juta SBM (Setara Barel Minyak/BOE) ke 865,4
juta SBM. Atau meningkat rata-rata sebesar 2,2 % pertahun. Konsumsi energi ini
sampai akhir tahun 2011, terbesar masih dikuasai oleh sektor industri, dan diikuti oleh
sektor rumah tangga, dan sektor transportasi.
Jenis Pembangkitan
1. IPP Rp. 580,83 /kWh
2. PLTAir Rp. 149,21 /kWh
3. PLTUap Rp. 622,91 /kWh
4. PLTDiesel Rp. 4.796,11 /kWh
5. PLTGas Rp. 1.642,06 /kWh
6. PLTPanasbumi Rp. 776,09 /kWh
7. PLTGU Rp. 813,27 /kWh
Biaya rata-rata Rp. 817,69 /kWh
1. Pada Transmisi HV Rp. 874,61 /kWh
2. Pada Jaringan TM Rp. 928,95 /kWh
3. Pada Jaringan TR Rp. 1.074,48 /kWh
4. BPP rata-rata Rp. 1.008,29 /kWh ( th.2010 )
Saat ini, selain meningkatkan rasio elektrifikasi Indonesia, pengurangan pemakaian
BBM untuk pembangkitan listrik juga menjadi tujuan utama pemerintah. Dari tabel 1
dibawah ini terlihat bahwa dari tahun 2008-2009 pemerintah berusaha mengurangi
pemakaian BBM dengan cara mempercepat pembangunan PLTU batubara dan gas
bumi. Saat ini pemerintah juga sudah melarang direktur utama PT. PLN untuk
membangun pembangkit listrik berbahan bakar BBM lagi di seluruh wilayah Indonesia.
energi, namun kapasitas listrik terpasangnya sangatlah rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara lainnya. Padahal Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk
peringkat ke-4 terbanyak di dunia. Inilah penyebab utama Indonesia menjadi negara
yang boros akan penggunaan energi.
Menurut Rencana Umum Ketenaga listrikan Nasioanl (RUKN) 2010-2030, dalam kurun
20 tahun ke depan Indonesia memerlukan tambahan tenaga listrik kumulatif sebesar 172
GW. Dari jumlah itu, 82% (sekitar 142 GW) diantaranya adalah untuk memenuhi
kebutuhan Jawa-Madura-Bali (JAMALI).
mencapai pangsa sekitar 79% atau mendominasi dengan total penambahan kapasitas
sebesar 116,4 GW. Tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) selama
kurun waktu tersebut adalah sebesar 3,8 GW.
Gambar 5 Subsidi BBM dan listrik dalam APBN dan realisasinya setiap tahun
KESIMPULAN
Proyek percepatan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia harus didukung oleh
setiap lapisan masyarakat. Jangan ada lagi daerah yang menolak tempatnya dibangun
pembangkit-pembangkit listrik skala besar non-BBM. Sebaliknya, pemerintah daerah
jangan lagi mengijinkan pihak swasta untuk membangun proyek pembangunan
pembangkit listrik berbahan bakar BBM untuk menyelesaikan masalah krisis listrik di
daerahnya.
Seluruh wilayah di Indonesia harus dapat menikmati listrik secara berkecukupan agar
pertumbuhan ekonomi di setiap daerah bisa meningkat dengan merata. Tugas
selanjutnya setelah semua daerah di Indonesia terlistriki adalah membuat sistem
interkoneksi yang menghubungkan seluruh pulau di Indonesia. Apabila percepatan
pembangunan infrastruktur kelistrikan ini berjalan dengan baik, hal ini memungkinkan
kita untuk menghemat energi nasional.