Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RUTIN

MK.NILAI
SKOR SISTEM
:
KELISTRIKAN MESIN

PRODI PENDIDIKAN

TUGAS RUTIN 3

NAMA MAHASISWA : GERALDO ALVITO TANJUNG

NIM : 5193121005

DOSEN PENGAMPU : 1. Dr. Lisyanto, Msi

2. Budi Harto M.T.

MATA KULIAH : S.KELISTRIKAN MESIN & ELEKTRONIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Tugas
Rutin ini dengan baik. TR ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata
kuliahsistem kelistrikan mesin, semoga TR ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan
bagi para pembaca. Dalam penulisan TR ini, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikannya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih
kepada:

a. Kepada Keluarga kami yang selalu mendoakan


b. Kepada dosen pengampu Bapak 1. Dr. Lisyanto, Msi

2. Budi Harto M.T.

Kami menyadari bahwa TR ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangu perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya.Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam TR yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para
pembaca.

Medan, April 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Hukum Ohm dikemukakan oleh seorang fisikawan dari Jerman, Georage
Simon Ohm pada tahun 1825. Kemudian Hukum Ohm dipublikasikan pada tahun
1827 melalui sebuah paper yang berjudul “The Galvanic Circuit Investigated
Mathematically.”
Hokum ohm mempelajari arus listrik pada rangkaian tertutup. Arus listrik
mengalir karena adanya beda potensial antara dua titik pada suatu penghantar,
seperti lampu senter,radio, dan televise. Alat-alat tersebut dapat menyala
(berfungsi) karena adanya aliran listrik dari sumber tegangan yang dihubungkan
peralatan tersebut sehingga menghasilkan beda potensial.
Jika arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut
sebanding lurus dengan tegangan listrik yang terdapat antara kedua penghantar tadi
(Tilloy, 1980).
Perlawanan adalah volt peramper hambatan konduktor adalah 1 ohm jika
potensa berbeda disamping terminal di dalam konduktor adalah volt ketika arus di
konduktor 1 ampere (Richards, 1987).
Begitu juga hokum kirchoff Pada peralatan listrik, kita biasa menjumpai
rangkaian listrik yang bercabang-cabang. Untuk menghitung besarnya arus listrik
yang mengalir pada setiap cabang yang dihasilkan oleh sumber arus listrik. Gustav
Kirchhoff (1824-1887) mengemukakan dua aturan hukum yang dapat digunakan
untuk membantu perhitungan tersebut. Hukum Kirchoff pertama disebut hukum
titik cabang dan Hukum Kirchhoff kedua disebut hukum loop.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian
seri dan paralel.
2. Untuk mengetahui perbedaan nilai hambatan pada rangkaian seri dan paralel.
3. Untuk mengetahui pengaruh jika Voltmeter dan Amperemeter dipindah.
4. Untuk mengetahui hubungan Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian
seri dan paralel.
C. Manfaat
Hukum Ohm dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada
penggunaan alat-alat listrik yang ada di rumah, misalnya lampu, TV, dan kulkas.
Benda-benda tersebut harus disesuaikan dengan tegangannya. Karena bila benda
tadi diberi tegangan yang lebih kecil dari seharusnya, arus akan mengecil sehingga
alat tersebut tidak bekerja secara normal (misalnya lampu akan mengecil).
BAB 2
PEMBAHASAN

Pengertian

1. Hukum Ohm
Pengertian Hukum Ohm merupakan sebuah teori yang membahas mengenai
hubungan antara Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Hambatan listrik dalam
sirkuit (Ohm). 1 Ohm adalah hambatan listrik yang menyebabkan perbedaan satu
volt saat arus sebasar 1 Ampere mengalir.
Bunyi hukum Ohm:
“Kuat arus listrik pada suatu beban listrik berbanding lurus dengan tegangan dan
berbanding terbalik dengan hambatan”.

2. Rumus Hukum Ohm:


Lambang dari hambatan adalah R, lambang dari Arus adalah I, dan lambang dari
tegangan adalah V. Berdasarkan hukum Ohm diatas maka bisa diambil rumus
sebagai berikut ini;
Keterangan:
I = Besar arus yang mengalir pada penghantar => dengan satuan Volt V = Besar
tegangan pada penghantar => dengan satuan Volt R = Besar hambatan => dengan
satuan Ohm
Berdasarkan patokan rumus diatas maka kita bisa mencari Nilai I, V, dan R pada
suatu rangkaian listrik. Untuk mencari R, caranya cukup dengan menggunakan
logika berdasarkan rumus diatas.

Misal jika 5=10/2, maka 10=5X2 dan 2=10/5. Berdasarkan logika tersebut untuk
mencari V rumusnya adalah V=I X R

APLIKASI HUKUM OHM

Penerapan hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari, misalnya suatu ketika lampu
dirumah anda menyala semakin terang atau sebaliknya tiba-tiba menjadi redup. Mengapa
hal ini terjadi? Apabila lampu pijar anda tertulis 220 V/40 watt maka lampu dapat menyala
dengan baik pada tegangan 220 volt dan kuat arus yang mengalir pada lampu tersebut
sebesar 40 watt /220 V = 0,18 ampere.Jika tiba-tiba tegangannya naik lebih dari 220 volt
sedangkan hambatan lampu tetap maka kuat arus yang mengalir menjadi lebih besar dari
0,18 ampere. Akibatnya lampu menyala lebih terang. Sebaliknya jika tiba-tiba tegangannya
turun kurang dari 220 volt, maka lampu menjadi redup

a) Penggunaan alat – alat listrik seperti lampu. TV, kulkas, dan sebagainya harus
disesuaikan dengan tegangan
b) Bila alat listrik diberi tegangan yang lebih kecil dari tegangan yang
seharusnya, arus akan mengecil sehingga alat itu tidak bekerja normal
(misalnya lampu redup).

Contoh:

1. Lampu padam karena tegangan lampu yang dibutuhkan 4,5 V


sedangkan tegangan dari baterai 1,5 V

2. Lampu redup karena tegangan yang dibutuhkan 4,5 V sedangkan tegangan dari
batu baterai 3 V sehingga kekurangan tegangan

3. )Lampu menyala terang karena tegangan lampu yang dibutuhkan 4,5 V sama
dengan tegangan dari batu baterai 4,5 V

4. Lampu menyala sangat terang karena tegangan yang dibutuhkan lampu 4,5 V
sedangkan dari baterai 6 V sehingga tegangan melebihi lampu. Akibat ini lampu
cepat mati/putus.

MENGHITUNG RESISTOR SERI

Pada rangkaian beberapa resistor yang disusun seri, maka dapat diperoleh nilai resistor
totalnya dengan menjumlah semua resistor yang disusun seri tersebut. Hal ini mengacu
pada pengertian bahwa nilai kuat arus disemua titik pada rangkaian seri selalu sama.
MENGHITUNG RESISTOR PARALEL

Pada rangkaian beberapa resistor yang disusun secara paralel, perhitungan nilai
resistor totalnya mengacu pada pengertian bahwa besar kuat arus yang masuk ke
percabangan sama dengan besar kuat arus yang keluar dari percabangan (I in = I out).
Dengan mengacu pada perhitungan Hukum Ohm maka dapat diperoleh rumus sebagai
berikut.

MENGHITUNG KAPASITOR SERI

Pada rangkaian kapasitor yang disusun seri maka nilai kapasitor totalnya diperoleh
dengan perhitungan berikut.
MENGHITUNG KAPASITOR PARALEL

Pada rangkaian beberapa kapasitor yang disusun secara paralel dari semua nilai
kapasitor yang disusun paralel maka nilai kapasitor totalnya adalah penjumlahan
tersebut.

PENGERTIAN HUKUM KIRCHOFF DAN BUNYINYA.

Hukum Kirchhoff merupakan salah satu hukum dalam ilmu Elektronika yang
berfungsi untuk menganalisis arus dan tegangan dalam rangkaian. Hukum Kirchoff
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 184.Hukum Kirchhoff terdiri dari 2 bagian yaitu
Hukum Kirchhoff 1 dan Hukum Kirchhoft 2.

Pengertian dan Bunyi Hukum Kirchhoff 1

Hukum Kirchhoff 1 merupakan Hukum Kirchhoff yang berkaitan dengan dengan arah arus
dalam menghadapi titik percabangan. Hukum Kirchhoff 1 ini sering disebut juga dengan
Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoff’s Current Law (KCL).

Bunyi Hukum Kirchhoff 1 adalah sebagai berikut :


“Arus Total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik
sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut.”

Untuk lebih jelas mengenai Bunyi Hukum Kicrhhoff 1, silakan lihat rumus dan rangkaian
sederhana dibawah ini :

Berdasarkan Rangkaian diatas, dapat dirumuskan bahwa :

I1+I2+I3=I4+I5+I6

Pengertian dan Bunyi Hukum Kirchhoff 2

Hukum Kirchhoff 2 merupakan Hukum Kirchhoff yang digunakan untuk


menganalisis tegangan (beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu
rangkaian tertutup. Hukum Kirchhoff 2 ini juga dikenal dengan sebutan Hukum
Tegangan Kirchhoff atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL).

Bunyi Hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut :

“Total Tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian tertutup adalah nol”Untuk
lebih jelas mengenai Bunyi Hukum Kirchhoff 2 , silakan lihat rumus dan rangkaian
sederhana dibawah ini :

Berdasarkan Rangkaian diatas, dapat dirumuskan bahwa :

Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0

Aplikasi Hukum I dan II Kirchhoff Pada Rangkaian Tertutup (Loop)

Perhatikan gambar berikut ini:

Dalam suatu rangkaian listrik yang kuat arusnya tetap (lihat gambar 1) terdapat Medan
Listrik E yang merupakan Medan Konservatf.
Medan Konservatif memiliki sifat: Usaha yang diperlukan untuk membawa suatu
muatan uji positif dari suatu titik ke titik lainnya tidak bergantung pada lintasan yang
dilaluinya. Jika muatan uji positif dibawa berkeliling melalui titik a ke b ke c ke d dan
kembali lagi ke a, maka muatan uji tersebut tidak berpindah dan usaha yang dilakukan
sama dengan NOL, karena W = qV, maka V juga bernilai NOL, sehingga:

“Jumlah aljabar perubahan tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop)
sama dengan NOL”, yang dikenal dengan Hukum II Kirchhoff

ΣE+ΣIR=0

Gaya gerak listrik (ggl) E dalam sumber tegangan menyebabkan arus listrik mengalir
sepanjang loop, dan arus listrik yang mendapat hambatan menyebabkan penurunan
tegangan.

Untuk menggunakan persamaan tersebut, perlu diperhatikan perjanjian tanda untuk ggl
sumber E dan kuat arus I, sebagai berikut:

Kuat arus bertanda positif jika searah dengan arah loop yang kita tentukan, dan bertanda

negatif jika berlawanan dengan arah loop yang kita tentukan. Misalkan pada gambar

berikut, Jika arah arus I mengalir dari A ke B, kemudian kita tetapkan arah loop searah

dengan jarum jam (gambar 2) berarti arah arus I searah dengan arah loop sehingga I

bertanda positif, Sedangkan jika kita tetapkan arah loop berlawanan dengan arah jarum jam

(gambar 3) berarti

arah arus I berlawanan dengan arah loop sehingga I bertanda negatif.

Bila saat mengikuti arah loop, kutub positif sumber tegangan dijumpai lebih dahulu
daripada kutub negatifnya, maka ggl E bertanda positif, dan bertanda negatif jika
sebaliknya. Tetapkan arah loop terlebih dahulu. Agar mempermudah perhitungan, tetapkan
arah loop searah dengan arah kuat arus I dalam rangkaian, sehingga I bertanda positif.
Selanjutnya, I dapat dihitung dengan Hukum II Kirchhoff.
Saat mengikuti arah loop dari a ke b, kutub negatif baterai 3 V dijumpai lebih dahulu, dan

saat mengikuti arah loop dari c ke d, kutub positif baterai 12 V dijumpai terlebih dahulu,

Kuat arus I searah dengan arah loop, maka I bertanda positif dan melalui hambatan 5 ohm
dan 7 ohm,

Sehingga,

ΣE+ΣIR=0

(-3+12)+I(5+7)=0 9+12I=0

12I = -9

I=–0.75A

Tanda negatif menyatakan bahwa arah kuat arus I yang sebenarnya dalam rangkaian adalah

berlawanan dengan arah loop yang kita tentukan diawal .


BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN
Jadi Hokum ohm mempelajari arus listrik pada rangkaian tertutup. Arus listrik
mengalir karena adanya beda potensial antara dua titik pada suatu penghantar, seperti
lampu senter,radio, dan televise. Alat-alat tersebut dapat menyala (berfungsi) karena
adanya aliran listrik dari sumber tegangan yang dihubungkan peralatan tersebut
sehingga menghasilkan beda potensial.
Jika arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut sebanding lurus
dengan tegangan listrik yang terdapat antara kedua penghantar tadi.
Dan Hukum Kirchhoff 1 merupakan Hukum Kirchhoff yang berkaitan dengan dengan
arah arus dalam menghadapi titik percabangan. Hukum Kirchhoff 1 ini sering disebut
juga dengan Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoff’s Current .

SARAN
Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Purwandari, E. 2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : Universitas Jember.

Purwoko dan Fendi. 2007. Fisika SMA / MA Kelas X. Jakarta : Yudhistira.

Soeprijanto, T. 2012. Fisika SMA / MA Kelas X Semester 1. Malang : Universitas Negeri


Malang.

Sunaryono dan Ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika SMA. Jakarta :
KAWAHmedia.

Anda mungkin juga menyukai