Anda di halaman 1dari 19

Tugas:

PRAKTIKUM I

HUKUM OHM DAN HUKUM KIRCHOFF

OLEH:

MUH REZKI KURNIAWAN

E1D1 13 038

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur,kita panjatkan kepada Allah SWT,karena berkhat rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat dan salam kita panjatkan kepada junjungan kita
Rasulullah SAW,karena kegigihan beliau kita dapat merasakan kenikmatan dunia seperti
sekarang.

Adapun tujuan penulisan makalah ini,untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita
tentang Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff.

Sebagai manusia biasa penulis menyadari betul kekurangan-kekurangan yang terdapat di


dalam makalah ini.Oleh karena itu,penulis membuka pintu sebesar-besarnya kepada siapa saja
yang berminat untuk menuangkan saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah ini di
kemudian hari.

Kendari, Mei 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

B.RUMUSAN MASALAH

C.TUJUAN PENULISAN

D.MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN

A.HUKUM OHM

B.HUKUM KIRCHOFF

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

B.SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Dalam duni listrik banyak sekali yang harus di perhatikan salah satunya adalah hukum-
hukum tentang listrik di antaranya adalah hukum ohm dan hukum kirchoff, untuk itu dalam
makalah ini akan di jelaskan ,agar dalam pengukuran arus listrik tidak terjadi kesalahan.Dimana
Hukum Ohm merupakan hukum dasar rangkaian listrik yang menyatakan hubungan antara kuat
arus dan beda potensial listrik dalam satu rangkaian listrik tertutup pada temperatur
konstan.Serta Hukum Kirchoff adalah suatu peraturan atau hukum yang mengatur tentang
jalanya arus dan jumlah tegangan dalam suatu rangkaian arus listrik yang mempunyai lebih dari
satu sumber gaya gerak listrik yang berbeda kekuatannya.jadi intinya hukum kirchoff ini
mengatur jumlah arus dan tegangan yang masuk dan yang keluar

B.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana mengetahui hukum ohm dalam kelistrikan.


2. Bagaimana mengetahui hukum kirchoff.

C.TUJUAN

Adapun tujuan yang akan dicapai:

1. Untuk mengetahui Hukum Ohm pada rangkaian listrik.


2. Untuk mengetahui Hukum Kirchoff pada rangkaian listrik.

D. MANFAAT

Agar kita bisa menambah wawasan tentang Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff.
BAB II

PEMBAHASAN

A.HUKUM OHM

Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu dialiri
electron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini yang disebut dengan arus,
dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya dengan air yang mengalir pada sebuah pipa.

Untuk menemukan arti dari ketetapan dari persamaan dalam rangkaian ini, kita perlu
menentukan sebuah nilai layaknya kita menentukan nilai masa, isi, panjang dan bentuk lain dari
persamaan fisika. Standard yang digunakan pada persamaan tersebut adalah arus listrik, tegangan
,dan hambatan.

Symbol yang digunakan adalah standar alphabet yang digunakan pada persamaan aljabar.
Standar ini digunakan pada disiplin ilmu fisika dan teknik, dan dikenali secara internasional.
Setiap unit ukuran ini dinamakan berdasarkan nama penemu listrik. Amp dari orang perancis
Andre M. Ampere, volt dari seorang Italia Alessandro Volta, dan ohm dari orang german Georg
Simon ohm.

Simbol matematika dari setiap satuan sebagai berikut “R” untuk resistance (Hambatan),
V untuk voltage (tegangan), dan I untuk intensity (arus), standard symbol yang lain dari tegangan
adalah E atau Electromotive force. Simbol V dan E dapat dipertukarkan untuk beberapa hal,
walaupun beberapa tulisan menggunakan E untuk menandakan sebuah tegangan yang mengalir
pada sebuah sumber ( seperti baterai dan generator) dan V bersifat lebih umum.
Satuan dan symbol dari satuan elektro ini menjadi sangat penting diketahui ketika kita
mengeksplorasi hubungan antara mereka dalam sebuah rangkaian. Yang pertama dan mungkin
yang sangat penting hubungan antara tegangan, arus dan hambatan ini disebut hokum ohm.
Ditemukan oleh Georg Simon Ohm dan dipublikasikannya pada sebuah paper pada tahun
1827, The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip ohm ini adalah besarnya arus
listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian, ohm menemukan sebuah
persamaan yang simple, menjelaskan bagaimana hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan
yang saling berhubungan.

Kadang kalanya kita ingin mengetahui berapa tegangan, kuat arus, dan nilai hambatan suatu
rangkaian. Dalam hal ini pengukuran sangat perlu. Kita dapat menggunakan alat-alat pengukur pada
rangkaian listrik seperti voltmeter untuk mengukur tegangan, amperemeter untuk mengukur besar kuat
arus suatu rangkaian, serta ohmmeter untuk mengukur hambatan. Untuk mengetahui nilai resistansi
(hambatan) suatu resistor, kita dapat mngukur dali gelang warna yang terdapat pada badan resistor,
mengukurnya secara langsung, maupun menggunakan suatu rangkaian tertutup yang terdiri dari voltmeter
dan amperemeter.
1. Arus Listrik

Arus listrik adalah gerakan atau muatan arus listrik. Arus listrik merupakan banyaknya
muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau
penghantar listrik lainnya. Arus listrik dapat terjadi karena muatan positif yang bergerak ataupun
karena muatan negative yang bergerak. Arah arus listrik adalah arah aliran muatan positif.
Besar kuat arus adalah

I = QT
Di mana : I = kuat arus (Ampere)
Q = muatan listrik (Coulomb)
T = waktu (detik)

2. Tegangan Listrik

Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltase) adalah perbedaan potensi listrik
antara dua titik dalam rangkaian listrik, dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur
energi potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor
listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai
ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi. Besarnya suatu tegangan listrik adalah

V= I .R

Di mana : V = tegangan listrik (volt)


I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (ohm)

3. Hambatan Listrik

Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen
elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Hambatan listrik dapat
dirumuskan sebagai berikut:

R = VI
di mana : V adalah tegangan dan
I adalah arus.
Satuan SI untuk Hambatan adalah Ohm (R). Resistor adalah komponen elektronik dua saluran
yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua
salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya.Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring
elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan.
Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat
yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat diboroskan.
Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi. Resistor dapat
diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan
letak kaki bergantung pada desain sirkuit, resistor harus cukup besar secara fisik agar tidak menjadi
terlalu panas saat memboroskan daya.

Hambatan listrik (R) juga dipengaaruhi oleh pengaruh panjang penghantar (l), luas penampang
(A), dan hambat jenis (p).

R = pl/A Resistor aksial biasanya menggunakan pola pita warna untuk menunjukkan resistansi.

Resistor pasang-permukaan ditandas secara numerik jika cukup besar untuk dapat ditandai,
biasanya resistor ukuran kecil yang sekarang digunakan terlalu kecil untuk dapat ditandai. Kemasan
biasanya cokelat muda, cokelat, biru, atau hijau, walaupun begitu warna lain juga mungkin, seperti
merah tua atau abu-abu.
Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi, dan dicelupkan ke cat untuk menutupi seluruh
badan untuk pengkodean warna. Warna kedua diberikan pada salah satu ujung, dan sebuah titik (atau
pita) warna di tengah memberikan digit ketiga. Aturannya adalah “badan, ujung, titik” memberikan
urutan dua digit resistansi dan pengali desimal. Toleransi dasarnya adalah ±20%. Resistor dengan
toleransi yang lebih rapat menggunakan warna perak (±10%) atau emas (±5%) pada ujung lainnya.
Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan. Ini terdiri dari
empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita pertama merupakan informasi
dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua
digit resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang pita kelima
menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima warna sejati yang
menggunakan tiga digit resistansi.
Identifikasi lima pita digunakan pada resistor presisi (toleransi 1%, 0.5%, 0.25%, 0.1%), untuk
memberikan harga resistansi ketiga. Tiga pita pertama menunjukkan harga resistansi, pita keempat
adalah pengali, dan yang kelima adalah toleransi. Resistor lima pita dengan pita keempat berwarna
emas atau perak kadang-kadang diabaikan, biasanya pada resistor lawas atau penggunaan khusus.
Pita keempat adalah toleransi dan yang kelima adalah koefisien suhu.Pada dasarnya semua bahan
memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal
umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik
dengan baik, sehingga dinamakan konduktor.
Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki
resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator. Bagaimana prinsip
konduksi, dijelaskan pada artikel tentang semikonduktor. Resistor adalah komponen dasar
elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian.
Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon . Dari
hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol W
(Omega). Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan
kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan
pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna
tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association)
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Pita Pita
Pita Pita Pita kelima
Warna ketiga keempat
Pertama Kedua (Koefisien Suhu)
(Pengali) (Toleransi)
HITAM 0 0 x 10
Coklat 1 1 X101 ±1% 100 ppm
Merah 2 2 X 102 ±2% (G) 15 ppm
Jingga (oranye) 3 3 X 103 25 ppm
Kuning 4 4 X 104
Hijau 5 5 X 105 ±0.5 % (D)
Biru 6 6 X 106 ±0.25%(C)
Ungu 7 7 X 107 ±0.1% (B)
Abu-abu 8 8 X 108 ±0.05% (A)
Putih 9 9 X 109
Emas X 10-1 ±5% (J)
Perak X 10-2 ±10% (K)
Kosong ±20% (M)

Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat,
merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling
pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke
dalam.

Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut.
Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai
resistansinya.

Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya.
Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang
toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk
gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan
gelang terakhir adalah faktor pengalinya.
Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang berwarna emas adalah
gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna
kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang
berwarna emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna
emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan
warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini
resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan
oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1 diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan
gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai
satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor
pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan
x faktor pengali atau 47 x 100 = 4.7K Ohm dan toleransinya adalah 5%.
Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan selain besar
resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi
disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa
menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.

Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki
disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih,
namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi
dicetak langsung dibadannya, misalnya 100W5W.

Berdasarkan penggunaannya, resistor dapat dibagi:

1. Resistor Biasa (tetap nilainya), ialah sebuah resistor penghambat gerak arus, yang nilainya tidak
dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.

2. Resistor Berubah (variable), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan
menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan
sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini kita bagi menjadi dua, Potensiometer, rheostat
dan Trimpot (Trimmer Potensiometer) yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed
Circuit Board, PCB).

3. Resistor NTC dan PTS, NTC (Negative Temperature Coefficient), ialah Resistor yang nilainya
akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan PTS (Positife Temperature
Coefficient), ialah Resistor yang nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya menjadi
dingin.

4. LDR (Light Dependent Resistor), ialah jenis Resistor yang berubah hambatannya karena
pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang
nilainya menjadi semakin kecil
Penerapan Hukum Ohm dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak jenis contoh penerapan hukum ohm,
salahsatunya Bola Lampu rumah yang dapat menyala karena diberi tegangan (v) sehingga listrik
teraliri ke filamen dan lampu dapat menyala.

Tegangan Komponen listrik seperti lampu haruslah disesuaikan dengan tegangan yang
dibutuhkan pada lamputersebut. Jika lampu 220 V diberi tegangan 110 V, filamen lampu akan
dialiri oleh arus yang lebih kecil dari seharusnya sehingga lampu 220 V tersebut menyaka
dengan redup. Sebaliknya jika lampu 110 V diberi tegangan 200 V, filamen lampu akan dialiri
oleh arus yang terlalu besar dari yang seharusnya sehingga lampu 110 V filamennya terbakar.

Jadi intinya kita harus paham, jika kita mempunyai alat elektronik, kita harus
memperhatikan tegangan yg ada di rumah kita dengan alat elektronik tersebut.

B. HUKUM KIRCHOFF

1. HUKUM KIRCHOFF

Gustaf Robert Kirchoff adalah seorang fisikawan jerman yang berkontribusi pada pemahaman
konsep dasar teori rangkaian listrik, spektroskopi, dan emisi radiasi benda hitam yang dihasilkan
oleh benda-benda yang dipanaskan.
Dalam kelistrikan, sumbangan utamanya adalah dua hukum dasar rangkaian, yang kita kenal
sekarang dengan Hukum I dan Hukum II Kirchoff. Kedua hukum dasar rangkaian ini sangat
bermanfaat untuk menganalisis rangkaian-rangkaian listrik majemuk yang cukup rumit. Akan tetapi
sebagian orang menyebut kedua hukum ini dengan Aturan Kirchoff, karena dia terlahir dari hukum-
hukum dasar yang sudah ada sebelumnya, yaitu hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan
muatan listrik.
Untuk memecahkan persoalan-persoalan rangkaian yang rumit; yaitu rangkaian yang terdiri dari
beberapa buah sumber tegangan atau sumber arus serta beberapa buah hambatan/beban maka
dipergunakan hukum-hukum rangkaian, diantaranya hukum Kirchoff.
Hukum Kirchoff adalah suatu peraturan atau hukum yang mengatur tentang jalanya arus dan
jumlah tegangan dalam suatu rangkaian arus listrik yang mempunyai lebih dari satu sumber gaya
gerak listrik yang berbeda kekuatannya.jadi intinya hukum kirchoff ini mengatur jumlah arus dan
tegangan yang masuk dan yang keluar.

Hukum-hukum Kirchhoff ada dua,yaitu Hukum I Kirchhoff dan Hukum II Kirchhoff.

1. Hukum Kirchoff I

Hukum I kirchhoff berbunyi sebagai berikut. “ Pada rangkaian listrik bercabang, jumlah kuat arus
yang masuk pada suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik itu”

Aturan Kirchhoff yang pertama adalah suatu pernyataan tentang kekekalan muatan listrik. Semua
muatan yang memasuki titik tertentu dalam sebuah rangkaian harus keluar dari titik tersebut karena
muatan tidak dapat bertambah pada sebuah titik. Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat
dituliskan sebagai:

Coba perhatikan gambar berikut ini:


Gambar 1

Dari gambar 1, dengan memasang amperemeter pada masing-masing cabang dapat dibuktikan
bahwa:

I = I1 + I2 + I3 = I’
Perhatikan pula contoh berikut ini.

Gambar 2

Bila P adalah titik cabangnya, maka :

i 1 + i 2 + i 3 = i4 + i 5

2. Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II ini berbunyi “di dalam satu rangkaian listrik tertutup jumlah aljabar antara
sumber tegangan dengan kerugian-kerugian tegangan selalu sama dengan nol.”
Dirumuskan :
V+ IR = 0

Yang dimaksud dengan kerugian tegangan yaitu besarnya tegangan dari hasil kali antara besarnya
arus dengan hambatan yang dilalui.

Secara mudah untuk memahami rumus di atas (lihat Gambar 7), apabila tegangan V diberi tanda
positif, maka besarnya tegangan IR harus diberi tanda negatif. Sehingga : + V – IR = 0
Gambar 1. Gambar Penjelasan Hukum Kirchoff II

Harus dipahami bahwa penggunaan hukum Kirchoff ini berlaku pada rangkaian tertutup. Jika
rangkaian listrik terdiri dari beberapa rangkaian tertutup, maka dalam analisanya dibuat persamaan
menurut rangkaian tertutup satu per satu. Untuk pemahaman diberikan ilustrasi dengan gambar 2
berikut ini :

Gambar 2. Rangkaian Listrik dengan Beberapa Rangkaian Tertutup


Analisis menurut Hukum Kirchoff I, rangkaian ini mempunyai dua titik pertemuan yaitu titik C dan
F, maka pada titik ini berlaku
Titik C:
I1 – I2 – I3 = 0
Titik F
I2 + I3 – I1 = 0
Untuk memahami Hukum Kirchoff II, rangkaian di atas dapat dibuat tiga lingkaran tertutup yaitu : I,
II dan III.
Pada lingkaran I, yaitu lingkaran A – B – C – F – A:
terjadi V1 - I1R1 - I2R2 + V2 – I1R5 = 0
Pada lingkaran II yaitu lingkaran F – C – D – E - F
terjadi -V2 + I2R2 - I3R3 – V3 - I3R4 = 0
Pada lingkaran III, yaitu A – B – C – D – E – F –A terjadi
V1 - I1R1 - I3R3 V3 - I3R4 – I1R5 = 0

Hukum-hukum Sirkuit Kirchhoff

1. Hukum Arus Kirchhoff

Arus yang memasuki titik percabangan sama besar dengan arus yang meninggalkan titik tersebut.
i1 + i4 = i2 + i3

Hukum ini juga disebut Hukum I Kirchhoff, Hukum titik Kirchhoff, Hukum percabangan
Kirchhoff, atau KCL (Kirchhoff's Current Law).

Prinsip dari kekekalan muatan listrik mengatakan bahwa:

Pada setiap titik percabangan dalam sirkuit listrik, jumlah dari arus yang masuk kedalam titik itu
sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
atau
Jumlah total arus pada sebuah titik adalah nol.

Mengingat bahwa arus adalah besaran bertanda (positif atau negatif) yang menunjukan arah arus tersebut
menuju atau keluar dari titik, maka prinsip ini bisa dirumuskan menjadi :

n adalah jumlah cabang dengan arus yang masuk atau keluar terhadap titik tersebut.

Persamaan ini juga bisa digunakan untuk arus kompleks:


Hukum ini berdasar pada kekekalan muatan, dengan muatan (dalam satuan coulomb) adalah hasil kali
dari arus (ampere) dan waktu (detik).

2. Hukum tegangan Kirchhoff

Jumlah dari semua tegangan di sekitar loop (putaran) sama dengan nol. v1 + v2 + v3 - v4 = 0

Hukum ini juga disebut sebagai Hukum kedua kirchhoff, Hukum loop (putaran) Kirchhoff, dan KVL
(Kirchhoff's Voltage Law).

Prinsip kekekalan energi mengatakan bahwa:

Jumlah terarah (melihat orientasi tanda positif dan negatif) dari beda potensial listrik (tegangan)
di sekitar sirkuit tertutup sama dengan nol.
atau
secara lebih sederhana, jumlah dari emf dalam lingkaran tertutup ekivalen dengan jumlah
turunnya potensial pada lingkaran itu.
atau
Jumlah hasil kali resistansi konduktor dan arus pada konduktor dalam lingkaran tertutup sama
dengan total emf yang ada dalam lingkaran (loop) itu.

Mirip dengan hukum pertama Kirchhoff, dapat ditulis sebagai:


Disini, n adalah jumlah tegangan listrik yang diukur. Tegangan listrik ini juga bisa berbentuk kompleks:

Hukum ini berdasarkan kekekalan "energi yang diserap atau dikeluarkan medan potensial" (tidak
termasuk energi yang hilang karena disipasi). Diberikan sebuah tegangan listrik, suatu muatan tidak
mendapat atau kehilangan energi setelah berputar dalam satu lingkaran sirkuit karena telah kembali ke
potensial awal.

Penerapan dalam kehidupan sehari-hari:

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita harus memasang lampu-lampu secara seri, tetapi dalam
keadaan yang lain kita harus memasang lampu secara paralel. Kuat arus listrik dalam suatu rangkaian tak
bercabang, besarnya selalu sama. Lampu-lampu di rumah kita pada umumnya terpasang secara paralel.
Pada kenyataannya rangkaian listrik biasanya terdiri banyak hubungan sehingga akan terdapat banyak
cabang maupun titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan dua cabang atau lebih. Penyelesaian
dalam masalah rangkaian listrik yang terdapat banyak cabang atau simpul itu digunakan Hukum I dan II
Kirchhoff.
Sebagai contoh berikut dijelaskan ada dua komponen arus yang bertemu di satu titik simpul
sehingga menjadi satu, seperti ditunjukkan pada gambar :
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Hukum Ohm merupakan hukum dasar rangkaian listrik yang menyatakan hubungan
antara kuat arus dan beda potensial listrik dalam satu rangkaian listrik tertutup pada
temperatur konstan.

2. Hukum Kirchoff adalah suatu peraturan atau hukum yang mengatur tentang jalanya arus
dan jumlah tegangan dalam suatu rangkaian arus listrik yang mempunyai lebih dari satu
sumber gaya gerak listrik yang berbeda kekuatannya.jadi intinya hukum kirchoff ini
mengatur jumlah arus dan tegangan yang masuk dan yang keluar.

B.SARAN

Saran saya dalam praktikum ini, mahasiswa bisa mengikutinya dengan baik .
DAFTAR PUSTAKA

http://kerjaan-koe.blogspot.com/2013/03/bunyi-hukum-ohm-dan-rumus.html

http://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-1/listrik/rfcfc/hukum-i-kirchhoff/

http://www.pengertian.info/pengertian-hukum-ohm-arus-tegangan-dan-hambatan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_sirkuit_Kirchhoff
Tugas:

PRAKTIKUM I

HUKUM OHM DAN HUKUM KIRCHOFF

OLEH:

MUHAMMAD SAHARUDIN

E1D1 13 031

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2014

Anda mungkin juga menyukai