Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS

DESIGN SENSOR POTENSIOMETRI

Oleh
Nama : Safna Aullia Intan Mawarni
NIM : 161810301008
Kelompok : 06
Asisten : Mohammad Jamaludin

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sensor potensiometrik adalah jenis sensor kimia yang dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi analitis beberapa komponen gas analit atau solusi.
Sensor ini mengukur potensial listrik dari elektroda jika tidak ada tegangan yang
masuk. Sensor potensiometri ini prinsip kerjanyanya yaitu sinyal yang diukur
digunakan sebagai perbedaan potensial (tegangan) antara elektroda kerja dan
elektroda referensi. Kerja potensial elektroda harus tergantung pada konsentrasi
analit dalam fase gas atau solusi. Metode analisis potensiometri ini umumnya
menggunakan elektroda selektif ion. Elektroda selektif ion (ISE) adalah suatu sel
elektrokomia yang menggunakan membran sebagai sensor kimia lingkungan ionik
dan mengukur aktivitas (konsentrasi) ion-ion, yang potensialnya berubah-ubah
secara reversible terhadap perubahan aktivitas ion dalam larutan yang dapat
menembus antarmuka membran-membran yang diukurnya (Khopkar, 1990).
Potensiometri banyak dimanfaatkan di berbagai industri atau laboratorium
pengawasan mutu. Potensiometri dalam bidang pengawasan mutu (quality
control) dimanfaatkan untuk memastikan stabilitas larutan obat dalam rentang pH
tertentu. Potensiometri juga sering digunakan dalam analisis konsentrasi,
diantaranya dibidang pertanian seperti analisis nitrat dalam sampel tanah,
dibidang industri seperti analisis klorida dalam pulp dan kertas, serta di bidang
kontrol bahan makanan seperti analisis NO3-, F-, Br-, Ca2+ dalam minuman, susu,
daging atau jus buah. Percobaan ini perlu dilakukan untuk mengetahui disain dan
cara penggunaan sensor potentiometri (Safitra, 2015).
Percobaan desain sensor potensiometri dilakukan dengan menggunakan
bahan larutan standar CuSO4, logam Cu, dan akuades. Tahapan percobaan desain
sensor potensiometri ini dilakukan dari pembuatan larutan standar CuSO4 dengan
konsentrasi yang berbeda-beda, pengenceran larutan standar, penyusunan sel
ektrokimia, dan pembuatan kurva kalibrasi. Identifikasi percobaan desain sensor
potensiometri dapat dilihat melalui hasil pengukuran potensial dengan konsentrasi
larutan standar yang sesuai. Identifikasi percobaan desain sensor potensiometri
juga dapat dilihat berdasarkan kurva kalibrasi dan penentuan linier range dan
sensitifitas dari elektroda yang dibuat (Tim Penyusun, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana cara mendisain
sensor untuk pengukuran analit secara potensiometri?

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah siswa memiliki keterampilan dalam
mendisain sensor untuk pengukuran analit secara potensiometri.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades dengan rumus kimia H2O memiliki sifat fisik dan kimia yaitu
berwujud cair, berwarna bening, tidak memiliki rasa, dan tidak memiliki bau.
Akuades memiliki berat molekul 18,02 g/mol, tekanan uap 23 kPa, dan memiliki pH
7 yang berarti netral. Akuades memiliki titik beku minimal 0°C, titik didih minimal
100°C (212°F), dan massa jenis 1 g/cm³. Akuades tidak berbahaya ketika terjadi
kontak dengan mata, kulit, terhirup maupun tertelan sehingga tidak ada penanganan
khusus untuk korban (Sciencelab, 2018).
2.1.2 Membran PTFE
PTFE merupakan kepanjangan dari polytetrafluoroethylene. PTFE adalah
suatu membran yang bersifat hidrofobik atau tidak suka dengan air. PTFE tidak
memiliki bau dan berwarna putih. Titik didih dari PTFE ini sebesar 327°C dan
dapat mengakibatkan kebakaran pada suhu tinggi. PTFE stabil pada kondisi
normal. Zat ini dapat terdekomposisi pada suhu di atas 400°C yang dapat
memproduksi gas beracun. Penyimpanan PTFE sebaiknya pada keadaan dingin,
terbuka, dan jauh dari sinar matahari. Pertolongan pertama jika terjadi kontak
dengan mata maka segera basuh dengan air yang mengalir kurang lebih selama 15
menit. Pertolongan pertama jika terjadi kontak dengan kulit maka segera cuci
dengan sabun dan basuh dengan air hingga bersih. Pertolongan pertama jika
terhirup maka segera bawa ketempat yang segar dan banyak mengandung
oksigen, jika membutuhkan penanganan yang lebih serius segera hubungi medis
(Sciencelab, 2018).
2.1.3 Tembaga (Cu)
Tembaga merupakan logam yang banyak digunakan dalam komponen
elektronik. Logam ini memiliki berat molekul sebesar 63,54 g/mol, titik didih
2562°C, titik leleh 1085°C. Tembaga tidak larut dalam air dingin. Penanganan
pertama jika kontak dengan mata yaitu bilas mata dengan air mengalir selama 15
menit dengan keadaan mata terbuka. Penanganan jika kontak kulit yaitu cuci
bagian yang terindikasi dengan air dan sabun selama 15 menit. Penanganan jika
terjadi inhalasi yaitu bawa korban ke tempat terbuka (Sciencelab, 2018).
2.1.4 Tembaga (II) Sulfat (CuSO4)
Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa dengan rumus kimia CuSO4 yang
juga dikenal dengan nama kupri sulfat. Tembaga (II) sulfat ini merupakan suatu
garam yang memiliki derajat hidrasi yang bervariasi. Tembaga(II) sulfat pada
bentuk anhidratnya berupa bubuk berwarna hijau pucat atau abu-abu putih
sedangkan pentahidratnya berwarna biru terang. Zat ini dalam keadaan murni
berupa kristal dengan kelarutan 316 g/l dalam air pada suhu 0oC. Tembaga(II)
sulfat mempunyai massa molar 159,62 g/mol (anhidrat) dan 249,70 g/mol
(pentahidrat), densitasnya sebesar 3,603 g/cm³ (anhidrat) dan 2,284 g/cm³
(pentahidrat) dan titik leburnya sebesar 110-150°C. Bahan ini berbahaya apabila
terkena mata, kulit, terhirup dan tertelan. Pertolongan pertama yang dapat
dilakukan apabila terhirup, yaitu segera pindahkan korban ke tempat yang
udaranya segar dan berikan nafas bantuan apabila diperlukan. Pertolongan
pertama jika terjadi kontak dengan mata maka segera basuh dengan air yang
mengalir kurang lebih selama 15 menit. Pertolongan pertama jika terjadi kontak
dengan kulit maka segera cuci dengan sabun dan basuh dengan air hingga bersih
(Sciencelab, 2018).

2.2 Landasan Teori


Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran
potensial suatu sensor atau elektroda. Teknik ini berupa suatu membran sensor
atau permukaan sensor berfungsi sebagai setengah sel lektrokimia, yang
menimbulkan potensial yang sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau
konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada
keadaan tidak ada arus melalui sel. Potensiometri merupakan metode analisis
kimia berdasar hubungan antara potensial elektroda relatif dengan konsentrasi
larutan dalam suatu sel kimia. Metode ini berguna untuk menentukan titik setara
suatu titrasi secara instrumental sebagai pengganti indikator visual. Contohnya
pada titrasi asam-basa, redoks, kompleksometri, dan pengendapan. Alat yang
digunakan untuk melakukan percobaan ini adalah potensiometer atau pH meter
dengan elektroda kerja dan referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur
(Hendayana, 1994).
Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara
elektroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Pengukuran
potensial pada elektroda indikator harus digunakan elektroda standar yaitu
berfungsi sebagai pembanding yang mempunyai harga potensial tetap selama
pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan elektroda
yang dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator yaitu
elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan
ditetapkan dan proses pemilihannya berdasarkan jenis senyawa yang hendak
ditentukan (Gandjar, 2007).
Elektroda ialah bagian dari potensiometri yang digunakan sebagai sensor
analit. Elektroda terdiri dari sebuah penghantar elektrolit contohnya logam dan
sebuah penghantar ionik (larutan). Pengukuran secara potensiometri elektroda
yang digunakan harus bersifat inert sehingga tidak dapat bereaksi dengan analit.
Elektroda yang digunakan pada sensor pengukuran secara potensiometri memiliki
dua jenis yaitu elektroda kerja dan elektroda pembanding (Khopkar, 1990).
Elektroda kerja ialah elektroda yang memiliki potensial yang dipengaruhi
oleh aktivitas analit. Elektroda yang umum digunakan ada dua jenis yaitu
elektroda logam dan elektroda membran. Elektroda logam dibagi menjadi dua
yaitu elektroda pertama diamana analit yang akan diukur terlibat langsung dalam
reaksi elektroda. Elektroda jenis ini terjadi kesetimbangan langsung dengan kation
yang berasal dari elektroda logam. Elektroda jenis kedua pengukuran analit tidak
langung berhubungan langsung dalam reaksi elektroda (Basset et. al, 1994).
Elektroda pembanding atau biasa juga disebut sebagai acuan adalah
elektroda yang potensial standarnya diketahui, konstan, dan mengikuti persamaan
Nernst. Elektroda agar dapat berfungsi dengan baik maka harus memenuhi syarat,
antara lain:
1. Reversibel dan mengikuti persamaan Nernst
2. Potensialnya berharga tertentu dan konstan dengan waktu
3. Harus kembali ke harga potensial semulanya setelah terjadi pengaliran arus
listrik
4. Sedikit terpengaruh (dapat diabaikan) terhadap pengaruh temperatur
5. Bersifat sebagai elektroda tidak terpolarisasi ideal
6. Tidak sensitif terhadap komposisi larutan
(Rivai, 1995).
Elektroda selektif salah satunya ialah elektroda yang selektif terhadap ion
potassium (K). Elektroda ini dihasilkan oleh Orion Research Inc. Elektroda ion
selektif diperoleh dengan membuat dari membran gel organofilik yang terdapat
kandungan penukar ion selektif untuk K, dimana kemasan dibuat dalam suatu
modul sensor yang sudah disertai oleh larutan elektrolit pengisi internal. Membran
akan bertemu pada larutan yang memiliki kandungan potasium, sehingga akan
terbentuk beda potensial di membran. Potensial tersebut dipengaruhi oleh jumlah
ion potasium bebas yang ada di dalam larutan, dan merupakan hasil pengukuran
dari potensial referensi dengan suatu pH/mV meter. Hubungan potensial terukur
dengan jumlah ion potassium dijelaskan oleh persamaan Nerst sebagai berikut :
E = Eo + S log (A) ........................................(2.1)
dimana
E : potensial terukur
Eo : potensial referensi (tetapan)
A : jumlah ion potasium dalam larutan
S : slope elektroda (sekitar 57 mV per dekade)
(Tim Penyusun, 2018)
Pengembangan kimia analitik dengan menggunakan sensor elektrokimia
mengalami kemajuan yang sangat pesat dan merupakan bidang penelitian yang
banyak diminati. Sensor dapat diartikan sebagai suatu perangkat yang dapat
menyediakan informasi kontinyu tentang lingkungannya. Sensor elektrokimia
secara ilmiah menyediakan macam-macam respon tertentu secara langsung yang
berkaitan dengan kuantitas spesies kimia tertentu. Sensor elektrokimia terdiri dari
transduser yang menginformasikan respon menjadi sinyal yang terdeteksi di
dalam instrumen dari lapisan kimia atau biokimia yang merespon analit dari
lingkungannya (Rivai, 1995).
Sensor dalam elektrokimia dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu
potensiometrik, amperometrik dan konduktometrik. Metode potensiometrik,
kesetimbangan lokal terjadi pada antarmuka sensor. Potensial elektroda dan
potensial membran diukur, selanjutnya informasi tentang suatu sampel didapatkan
dari perbedaan potensial antara dua elektroda. Sensor amperometrik menggunakan
potensial yang dipasang antara elektroda kerja dan elektroda pembanding yang
akan menyebabkan oksidasi dan reduksi suatu spesies elektroaktif sehingga
timbul arus resultan yang dapat diukur. Sensor konduktometrik melibatkan sifat
konduktivitas didalam pengukurannya (Hendayana, 1994).
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-
gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi
listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.
Persyaratan umum sensor yang baik adalah sebagai berikut:
1. Linearitas
Linearitas sensor menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu
sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sensor panas
dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Kasus
seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran
dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Garis lurus pada
kemiringan memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan garis tidak lurus pada
daerah kemiringan (slope) adalah tanggapan non-linier. Linieritas sensor juga
mempengaruhi sensitivitas dari sensor, apabila tanggapannya linier maka
sensitifitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan.
2. Sensitifitas
Sensitifitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap
kuantitas yang diukur. Sensitifitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang
menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”.
Sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per
derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan
perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki
kepekaan “dua volt per derajat” yang berarti memiliki kepekaan dua kali dari
sensor yang pertama. Sensor dengan tanggapan yang tinggi akan lebih peka pada
temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.
3. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu atau respond time pada sensor menunjukan seberapa cepat
tanggapan sensor terhadap perubahan masukan. Contoh pada instrumen dengan
tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri, masukannya
adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Perubahan temperatur
terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu.
(Sharon et. al, 1982)
BAB 3. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah gelas ukur, pipet,
voltmeter, konduktor (kawat Cu), gelas beaker, labu ukur, batang gelas atau
batang plastik berbentuk silinder, dan botol semprot.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini diantaranya adalah
akuades, bahan isolator, membran PTFE, dan larutan standar CuSO4 1 M.

1.2 Diagram Alir

Batang gelas/plastik
- dimasukan kawat cu dan larutan
CuSO4 jika telah ditutup dengan
membran

Sensor potensiometri

- diuji pada larutan 5-10 ml CuSO4


0.5 M, dihubungkan kedua
elektroda

Nilai Potensial

- diperlakukan triplo

Standard deviasi dan nilai relatif standard deviasi

- diganti larutan dengan


konsentrasi 0.1, 0.05, 0.01, 0.005
M dan buat kurva kalibrasi

Linear range dan sensitifitas elektroda


1.3 Prosedur Percobaan
1.3.1 Desain Sensor
Kawat tembaga dan batang gelas/plastik berbentuk pipa disiapkan terlebih
dahulu. Ujung pipa ditutup dengan membran dan diikat dengan karet (O ring).
Kawat tembaga dimasukan dan isi ruang kosong dengan larutan CuSO4 0.01 M
hingga logam Cu terendam sedalam 1 cm dari dasar tabung gelas/plastik. Bahan
isolator disisipkan di ujung tabung untuk menahan posisi kawat Cu tidak
bergerak.
3.3.2 Pengujian Sensor
Larutan CuSO4 ditambahkan sebanyak 5-20 ml dengan konsentrasi 0,5 M
kedalam gelas beaker. Sensor potensiometri dimasukkan dan logam Cu diukur
tegangannya dan dicatat nilai potensialnya saat nilai voltase sudah konstan.
Percobaan diulangi triplo serta hitung standart deviasi dan nilai relatif standar
deviasinya. Elektroda diangkat dan dibilas dengan akuades serta diganti larutan
dengan konsentrasi 0.1; 0.05; 0.01 dan 0.005M. Dibuat kurva kalibrasi berdasar
potensial yang terukur dengan konsentrasi larutan standar yang sesuai. Ditentukan
linier range, sensitifitas dari elektroda yang dibuat.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Konsentrasi CuSO4 Rata-rata potensial Standar deviasi Relatif
(mV) standar
deviasi (%)
0,005 22,67 0,80209 3,54
0,01 24,7 0,43589 1,76
0,05 25,23 1,94251 7,70
0,1 26,03 1,27411 4,89
0,5 27,37 0,49331 1,80
Rata-rata 0,98958 3,94

4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini dilakukan desain sensor potensiometri dengan tujuan
untuk memberikan dan mengasah ketrampilan dalam mendesain sensor untuk
pengukuran analit secara potensiometri. Potensiometri merupakan salah satu
metode analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran potensial tanpa adanya
interferensi dari arus (I=0). Analisis dengan metode potensiometri ini memerlukan
tiga peralatan dasar yaitu elektroda pembanding (reference electrode), elektroda
indikator, dan voltmeter. Elektroda pembanding merupakan suatu elektroda yang
memiliki harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan dan tidak
terpengaruh oleh konsentrasi atau aktivitas dari analit. Elektroda indikator
merupakan suatu elektroda yang nilai potensial elektrodanya tergantung apda
konsentrasi atau aktivitas analit yang diukur. Voltmeter berfungsi sebagai alat
yang digunakan untuk mengukur adanya beda potensial dalam analit.
Percobaan ini dilakukan dua tahap prosedur, yaitu melakukan desain
sensor potensiometri dan pengujian sensor. Perlakuan pertama adalah dengan
memasukan kawat Cu dan larutan CuSO4 0.01 M kedalam batang plastik bening
yang ditutup dan diikat dengan karet. Logam Cu dalam sensor berfungsi sebagai
elektroda referensi dengan konsentrasi CuSO4 yang tetap dalam sensor. Ujung
sensor yang dilapisi oleh plastik dan karet gelang sebagai membran. Membran
berfungsi sebagai pembatas antara larutan di dalam elektroda dengan analit (di
luar elektroda). Ujung lain yang dilewati kawat tembaga dilapisi oleh PTFE
dimana Lem PTFE digunakan untuk menahan keadaan dan posisi kawat Cu agar
tidak bergerak menyentuh ujung plastik penutup batang plastik. Lem ini bersifat
isolator sehingga tidak ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi nilai pengukuran
potensial. Kawat tembaga dimasukkan ke dalam batang gelas hingga kurang 1 cm
dari permukaan supaya larutan CuSO4 sebagai elektroda referensi terkena ujung
kawat tembaga, sehingga dapat bereaksi dengan logam Cu. Larutan CuSO4
merupakan larutan yang bersifat elektrolit kuat dan dapat mengion seperti
persamaan reaksi berikut:
CuSO4(aq) Cu2+ (aq) + SO42- (aq) .………………… (4.1)
Perlakuan selanjutnya adalah pengujian sensor potensiometri yang telah
dirangkai. Pengujian sensor ini dilakukan dengan larutan CuSO4 yang
konsentrasinya bervariasi yaitu 0,005 M, 0,01 M, 0,05 M, 0,1 M dan 0,5 M dari
larutan induk 1 M. Variasi konsentrasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai
potensial yang dihasilkan apabila larutan yang digunakan sama pada konsentrasi
yang berbeda. Analit yang digunakan ialah larutan CuSO4 yang mengandung ion
sejenis dalam indikator logam yaitu Cu. Unsur atau ion sejenis yang terdapat
dalam larutan analit dengan konsentrasi yang berbeda mengakibatkan adanya beda
potensial yang terdeteksi dalam voltmeter. Konsentrasi yang berbeda diharapkan
akan menghasilkan nilai beda potensial berbeda pula. Pengujian ini dilakukan
sebanyak tiga kali untuk memperoleh nilai yang presisi dan akurat.
Prinsip dasar dari voltmeter yang digunakan dalam percobaan ini adalah
interaksi antara medan magnetik dan kuat arus akan menimbulkan gaya magnetik.
Gaya magnetik akan menggerakkan jarum penunjuk pada voltmeter. Pengukuran
beda potensial dilakukan dengan mencelupkan kedua elektroda yang telah
terhubung pada voltmeter ke dalam larutan CuSO4 dengan konsentrasi yang telah
ditentukan. Pengukuran ini dilakukan dari konsentrasi terendah sampai tertinggi,
hal ini bertujuan agar nilai beda potensial pada konsentrasi tinggi tidak
mempengaruhi beda potensial pada konsentrasi rendah. Nilai potensial rata-rata
yang diperoleh pada konsentrasi 0,005 M, 0,01 M, 0,05 M, 0,1 M dan 0,5 secara
berturut-turut adalah 22,67 mV; 24,7 mV; 25,23 mV; 26,03 mV serta 27,37 mV.
Data yang diperoleh kemudian dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi terhadap
beda potensial seperti gambar 4.1.

kurva Kalibrasi
30
y = 2.0802x + 28.072
25 R² = 0.9149
20
Potensial

15
Series1
10
Linear (Series1)
5
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
Log C

Gambar 4.1 Kurva hubungan Potensial dan Konsentrasi


Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka
semakin besar nilai beda potensialnya. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang
semakin besar akan membuat ion-ion elektroit yang berinteraksi dengan elektroda
logam juga semakin banyak, sehingga nilai potensial yang dihasilkan juga
semakin besar. Hubungan peningkatan nilai potensial dengan besarnya
konsentrasi telah sesuai dengan hukum Nernst yang menjelaskan mengenai
hubungan konsentrasi berbanding lurus dengan nilai potensial.
Efektivitas kerja suatu sensor potensiometri dapat ditunjukan melalui
beberapa parameter seperti menentukan regresi, standart deviasi, dan koefisien
selektifitas dari beberapa data yang diperoleh dalam percobaan. Persamaan garis
pada gambar 4.1 yang diperoleh yaitu y = 2,0802x +28,072 dengan regresi
0,9149. Persamaan garis memberikan informasi bahwa selektifitas dari sensor
yang dibuat pada percobaan ini sebesar 2,0802 dan linearitas atau regresi sebesar
0,9149 atau 91%. Regresi atau kelinearan menurut Gillbert pada tahun 1809
merupakan sebuah indikator teknikal untuk mengukur suatu trend berdasarkan
metode statistik. Data percobaan yang diperoleh dapat dikatakan berhasil ketika
memiliki nilai regresi 1 atau mendekati nilai 1. Regresi yang dihasilkan pada
percobaan mendekati nilai 1. Efektivitas sensor yang dibuat dapat dianalisis juga
dengan standar deviasi dari data yang diperoleh. Standar deviasi merupakan
ukuran kesalahan suatu data dari rata-ratanya. Standar deviasi dari satu variabel
memiliki nilai yang mendekati nol menunjukan bahwa data pengulangan semakin
mendekati rata-rata yang artinya data pengulangan baik. Standar deviasi yang
diperoleh dari percobaan kali ini ialah 0,98958 dimana hasil mendekati nilai nol
sehingga dapat disimpulkan bahwa sensor yang dirangkai sebagai elektroda
berhasil.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Desain sensor untuk pengukuran secara potensiometri dapat dibuat dengan
cara memasukkan larutan CuSO4 ke dalam batang plastik dan kawat tembaga Cu,
dan membran dibuat dengan plastik yang diikat dengan karet pada ujung batang
plastik. Beda potensial larutan diukur dengan mencelupkan elektroda ke dalam
larutan dan diukur dengan voltmeter. Standar deviasi yang diperoleh sebesar
0,98958 dan relatif standar deviasi 3,94%.

5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini selanjutnya ialah sebaiknya ujung batang
plastik dipastikan tertutup rapat untuk menghindari kebocoran atau terganggu oleh
zat-zat pengotor. Membran dicuci dengan bersih, dan sebaiknya dilap hingga
kering supaya akuades untuk mencuci tidak membuat konsentrasi analit
berkurang. Elektroda selalu diperhatikan agar posisi tetap berdiri agar tidak terjadi
kebocoran larutan CuSO4.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gandjar, I. G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analisis Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press.
Safitra. 2015. Optimasi dan Pemodelan Matematis Deasetilasi Kitin Menjadi
Kiosan Menggunakan KOH. Jurnal Rekayasa Proses. Vol 9 (1) : 16-21.
Sharon, D. et. all. 1982. Principles of Analysis Chemistry. New York: Harcourt
Brace College Publisher.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Akuades. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. Diakses tanggal
27 November 2018.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Polytetraflouroethylene. [Serial
Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926382. Diakses
tanggal 27 November 2018.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Tembaga [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9933974. Diakses tanggal
27 November 2018.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Tembaga (II) Sulfat. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923761. Diakses tanggal
27 November 2018.
Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: FMIPA
Universitas Jember.
LAMPIRAN

No. Konsentrasi (M) Potensial (mV)


22,6
1. 0,005 23,5
21,9
25,2
2. 0,01 24,4
24,5
23,1
3. 0,05 26,9
25,7
25,2
4. 0,1 25,4
27,5
5. 26,8
0,5 27,6
27,7

kurva Kalibrasi
30
y = 2.0802x + 28.072
25 R² = 0.9149

20
Potensial

15
Series1
10
Linear (Series1)
5

0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
Log C

(𝑥𝑖 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)2 + (𝑥𝑖 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)2 + (𝑥𝑖 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎)2


𝑆𝐷 = √
(𝑛 − 1)

𝑆𝐷
𝑅𝑆𝐷 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

1. Konsentrasi 0,005 M
(22,6 + 23,5 + 21,9)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 22,67
3

(22,6 − 22,67)2 + (23,5 − 22,67)2 + (20,7 − 22,67)2


𝑆𝐷 = √ = 0,80209
(3 − 1)

0,80209
𝑅𝑆𝐷 = 𝑥 100% = 3,54%
22,66

2. Konsentrasi 0,01 M
(25,2 + 24,4 + 24,5)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 24,7
3

(25,2 − 24,7)2 + (24,4 − 24,7)2 + (24,5 − 24,7)2


𝑆𝐷 = √ = 0,43589
(3 − 1)

0,43589
𝑅𝑆𝐷 = 𝑥 100% = 1,76%
24,7

3. Konsentrasi 0,05 M
(23,1 + 26,9 + 25,7)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 25,23
3

(23,1 − 25,23)2 + (26,9 − 25,23)2 + (25,7 − 25,23)2


𝑆𝐷 = √ = 1,94251
(3 − 1)

1,94251
𝑅𝑆𝐷 = 𝑥 100% = 7,70%
25,23

4. Konsentrasi 0,1 M
(25,2 + 25,4 + 27,5)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 26,03
3

(25,2 − 26,03)2 + (25,4 − 26,03)2 + (27,5 − 26,03)2


𝑆𝐷 = √ = 1,27411
(3 − 1)

1,27411
𝑅𝑆𝐷 = 𝑥 100% = 4,89%
26,03

5. Konsentrasi 0,5 M
(26,8 + 27,6 + 27,7)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 27,37
3

(26,8 − 27,37)2 + (27,6 − 27,37)2 + (27,7 − 27,37)2


𝑆𝐷 = √ = 0,49331
(3 − 1)

0,49331
𝑅𝑆𝐷 = 𝑥 100% = 1,80%
27,37

Standar Deviasi rata-rata : 0,99


Relatif Standar Deviasi rata-rata : 3,94%

Anda mungkin juga menyukai