DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan kadar paracetamol dan kafein pada sampel dengan menggunakan KLT
Video Densitometri
Alat Bahan
1. Plat Silika gel GF254 1. Parasetamol
2. Pipa kapiler volumetris 2. Kafein
3. Chamber 3. Sediaan tablet kombinasi parasetamol
4. Lampu UV 254 dan 366 nm dan kafein
5. Hair dryer 4. Aquadest
6. Lembaran kertas saring 5. Etanol
6. Metanol Prosedur Kerja
V. PROSEDUR
Larutan induk: Siapkan 200mg parasetamol dan 100mg kafein dan larutkan dalam 100mL air
etanol (80:20, v/v).
Larutan baku kerja: Siapkan larutan baku kerja dengan rentang konsentrasi parasetamol 200
800 [200, 300, 400, 500, 600, 700] ppm dan kafein 100,400 [100, 150, 200, 250, 300, 350] ppm.
Larutan baku parasetamol tunggal: Siapkan larutan baku parasetamol 50 mg dalam 50 mL air
etanol (80:20, v/v). larutan baku ini untuk mengidentifikasi bercak parasetamol.
2. Penyiapan sampel
Siapkan fase gerak sebanyak 100 mL berupa campuran pelarut metanol:asam asetat glasial:air=
25:4,3:70,7 (v/v).
Masukan ke dalam chamber, sehingga tinggi fase gerak dalam chamber dalam rentang 0,5-1,0 cm.
Masukan kertas saring ke bagian pinggir dari chamber dan menyentuh ke dasar fase gerak.
Tutup chamber dan biarkan sampai jenuh dengan fase gerak
4. Penotolan
Tandai sebanyak 9 titik penotolan menggunakan pencil dengan jarak antara titik totol 0,5 cm.
Enam buah titik totol pertama digunakan untuk menotol 6 buah larutan baku kerja, 1 buah titik totol
untuk larutan baku parasetamol tunggal dan 2 buah titik totol digunakan untuk menotol sampel.
Setelah ditotol, biarkan plat silika gel menguap semua pelarut dari larutan baku kerja dan sampel.
Dapat digunakan hairdryer untuk mempercepat proses pengeringan.
5. Pengembangan
Keluarkan plat silika dari chamber dan biarkan mongering di suhu ruang. Untuk mempercepat
pengeringan dapat digunakan hairdryer.
Usahakan untuk merekam dalam posisi kamera yang stabil/tidak bergoyang dan focus ke plat silika.
7. Analisa kromatogram
File gambar yang telah direkam, untuk selanjutnya dianalisis menggunakan software TLC
Analyzer.
Pilih track 1 (konsentrasi 1) atur lebar dan jarak scan/pemindaian (dari titik penotolan sampel
sampai ke tanda batas pengembang).
Akan muncul 3 jenis kervu berdasarkan warna dasarnya; hijau, biru dan merah. Pilihlah kurva
dengan bentuk yang paling bagus memberikan kromatogramnya.
Buka data tersebut dalam Microsoft excel dan plot menjadi kurva.
Data yang telah dicatat, selanjutnya dibuat grafik hubungan antara AUC dan konsentrasi larutan
baku. Akan ada dua kurva kalibrasi yaitu kurva kalibrasi untuk parasetamol dan kafein.
Hitung persamaan regresi dan koefisien korelasi dari masing-masing kurva tersebut.
Hitung kadar parasetamol dan kafein dalam sampel berdasarkan AUC parasetamol dan kafein
dalam sampel dengan menggunakan persamaan regresi yang telah dihitung.
Hitung persetase selisih kadar yang diperoleh dengan percobaan terhadap kadar etiket
2. Plot2
3. Plot 3
4. Plot4
5. Plot 5
6. Plot 6
1. PARASETAMOL
PLAT KLT
BPJ AUC
200 3499,569
300 4084,953
400 4178,426
500 4503,477
600 5649,519
700 5697,154
2. KAFEIN
PLAT KALT
BPJ AUC
50 223,678
75 490,163
100 598,82
125 904,648
150 1031,477
175 1567,761
PERHITUNGAN
A. Pembuatan larutan induk paracetamol – kafein ( 2000 ppm – 500 ppm ) dalam labu ukur 100 ml
(0,1 L)
Paracatemol Kafein
2000 ppm : mg/L 500 ppm : mg/L
2000 ppm : mg/0,1 L 500 ppm : mg/0,1 L
Mg : 2000 x 0,1 Mg : 500 x 0,1
Mg : 200 mg Mg : 50 mg
B. Pembuatan kurva kalibrasi (larutan series)
1. Paracetamol : Kafein (200 ppm : 50 ppm) ad 5 ml
Paracatemol Kafein
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 2000 = 5 x 200 V1 x 500 = 5 x 50
V1 = 0,5 ml V1 = 0,5 ml
2. Paracetamol : Kafein (300 ppm : 75 ppm) ad 5 ml
Paracatemol Kafein
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 2000 = 5 x 300 V1 x 500 = 5 x 75
V1 = 0,75 ml V1 = 0,75 ml
3. Paracetamol : Kafein (400 ppm : 100 ppm) ad 5 ml
Paracatemol Kafein
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 2000 = 5 x 400 V1 x 500 = 5 x 75
V1 = 1 ml V1 = 1 ml
4. Paracetamol : Kafein (500 ppm : 125 ppm) ad 5 ml
Paracatemol Kafein
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 2000 = 5 x 500 V1 x 500 = 5 x 125
V1 = 1,25 ml V1 = 1,25 ml
5. Paracetamol : Kafein (600 ppm : 150 ppm) ad 5 ml
Paracatemol Kafein
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 2000 = 5 x 600 V1 x 500 = 5 x 150
V1 = 1,5 ml V1 = 1,5 ml
6. Paracetamol : Kafein (700 ppm : 175 ppm) ad 5 ml
Paracatemol Kafein
V1 x C1 = V2 x C2 V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 2000 = 5 x 700 V1 x 500 = 5 x 175
V1 = 1,75 ml V1 = 1,75 ml
C. Pembuatan larutan baku tunggal paracetamol
Pct 50 mg
50 mg/25 ml = 50.000 μg/25 ml
= 2000 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 2000 = 5 x 500
V1 = 1,25 ml
20
2. Metanol : x 200 ml = 40 ml
100
E. Pembuatan sampel
Panadol : Paracetamol = 500 mg
Kafein = 65 mg
Bobot tablet = 695 mg
Massa teoritis paracetamol
500 x 695 mg
= 500 mg
695 mg
Massa teoritis kafein
65 x 695 mg
= 65 m
695 mg
F. Kurva kalibrasi paracetamol dan % kadar paracetamol
KONSENTRASI AUC
200 ppm 3499.569
300 ppm 4084.953
400 ppm 4178.426
500 ppm 4503.477
600 ppm 5649.518
700 ppm 5697.154
a) Sampel 1
AUC : 4442,811
Dari kurva kalibrasi didapat persamaan regresi :
y = 4,5733x + 2544,2
a = 2544,2
b = 4,5733
Nilai x y = 4,5733x + 2544,2
y−2544,2
x=
4,5733
4442,811−2544,2
x=
4,5733
1898,611
x=
4,5733
x = 415,1512 ppm
• Massa sampel : mg = x X Fp X LU
= 415,1512 x 25 x 50
= 518939 μg
= 518,939 mg
mg Sampel
• % kadar paracetamol terhadap sampel : x 100%
mg Teoritis
518,939 mg
: x 100%
500 mg
: 103,787 % (b/b)
b) Sampel 2
AUC : 5101,134
Dari kurva kalibrasi didapat persamaan regresi :
y = 4,5733x + 2544,2
a = 2544,2
b = 4,5733
Nilai x y = 4,5733x + 2544,2
y−2544,2
x=
4,5733
5101,134−2544,2
x=
4,5733
2556,934
x=
4,5733
x = 559,1004 ppm
• Massa sampel : mg = x X Fp X LU
= 559,1004 x 25 x 50
= 698875,5 μg
= 698,875 mg
mg Sampel
• % kadar paracetamol terhadap sampel : x 100%
mg Teoritis
689,875 mg
: x 100%
500 mg
: 139,775 % (b/b)
103,787−139,775
• Rata-rata % kadar paracetamol : = 121,781% b/b
2
a) Sampel 1
AUC : 550,678
Dari kurva kalibrasi didapat persamaan regresi :
y = 9,8859x – 309,41
a = 309,41
b = 9,885
Nilai x Rasa y = 9,8859x + 309,41
y−309,41
x=
9,8859
550,678−2544,2
x=
9,8859
241,268
x=
9,8859
x = 24,4052 ppm
• Massa sampel : mg = x X Fp X LU
= 24,4052 x 25 x 50
= 30506,25 μg
= 30,5062 mg
mg Sampel
• % kadar kafein terhadap sampel : x 100%
mg Teoritis
30,5062 mg
: x 100%
65 mg
: 46,932 % (b/b)
b) Sampel 2
AUC : 397,385
Dari kurva kalibrasi didapat persamaan regresi :
y = 9,8859x – 309,41
a = 309,41
b = 9,885
Nilai x Rasa y = 9,8859x + 309,41
y−309,41
x=
9,8859
397,385−2544,2
x=
9,8859
87,9758
x=
9,8859
x = 8,8991 ppm
• Massa sampel : mg = x X Fp X LU
= 8,8991 x 25 x 50
= 11123,875 μg
= 11,123 mg
mg Sampel
• % kadar kafein terhadap sampel : x 100%
mg Teoritis
11,123 mg
: x 100%
65 mg
: 17,112 % (b/b)
46,932+17,112
• Rata-rata % kadar kafein : = 32,202 % b/b
2
VII . PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan tentang Penetapan Kadar Campuran
Parasetamol dan Kafein Menggunakan Metode KLT Video Densitometri yang bertujuan untuk
menentukan suatu kadar sampel multi komponen dengan menggunakan metode kromatografi
lapis tipis video densitometri. Prinsip dari metode yang dilakukan adalah dengan pemindaian
optic yang berlangsung secara elektronik. Pemindaian ini menggunakan computer dengan video
digital, sumber cahaya, monokromator dan optic yang tepat untuk menerangi plat dan focus
gambar ke perangkat change-coupled ( CCD) kamera Video ( Fried, 1999; Poole, 2000).
Kromatografi Lapis Tipis Video Densitometri merupakan metode analisis kualitatif dan
kuantitatif yang berdasarkan analisis gambar. Metode ini dapat dikembangkan sebagai metode
alternatif dari metode KCKT dan menjadi alternatif bagi keterbatasan spektrofotometri UV.
KLT Densitometri merupakan bentuk yang modern dari KLT umum yang hanya bertujuan
untuk analisis kualitatif. Metode KLT-Video Densitometri ini dipilih karena lebih sederhana,
murah dan dapat dikembangkan secara mandiri untuk keperluan komersial serta dapat dijadikan
alternatif instrument analisis menggantikan KLT pemindaian Densitometri.
Pada percobaan kali ini sampel yang kita gunakan yaitu Paracetamol dan Kafein dan
sediaan tablet kombinasi antara paracetamol dan kafein yaitu Panadol. Parasetamol (N-(4-
hydroxyphenyl)acetamide, N-(4-hydroxyphenyl)ethanamide) memiliki berat molekul 151, 16
g/mol dan merupakan salah satu obat yang paling umum digunakan diberbagai belahan dunia
karena khasiatnya yang membantu mencegah nyeri sendi, sakit gigi, sakit kepala, migrain, nyeri
otot, dan untuk menurunkan demam yang berasal dari virus dan bakteri.
(Gambar struktur Paracetamol)
Kemudian dari kedua zat aktif tersebut ditentukan kadarnya dengan KLT Densitometri.
Pada prosesnya, sampel terlebih dahulu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai yaitu etanol untuk
di totolkan pada plat KLT. Setelah itu dibuat juga larutan series yang nantinya akan di totolkan
pada plat KLT yang kemudian dikembangkan pada fase gerak yang sesuai yaitu metanol : asam
asetat glasial : air dengan perbandingan 25 : 4,3 : 70,7 yang ketiga senyawa ini memiliki sifat
polar sehingga untuk mengelusinya digunakan fase gerak yang polar juga. Pemilihan fase gerak
ini sangat penting karena dapat mempengaruhi waktu retensi dan pemisahan dari komponen–
komponen yang akan dianalisis, dan setelah itu masukan kertas saring kedalam chamber untuk
melihat kejenuhan pada fase gerak tersebut. Setelah dinyatakan jenuh, selanjutnya masukan
plat silika gel yang telah di totolkan sampel ke dalam chamber lalu tunggu sampai fase gerak
sampai di tanda batasnya, setelah selesai keluarkan plat silika gel dan tunggu hingga mengering.
Jika sudah kering, dibaca pada lampu UV dan noda pada KLT yang terbentuk setelah itu
ditandai dan diambil gambarnya dengan kamera yang dengan posisi kamera stabil dan fokus
terhadap plat silika. Setalah itu akan muncul gambar yang dapat ditentukan nilai AUC dan nilai
regresi linearnya. Nilai tersebut berasal dari kolerasi sinar radiasi elektromagnetik dan area dari
noda bercak yang timbul, sehingga nilai AUC tersebut dapat digunakan untuk menghitung
kadar masing–masing zat aktif pada sampel. Lalu selanjutnya dari hasil nilai AUC tersebut
dibuat kurva kalibrasi dengan nilai bpj dari masing–masing sampel itu sendiri dan
menghasilkan nilai persamaan regrasi pada sampel Paracetamol yaitu Y = 4,5733x + 2544,2
dan pada sampel kafein yaitu Y = 9,889x + 309,41 yang diperoleh dari kurva kalibrasi larutan
deret standar. Selanjutnya untuk memperoleh kadar dari sampel paracetamol dan kafein
dikalikan dengan faktor pengenceran dan labu utama (volume), sehingga akhirnya diperoleh
kadar Paracetamol sebesar 121,781%b/b yang dimana hasil ini tidak sesuai dengan persyaratan
yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV yang mana rentang kadar tidak kurang
dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Sedangkan untuk kadar Kafein yang diperoleh sebesar
32,202%b/b dimana hasil ini juga tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia Edisi V yang dimana rentang kadar kafein tidak kurang dari 98,5% dan
tidak lebih dari 101,0%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pelarut yang digunakan tidak mampu
melarutkan sediaan zat aktif dalam sampel. Selain itu, pengenceran larutan sampel juga
berpengaruh terhadap kadar yang diperoleh, semakin besar pengenceran maka semakin kecil
pula kadar yang dihasilkan.
VIII. KESIMPULAN
Diperoleh kadar Paracetamol sebesar 121,781%b/b yang dimana hasil ini tidak sesuai
dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa rentang
kadar tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. Sedangkan untuk kadar Kafein
yang diperoleh sebesar 32,202%b/b dimana hasil ini pun tidak sesuai dengan persyaratan
yang tercantum dalam Farmakope Indonesia Edisi V yang dimana rentang kadar kafein
tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan zat aktif dalam sampel. Selain
itu, pengenceran larutan sampel juga berpengaruh terhadap kadar yang diperoleh, semakin
besar pengenceran maka semakin kecil pula kadar yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
• Rodenas, V., Garcia MS., Sanchez-pedreno, C., and Albero MI., “Simultaneous Determination
of Propacetamol and Paracetamol by Derivative Spectrophotometry,” NCBI, 52, 517-523,
2000.
• Departemen Kesehatan RI, “Farmakope Indonesia Edisi IV,” Departemen Kesehatan RI :
Jakarta, 1995.
• Nawrot, P., Jordan, S., Eastwood, J., Rotstein, J., Hugenholtz, A., and Feeley, M., “Effects of
Caffeine on Human Health,” Food Additivies and Contaminants, 20 (1): 1-30, 2002.
• Sudjadi dan Rahman, A., “Analisis Obat Makanan,” Pustaka Pelajar : Yogyakarta, 1994
• Fried. 1999. Bab 10: In Situ Densitometry. Page. 200-218. Poole, P.E. 2000. Chromatography:
Thinlayer (planar)/ Densitometry and Image Analysis. Merck limited, Poole, Dorset, UK:
Academic press
• Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI
• Damayanti, s., slamet, i., kurnia, f., dan daryono, h. 2003. Simultaneous determination of
paracetamol and ibuprofene mixtures by high performance liquid chromatography. Indonesian
journal of chemistry, 3(1):9-13.
• Fried. 1999. Bab 10: in situ densitometry. Page. 200-218.
• Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya. Majalah ilmu
kefarmasian, i(3):117-135
• Mutschler, e. 1999. Dinamika obat farmakologi dan toksikologi. Edisi 5. Bandung: penerbit itb.
• Poole, p,e. 2000. Chromatography: thin-layer (planer)/ densitometri and image analysis. Merck
limited, poole, dorset, uk: academic press.
LAMPIRAN
Hasil penampak bercak klt-Videodensitometri
Pembagian kerja kelompok berdasarkan pengocokan :