Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN KAFEIN


MENGGUNAKAN METODE KLT VIDEO DENSITOMETRI

ADE SEPTA ANGRENI (211FF04022)

Kelas S1 Ekstensi, Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana

ABSTRAK
Kadar zat aktif yang tidak memenuhi persyaratan dapat membahayakan para
konsumen, oleh karena itu diperlukan suatu analisis untuk penentuan kadar menggunakan
metode analisis kimia yang akurat. Pertimbangan metode analisis yang dipilih adalah yang
mudah dan hasil lebih baik. Metode analisis yang dapat digunakan untuk pemisahan
senyawa campuran paracetamol dan kafein antara lain kromatografi lapis tipis (KLT),
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan spektrofotometri UV (Clarke, 2005). Metode
yang saat ini sedang banyak digunakan yaitu metode KLT video densitometri. Metode ini
dapat dikembangkan sebagai metode alternatif dari metode KCKT dan menjadi alternatif
bagi keterbatasan spektrofotometri UV. KLT densitometri merupakan bentuk yang modern
dari KLT biasa. KLT video densitometri merupakan metode analisis kualitatif dan
kuantitatif yang berdasarkan analisis gambar. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan bahwa kadar paracetamol terhadap sampel sebesar 148,288 % b/b,
Sedangkan kadar paracetamol terhadapetiket didapatkan sebesar - 49,9398 % b/b.

Kata Kunci : KLT Video Densitometri, Kafein, Paracetamol.

TEORI PENDAHULUAN
Kadar zat aktif yang tidak memenuhi persyaratan dapat membahayakan para
konsumen, oleh karena itu diperlukan suatu analisis untuk penentuan kadar menggunakan
metode analisis kimia yang akurat. Pertimbangan metode analisis yang dipilih adalah yang
mudah dan hasil lebih baik. Metode analisis yang dapat digunakan untuk pemisahan
senyawa campuran paracetamol dan kafein antara lain kromatografi lapis tipis (KLT),
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan spektrofotometri UV (Clarke, 2005).
Dengan metode KLT-Densitometri memberikan ketelitian, linieritas, serta ketepatan
untuk memenuhi persyaratan dan nilai LOD (Limit of Detection) dan LOQ (Limit of
Quantitation) dapat diketahui (Sugihartini dkk, 2012). Validasi dilakukan pada suatu metode
analisa untuk memberikan data yang valid dengan parameter LOD, LOQ, linearitas, ketelitian
dan ketepatan. Dilakukan evaluasi pada parameter tersebut untuk mendapatkan data yang dapat
masuk kedalam kemampuan alat yang digunakan untuk mendeteksi sehingga diperoleh hasil
yang mendekati sebenarnya dan akan memberikan data yang sama jika dilakukan pengulangan.
Hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan cukup valid jika semua faktor telah
terpenuhi (Sugihartini, et al., 2012).

Metode yang saat ini sedang banyak digunakan yaitu metode KLT video
densitometri. Metode ini dapat dikembangkan sebagai metode alternatif dari metode KCKT
dan menjadi alternatif bagi keterbatasan spektrofotometri UV. KLT densitometri merupakan
bentuk yang modern dari KLT biasa. KLT video densitometri merupakan metode analisis
kualitatif dan kuantitatif yang berdasarkan analisis gambar. Untuk analit yang lemah
berfluoresen, digunakan aperture kamera yang kecil (F: 22) dapat digunakan dengan
integrasilama (Muttaqin, dkk. 2016). Prinsip dari video densitometri yaitu pemindaian optik
berlangsung secara elektronik menggunakan komputer dengan video digitial, sumber
cahaya, monokromator, dan optic yang tepat untuk menerangi plat dan focus gambar ke
perangkat charge-coupled (CCD) kamera video. Daya tarik utama video densitometri untuk
deteksi dalam kromatografi lapis tipis adalah akuisisi data cepat dan simultan, desain
instrument sederhana tanpa bagian yang bergerak, peningkatan sensitivitas, akuisisi lebih
lama dan kompatibilitas dengan analisis data. (Muttaqin, dkk. 2016)
Parameter yang digunakan dalam uji kesesuaian sistem menggunakan metode KLT
adalah Rf. Nilai Rf diusahakan sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 0,2-0,8 dengan
cara memvariasikan kombinasi dan komposisi fase gerak. Visualisasi bercak pada KLT
dilakukan menggunakan lampu UV 254 nm. Selanjutnya, bercak pada plat KLT silika gel
GF254 yang sudah berfluorisesnsi direkam/video menggunakan kamera mirrorless.
Kemudian gambar hasil perekaman dianalisis menggunakan software TLC analyzer (Asnawi
dkk., 2017)
Daya tarik utama videodensitometri untuk deteksi dalam kromatografi lapis tipis
adalah akuisisi data cepat dan simultan, desain instrument sederhana tanpa bagian yang
bergerak, peningkatan sensitivitas, akuisisi lebih lama dan kompatibilitas dengan analisis
data. Videodensitometri tidak dapat menyaingi pemindaian densitometri dalam hal
sensitivitas, resolusi dan ketersediaan pengukuran berbagai panjang gelombang. Perangkat
lunak dari video densitometri yaitu meliputi sorrbfil video densitometer, TLC Analyzer,
ImageJ dan Just TLC. (Muttaqin, dkk. 2016).
TUJUAN
Mengetahui cara mengkuantisasi parasetamol dan kafein dalam tablet menggunakan KLT video
densitometri. Kuantisasi dilakukan pada bercak dari parasetamol dan kafein yang ada pada
permukaan plat KLT dalam bentuk file gambar. Aplikasi yang digunakan adalah imageJ.

ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Plat Silika gel GF254 dengan ukuran 8 x 7 cm sebanyak 2 lembar
2. Pipa kapiler volumetris 100 µL
3. Chamber
4. Lampu UV 254 dan 366 nm
5. Hair dryer
6. Lembaran kertas saring
Bahan
1. Parasetamol
2. Kafein
3. Sediaan tablet kombinasi parasetamol dan kafein
4. Metanol
5. Etil Asetat teknis

PROSEDUR KERJA
Penyiapan larutan baku
1. Larutan induk: Siapkan 100mg parasetamol dan 50mg kafein dan larutkan dalam 50mL
metanol (80:20, v/v).
2. Larutan baku kerja: Siapkan larutan baku kerja dengan rentang konsentrasi parasetamol
200-800 [200, 300, 400, 500, 600, 700] ppm dan kafein 100-400 [100, 150, 200, 250, 300,350]
ppm.
3. Larutan baku parasetamol tunggal: Siapkan larutan baku parasetamol 50 mg dalam 50 mL
metanol (80:20, v/v). larutan baku ini untuk mengidentifikasi bercak parasetamol.

Penyiapan sampel
1. Gerus sampel sediaan PCT dan kafein dan timbang sebanyak 50mg
2. Larutan dalam 100mL metanol (80:20, v/v).
4. Encerkan sampai dengan rentang konsentrasi parasetamol dalam rentang 300-500ppm.
Penyiapan fase gerak
1. Siapkan fase gerak sebanyak 100 mL berupa etil asetat teknis.
2. Masukan ke dalam chamber, sehingga tinggi fase gerak dalam chamber dalam rentang 0,5-1,0
cm.
3. Masukan kertas saring ke bagian pinggir dari chamber dan menyentuh ke dasar fase gerak.
4. Tutup chamber dan biarkan sampai jenuh dengan fase gerak.

Penotolan
1. Siapkan plat silika gel dengan ukuran 8 × 7 cm.
2. Tandai sebanyak 9 titik penotolan menggunakan pencil dengan jarak antara titik totol 0,5 cm.
3. Enam buah titik totol pertama digunakan untuk menotol 6 buah larutan baku kerja, 1 buah
titik totol untuk larutan baku parasetamol tunggal dan 2 buah titik totol digunakan untuk
menotol sampel.
4. Volume penotolan larutan baku kerja dan sampel sebanya
5. Setelah ditotol, biarkan plat silika gel menguap semua pelarut dari larutan baku kerja dan
sampel. Dapat digunakan hairdryer untuk mempercepat proses pengeringan.
6. Tandai, batas atas dari pengembang menggunakan pensil.

Ilustrasi plat KLT


Pengembangan
1. Masukan plat yang telah ditotol dan dikeringkan kedalam chamber.
2. Tunggu sampai larutan pengembang/fase gerak sampai ke tanda batasnya.
3. Keluarkan plat silika dari chamber dan biarkan mongering di suhu ruang. Untuk mempercepat
pengeringan dapat digunakan hairdryer.

Penampakan dan perekaman bercak


1. Masukan plat silika yang telah kering ke bawah sinar uv (258 dan 366 nm)
2. Amati bercak dan rekam dengan camera.
3. Usahakan untuk merekam dalam posisi kamera yang stabil/tidak bergoyang dan focus ke plat
silika.

Analisa kromatogram
1. Persiapan aplikasi ImageJ
Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah mengupdate aplikasi java terlebih dahulu.
Download and install the latest JDK from www.oracle.com/technetwork/java/javase/downloads/
2. Selanjutnya, download software imageJ dari link berikut <pilih yang windows>:
https://imagej.nih.gov/ij/download.html

Link tutorial menghitung AUC dari bercak pada permukaan plat KLT menggunakan aplikasi
ImageJ: https://www.youtube.com/watch?v=PH5DcxhCQ7I

Pembuatan kurva kalibrasi


1. Data yang telah dicatat, selanjutnya dibuat grafik hubungan antara AUC dan konsentrasi
larutan baku. Akan ada dua kurva kalibrasi yaitu kurva kalibrasi untuk parasetamol dan
kafein.
2. Hitung persamaan regresi dan koefisien korelasi dari masing-masing kurva tersebut.
3. Hitung kadar parasetamol dan kafein dalam sampel berdasarkan AUC parasetamol dan
kafein dalam sampel dengan menggunakan persamaan regresi yang telah dihitung.
4. Hitung rata-rata kadar parasetamol dan kafein dalam sampel.
5. Hitung persetase selisih kadar yang diperoleh dengan percobaan terhadap kadar etiket

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Plat KLT
Kurva Kalibrasi Paracetamol
No Parasetamol
C (bpj) AUC
1 200 7846,56
2 300 8793,51
3 400 9228,05
4 500 9335,41
5 600 9590,34
6 700 10483,58
1) Kurva Kalibrasi Kafein

Kafein
NO C (bpj) AUC
100 1908,59
150 1928,08
200 2326,2
250 2526,44
300 2711,86
350 3208,51
PERHITUNGAN
A. Pembuatan larutan induk
a. Paracetamol
Dik : Paracetamol = 200 mg  0,2 gLU = 100mL
Dit : Konsentrasi ?
Pengenceran ?
Jawab:
 Konsentrasi paracetamol
ppm = 𝑔
x 106
𝑚𝐿
ppm = 0,2 x 106
100

ppm = 2000 ppm


b. Seri Pengenceran Larutan Baku Paracetamol
 Pengenceran 200 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 2000 = 50 . 200
50.200
V1 =
2000
10000
V1 =
2000
V1 = 5 mL
 Pengenceran 300 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 2000 = 50 . 300
50.300
V1 =
2000
15000
V1 =
2000
V1 = 7,5 mL
 Pengenceran 400 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 2000 = 50 . 400
50.400
V1 =
2000
20000
V1 =
2000
V1 = 10 mL
 Pengenceran 500 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 2000 = 50 . 500
50.500
V1 =
2000
25000
V1 =
2000
V1 = 12,5 mL
 Pengenceran 600 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 2000 = 50 . 600
50.600
V1 =
2000
30000
V1 =
2000
V1 = 15 mL
 Pengenceran 700 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 2000 = 50 . 700
50.700
V1 =
2000
35000
V1 =
2000
V1 = 17,5 mL
c. Kafein
Dik: Bobot sampel = 50 mg
Dit : Konsentrasi = ?
Pengenceran = ?
Jawab :
 Konsentrasi kafein
ppm = 𝑔
x 106
𝑚𝐿
ppm = 0,05 x 106
100
ppm = 500 ppm
d. Seri Pengenceran Larutan Baku Kafein

 100 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 . 100
V1 = 50.100
500
V1 = 5000
500
V1 = 10 mL

 150 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 . 150
V1 = 50.150
500
V1 = 7500
500
V1 = 15 mL

 200 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 . 200
V1 = 50.200
500
10000
V1 =
500
V1 = 20 mL

 250 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 . 250
V1 = 50.250
500
12500
V1 =
500
V1 = 24 mL

 300 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 . 300
V1 = 50.300
500
15000
V1 =
500
V1 = 30 mL
 350 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 . 350
V1 = 50.350
500
V1 = 17500
500
V1 = 35 mL

B. Pembuatan larutan baku paracetamol tunggal


a. Konsentrasi larutan baku paracetamol tunggal
Diket : Paracetamol = 50 mg  0,05 g
LU = 50 mL
Dit. : Konsentrasi = ?
Pengenceran = ?
Jawab :
 Konsentrasi paracetamol
ppm = g x 106
𝑚𝐿
ppm = 0,05 x 106
50
ppm = 1000 ppm

C. Penyiapan Sampel
a. Konsentrasi larutan sampel
Diket : Paracetamol = 50 mg  0,05 g
LU = 100 mL
Dit. : Konsentrasi = ?
Pengenceran = ?
Jawab :
 Konsentrasi paracetamol
ppm = g x 106
𝑚𝐿
ppm = 0,05 x 106
100
ppm = 500 ppm

 Pengenceran 300 ppm


V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 500 = 50 . 300
V1 = 50.300
500
V1 = 15000
500
V1 = 30 mL

D. Penetapan kadar
a. Paracetamol
Diketahui : Regresi linear : y = 5,1721x + 1271,2
Bobot sampel = 50 mg
Bobot tablet = 500 mg
Faktor pengenceran = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝i𝑝𝑒𝑡
= 50
30
= 1,667x
Labu Utama = 100 mL

AUC sampel 1 = 9067,88


AUC sampel 2 = 9311,05
AUC rata-rata = (9067,88 +9311,05)
2
= (18378,93)
2
= 9189,465
Dit. : Kadar sampel 1 = ?
Kadar sampel 2 = ?
Jawab :
 Kadar paracetamol terhadap sampel
Regresi linear : y = 4,4808x + 7196,5
Kadar sampel (x) = (𝑦−𝑎)
𝑏
(9189,465−7196,5)
=
4,4808
= 1992,965
4,4808
= 444,778 bpj
Bobot sampel = kadar sampel x FP x LU
= 444,778 x 1,667 x 100
= 74.144,4926 µg
= 74,144 mg
Kadar paracetamol terhadap sampel= 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛g 𝑑ig𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
= 74,144 x 100%
50
= 148,288 % b/b
 Kadar paracetamol terhadap etiket
 Konversi kedalam 1 tablet
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑃𝐶𝑇 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑃𝐶𝑇 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑒𝑡i𝑘𝑒𝑡
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i 𝑡i𝑚𝑏𝑎𝑛g 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡

74,144 X
=
50 500

74,144 . 500 = 50 . x

37.072 = 50 x
x = 37.072
50
x = 741,44 mg
Kadar paracetamol terhadap etiket = bobot PCT terhadap etiket x100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡i𝑘𝑒𝑡

= 741,44 x 100 %
500

= 148,288 % b/b

b. Kafein
Diketahui : Regresi linear : y = 5,1721x + 1271,2
Bobot sampel = 50 mg
Faktor pengenceran = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝i𝑝𝑒𝑡
= 50
30
= 1,667x
Labu Utama = 100 mL
AUC sampel 1 = 471,9
AUC sampel 2 = 521,04
AUC rata-rata = (471,9+521,04)
2
= 992,94
2
= 496,47
Dit. : Kadar sampel 1 = ?
Kadar sampel 2 = ?
Jawab :
Kadar cafein terhadap sampel
Regresi linear : y = 5,1721x + 1271,2
 Kadar sampel (x) = (𝑦−𝑎)
𝑏
= (496,47−1271,2)
5,1721
= -774,73
5,1721
= -149,790 bpj
Bobot sampel = kadar sampel x FP x LU
= -149,790 x 1,667 x 100
= - 24.969,993 µg
= - 24,9699 mg
Kadar kafein terhadap sampel = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛g 𝑑ig𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

= -24.9699 x 100%
50
= - 49,9398 % b/b

 Kadar kafein terhadap etiket


 Konversi kedalam 1 tablet
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎f𝑒i𝑛 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎f𝑒i𝑛 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑒𝑡i𝑘𝑒𝑡
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i 𝑡i𝑚𝑏𝑎𝑛g 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡

X
- 49,9398 =
50 65

- 49,9398 . 65 = 50 . x

-3.246,087 = 50 x

x = -3.246,087
50

x = -64,92174 mg
Kadar paracetamol terhadap etiket = bobot kafein terhadap etiket x100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡i𝑘𝑒𝑡
-64,92174 x 100 % = -99,8796% b/b
= 65
2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kadar dari
sampel multikomponen dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis video
densitometri. Metode ini memiliki prinsip dengan berdasarkan pada interaksi antara sinar
radiasi elektromagnetik dari kamera dengan area noda pada plat KLT yang dapat terjadi
korelasi. Pada KLT Vidio densitometri setelah didapat bercak pada KLT selanjutnya
diambil gambarnya dengan kamera yang telah terhubung dengan aplikasi image J pada
komputer, setelah didapat gambar maka akan otomatis tersimpan dan dapat ditentukan
setiap noda bercak yang terlihat. KLT Densitometri digunakan untuk menentukan kadar
senyawa dengan cara noda yang terpisah pada plat KLT tersebut dimasukkan kedalam
instrument yang kadarnya ditentukan berdasarkan hubungan Area Under Curve (AUC)
masing-masing noda pada plat (Sherma, 1994). Densitometri memiliki rangkaian alat
berupa sumber cayaha akan menuju monokromator untuk diubah dari cahaya polikromatik
menjadi cahaya monokromatik, selanjutnya cahaya yang telah diubah dipancarkan ke dalam
sampel kompartemen yaitu suatu lempeng kemudian dipantulkan dan cahaya akan terdeteksi
dengan detektor. Pembacaan yang didapatkan akan diperkuat dengan menggunakan
amplivier kemudian hasil yang didapat dibaca pada layar baca atau visual display (Sherma,
1994).
Pengujian kali ini sampel yang digunakan adalah paracetamol dan kafein dari kedua
zat aktif tersebut dapat ditentukan kadarnya dengan KLT densitometri. Adapun alasan
pemihan sampel tersebut karena senyawa kafein & paracetamol memiliki gugus kromofor
dan auksokrom, sehingga dapat dilakukan analisis dengan densitometer, dengan prinsip
memantulkan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh analit. Proses yang dilakukan adalah
sampel terlebih dahulu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk ditotolkan pada plat
KLT, selain itu dibuat larutan series yang akan ditotolkan pada plat KLT yang kemudian
dikembangkan pada fase gerak yang sesuai dan setelah sampai pada tanda, lalu baca
dibawah lampu UV dan noda KLT yang terbentuk diambil gambarnya dengan kamera.
Setelah itu gambar yang didapatkan ditentukan nilai AUC yang Nilai yang didapat berasal
dari korelasi sinar radiasi elektromagnetik dan area noda bercak yang timbul. Sehingga nilai
AUC ini dapat digunakan untuk menghitung kadar masing-masing zat aktif pada sampel.
Untuk kedua sampel yaitu paracetamol dan kafein, komponen yang terkandung dalam
sampel memiliki ciri dan struktur yang berbeda (Farmakope Indonesia).
Berdasarkan data pengamatan diperoleh kadar paracetamol terhadap sampel sebesar
148,288 % b/b, sedangkan kadar paracetamol terhadap etiket didapatkan sebesar 148,288 %
b/b. Dimana hasil ini tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam farmakope
Indonesia edisi VI karena larutan oral paracetamol mengandung paracetamol tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Pada analisis
kadar kafein terhadap sampel didapatkan sebesar -49,9398 % b/b sedangkan kadar kafein
terhadap etiket didapatkan sebesar -99,8796% b/b. Dimana hasil ini tidak sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam farmakope Indonesia edisi VI karena tidak masuk dalam
rentang 98,5% dan 101%. Dimana hasil uji ini juga tidak sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam literatur. Hasil tidak sesuai dengan teori dapat terjadi karena, kemungkinan
ada kesalahan penentuan luas area ketika penarikan garis dari ujung ke ujung puncak yang
dapat membuat perbedaan nilai AUC yang didapatkan. Dan pada praktikum terdapat
kesalahan praktikan dalam menentukan konsentrasi. Oleh karena itu disarankan untuk
pengerjaan metode ini harus benar-benar memerlukan ketelitian agar mendapatkan hasil
yang akurat.

KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kadar paracetamol terhadap sampel sebesar
148,288 % b/b, sedangkan kadar paracetamol terhadap etiket didapatkan sebesar 148,288 % b/b.
Dimana hasil ini tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam farmakope Indonesia
edisi VI karena larutan oral paracetamol mengandung paracetamol tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Pada analisis kadar kafein terhadap
sampel didapatkan sebesar -49,9398 % b/b sedangkan kadar kafein terhadap etiket didapatkan
sebesar -99,8796% b/b. Dimana hasil ini tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
farmakope Indonesia edisi VI karena tidak masuk dalam rentang 98,5% dan 101%. Dimana hasil
uji ini juga tidak sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam literatur. Sehingga dalam
pengerjaan harus teliti dan pemahaman yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, A., Febrina, E., Dinata, D.I., & Faziran, F.N. 2017. Penetapan Kadar Pseudoefedrin
HCl dan Loratadin dalam Kombinasi Sediaan Kapsul Menggunakan Metode KLT
Video Densitometri. Jurnal Farmasi Galenika. 4(3): 98-106.

Clarke. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. London: Pharmaceutical Press.

Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Mutschler, E. 1999. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Edisi 5. Bandung:


Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Muttaqin, F.Z., Yulaintini, A., Fitriawati, A., & Asnawi, A. 2016. Penetapan Kadar Senyawa
Metampiron dan Diazepam dalam Sediaan Kombinasi Obat Menggunakan Metode
KLT Video Densitometri. Pharmacy. 13(2):127-136

Sherma, J. 1994. Hanbook Of Thin Layer Chromarography 3nd ed. New York: Marcel
Dekker Inc.

Sugihartini, N., Fudholi, A., Pramono, S. & S., 2012. Validasi Metode Analisa Penetapan
Kadar Epigalokatekin Galat Dengan KLT Densitometri. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, Volume 2, pp. 81-87.

Anda mungkin juga menyukai