Anda di halaman 1dari 45

MODUL 1

Hakikat Komunikasi Massa dan


Era Informasi

Muhammad Heychael, S.I.Kom, M.Si.


Dr. Billy K. Sarwono, M.A.

PENDAHULUAN

K omunikasi terjadi dalam berbagai peristiwa, konteks, dan dalam


berbagai bentuk juga. Dalam pembelajaran 1 ini kita akan memfokuskan
pada bagaimana komunikasi terjadi dalam konteks publik dan media massa
karena kedua hal ini memainkan peran penting dalam menciptakan dan
menyebarkan pesan atau informasi yang merupakan pusat dalam kehidupan
kita sebagai individu, dalam berkelompok, berorganisasi,
dan di masyarakat.

Secara khusus, modul ini mempersiapkan mahasiswa agar dapat


menyebut berbagai elemen dalam proses komunikasi massa;
membedakan konsep komunikasi, komunikasi massa, dan media massa;
mengetahui organisasi media massa;
menganalisis bahwa munculnya media baru telah mengubah konsep
komunikasi massa konvensional.

Istilah komunikasi publik, komunikasi massa biasanya sering disamakan


dengan media massa karena keduanya terkait dengan audiens yang relatif
besar dan heterogen serta bersifat impersonal atau tidak terkait masalah
personal. Bila contoh dari komunikasi publik adalah kampanye, atau
pagelaran musik maka komunikasi massa melibatkan media, seperti artikel
dalam surat kabar, tayangan televisi. Istilah relatif sengaja ditulis dengan
huruf tebal karena apa yang disebut publik atau massa dan apa yang bukan
sering kali merupakan persoalan yang bersifat relatif. Apakah komunikasi
antara individu dalam kelompok yang besar dapat dikatakan komunikasi
publik? Untuk membedakannya maka kita sebagian besar tentunya sepakat
bahwa bila tiga atau empat orang saling mengenal maka komunikasi itu
disebut komunikasi antar pribadi. Sebaliknya, kalau seorang manajer
berbicara di depan seratus atau dua ratus karyawan pada pertemuan tahunan
maka kita katakan hal itu sebagai komunikasi publik. Bila pertemuan itu
kemudian direkam dalam CD maka hal itu disebut komunikasi massa.
Bagaimana kalau komunikasi itu dilakukan di antara puluhan orang,
katakanlah lima puluh orang yang juga saling tidak mengenal? Bagaimana
kita membedakan situasi itu akan disebut komunikasi publik atau komunikasi
massa? Ruben dan Steward (2006:356-357) menjelaskan bahwa karakter
komunikasi publik dan komunikasi massa sebagai berikut.
1. Memiliki audiens.
2. Bukan bersifat pribadi (impersonal).
3. Direncanakan, dapat diprediksi dan bersifat formal.
4. Kontrol dilakukan oleh pembicara atau komunikator. Pembicara di sini
punya kemampuan untuk menciptakan informasi apa yang akan
disampaikan.
5. Berpusat pada pembicara atau komunikator. Di sini pembicara
mempunyai akses untuk berbicara kepada semua audiens, namun audiens
tak punya akses yang sama baik kepada pembicara maupun akses kepada
sesama audiens.
6. Umpan balik (feedback) yang terbatas.

Setelah mengenal karakter komunikasi massa maka perlu juga Anda


mengetahui empat karakteristik massa(Potter, 2011:47), yaitu
1. audiensnya sangat beragam atau heterogen;
2. audiensnya anonim, komunikator tidak mengenal siapa audiensinya;
3. audiens tidak saling mengenal;
4. khalayak massa itu tidak bernaung di bawah organisasi, karena itu tidak
ada aturan dan struktur yang menyatukan mereka.
K E gi A t A n B E LA J A R 1

Proses Komunikasi

P enjelasan tentang proses komunikasi dimulai dari pengenalan berbagai


elemen komunikasi. Schramm (Straubhaar, 2008:17) menjelaskan proses
komunikasi dikenal dengan penggunaan istilah SMCR model yang
merupakan kependekan dari Source, Message, Channel, dan Receiver.
Straubhaar dalam penjelasan keempat elemen itu menambahkan elemen lain,
yaitu encoding, decoding, umpan balik (feedback), dan gangguan (noise):
1. S – source atau disebut juga komunikator atau sumber informasi.
2. proses encoding, proses yang menerjemahkan ide ke dalam suatu bentuk
agar dapat dikomunikasikan.
3. M - message yaitu pesan atau informasi yang akan disampaikan.
4. C- channel atau saluran komunikasi adalah medium atau sistem
transmisi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
5. Proses decoding, proses yang menerjemahkan ide yang diterima ke
dalam bentuk informasi sehingga dapat dimengerti.
6. R – receiver yaitu penerima pesan atau informasi.
7. E – effect, yaitu dampak dari penyampaian pesan atau informasi.
8. Umpan balik (feedback) merupakan respons dari penerima pesan yang
dapat membentuk dan mengubah pesan berikutnya yang disampaikan
oleh sumber komunikasi.
9. Gangguan (noise) dalam proses komunikasi. Noise didefinisikan sebagai
berbagai hal atau apa saja yang dapat mengganggu penyampaian pesan.

1. Sumber Informasi (Source)


Sumber (source) komunikasi/informasi, yang disebut juga sebagai
komunikator, merupakan elemen pertama dalam proses komunikasi. Source
dapat berupa individu atau sekelompok orang yang perannya sudah
ditentukan, misalnya dalam institusi media. Contoh source dalam proses
penerbitan suratkabar adalah reporter, penulis editorial, kartunis, dan editor.
Sumber informasi mungkin saja memiliki pengetahuan tentang audiensnya.
Hal yang perlu diketahui adalah sumber komunikasi massa konvensional
(seperti radio, televisi, film, majalah, dan suratkabar) maupun yang berbasis
internet tidak memiliki informasi yang detil mengenai audiensnya. Sama
seperti pemilik website yang tidak punya informasi detil tentang pengunjung
web-nya. Mereka hanya mengetahui karakteristik umum para pengunjung
website-nya. Demikian pula, para editor suratkabar tertentu tahu, misalnya,
40% pembacanya berumur antara 25 hingga 40 tahun, dan 30% di antaranya
berasal dari kelas menengah ke atas.

1. Encoding
Encoding dalam komunikasi massa terjadi ketika sumber informasi
menerjemahkan pemikiran dan ide dalam sebuah bentuk yang dapat
ditangkap atau dimengerti oleh pancaindera orang yang menerima pesan.
Ketika seseorang bermaksud menyampaikan pesan maka otak dan lidahnya
bekerjasama membentuk kata-kata dan kalimat untuk diucapkan. Ketika
seseorang menulis surat maka otak dan jari-jarinya bekerjasama dalam
memproduksi tulisan sehingga bisa dilihat dalam kertas dan dibaca.
Encoding dalam komunikasi dapat terjadi sekali atau beberapa kali. Contoh
dalam komunikasi massa adalah pekerjaan seorang produser film yang harus
menjelaskan idenya kepada penulis naskah untuk diterjemahkan menjadi
sebuah skrip. Kemudian, skrip tersebut harus diterjemahkan kembali oleh
sang sinematografer menjadi sebuah gambar bergerak.

2. Pesan (Message)
Pesan merupakan informasi yang sudah diolah dan disampaikan oleh
sumber informasi. Ketika kita berbicara maka pesan adalah apa yang kita
katakan. Ketika kita menulis surat maka apa yang kita tulis di kertas adalah
pesan. Pesan dapat diproduksi secara mudah melalui kata-kata yang
diucapkan dalam komunikasi tatap muka atau tulisan yang diterbitkan dalam
bentuk buku. Pesan atau informasi dalam komunikasi massa sudah pasti
bersifat publik. Setiap orang yang memiliki sarana media massa tentu dapat
menerima pesan yang sama.

3. Saluran (Channel)
Saluran merupakan medium atau sistem transmisi yang digunakan untuk
menyebarkan pesan atau informasi dari orang yang satu ke orang lain, dari
satu sumber ke receiver atau dari satu tempat ke tempat lain, seperti
informasi tentang bencana alam yang terjadi di suatu daerah yang disiarkan
lewat televisi atau radio ke audiens di kota lain.
4. Decoding
Proses ini terjadi ketika receiver menerjemahkan atau menginterpreta-
sikan pesan ke dalam sebuah bentuk yang mempunyai makna baginya.
Contoh, ketika Anda membaca kalimat-kalimat ini, Anda sedang melakukan
proses decoding. Kalau Anda sedang mendengarkan radio ketika membaca
modul ini maka berarti Anda melakukan decoding terhadap dua informasi
(pesan) secara bersamaan. Dalam hal ini, yang disebut decoder, dapat saja
berbentuk mesin atau orang. Adapun contoh decoder dalam bentuk mesin
adalah radio, videotape, CD player, proyektor film yang menerjemahkan
gelombang cahaya menjadi gelombang suara untuk sistem pendengaran kita
dan televisi yang menghasilkan transmisi audio dan visual.

5. Penerima Pesan (Receiver)


Penerima pesan dapat saja merupakan seorang individu, sebuah
kelompok atau sebuah organisasi atau bahkan publik yang lebih besar dan
tidak saling mengenal. Salah satu hal yang paling membedakan komunikasi
massa dari jenis lainnya adalah audiens. Lingkup audiens pada komunikasi
massa sangatlah besar dan tersebar di berbagai tempat, yang mengakibatkan
sumber dan penerima pesan tidak berada dalam satu tempat yang sama,
bahkan dapat mencapai jutaan orang.
Meskipun pesan yang ingin disampaikan bersifat publik, namun audiens
dalam komunikasi massa dapat memilih informasi yang diinginkan atau
diharapkan. Mereka akan memilih berita apa yang akan didengar, acara
televisi apa yang menarik baginya, website mana yang mau dikunjungi. Jadi,
ketika penerima pesan tidak tertarik maka pesan tidak akan sampai ke
audiens.

6. Umpan Balik (Feedback)


Umpan balik berarti memberikan suatu respons kepada komunikator.
Misalnya, dalam sebuah acara ‗Suara Anda‘ di Metro TV yang ditayangkan
setiap hari sekitar jam 7 malam. Dalam acara ini, sumber informasi pertama
adalah pemandu acara tersebut yang kemudian meminta audiens untuk
mengomentari kasus pemberitaan yang ditayangkan oleh Metro. Dalam
proses umpan balik ini terjadi arus informasi yang terbalik. Peran
komunikator yang semula dilakukan oleh pemandu acara, pada tahap
selanjutnya berganti peran menjadi receiver, ketika audiens yang menelepon
Metro TV memberikan respons kepada pemandu acara. Hal ini berarti
penelepon berperan sebagai sumber komunikasi saat memberikan respons.
Oleh karena penyampaian pesan pada komunikasi massa yang
konvensional terjadi satu arah (one-way) maka terjadinya feedback akan lebih
sulit jika dibandingkan dengan komunikasi interpersonal. Media seperti
koran dan majalah sering terlihat mencantumkan email-nya untuk mendapat
feedback dari pembaca. Begitu pula produser tv yang menyertakan alamat
website dan blog pada tayangannya, demi meneliti reaksi penonton pada
setiap episode tayangannya.
Straubhaar menggambarkan proses komunikasi massa sebagaimana
dapat dilihat pada gambar1. Model ini berlaku juga untuk semua jenis human
communication.

Sumber: Straubhaar, 2008:18

Gambar 1.1
Model SMCR

Gambar di atas menunjukkan contoh aplikasi teori SMCR pada televisi.


S – source dalam gambar di atas adalah jaringan stasiun televisi dan radio.
M – message berbentuk kata-kata, bunyi, dan gambar bergerak.
C – channel adalah transmitter atau satelit yang digunakan untuk
menyiarkan.
R – receiver merupakan audiens yang mendengarkan radio atau menonton
televisi.
Decoder – dalam gambar di atas berupa pesawat radio atau televisi.
Encoder – dalam gambar di atas, sebagaimana digambarkan sebelumnya
adalah peralatan di studio radio atau televisi.
Aplikasi gambar 1 di atas ketika dikaitkan dengan aktivitas kita
menonton televisi. Stasiun televisi di sini merupakan sumber informasi yang
akan menyampaikan sebuah informasi atau program. Informasi atau program
(dalam bentuk kata-kata, suara atau gambar bergerak) yang akan disampaikan
mengalami proses encoding di studio tv. Jadi, berbagai informasi yang telah
dikumpulkan para jurnalis dari stasiun televisi itu kemudian disatukan,
diseleksi, ditulis kembali, diedit dalam bahasa yang menarik dan mudah
dimengerti audiens. Informasi yang sudah siap disajikan, selanjutnya
dipancarkan oleh channel (transmitter, saluran satelit), dan kemudian melalui
layar monitor tv atau radio, penerima informasi, audiens (receiver) dapat
menikmati siaran berita tersebut. tv dalam diagram ini hanyalah decoder
yang menerjemahkan pesan agar dapat dimengerti oleh kita. Sementara itu,
feedback dari penonton diukur melalui rating. Dalam arti, berapa banyak
orang yang menonton siaran tersebut. Banyak sedikitnya penonton
menunjukkan tinggi rendahnya sebuah rating. Bila terjadi kerusakan teknis
pada televisi yang menyebabkan gambar televisi atau suara pembaca berita
televisi tidak jelas maka hal ini berarti bahwa terjadi gangguan (noise) dalam
proses komunikasi. Adapun contoh lain, ketika Anda sedang mendengarkan
siaran berita, namun terdengar suara anak Anda menangis maka telah terjadi
gangguan (noise) dalam proses komunikasi.
Ciri komunikasi massa di atas adalah komunikasi one-to-many atau dari
satu institusi media ke banyak orang, contohnya suratkabar, majalah, radio,
tv, radio, atau film adalah contohnya. Dengan menggunakan media-media
massa tersebut, informasi yang datang dari satu sumber, dapat diterima oleh
banyak orang dalam waktu yang sama. Dalam memproduksi isi media,
terdapat seorang pekerja media dapat bertindak sebagai gatekeeper, yang
bertugas menyunting dan menentukan informasi mana yang pantas untuk
disampaikan kepada audiens. Para gatekeeper ini sadar bahwa kekuasaan
mereka sebagai gatekeeper, akan membentuk opini publik dan selera
masyarakat.

A. KOMUNIKASI TATAP MUKA, KOMUNIKASI MASSA DAN


MEDIA MASSA

Definisi umum komunikasi adalah pertukaran makna. Jadi, arti


komunikasi di sini juga mencakup banyak hal, dapat saja aktivitas membaca
suratkabar, mengobrol dengan teman, menonton televisi, dan mengakses
internet. Contoh lain yang mungkin luput dari pikiran kita adalah desain
grafik pada baju kita, tawa dan senyum kita, bahkan kedipan mata kita
kepada seseorang. Contoh-contoh yang baru saja disebutkan tadi dapat
dikatakan sebagai komunikasi non verbal. Makna sebuah pesan tidak harus
selalu dapat dikategorikan sebagai sebuah proses komunikasi. Sebuah
guratan di tembok dapat saja menjadi sebuah komunikasi, namun dalam
model komunikasi SMCR, pertukaran informasi ini berada di antara sumber
dan penerima pesan.

1. Komunikasi Tatap Muka


Komunikasi tatap muka terjadi ketika seseorang (satu kelompok)
berinteraksi dengan orang lain (kelompok lain) tanpa bantuan alat (media).
Sumber komunikasi dan penerima pesan hadir secara fisik dalam proses
komunikasi tersebut. Contohnya, berbincang dengan teman, sahabat,
keluarga, atau kerabat maka mereka dapat saling mendengarkan, saling
melihat wajah dan juga gerakan tubuh.

2. Komunikasi Massa
Bila definisi komunikasi massa yang diberikan Potter menekankan pada
karakter audiens maka Dominick (2005:11) mendefinisikannya dengan
menekankan pada institusi media. Menurutnya, komunikasi massa
merupakan proses yang sangat kompleks yang dilakukan dengan
menggunakan mesin untuk memproduksi dan menyebarkan pesan yang
ditujukan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan terpencar.
Wright (Harris, 2009:3-4) menjelaskan mengapa komunikasi massa
diberi label ‗massa‘ karena pertama, audiensnya luas, anonim, dan beragam.
Kedua, sumber komunikasinya adalah institusi, organisasi atau perusahaan,
seperti jaringan televisi, jaringan suratkabar, kantor berita atau konglomerat
yang memiliki perusahaan media. Ketiga, institusi media massa memiliki
fungsi ekonomi atau mendapatkan profit dengan cara mempertahankan
jumlah audiens yang besar sebagai sarana untuk mendapatkan pendapatan
dari para pengiklan.
Komunikasi Massa adalah salah satu bentuk komunikasi yang akan kita
dalami pada modul ini. Jenis-jenis lainnya adalah komunikasi intrapersonal,
interpersonal, small group, dan large group. Pengategorian ini dibuat
berdasarkan jumlah target audiensnya dan proses unik yang terjadi pada
masing-masing jenis, sebagaimana terlihat dalam gambar 2 berikut ini.
Sumber: Straubhaar, 2008:20

Gambar 1.2
Tipe-Tipe
Komunikasi

Gambar di atas menunjukkan tiga hal. Pertama, menunjukkan berbagai


tipe komunikasi yang menunjukkan jumlah orang yang berkomunikasi
dimulai dari komunikasi dengan diri sendiri sampai dengan khalayak yang
sangat besar dan beragam. Adapun ragam tipe komunikasi adalah
intrapersonal, interpersonal, small group, large grup, dan mass media.
Selain itu, gambar tersebut menunjukkan perbedaan antara media analog di
sebelah kiri dan media digital di sebelah kanan. Pada sisi penggunaan media
analog terlihat alat yang digunakan adalah buku harian, surat, koran, dan
lainnya, sedangkan dalam sisi media digital, media yang digunakan adalah
internet, videogame, telecourse ataupun, koran digital.
3. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi ini tidak melibatkan orang lain, melainkan seseorang yang
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Contoh komunikasi intrapersonal
yang menggunakan alat elektronik adalah mengetik di komputer, menulis
buku harian, merekam aktivitas yang sedang kita lakukan. Komunikasi dalam
tataran intrapersonal ini acap kali menjadi perdebatan apakah intrapersonal
termasuk dalam komunikasi. Sebagian pakar mengatakan bahwa hal itu
bukan merupakan komunikasi karena tidak ada receiver, pakar lain
mengatakan bahwa hal itu merupakan komunikasi karena orang lain dapat
membaca buku harian yang ditulisnya atau melihat rekaman videonya.

4. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi ini terdiri atas dua orang atau lebih, namun acap kali hanya
melibatkan dua orang. Tipe komunikasi ini sering disebut sebagai
komunikasi one-to-one. Contohnya adalah percakapan antara 2 orang, atau
komunikasi yang dilakukan dengan cara menulis surat untuk seorang teman.
Contoh komunikasi interpersonal yang melibatkan alat elektronik adalah
percakapan lewat telepon, lewat twitter, internet, dan facebook. Pada
hakikatnya, komunikasi interpersonal, atau komunikasi antarpribadi
merupakan komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Dilihat dari
segi efektivitasnya, komunikasi ini dapat dikatakan paling efektif adalah
komunikasi yang mampu mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Umpan balik (feedback) dalam komunikasi interpersonal terjadi secara
langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga
karena ia berada pada tempat dan waktu yang sama dengan receiver sehingga
komunikator juga dapat mengetahui secara pasti apakah komunikasinya
efektif atau tidak. Komunikasi interpersonal memungkinkan komunikator
untuk segera mengevaluasi pesan yang disampaikannya terhadap komunikan.

5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi ini melibatkan orang-orang dalam sebuah organisasi
sehingga struktur organisasi serta jabatan dan pekerjaan seseorang akan
sangat mempengaruhi jalannya komunikasi ini. Misalnya, komunikasi yang
terjadi di banyak perusahaan bersifat satu arah: dari atasan kepada stafnya,
dan mungkin kepada staf di bagian lain. Sebaliknya, terjadi juga komunikasi
dari bawahan ke atasan.
6. Komunikasi dalam Kelompok
Komunikasi yang terjadi dalam kelompok setidaknya melibatkan tiga
orang atau lebih yang dilakukan melalui interaksi secara tatap muka. Namun,
tidak semua komunikasi yang dilakukan di tempat yang ramai dapat
dikategorikan sebagai group communication. Misalnya, 2 orang yang sedang
melakukan percakapan di ruang kelas, tidak dikategorikan dalam kelompok
ini, melainkan termasuk dalam komunikasi interpersonal.
Contoh komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan oleh
beberapa siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok belajar, atau
kelompok diskusi ataupun pada kelompok yang lebih besar contohnya
kelompok pengendara motor Harley Davidson, kelompok pengguna Kereta
Listrik di Jakarta, kelompok pendukung (supporter) klub olahraga sepak bola
tertentu. Di sini, para anggota kelompok itu berbagi informasi, memecahkan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengenal lawan bicaranya.
Pada dasarnya, komunikasi kelompok memiliki dua tujuan yakni untuk
menyelesaikan tugas kelompok dan memelihara norma atau moral anggota-
anggota kelompoknya.
Dalam tipe komunikasi ini ada kelompok kecil dan kelompok besar.
Komunikasi dalam kelompok kecil biasanya melibatkan kurang dari dua
belas orang. Faktor penting dalam komunikasi ini adalah dinamika yang
terjadi dalam kelompok. Misalnya, adanya giliran berbicara bagi setiap orang
dalam kelompok. Komunikasi seperti disebut juga sebagai komunikasi many-
to-many. Sementara itu, komunikasi dalam kelompok besar melibatkan lebih
banyak orang, misal di atas dua belas orang hingga ratusan orang. Kondisi
seperti ini tentu akan membatasi masing-masing individu untuk punya
kesempatan berbicara karena jumlah orang yang berpartisipasi terlalu
banyak. Namun, komunikasi ini masih memungkinkan terjadinya feedback
dari receiver. Contohnya dalam kampanye, atau pertunjukkan musik dan seni
lainnya, audiens dapat memberikan pujian atau kritikan, beberapa orang dari
audiens juga bisa mengajukan pertanyaan.

7. Media Massa
Secara general, medium adalah sarana untuk menyampaikan sebuah
pesan dari sumber kepada penerima pesan (―medium‖ adalah bentuk tunggal
dan ―media‖ adalah bentuk jamak). Ketika kita membicarakan
komunikasi massa maka kita juga membutuhkan media massa.
Media massa adalah saluran (channel) yang digunakan dalam
komunikasi massa. Definisi media massa tidak saja mencakup perlengkapan
mekanik yang mentransmisikan dan dapat juga menyimpan informasi
(kamera tv, radio, mikrofon, percetakan), tetapi juga meliputi institusi yang
menggunakan peralatan mekanis itu untuk mentransmisikan pesan. Ketika
kita membicarakan media televisi, radio, suratkabar, majalah, musik, dan
film, kita juga menunjuk pada pekerja media, kebijakan, organisasi dan
teknologi yang memproduksi dan mendistribusikan komunikasi massa.
Menurut McQuail, media massa dalam kajian komunikasi massa sering
dipahami sebagai perangkat-perangkat yang terorganisir untuk
berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak kepada
khalayak luas dalam waktu yang singkat. Dalam konteks ini, media akan
memiliki pengertian mediasi karena mampu menjembatani jarak antara
khalayak dan dunia.

McQuail (Nurudin, 2004) juga mengemukakan beberapa asumsi pokok


mengenai arti penting dari media massa seperti berikut.
a. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan
industri lain yang terkait. Contoh konkret dapat dilihat bahwa sejak
reformasi tahun 1998 banyak institusi media baru, seperti jumlah televisi
meningkat cepat. Sebaliknya, ditemukannya internet dan munculnya
majalah digital membuat majalah Newsweek kehilangan banyak
pembacanya, dan akhirnya memutuskan untuk tidak terbit lagi.
b. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan
norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat
dan institusi sosial lainnya. Contoh, pemberitaan media adakalanya bias
atau menekankan sebuah isu dan mengabaikan isu lain karena isu ini
dianggap isu yang sedang hangat dan penting untuk diketahui oleh
banyak audiens.
c. Media merupakan sumber kekuatan karena dapat digunakan sebagai alat
kontrol, yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau
sumber daya lainnya. Contoh media dapat digunakan sebagai alat
penjaga demokrasi karena berperan menyajikan berbagai opini
masyarakat.
d. Media merupakan wadah yang semakin berperan menampilkan peristiwa
kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun
internasional. Contohnya, sering kali kita mengetahui lebih banyak
tentang kegiatan pemilu di AS awal November lalu daripada tahu
tentang kegiatan kampanye pilkada yang terjadi di provinsi lain di
Indonesia.
e. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,
bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol,
tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup,
dan norma-norma.
f. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi
masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan.

B. ORGANISASI MEDIA MASSA

Dominick (2005: 16-19) menjelaskan bahwa komunikasi massa


tradisional memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Diproduksi oleh organisasi yang formal dan kompleks.
2. Memiliki banyak pengawas (gatekeeper).
3. Membutuhkan dana untuk dapat beroperasi.
4. Bersifat sangat kompetitif di antara institusi media yang ada untuk
memperoleh keuntungan.

Berikut ini, pembahasan kelima poin tentang karakteristik organisasi


media di atas.

1. Struktur Organisasi Media


Mengelola suratkabar ataupun televisi tentu membutuhkan sistem
pengaturan biaya, pengelolaan tenaga kerja, pengoordinasian aktivitas yang
diselenggarakan, serta penerapan aturan dan kebijakan yang ada. Untuk
memenuhi hal tersebut, diperlukanlah sebuah struktur organisasi yang jelas:
adanya spesialisasi, pembagian kerja, serta fokus dan bertanggungjawab pada
bidang pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
komunikasi massa tradisional merupakan produk birokrasi.
Seperti layaknya sistem birokrasi yang ada, hak pengambilan keputusan
hanya ada pada beberapa tingkat (level) manajemen. Sarana komunikasi
dalam organisasi pun dibentuk secara formal. Oleh karena itu, pengambilan
keputusan mengenai konten yang akan dimuat pada koran maupun televisi
ditentukan oleh sebuah kelompok dalam organisasi. Kelompok ini terdiri atas
orang-orang yang berada pada level atas dalam birokrasi. Hal ini
menyebabkan pola komunikasi mengikuti pola organisasi yang telah
ditentukan dan dapat diprediksi sebelumnya. Adakalanya, sebagian hasil
akhir produk media, tidak menyerupai ide orisinalnya. Misal, untuk
menyajikan sebuah berita, reporter diminta menginterview berbagai pihak,
namun keterbatasan kolom maka tidak semua pendapat narasumber yang
telah diinterview dapat ditampilkan, apalagi ketika pendapat seorang
narasumber bertentangan dengan kepentingan pengusaha maka editor
suratkabar tersebut akan lebih berhati-hati menyajikan hasil interviewnya
atau bahkan tidak akan memasukkan pemikiran yang bertentangan dengan
penguasa atau pemerintah.

2. Peranan Pengawas (Gatekeepers)


Gatekeeper adalah individu atau sekelompok orang yang mengontrol
penyajian informasi atau pesan. Gatekeeper berfungsi menambah atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang
disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi
menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah, atau mengurangi
pesan-pesannya. Dengan kata lain, gatekeeper adalah pihak yang turut
menentukan pengemasan pesan dalam media massa. Gatekeeper tidak dapat
dipisahkan dari media massa. Semakin besar dan kompleks sebuah industri
media, semakin banyak gatekeeper yang diperlukan. Misalnya, editor dalam
suratkabar yang menentukan pantas atau tidaknya sebuah berita dimuat.

3. Biaya Operasional
Tidaklah mudah untuk membangun sebuah organisasi komunikasi massa
dan mempertahankan keberadaannya karena dibutuhkan modal yang besar.
Biaya memproduksi suratkabar pada tahun 2000 akan berbeda dengan biaya
produksi saat ini. Berbeda pula dengan jumlah yang dibutuhkan stasiun
televisi. Misal, sebuah stasiun televisi yang merupakan 10 stasiun besar di
AS bisa mengeluarkan US$ 10 juta per tahun untuk mempertahankan
keberadaannya. Inilah sebabnya mengapa, hanya organisasi-organisasi yang
mempunyai sistem dan biaya yang besar, yang akhirnya dapat memproduksi
komunikasi massa. Oleh karenanya, terbentuklah sebuah tren yang
sebenarnya muncul pada abad ke-20, yaitu pemusatan kepemilikan. Hanya
perusahaan yang mempunya kekuatan finansial besar yang dapat bersaing.
Akibatnya, pada tahun 2007 banyak sekali media-media besar yang
mendominasi pasar.

4. Kompetisi Antar Media untuk Mendapatkan Profit


Di Amerika Serikat (AS) dan juga di berbagai belahan dunia, tidak
terkecuali Indonesia, sebagian besar organisasi komunikasi massa
berorientasi untuk memperoleh laba; mencari keuntungan bagi pemilik
ataupun pemegang saham. Meski ada beberapa pengecualian seperti The
Public Broadcasting Service di AS dan TVRI di Indonesia misalnya, namun
sebagian besar suratkabar, majalah, perusahaan rekaman, televisi, juga radio,
didirikan untuk mencari profit. Ketika media dibentuk demi kepentingan
publik atau berperan sebagai watchdog bagi pembacanya maka mereka juga
tetap mempertimbangkan profit, dan jika tak demikian mereka akan
bangkrut. Bagi industri media, konsumen adalah sumber keuntungan utama.
Ketika kita membeli CD atau tiket bioskop, keuntungan sudah dimasukkan
dalam harga barang. Namun, koran, televisi, majalah, dan radio, memperoleh
sebagian besar keuntungannya dengan menjual konsumennya kepada para
pengiklan. Harga iklan-iklan itulah yang ditawarkan kepada masyarakat luas.
Tidaklah mengherankan mengapa organisasi-organisasi komunikasi
massa yang ada selalu bersaing mendapatkan perhatian konsumen. Stasiun-
stasiun televisi selalu bersaing untuk mendapatkan rating yang tinggi.
Mereka bahkan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi demi
mempromosikan tayangan-tayangannya. Begitu pula dengan koran harian
bersaing dengan koran-koran mingguan, bahkan juga bersaing dengan media
radio dan televisi.

C. INTERNET

Kemunculan internet sudah pasti mengubah konsep komunikasi massa


terdahulu. World Wide Web lah yang membawa internet memasuki dunia
komunikasi massa, serta mengubah pola one-to-many yang dimiliki oleh
komunikasi massa karena lewat internet, setiap orang mempunyai
kesempatan menjadi pelaku komunikasi massa (mass communicator).
Internet tentu sangat menguntungkan bagi para penggunanya karena setiap
orang dapat membuat dan mengelola website-nya sendiri dengan biaya
minim, dan menjadikan setiap orang sebagai pelaku percetakan elektronik
(electronic publisher) yang dapat mengakses jutaan pengguna lainnya.
Mass communicator ini yang meruntuhkan lima karakteristik komunikasi
massa tradisional yang kita bahas sebelumnya. Pertama, komunikasi massa
dapat dibentuk oleh individu, bukan hanya dapat dibentuk oleh sistem
keorganisasian yang besar. Kedua, banyak website yang tidak memiliki
gatekeeper, keadaan ini sebenarnya mempunyai konsekuensi positif dan
negatif. Di satu sisi, setiap orang berhak menuliskan apapun di internet tanpa
rasa takut. Namun, di sisi lain kita tidak dapat menjamin seluruh isinya akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan. Tidak ada pengawas maka tidak ada yang
memisahkan mana yang berkualitas atau tidak, mana yang perlu atau tidak.
Ketiga, biaya penggunaan internet tidaklah besar. Keempat, terdapat banyak
website yang dibuat untuk kepentingan publik, dan bukan kepentingan
komersial, walaupun beberapa web ada hanya untuk menarik perhatian
pengunjung terhadap pemilik web. Kelima, beberapa website tak
mengindahkan persaingan untuk menarik perhatian pengunjung.
Kenyataan bahwa internet memberikan kesempatan kepada setiap orang
menjadi mass communicator, bukan berarti bahwa setiap pencipta website
secara otomatis terlibat dalam komunikasi massa. Jika tidak ada yang
mengunjungi website tersebut maka komunikasi massa tidak akan terjadi.
Contohnya yaitu, ketika Uncle Harold membuat websitenya, bukan berarti
bahwa ia sama dengan Time Warner yang sejatinya adalah mass
communicator. Benar bahwa keduanya menghadapi tantangan yang sama,—
membuat website yang menarik, mengundang sebanyak-banyaknya
pengunjung, dan berusaha mengajak mereka untuk selalu berkunjung ke
website dimaksud, namun Time Warner memiliki keunggulan yang lebih
untuk menaklukkan tantangan itu. Dengan kata lain, kesempatan menjadi
mass communicator sangat terbuka lebar, namun untuk benar-benar
mewujudkannya bukanlah suatu hal yang mudah.
Sebenarnya, sudah banyak profesional media yang meramalkan bahwa
konten media (tv, film, rekaman suara, suratkabar, dan majalah) akan tersedia
dalam bentuk digital dan dapat diakses melalui internet. Oleh karena itu,
internet akan menjadi sebuah sarana penting dalam komunikasi massa.
Gejalanya terdapat pada kemunculan iTunes, kemudahan menonton acara tv
di jaringan internet, dan film-film yang juga turut merambah ke dunia
internet. Akibatnya, banyak muncul bahaya baru, yaitu jika kita terlalu
tergantung pada internet, bagaimana jika terjadi bencana yang
menghancurkan sistem operasional internet? Apakah kita akan mengalami
nasib yang sama dengan para korban banjir yang tidak berdaya karena tak
punya pilihan? Bagaimanapun pengelolaannya, sistem internet telah
memaksa kita untuk memikirkan kembali makna komunikasi konvensional
dan bagian-bagian dalam komunikasi massa.

D. PERBEDAAN MODEL KOMUNIKASI MASSA


TRADISIONAL DAN INTERNET

Information Mass Media


Audience Media Organization
Channels from environment

Sumber: Dominick,
2005:21

Gambar 1.3
Model Komunikasi Massa Tradisional

Gambar di atas menunjukkan ada empat elemen dalam komunikasi


massa. Pertama, adalah informasi yang berasal dari sekeliling kita
(information from environment). Kedua, organisasi media massa (mass
media organization); Ketiga, saluran media (media channels) dan Keempat,
audiens. Selain itu, ada beberapa istilah yang harus dipahami, Pertama,
decoders, interpreters dan encoders, yang terletak di bawah tulisan mass
media organization. Ini berarti tugas institusi media adalah
menginterpretasikan berbagai peristiwa dan isu yang terjadi di sekeliling kita.
Jadi, ketika muncul suatu isu, awak media kemudian melakukan decoding
atas isu tersebut, menginterpretasikan apa yang menarik, apa yang perlu
ditekankan atau informasi yang diperoleh dari masyarakat, baik berita (news)
maupun hiburan (entertainment) akan disaring oleh media (suratkabar, tv,
studio film), mengalami proses encoding, diinterpretasikan, dipilah, dan
akhirnya diubah ke dalam bentuk informasi atau pesan (message). Kemudian,
pesan ini akan terus diproduksi dan disebarluaskan melalui sebuah sarana
yang tepat. Misalnya, liputan sebuah peristiwa akan dievaluasi oleh editor
(gatekeeper) untuk dilihat, apakah berita tersebut layak dimasukkan dalam
koran harian atau tidak. Jika berita tersebut dianggap layak untuk diterbitkan
maka berita itu akan terus diproduksi.
Kedua, many receivers, each decoding, interpreting, connected to
groups where message is received. Setelah sampai kepada pembaca
(audience) maka mereka akan mengolahnya, dengan membaca dan
menginterpretasikan setiap pesan yang terkandung. Audiens bukanlah orang
yang terisolasi satu dari lainnya, melainkan terhubung dengan kelompok,
seperti kelompok keluarga, teman bermain, sesama pekerja yang saling
membicarakan dan menginterpretasikan kembali informasi yang diperoleh
mereka dari media. Beberapa perilaku mereka (program televisi apa yang
dipilih, media apa yang paling banyak digunakan, produk apa yang sering
dibeli) diamati oleh organisasi media dan digunakan sebagai feedback untuk
menentukan program atau isu apa yang akan ditampilkan oleh media.

Figur berikut ini, merepresentasikan komunikasi internet yang


memungkinkan beberapa tataran komunikasi yang berbeda:
1. One to one: satu komunikator atau sumber berkomunikasi dengan satu
receiver (contoh: email);
2. One to many: satu komunikator berkomunikasi dengan beberapa receiver
(contoh CNN.com),
3. Many to many: beberapa komunikator berkomunikasi dengan beberapa
receiver (contoh: chat rooms, weblogs) atau banyak sumber informasi
berkomunikasi dengan banyak receiver (contoh: eBay).
Sumber: Dominick, 2005:22

Gambar 1.4
Model Komunikasi Massa melalui Internet

Gambar ini menunjukkan ada penerima informasi, yaitu beberapa


individu, beberapa kantor, lembaga atau organisasi (organization), ada
sumber berita, seperti institusi media, suratkabar, website. Oleh karena proses
komunikasi tidak berjalan searah dari kiri ke kanan, sebagaimana kita lihat di
gambar 3 di atas, tetapi proses komunikasi bergerak bolak-balik arah maka
pihak yang memproduksi informasi bukan hanya institusi media, tetapi juga
individu. Individu-individu ini mengambil bagian dalam proses decoding,
interpretasi, dan encoding. Dalam proses komunikasi di atas tidak ada
pengawasan yang ketat karena tidak ada gatekeeper. Selain itu, Para pencari
informasi tidak perlu lagi repot mencari informasi yang dibutuhkan sesuai
dengan waktu terbit suratkabar atau jam tayang program televisi, namun
individu dapat menentukan waktu dan bentuk media pilihannya.
Hal lain yang membedakan sistem berbasis internet dari sistem
tradisional adalah tidak identiknya informasi yang diterima masing-masing
orang. Setiap orang akan mengakses website yang berbeda-beda, sesuai
pilihannya. Akibatnya, setiap orang menyesuaikan informasi apa saja yang
ingin ia peroleh. Seseorang yang mencari tahu informasi mengenai tim
favorit sepak bolanya di sebuah web, akan mendapatkan informasi yang
berbeda dari orang yang mengakses web lainnya. Setiap pengakses punya
kemampuan untuk menentukan, informasi apa saja yang ingin ia ketahui.
Beberapa ahli menyebut komunikasi massa tradisional sebagai push model,
dan receiver ―dipaksa‖ menerima sejumlah informasi, sedangkan komunikasi
berbasis internet dimaknai sebagai pull model, dan receiver memilah
informasi tertentu yang ingin ia ketahui.
Model komunikasi massa internet menunjukkan bahwa komunikasi
massa berbasis internet ini akhirnya menciptakan hubungan dan interaksi
antara individu dan organisasi maka datanglah feedback dengan mudah.
Fasilitas komentar disediakan sehingga pengunjung dapat berkomentar atas
apa yang ditampilkan dalam website tersebut. Inilah tawaran terbaru yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Misalnya, pada situs seperti Yahoo! dan
Detik, para pengunjung dapat memberikan pendapat atau komentar mereka
secara langsung atas informasi yang disediakan oleh situs-situs tersebut.
Internet pun pada akhirnya menjadikan hubungan produsen dan
konsumen kian erat, dan memungkinkan adanya perdagangan online. Kita
dapat melihat bahwa beberapa tahun belakangan ini bisnis melalui online
shop begitu menjamur. Berbagai macam kebutuhan manusia seperti pakaian,
makanan, perangkat elektronik, dan lain-lain dapat dipesan melalui internet.
K E gi A t A n B E LA J A R 2

Media di Era Informasi

M edia di era komunikasi, telah menjadi bagian yang tidak dapat


dilepaskan dari hidup manusia. Hasil penelitian (Straubhaar & LaRose,
2008:3) memperlihatkan rata-rata orang menghabiskan 2.532 jam per tahun
untuk menonton televisi atau untuk mendengarkan radio. Hal itu sama
dengan melakukan pekerjaan penuh waktu (full time jobs) 8 jam sehari,
selama 316 hari. Kita menghabiskan 948 jam lainnya dalam setahun untuk
mengonsumsi media lain, seperti buku, koran, majalah, musik, film, video
games, dan internet sehingga total penggunaan media dalam kurun setahun
mencapai 3.480 jam, melebihi waktu yang kita gunakan untuk apapun,
termasuk untuk bekerja ataupun tidur. Data tersebut hanya menggambarkan
proses konsumsi informasi dan belum termasuk waktu yang dihabiskan untuk
memproduksi informasi.
Menggunakan dan memproduksi informasi merupakan aktivitas ekonomi
terbesar di negara besar, seperti AS yang memiliki banyak perusahaan media
internasional, perusahaan telekomunikasi, dan video game; aktivitas itu
melibatkan proses produksi, pengelolaan, atau distribusi informasi. Untuk
menghasilkan produk media masa, pekerja informasipun dibutuhkan, seperti
jurnalis, presenter, anchor persons, aktor/aktris, produser televisi, desainer
web, pakar periklanan, dan pakar hubungan masyarakat.
Bahkan dalam industri manufaktur, pekerja informasi baik di dalam
posisi manajerial, teknikal maupun dalam pelayanan konsumen dan
penjualan, menempati posisi ketiga dari keseluruhan kekuatan pekerja
industri. Tidak hanya dalam proses bekerja, produksi informasi juga telah
menjadi bagian penting untuk menghabiskan waktu luang. Anggota
komunitas di internet yang tergabung dalam situs-situs, seperti Facebook dan
Myspace, berpartisipasi dalam permainan game online dan menjadi
kontributor informasi untuk blog yang dibuatnya. Jadi, sekarang kita bekerja
dan bermain dalam era yang disebut masyarakat informasi (information
society).
Secara umum, Pembelajaran 2 ini akan membahas perkembangan
teknologi media baru yang mengubah bentuk komunikasi masyarakat
konvensional menjadi masyarakat informasi. Selain itu juga, akan membahas
sejarah perubahan media seiring dengan perubahan masyarakat yang dimulai
dari masyarakat pra-agrikultural sampai dengan masyarakat informasi.

Modul ini secara khusus mengajarkan mahasiswa agar dapat


mengetahui masyarakat informasi;
mengetahui sejarah perubahan media;
menjelaskan media di masa mendatang;
menganalisis adanya perubahan gaya hidup dan tantangan dalam karir
pekerjaan yang semakin terkait dengan teknologi komunikasi.

A. MASYARAKAT INFORMASI

Masyarakat informasi didefinisikan sebagai masyarakat di mana


produksi, proses, distribusi dan konsumsi informasi merupakan kegiatan
sosial dan kegiatan ekonomi yang utama. Dalam masyarakat informasi,
jumlah kegiatan dihabiskan dengan menggunakan media dan teknologi
informasi seperti telepon dan komputer. Selain itu, semakin banyak orang
bekerja di bidang informasi, dengan memproduksi, memproses dan
mendistribusikan informasi (Straubhaar & LaRose, 2008:25),
Kecepatan laju masyarakat informasi didorong oleh perubahan
teknologi, kemampuan masyarakat, dan kebudayaannya dalam mengadopsi
teknologi baru. Orang yang pernah menggunakan telepon genggamnya untuk
mengunduh (down load) e-mail melalui internet, melihat klip video atau
mendengarkan musik, tentu paham kemajuan teknologi digital dan jaringan
telekomunikasi yang telah mengarah pada penggabungan konvergensi
(merging) di antara media konvensional dan media baru. Generasi pengguna
internet, terutama yang berada di kota besar, pada umumnya melakukan
berbagai hal, seperti mengunduh (download) lagu dan video, membeli buku
dan tiket bioskop, membaca cerita baru, berpartisipasi dalam politik, dan
berbincang dengan keluarga serta teman melalui satu saluran medium, yang
disebut internet.
Ciri-ciri dari masyarakat informasi sebagai berikut.
1. Adanya intensitas informasi atau kebutuhan informasi yang tinggi dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat, di organisasi-organisasi, dan pada
tempat-tempat kerja.
2. Penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan sosial, pengajaran, dan
bisnis, serta kegiatan-kegiatan lain.
3. Kemampuan pertukaran data digital yang cepat dalam jarak jauh.

Straubhaar (2008:15) menjelaskan, di AS pada akhir tahun 1900, para


pekerja di sektor informasi masih berjumlah sekitar 10%. Namun, pada tahun
1950 jumlahnya meningkat sekitar 30%, dan hingga saat ini para pekerja
pada sektor ini berjumlah 50% dari total seluruh pekerja. Oleh karena media
adalah cerminan suatu masyarakat maka tidaklah heran jika media yang
berkembang pada masyarakat informasi adalah media yang dapat
menciptakan, menyimpan, dan memproses informasi, yaitu komputer. Maka,
terjadilah transisi dari media massa konvensional ke bentuk digital.
Muncullah World Wide Web pada tahun 1991 dan komputer pribadi pada
tahun 1975.
Dominick (2005:57) menjelaskan ada tujuh loncatan besar (milestones)
dalam komunikasi manusia, yaitu bahasa, tulisan, mesin cetak, telegraf dan
telepon, fotografi dan film, radio dan televisi serta media digital. Gambar 5 di
bawah ini menunjukkan bahwa perubahan dari satu era komunikasi ke era
yang lain pada awalnya sangat lambat. Bisa dilihat bahwa perubahan dari era
bahasa ke era tulisan membutuhkan waktu ratusan ribu tahun. Namun,
perubahan era komunikasi sejak ditemukannya media cetak ke penemuan
media komunikasi lain, seperti fotografi, film, televisi, dan radio semakin
cepat.
Sumber: Dominick, 2005: 58

Gambar 1.5
Media Komunikasi dari Waktu ke Waktu

Straubhaar (2008:16-17) menjelaskan bahwa evolusi masyarakat


informasi dapat dirunut kembali dengan munculnya berbagai media berikut
ini.

1. Telepon
Media komunikasi digital pertama adalah telepon pada tahun 1962. Saat
ini, telepon pun sudah berkembang dan memiliki berbagai fitur. Telepon kini
tidak hanya membantu manusia untuk bercakap-cakap satu sama lain.
Dengan telepon atau handphone, kita juga dapat mengakses internet di
manapun dan kapan pun.

2. Media Cetak
Digitalisasi akhirnya mendorong kelahiran media cetak di penghujung
tahun 1960. Tidak seperti dulu, kini sistem percetakan media sangatlah
mudah. Versi online-nya pun tersedia demi mengikuti tren perkembangan
media seraya tetap menjaga para audiensnya. Sebut saja majalah-majalah
remaja, seperti Gadis, Kawanku, GoGirl yang sekarang dapat dijumpai versi
online-nya, bahkan kini terdapat beberapa media yang hanya berjalan online
(media online). Contoh media online ini dapat kita lihat pada situs-situs
penyedia informasi, seperti Kapanlagi, Detik, dan Okezone.

3. Film
Saat ini, pengeditan film berlangsung di komputer. Teknologi yang
mendukung pembuatan film juga sudah semakin canggih. Misalnya, sound
system yang memakai model digital, serta video disc (DVD) yang
menggantikan videotape analog. Industri film Hollywood di AS mulai
menggunakan special effects bagi film Star Wars yang diproduksinya, dan
film yang dihasilkan dengan menggunakan animasi komputer, seperti Toy
Story pada tahun 1995 menjadi semakin lumrah.

Sumber: http://planetill.com/2010/11/15-years-ago-toy-story-changed-the-world/

Gambar 1.6
Toy Story

4. Recording
Compact disc (CD) digital pertama dibuat pada tahun 1982. Namun,
seiring perkembangan zaman, musik tidak lagi mengandalkan CD, melainkan
internet. Saat ini, setiap orang dapat mengunduh musik yang mereka sukai di
internet.

5. Televisi Kabel (Cable Television) dan Televisi Satelit


(Satellite Television)
Pada tahun 1998, industri tv kabel di AS mulai melakukan transmisi ke
era digital untuk menambah saluran (channel). Hal ini juga bertujuan untuk
bersaing dengan siaran tv satelit secara langsung (direct broadcast satellite
atau DBS) yang sudah memiliki ratusan channel sejak tahun 1995. Saat ini,
seakan tak mau ketinggalan dengan media lain, tv kabel memungkinkan
penggunanya untuk mengakses tayangannya lewat internet.
6. Broadcasting

Sumber: (http://crave.cnet.co.uk/homecinema/tivo-announces-premiere-and-
premiere-xl-pvrs-us-rejoices-uk-weeps-49305178/)

Gambar 1.7
Tivo

High-definition television (HDTV) yang menggunakan format digital dan


menghasilkan gambar yang lebih jernih, diperkirakan akan menggantikan
keberadaan tv konvensional. Begitu pula radio digital, yang berusaha
―menyingkirkan‖ fasilitas streaming di internet. Sementara itu, perekam
video, seperti TiVo akan memungkinkan para konsumen untuk melewatkan
jeda iklan di tv dan membuat jadwal menonton sendiri. Dari penjelasan di
atas, dapat kita simpulkan bahwa media merupakan sesuatu yang sangat
signifikan dalam masyarakat informasi. Saat ini, pekerja produksi surat
kabar, stasiun televisi, serta studio film dan perekaman, bekerja sama dengan
pekerja telekomunikasi dan progammer komputer menjadi satu bagian dalam
sektor informasi ekonomi.

B. SEJARAH PERUBAHAN MEDIA

Perlu digarisbawahi bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada


media akan selalu disertai oleh perubahan pada masyarakatnya (Straubhaar,
2008: 13-15). Keduanya akan selalu berjalan bersama. Pada bagian ini, kita
akan melihat evolusi media yang berpengaruh pada evolusi kehidupan
masyarakat, yaitu masyarakat agrikultur (pertanian), masyarakat industri, dan
masyarakat informasi. Karena pembahasan masyarakat informasi sudah
dijelaskan di depan maka berikut ini akan dibahas masyarakat pada masa
sebelum era informasi.
Sumber: Straubhaar, 2008: 13

Gambar 1.8
Tahapan Perkembangan Masyarakat

1. Masyarakat Pre-agrikultur
Sebelum kehidupan agrikultur berkembang, pada umumnya orang hidup
dalam kelompok kecil, mengumpulkan makanan, dan berburu hewan.
Komunikasi lisan menjadi andalan untuk menyampaikan pesan kepada
sesamanya, bahkan kepada generasi selanjutnya. Dengan tradisi lisan itulah,
cerita rakyat, upacara-upacara ritual, atau lagu-lagu daerah sampai diingatan
kita saat ini. Hingga sekarang pun sebenarnya tradisi lisan masih melekat
pada masyarakat kita. Buktinya, kita masih suka bercakap-cakap dan berbagi
pengalaman dengan keluarga, teman, dan orang lain.

2. Masyarakat Agrikultur
Ketika masyarakat pertanian mulai berkembang, hampir semua
pekerjaan berkaitan dengan kebun dan tanah pertanian: menggali tambang,
memancing, dan juga menebang pohon. Dibandingkan masyarakat pre-
agrikultur, masyarakat agrikultur lebih terorganisir, namun lebih kompleks.
Dari sinilah masyarakat Sumerian (yang terletak di Irak) berasal. Masyarakat
ini dikenal sebagai penemu tulisan 4000 tahun sebelum masehi. Di dalam
masyarakat agrikultur, komunikasi adalah hal yang istimewa karena
kebanyakan dari mereka baik petani maupun bangsawan tidak mampu
membaca dan menulis. Orang-orang pertama yang melakukan tugas-tugas
yang berkaitan dengan membaca dan menulis biasanya hanya pemuka
agama/kepercayaan dan para pedagang. Oleh karena itu, kurir-kurir yang
memiliki kemampuan menghafal pesan yang sangat panjang akan sangat
dihormati masyarakat.
Media massa yang pertama muncul dalam masyarakat ini adalah buku
yang ditulis dengan tangan. Namun, jumlahnya sangat terbatas karena
penggandaan buku adalah pekerjaan yang sangat melelahkan. Alhasil,
kebanyakan buku hanya beredar pada kalangan elit dan agamawan. Pada
masa itu, negara Amerika masih merupakan negara agrikultur, dan saat ini
para pekerja agrikultur di sana hanya berjumlah 2% dari total populasi
negara. Sementara itu, di negara berkembang lainnya masih banyak
masyarakat yang mempunyai penghasilan utama dalam bidang pertanian.

3. Masyarakat Industri
Walaupun awal revolusi industri acap kali dikaitkan dengan penemuan
mesin uap oleh Thomas Newcomen tahun 1712, tetapi dalam hal komunikasi
lebih dikaitkan dengan publikasi Injil (bible) oleh Johannes Guttenberg tahun
1455. Dengan penemuan mesin cetaknya, ia membuat perubahan besar di
Eropa. Produksi buku semakin cepat dan meningkat sehingga tidak
membutuhkan waktu dan tenaga yang besar untuk menggandakan pesan.
Ribuan buku pun tercetak dengan harga yang murah sehingga lingkup
audiensnya pun menjadi semakin besar.
Revolusi industri pun kemudian mengikuti jejak Gutenberg. Industri-
industri yang berada di tengah kota menggaet masyarakat desa untuk pindah
ke kota; dari masyarakat agrikultur ke masyarakat industri. Pada tahun 1910,
Amerika menjadi sebuah negara industri; pabrik-pabrik mengalahkan para
pekerja agrikultur. Hal ini menyebabkan persyaratan memasuki dunia kerja
lebih kompleks dan kebutuhan hidup menjadi besar. Pada tahun 1830,
urbanisasi, literasi, dan kebutuhan untuk mengiklankan barang-barang baru
secara besar-besaran mulai memberi tempat pada media massa, surat kabar
perkotaan. Segera setelah itu, metode produksi massal diaplikasikan untuk
meningkatkan proses pencetakan, dan menemukan hiburan yang baru bagi
masyarakat urban, termasuk peningkatan peran film, radio, televisi
bersamaan dengan surat kabar dan majalah. Peningkatan ini kemudian
menjadi karakteristik media dalam masyarakat industri.

C. MEDIA MASSA DI MASA DEPAN: SEGMENTASI MEDIA

Inilah tren media terkini, yaitu terjadinya: (1) segmentasi audiens,


(2) konvergensi, (3) kontrol audiens yang baik, (4) multiple platform,
(5) user-generated conten, dan (6) media mobile.
1. Segmentasi Audiens
Pada tahun 1930an, hampir semua orang Amerika mendengarkan siaran
radio Amos ‘n’ Andy. Namun sekarang, dapat dikatakan sebagai sebuah
prestasi jika sebuah radio dapat menggaet 10% audiensnya. Inilah yang
terjadi pada stasiun radio-radio Amerika. Program televisi I Love Lucy
berhasil menarik 50% penonton, The Cosby Show 33%, dan film serial CSI
13%, sedangkan di Indonesia perubahan perolehan audiens juga terjadi pada
televisi. Dulu ketika hanya terdapat lima stasiun televisi, rating suatu
program dapat mencapai angka dua digit. Program berjudul Si Doel Anak
Sekolahan sempat mencapai angka 70% untuk jumlah share penontonnya.
Namun, seiring bermunculannya stasiun-stasiun televisi baru dan ketatnya
persaingan di antara program-program televisi, perolehan rating yang tinggi
menjadi semakin sulit untuk dicapai. Peristiwa yang sama terjadi pula pada
surat kabar. Sekitar tahun 60an, diperkirakan tiga dari empat usia dewasa
membaca surat kabar. Namun sekarang, angka itu turun menjadi satu dari dua
usia dewasa. Begitu pula majalah terkenal Reader’s Digest yang dapat
mencapai angka 18 juta eksemplar pada tahun 1976, dan menurun sekitar 10
juta eksemplar saat ini.
Contoh-contoh di atas jelas menunjukkan adanya segmentasi atau
fraksionalisasi audiens media. Mengapa hal ini dapat terjadi? Pertama, bagi
para konsumen zaman ini, waktu adalah barang langka. Waktu yang mereka
punya habis dalam perjalanan, pekerjaan, juga urusan rumah tangga. Ini
berarti bahwa waktu yang disediakan untuk media sangatlah terbatas. Oleh
karena itu, mereka hanya mencari informasi yang sesuai dengan ketertarikan
dan kebutuhan mereka.
Kedua, banyak sekali jenis-jenis media yang tersedia. Dari televisi
dengan salurannya yang beragam, DVD, video games hingga YouTube; dari
film dengan single-screen hingga 18 screen; dari satu saluran radio hingga
ribuan saluran radio. Akibatnya, para pengiklan semakin selektif memilih
target marketing sehingga hanya mengiklankan produknya pada media
tertentu dengan target audiens tertentu. Audiens di luar target pemasaran para
pengiklan ini akan diabaikan.
Berdasarkan pemaparan di atas maka muncul pertanyaan apakah istilah
komunikasi massa tidak berlaku lagi? Tentu saja masih berlaku. Pertama,
pengertian mengenai komunikasi massa yang sudah kita pelajari sebelumnya
masih bisa diterapkan. Kelompok-kelompok media masih menggunakan
sarananya untuk menyampaikan pesan kepada audiens yang besar, beragam,
dan tersebar di berbagai tempat. Dalam kasus ini, audiens masih dapat
dikatakan berjumlah besar (bahkan tayangan televisi yang tidak diminati
sekalipun, dapat menggaet 4 juta keluarga), beragam, dan tersebar untuk
dikategorikan dalam komunikasi massa.
Kedua, sarana komunikasi massa yang ada tidak berubah, walaupun
semakin banyak media massa yang menggunakan sarana tersebut; di
Amerika, terdapat 13.000 stasiun radio yang bersaing (dua kali lipat dari 2
dekade sebelumnya), lebih dari 3.000 majalah, ratusan stasiun televisi, dan
sebagainya. Informasi yang disampaikan menjadi semakin terspesialisasi.
Oleh sebab itu, semua surat kabar, majalah, radio, TV, juga website, selalu
memikirkan kontennya, demi memenuhi permintaan pengiklan dan
meminimalisir biaya produksi. Konsekuensinya, masing-masing media
semakin sulit mendapatkan jumlah konsumen yang besar. Namun, rasanya
kesempatan itu masih tersedia bagi informasi yang benar, yang memakai
media yang benar. Penting untuk diingat, walaupun konten-konten ini sudah
terspesialisasi, namun, kesempatan untuk meraih audiens sebanyak-
banyaknya masih sangat terbuka lebar.

2. Konvergensi Media
Konvergensi dapat dikatakan sebagai proses penyatuan berbagai bidang.
Meski bukan barang baru, dewasa ini konvergensi banyak dibicarakan dan
dianggap akan menjadi sebuah tren komunikasi massa di masa depan. Salah
satu jenisnya adalah konvergensi korporasi yang muncul di AS pada tahun
1980an dengan suatu sinergi. Perusahaan-perusahaan yang memproduksi ide
(konten), seperti perusahaan rekaman dan film, membutuhkan sebuah sarana
untuk mendistribusikan karyanya. TV misalnya, dengan teknologi digital
yang dimilikinya, tv mengubah sinergi-sinergi tersebut menjadi konvergensi.
Inilah tujuan perusahaan-perusahaan serupa lainnya: membuat segala
sesuatunya terlihat. Akankah konvergensi korporasi tetap bertahan dengan
adanya internet? Mungkin, namun, sepertinya konvergensi ini akan
tergantikan oleh divergensi.
Jenis konvergensi lainnya adalah konvergensi operasional. Hal ini terjadi
ketika pemilik beberapa properti media menggabungkan media-medianya
dalam satu sistem. Contohnya adalah grup Tempo, tidak hanya memiliki
koran dan majalah, mereka juga membentuk pusat budaya, seperti Salihara.
Konvergensi macam inilah yang berpotensi menjadi tren. Keuntungan sistem
ini jelas. Konvergensi operasional akan menghemat banyak uang, dengan
menggabungkan staf-stafnya. Misalnya, reporter yang sama dapat
menerbitkan liputannya pada majalah, website, dan stasiun televisi yang
sama. Ditambah lagi, masing-masing dapat mempromosikan ―partner‖nya:
Tempo mempromosikan Salihara, Salihara mempromosikan Tempo.
Namun, tentu ada beberapa hal yang menjadi kelemahan. Misalnya, seorang
reporter harus menguasai beragam media. Inilah yang sering kali menjadi
perdebatan. Tidak semua reporter media cetak dapat menguasai media
elektronik, dan sebaliknya. Akibatnya, konsumen yang dirugikan.
Jenis terakhir adalah konvergensi alat (device convergence).
Konvergensi ini menggabungkan beberapa peralatan ke dalam satu
mekanisme. Misalnya, dalam satu telepon genggam terdapat MP3 player,
kamera, dan koneksi internet. Kelemahan sistem ini ada ketika seseorang
tidak dapat mengoperasikan alat tersebut karena dianggap terlalu rumit untuk
dioperasikan. Konvergensi inilah yang sebenarnya diyakini oleh banyak
media massa: surat kabar, dan majalah yang memiliki edisi online, tayangan
televisi yang dapat diunggah di internet, serta film dan buku yang dapat
disaksikan dalam versi digital.

3. Kontrol Audiens
Saat ini, kita hidup pada era yang setiap orang dapat mengontrol
medianya. Segala bentuk teknologi, mulai dari internet hingga iPod, radio
digital, juga perangkat mobile yang lebih kompleks, telah dikuasai manusia.
Mereka bebas menentukan apa yang mereka butuhkan. Mari lihat televisi.
Awalnya, setiap penonton bergantung kepada jadwal televisi. Mereka tidak
dapat memilih dan menonton program-program televisi, sesuai dengan
kebutuhan dan waktu mereka. Namun, perkembangan teknologi yang ada
saat ini semakin memanjakan konsumen: teknologi VCR yang
memungkinkan kita merekam tayangan yang kita sukai dan memutarnya
kembali kapan pun kita inginkan; remote kontrol yang memudahkan kita
untuk memilih tayangan yang kita gemari, munculnya saluran-saluran baru
yang menyajikan beragam jenis tayangan; serta fasilitas video maker untuk
membuat video sendiri di rumah.
Digital Video Recorders (DVRs) seperti TiVo juga menciptakan berbagai
kemudahan. Para penonton dapat menghentikan siaran tv yang sedang
berlangsung dengan hanya menekan tombol pause, mempercepat bagian
iklan, dan merekam hingga 80 tayangan. Dengan kata lain, kekuatan beralih
dari source ke receiver. Televisi biasa juga kini terintegrasi dengan internet
dan melahirkan teknologi baru yang dikenal dengan internet tv. Hal ini juga
terjadi pada liputan-liputan berita. Dulu, masyarakat hanya bergantung pada
surat kabar atau siaran tv. Namun sekarang, mereka dapat memperoleh
kumpulan informasi yang mereka inginkan di internet; mencarinya dari
berbagai sumber. Kondisi ini belum terjadi pada produk CD atau kaset karena
masyarakat harus membeli satu album, walaupun hanya satu atau dua lagu
yang ingin didengarkan. Kesuksesan Napster dan program sejenis lainnya ini
lah yang membuktikan bahwa konsumen tidak menyukai sistem seperti itu.
Oleh karena itu, di zaman ini setiap orang dapat mengunduh musik yang
mereka inginkan di internet. Hal lain yang terjadi, jika sebelumnya setiap
orang bergantung pada pengelompokan iklan yang dibuat oleh surat kabar
maka sekarang mereka pun dapat membuat dan mengelompokkan iklan pada
website-nya sendiri.
Pembahasan berikutnya akan lebih mendalami hal ini. Namun, yang
sudah jelas di sini adalah, audiensi-lah yang memiliki kontrol besar atas
proses komunikasi.

4. Multiple Platform
―Everything Everywhere” sering kali digunakan para korporasi
media untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi
media. Kuncinya adalah membuat setiap orang dapat mengakses informasi
pada setiap media yang mereka miliki.

Sumber: http://www.mydigitallife.info/new-samsung-sgh-l760-youtube-enabled-
cellphone/
Gambar 1.9
Telepon Genggam dengan Fitur Youtube
Video musik adalah contoh yang tepat. Pada mulanya, orang hanya dapat
menonton video di MTV, VH1, atau saluran cable lainnya. Namun kemudian,
datanglah Yahoo! Music, Youtubedan web-web lainnya yang menyediakan
fasilitas streaming. Survei membuktikan, pada tahun 2005, terdapat empat
miliar orang yang menggunakan fasilitas tersebut. Industri sadar, bahwa
menyaksikan video di layar kaca bukan lagi tren terkini. Telepon genggam
pun menjadi sasaran empuk mengeruk keuntungan lebih. Berbagai video
musik kini dapat disaksikan di dalamnya.
Televisi juga tidak mau ketinggalan. Mereka membuat setiap
tayangannya dapat diakses lewat internet, satu hari setelah penayangannya di
tv, bahkan beberapa tayangan di tv Amerika sudah dapat diunduh sebelum
jadwal tayangnya. Surat kabar dan majalah juga melakukan ini. Mereka
memiliki website yang biasanya dapat memuat video. Bahkan, media-media
tersebut kemudian membuat aplikasi tertentu untuk telepon genggam (seperti
Blackberry dan Android) sehingga orang dapat mengaksesnya kapan pun dan
di mana pun. Kesimpulannya adalah, industri akan selalu memakai medium
sebanyak-banyaknya demi menimba laba.

5. User-Generated Content
Saat ini, kita berada dalam era new digital democracy, terdapat banyak
website yang menampung karya, tulisan, atau ide-ide lain dari masyarakat.
Situs-situs, seperti Youtube, Facebook, atau Kompasiana adalah bukti dari era
demokrasi digital tersebut, bahkan salah satu tv di San Fransisco bergantung
pada kiriman konsumennya. Dari sinilah kemudian muncul istilah Jurnalisme
Warga (citizen journalists). Sistem ini dirancang sedemikian rupa agar
masyarakat dapat ambil bagian di dalamnya. Teknologi yang sangat
sederhana memungkinkan siapa pun dapat menggunakannya.

6. Mobile Media
Di zaman modern ini, media massa menjalankan fungsi mobilenya.
Setiap orang dapat mengakses informasi kapan pun dan di mana pun mereka
berada. Jarak dan waktu kini bukan lagi penghalang untuk menikmati konten
media massa. Televisi, surat kabar, majalah, ataupun media lainnya
melakukan hal ini; mereka membuat sistem tertentu sehingga dapat diakses
lewat telepon genggam. Video atau film yang tadinya hanya dapat disaksikan
di tv, sekarang dapat diunduh ke telepon genggam, tanpa perlu
menyambungkannya pada DVD player. Hal inilah yang berperan penting
dalam perkembangan komunikasi.

7. Penggabungan Industri Media


Pada proses perkembangannya, perusahaan media besar menjadi
kehilangan peranannya yang dominan dalam masyarakat. Perusahaan media
kini harus bersaing dengan para blogger yang menjadi komentator berita di
media dunia maya (online), produser video amatir yang membuat videonya di
rumah atau sekolah, dan mereka yang mengunggah (up load) kembali
potongan-potongan video yang dihasilkan media-media utama ke internet.
Sementara itu, jaringan digital global telah menciptakan sebuah arena
persaingan antar perusahaan media dunia. CNN (Cable News Network)
harus berhadapan dengan BBC (British Brodcasting Corporation) atau
bahkan dengan media besar Timur Tengah seperti Al Jazeera untuk dapat
tetap eksis dalam industri media. 75% penduduk negara maju seperti AS,
telah dapat mengakses media online, meski pun demikian sebagian kecil
penduduk, seperti orang yang berpenghasilan rendah, dan mereka yang
tergolong kaum pensiunan atau orang tua, ternyata juga tidak mampu
mengakses teknologi komunikasi dan internet.
Sementara itu, angka pengguna internet di Indonesia adalah 55 juta jiwa
atau sebanyak 23% dari total penduduk Indonesia (data Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia - APJII). Angka tersebut tentu saja
lebih sedikit jika dibandingkan dengan Amerika. Namun laju pertumbuhan
ekonomi di negara ini, terus meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengakses internet. Hal ini ditandai, dengan semakin banyaknya perusahaan
jasa pelayanan akses internet ataupun provider telepon seluler yang juga
menambahkan fitur untuk internet dalam pelayanannya pada konsumen.
Walaupun demikian, jumlah mereka yang mampu menikmati fasilitas ini
dapat dibilang minoritas karena sebagian besar rakyat Indonesia yang tinggal
di pedesaan tidak memiliki akses internet karena faktor ekonomi ataupun
ketiadaan akses dan fasilitas.
Meskipun demikian, tidak ada jaminan bahwa setiap usaha melakukan
kombinasi saluran komunikasi dan industri akan membawa keuntungan.
Beberapa kasus menunjukkan bahwa ada juga dari perusahaan yang
melakukan merger (penggabungan) justru bernasib buruk. Kondisi makro
ekonomi dan politik juga menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan dalam
keberhasilan membangun dunia usaha dan industri yang sehat serta dinamis.
D. PERUBAHAN DALAM KARIR DAN GAYA HIDUP

Dampak media baru mengakibatkan berbagai perubahan dalam bentuk


komunikasi dalam keluarga, antar teman, antar atasan bawahan dan antar
instansi di satu kota, maupun sampai manca negara. Perubahan juga terjadi di
berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya.
Misal perubahan dalam bidang politik, untuk menarik simpati masyarakat,
kandidat presiden, atau gubernur dan walikota tidak hanya mengandalkan
kemampuan media konvensional, namun bisa menjaring simpatisan melalui
twitter yang memungkinkan mereka berkomunikasi secara intensif. Demikian
pula di bidang ekonomi maka para pebisnis yang dikategorikan sebagai
pemula dan tinggal di daerah bisa memasarkan produk bisnis mereka melalui
web. Begitu juga di bidang kesehatan, bagi orang yang enggan pergi ke
dokter, ia dapat mencari informasi tentang suatu penyakit atau cara hidup
yang lebih sehat melalui informasi di internet. Begitu banyak yang dapat
dibahas, namun dalam modul ini hanya masalah tantangan karir di masa
depan dan gaya hidup yang akan dibahas di sini.

1. Tantangan dalam Karir Pekerjaan


Konvergensi industri dan teknologi yang terjadi memunculkan
pekerjaan-pekerjaan baru. Hal ini terjadi akibat persaingan pasar global yang
semakin ketat sehingga tenaga-tenaga baru di berbagai sektor terus
dibutuhkan. Berbicara mengenai pertumbuhan karir, pekerjaan-pekerjaan di
bidang sektor informasi diperkirakan akan melonjak dalam sepuluh tahun ke
depan. Pekerjaan yang menekankan keterampilan (blue-collar work), seperti
teknisi percetakan yang mengeset halaman surat kabar atau majalah akan
menurun drastis karena teknologi baru menuntut lulusan sekolah yang lebih
tinggi tingkatannya (Straubhaar, 2008: 9). Selain itu, data statistik
menunjukkan bahwa satu dari 50 jumlah pekerjaan yang ada selalu
menggantungkan nasibnya pada internet. Di Indonesia kini kita mengenal
setidaknya ada dua web penyedia jasa bagi para pelamar pekerjaan, yaitu
Jobstreet dan Jobs Db. Keduanya merupakan situs yang menyediakan
informasi lowongan pekerjaan pada para calon pekerja secara online. Tidak
hanya itu, sesekali mereka pun menggelar pameran pekerjaan bekerjasama
dengan perusahaan-perusahaan, demi menjaring profesional-profesional
muda.
Kebergantungan para pekerja pada internet dewasa ini, tidak hanya
terjadi dalam tataran pencarian pekerjaan. Pada saatnya, mereka bekerja
nantinya, internet adalah medium paling utama untuk menjalankan pekerjaan.
Luasnya jaringan divisi dalam suatu perusahaan, lazimnya dihubungkan
dengan konesi internet. Begitu juga halnya dengan cabang-cabang
perusahaan yang ada di luar kota. Oleh karenanya, fitur seperti e-mail, yahoo
messenger, jejaring sosial, dan banyak lainnya mesti dikuasai oleh para calon
pekerja yang hendak memasuki industri.

2. Perubahan Gaya Hidup


Ketika media baru memasuki hidup kita, pola konsumsi media pun
berubah. Seperempat dari pengguna internet, mengaku bahwa semenjak
memiliki akses internet maka waktu yang digunakan untuk menonton televisi
semakin berkurang. Adapun anak muda yang berusia di antara 18 - 29 tahun
telah menjadikan internet sebagai sumber yang sama pentingnya dengan
koran dan berita televisi untuk mencari informasi dan berita. Mereka yang
tergolong dewasa muda ini tidak lagi dapat dijangkau dengan mudah oleh
media massa konvensional. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu
dengan online melalui Ipad, telepon seluler, bermain video game atau
berpartisipasi dalam komunitas dunia maya, seperti Facebook dan Myspace
dan hanya memiliki sedikit waktu dan ketertarikan pada televisi dan surat
kabar. Kondisi inilah yang kini membuat hampir semua media massa
konvensional, seperti televisi dan surat kabar memiliki versi online-nya. Hal
tersebut dilakukan demi menjaga pangsa pasar yang gaya hidupnya kini telah
berubah. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Kini
berbagai produk budaya konvensional, seperti film, berita, ataupun musik,
dapat diunduh di dunia maya, semua ini dilakukan media untuk
mempertahankan daya tariknya di hadapan generasi muda baru yang
memiliki gaya hidup mobile dan serba online.
Perubahan media telah memperkenalkan pada kita cara hidup baru,
jutaan orang kini bekerja, belanja, melakukan transaksi bank, dan bahkan
mencari tuntunan hidup sehat dan kehidupan spiritual melalui dunia maya.
Jutaan manusia dalam komunitas online telah melahirkan jutaan identitas
baru yang mungkin tidak lagi dapat dikenali di dunia nyata dan mereka
mengembangkan kebudayaan baru, yang kesemuanya terjadi karena adanya
internet. Perubahan ini memungkinkan lebih banyak pilihan, harga yang lebih
murah, hiburan yang lebih baik, dan lebih banyak teman. Sebaliknya, media
baru juga dapat berimplikasi menurunkan kualitas hubungan manusia dengan
menggantikannya melalui berbagai komunitas online, seperti Facebook,
Myspace serta berbagai jejaring sosial lainnya. Tidak hanya itu,
berkembangnya berbagai bentuk blog yang kini menjadi tumpuan bagi jutaan
orang di dunia untuk mencari berita, dapat menurunkan kualitas diskusi
publik, yang kini lebih banyak berisi rumor dibandingkan sebuah karya
jurnalistik yang sesungguhnya. Menyadari berbagai dampak buruk yang
terjadi di masyarakat luas maka sudah sewajarnya perlu sebuah regulasi.

3. Regulasi Konevergensi Media


Media sebagai sarana komunikasi massa termasuk ke dalam ranah publik
dan menyangkut kepentingan orang banyak. Oleh karena itu, dalam suatu
negara perlu diberlakukan regulasi yang mengatur jalannya media massa,
terutama di negara-negara dengan tingkat perkembangan industri media
massa yang sangat pesat. Misalnya, salah satu regulasi berkaitan dengan
frekuensi radio yang digunakan untuk siaran radio dan televisi. Frekuensi
tersebut bukan lah milik perorangan atau para pengusaha media, melainkan
milik publik. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang mengatur
pemakaiannya untuk menjaga serta memastikan bahwa penggunaan frekuensi
radio tersebut sesuai dengan kepentingan publik dan tentu saja tidak
merugikan publik.
Di AS, peraturan mengenai konvergensi media massa dengan teknologi
telepon dan komputer sebenarnya sudah pernah dibicarakan. Kongres
Telecommunication Act of 1996 menghasilkan sejumlah kesepakatan yang di
antaranya melarang adanya persaingan antara industri-industri cableTV,
telepon, penyiaran¸ percetakan, dan industri serupa lainnya. Aturan ini
mengharapkan perbaikan sistem dan penurunan biaya akses semua jenis
media komunikasi. Namun nyatanya, aturan tersebut tidak dipatuhi, bahkan
muncul pemusatan kepemilikan dan kebangkrutan yang akhirnya sudah pasti
merugikan konsumen.
Selain itu, di AS ada juga Copyright Term Extension Act of 1998.
Kongres ini berfokus pada hak cipta yang seyogyanya dimiliki oleh para
pencipta karya; penulis, penampil, atau penulis lagu misalnya. Namun, lagi-
lagi aturan tak dijalankan. Para regulator sendiri yang akhirnya melanggar
ketentuan tersebut dengan mempersulit proses-proses pengukuhan hak cipta
yang diajukan. Isu-isu seperti ini sebenarnya sudah menjadi perbincangan
dunia. Contohnya, terdapat International Telecmmunication Union (ITU), the
World Trade Organization (WTO), dan United Nation, yang mengurus media-media global.
Misalnya, bagaimana mengatur konten media, yang dapat diterima di negara yang satu, tapi tidak di
negara lainnya, karena berlawanan dengan konteks budaya setempat.
Pada kasus yang terjadi di Indonesia situasinya kurang lebih sama. Tahun 2002 muncul
undang-undang (UU) baru mengenai dunia penyiaran, menggantikan UU semasa Orde Baru (Orba)
yang dinilai otoriter. Namun, pasal-pasal yang memuat semangat anti monopoli media pun tidak
pernah dapat dijalankan hingga kini, dengan dalih multi tafsir ataupun alasan struktur yang belum
memadai. Pada praktiknya, tetap saja penyiaran nasional dikuasai oleh para konglomerat. Dengan
kata lain, sentralisasi kepemilikan media tetap terjadi. MNC Grup yang di dalamnya meliputi tiga
televisi nasional, Global TV, MNC TV, dan RCTI serta media cetak, seperti Sindo dan situs
Okezone, dimiliki oleh satu orang, yaitu Harry Tanoesudibyo.
Dalam Industri media massa Indonesia, Harry Tanoesudibyo bukan satu- satunya pihak yang
melakukan kepemilikan silang. Pengusaha lainnya, yaitu Bakrie tidak hanya dikenal sebagai
pemilik stasiun televisi TV One, tetapi juga sebagai pemilik situs vivanews. Selain itu, masih ada
beberapa nama lainnya. Data CIPG (Centre for Innovation, Policy, and Governance) tahun 2011
menyebutkan bahwa telah terjadi konsentrasi kepemilikan media di bawah 12 besar grup media.
Kedua belas grup media yang diidentifikasi dalam riset itu sebagai penguasa hampir seluruh kanal
media di Indonesia adalah MNC Grup, Kompas Gramedia Grup, Jawa Pos, Mahaka Media Grup,
Elang Mahkota Teknologi, CT Corp, Visi Media Asia, Media Grup, MRA Media, Femina Grup,
Tempo Inti Media, dan Berita satu Media Holding. Di samping itu, tiga di antara ke-12 grup media
tersebut terafiliasi dengan partai politik, yaitu MNC Grup dan Media Grup dengan Partai Nasional
Demokrat, serta Visi Media Asia dengan Partai Golkar (Nugroho, Siregar dan Shita, 2012).
Pemusatan kepemilikan tersebut menunjukkan bahwa regulasi yang mengatur media massa di
Indonesia belum berjalan dengan semestinya. Berdasarkan temuan CPIG tahun 2011 terbukti bahwa
kebijakan yang ada tidak mampu mengatur prinsip ekonomi yang diterapkan oleh media. Media
lebih digerakkan oleh logika dan kepentingan pasar karena para pembuat kebijakan dan pemerintah
tidak berhasil mengatur batasan praktik yang jelas antara monopoli dan oligopoli. Padahal dalam UU
Penyiaran No. 22 tahun 2002 telah dimuat batasan dan melarang kepemilikan silang.
INTISARI 1.1

PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi massa (mass communication) juga bisa disebut sebagai


komunikasi media massa (mass media communication). Maka dari itu,
komunikasi massa jelas berarti sebuah cara berkomunikasi atau
penyampaian informasi yang dilakukan melalui media massa
(communicating with media). Ciri khas dari komunikasi massa adalah jenis
komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat luas
melalui perantara media massa. Jika mendengar kata massa, maka kita
dapat mengartikan dengan hal yang berkaitan dengan kata
jamak, massive, serta dalam jumlah yang sangat banyak. Defisini
komunikasi massa yang paling umum adalah cara penyampaian pesan
yang sama, kepada sejumlah besar orang, dan dalam waktu yang
serempak melalui media massa. Komunikasi massa dapat dilakukan
melalui keseluruhan media massa yang ada, yaitu media cetak, media
elektronik, serta media online. Tidak ada batasan media dalam
penggunaan komunikasi massa ini.

Sebuah pesan yang disampaikan kepada satu orang, akan memiliki


dampak yang berbeda apabila pesan tersebut disampaikan langsung
kepada banyak orang di waktu yang bersamaan. Selain manfaat waktu
dan tenaga, komunikasi massa memiliki dampak positif keuntungan yang
cukup besar lainnya. Komunikasi massa bahkan mampu menggerakkan
sebuah massa atau sejumlah besar orang dan komunitas untuk
melakukan suatu hal yang diharapkan melalui sebuah pesan. Komunikasi
massa adalah jenis kekuatan sosial yang mampu mengarahkan
masyarakat dan organisasi media untuk mencapai sebuah tujuan yang
telah ditetapkan, seperti contohnya adalah tujuan sosial.

Komunikasi massa mampu menyebarkan pesan secara publik secara


hampir bersamaan bahkan hanya dalam satu kali penyampaian informasi.
Komunikasi massa ini disampaikan secara terbuka kepada masyarakat
heterogen yang jangkauannya relatif lebih besar. Komunikasi massa
berperan sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan informasi antara
pihak yang ingin menyampaikan informasi, dengan pihak yang ingin
diberikan informasi. Baik komunikasi bagi perorangan atau individu,
komunikasi kelompok, maupun fungsi utamanya sebagai komunikasi bagi
masyarakat luas.

ILUSTRASI KOMUNIKASI MASSA (SAMUEL/UCEO)

PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA MENURUT AHLI

Terdapat beberapa tokoh atau ahli yang menyampaikan pendapatnya


mengenai definisi dari komunikasi massa. Salah satunya adalah Charles R.
Wright. Menurut pendapat Wright, komunikasi massa dapat dibedakan
menurut pola-polanya, hal ini dikarenakan komunikasi massa memiliki
keunikan karakteristik yaitu :

1. Ditujukan kepada masyarakat luas yang heterogen, anonim, serta


dalam jangkauan yang luas
2. Informasi yang disampaikan bersifat terbuka
3. Informasi yang disampaikan diterima secara bersamaan pada waktu
yang kurang lebih relatif sama dan bersifat hanya sementara bagi
sebagian media massa (media elektronik)
4. Komunikator sebagai pihak yang menyampaikan informasi,
biasanya bergerak dalam sebuah organisasi yang memiliki kedudukan
tinggi dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Menurut Wright, komunikasi massa dapat berfungsi


sebagai surveillance atau sebuah kegiatan untuk mengkorelasi dan
menggabungkan sebuah kejadian dengan fakta-fakta sehingga dapat
ditarik kesimpulan. Selain fungsi penting tersebut, Wright juga
berpendapat bahwa komunikasi massa dapat bermanfaat sebagai media
hiburan.

Pendapat kedua mengenai definisi komunikasi massa disampaikan oleh


John R. Bittner (1980 :10). Bittner berpendapat bahwa, “Mass
communication is messages communicated through a mass medium to a
large number of people”. Komunikasi massa adalah sebuah pesan yang
disampaikan atau dikomunikasikan melalui media massa pada sebagian
besar orang.

KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik. Ciri-ciri komunikasi


massa ini dapat diibagi kedalam 4 tanda pokok komunikasi massa.
Keempat tanda pokok karakteristik komunikasi massa ini disampaikan
oleh seorang ahli yaitu Suprapto. Ciri-ciri menurut Suprapto, 2006 : 13
tentang keempat tanda pokok tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi massa memiliki sifat komunikan

Hal ini karena sasaran komunikasi massa adalah masyarakat yang relatif
besar serta memiliki sifat yang heterogen dan anonim. Masyarakat ini
tidak dapat diukur berapa banyak jumlahnya, bagaimana latar belakang
pendidikan, usia, agama, suku, jenis pekerjaan, dan lain sebagainya. Hal
yang dapat menjadikan semua perbedaan ini melebur adalah kesamaan
minat dan kepentingan yang sama.

2. Komunikasi massa memiliki sifat cepat dan serentak

Penyampaian pesan secara serempak ini dilakukan secara bersamaan


oleh komunikator kepada komunikan yang memiliki jumlah yang besar.
Jika disampaikan secara serentak, maka perhatian komunikan akan
berfokus pada pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sifat
penyampaian pesan yang cepat akan memungkinkan pesan tersebut
dapat tersampaikan dalam waktu yang relatif singkat.

3. Komunikasi massa memiliki sifat publik

Sudah jelas bahwa pesan yang ingin disampaikan tersebut ditujukan


kepada masyarakat luas, bukan kepada golongan tertentu saja. Sehingga
isi pesan yang disampaikan harus lebih umum. Karena mencakup
lingkungan yang umum dan universal.

4. Komunikator yang terkoordinir

Karena media massa merupakan sebuah lembaga organisasi, maka


komunikasi massa pasti memiliki komunikator yang telah terorganisasi
dengan baik dan profesional seperti jurnalis, sutradara, penyiar atau
pembawa acara, dan lain sebagainya. Pesan yang akan disampaikan
tersebut merupakan hasil kerjasama tim, sehingga keberhasilan sebuah
komunikasi massa juga tergantung berdasarkan berbagai faktor di dalam
organisasi media massa tersebut.

Selain keempat tanda pokok tersebut, komunikasi massa memiliki


karakteristik komunikasi massa konsep klasik. Konsep-konsep tersebut
diantaranya adalah ditujukan kepada masyakarat luas, yang heterogen,
tersebar, serta tidak terbatas pada batas geografis dan kultural.
Karakteristik konsep klasik lainnya adalah bersifat umum, cara
penyampaian pesan yang cepat dan menjangkau banyak orang dalam
waktu yang singkat, penyampaian pesan bersifat satu arah, kegiatan
komunikasi dilakukan dengan secara terencana dan terkonsep,
komunikasi dilakukan secara periodik atau berkala, serta pesan yang
disampaikan melingkupi seluruh aspek sosial, ekonomi, politik, dan
budaya.

EFEK KOMUNIKASI MASSA


Komunikasi massa memiliki beberapa efek yang dapat mempengaruhi
individu, masyarakat, dan bahkan kebudayaan. Efek menurut Steven A.
Chafee adalah sebagai berikut:

1. Efek terhadap individu

Komunikasi massa dapat memberikan efek ekonomis pada setiap individu.


Hal ini tercermin dalam jasa lowongan pekerjaan yang disediakan oleh
industri media massa. Efek kedua adalah pengaruh terhadap kebiasaan
sehari-hari. Setiap pagi orang akan memiliki kebiasaan membaca berita
terlebih dahulu sebelum memulai aktifitas. Efek ketiga adalah entertain,
media massa dapat menjadi sebuah sarana ‘pelarian’ dari rasa penat dan
stress. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai aplikasi online media
sosial.

2. Efek terhadap masyarakat

Efek ini berkaitan erat dengan karakter yang dimiliki oleh seseorang.
Masyarakat akan menilai berdasarkan pembawaan, interaksi, serta cara
berfikir seseorang sesuai dengan apa yang ditunjukkan oleh media. Media
massa secara tidak langsung akan ‘mengajak’ masyarakat untuk
memberikan penilaian yang sama terhadap seseorang berdasarkan
penilaian dari media massa itu sendiri.

3. Efek terhadap kebudayaan

Kerap kali hal yang ditampilkan dalam media, baik media cetak, media
elektronik, maupun media digital akan berbeda bagi setiap kebudayaan
yang dianut oleh masing-masing daerah. Misalnya saja mengenai cara
berbusana. Gaya berbusana di masing-masing negara tentu berbeda,
namun ketika media massa menayangkannya, hal tersebut akan
mempengaruhi selera fashion di daerah lain.

Selain Chafee, salah seorang tokoh bernama Effendi juga mengemukakan


tentang efek komunikasi massa. Efek menurut Onong Uchyana Effendi
(2006) adalah :

1. Efek Kognitif

Efek ini bersifat informatif. Misalnya saja adalah bagaimana seseorang


mendapat informasi atau gambaran dari media tentang tempat yang
belum pernah dikunjungi.

2. Efek Konatif

Efek ini berakibat pada tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh


seseorang setelah menerima informasi dari media massa. Misalnya saja
seorang ibu rumah tangga yang terinspirasi untuk membuka usaha
kerajinan tangan di rumah setelah melihat acara workshop
crafting melalui media.

3. Efek Afektif

Efek ini lebih melibatkan tentang perasaan atau faktor psikologis


seseorang. Misalnya setelah mendapatkan informasi melalui media
massa, seseorang menjadi senang, marah, sedih, iba, terharu, gembira,
sebal, dan lain sebagainya sesuai dengan informasi yang diberitakan.

TEORI KOMUNIKASI MASSA

Mengenai teori komunikasi massa, hal ini disampaikan oleh seorang tokoh
yaitu Schramm. Model komunikasi massa Schramm mengemukakan
bahwa dalam komunikasi massa, memerlukan tiga unsur penting yaitu
sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). Schramm
memunculkan sebuah model dalam komunikasi massa. Model adalah
gambaran untuk menjelaskan dan menerapkan sebuah teori, dan model
ini bermanfaat untuk merumuskan sebuah teori yang baru. Model
komunikasi massa menurut Wilbur Schramm menjelaskan bahwa
komunikasi adalah interaksi antara dua orang melalui tafsiran, kode,
maupun sebuah interpretasi. Model komunikasi massa Schramm adalah
teori yang dapat menjelaskan sebuah komunikasi berdasarkan model
yang tersaji dalam bentuk gambar yang menonjolkan hal-hal yang
dianggap penting.

PERBEDAAN KOMUNIKASI MASSA DAN KOMUNIKASI ANTAR


PRIBADI

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antar pribadi. Komunikasi


massa adalah proses penyampaian informasi yang sama kepada khalayak
ramai dalam waktu yang relatif cepat. Definisi mengenai komunikasi antar
pribadi dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya adalah Onong U.
Effendy yang mengemukakan bahwa komunikasi ini adalah jenis
komunikasi yang terjadi antara dua orang, namun terjadi interaksi
percakapan secara langsung (tatap muka maupun media telepon). Ciri
khas dari komunikasi antar pribadi menurut Effendy adalah adanya timbal
balik.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Dean Barnalus, yaitu bahwa komunikasi
antar pribadi biasanya dilakukan melalui pertemuan dua atau lebih orang
yang dilakukan secara spontan dan tidak terstruktur. Pendapat ini juga
didukung oleh De Vito (Liliweri, 1991 : 13) yang mengemukakan bahwa
komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian pesan yang
diterima secara langsung dan memiliki efek berupa timbal balik secara
langsung.

Anda mungkin juga menyukai