Anda di halaman 1dari 19

MODUL TEKNOLOGI DIGITAL

(CTI 310)

MODUL 4
ETIKA TEKNOLOGI INFORMASI

DISUSUN OLEH
IR. NIZIRWAN ANWAR, M.T

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 19
MODUL 4
ETIKA
TEKNOLOGI INFORMASI

Pendahuluan

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah


sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah,
baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi)
menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-
pendapat spontan kita.Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara
lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang
lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal
menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap
kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah
laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga
tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya
etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia
Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika
memberikan standar atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena
itu, etika terbagi menjadi 4 (empat) klasifikasi yaitu:

[1.] Etika Deskriptif: Etika yang hanya menerangkan apa adanya


tanpa memberikan penilaian terhadap objek yang diamati.
[2.] Etika Normatif: Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana
yang baik dan buruk, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh
manusia.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 19
[3.] Etika Individual: Etika yang objeknya manusia sebagai
individualis. Berkaitan dengan makna dan tujuan hidp manusia
[4.] Etika Sosial: Etika yang membicarakan tingkah laku manusia
sebagai makhluk sosial dan hubungan interaksinya dengan
manusia lain. Baik dalam lingkup terkecil, keluarga, hingga yang
terbesar bernegara.

Klasifikasi di atas menegaskan bahwa etika erat kaitannya dengan


penilaian. Karena pada hakikatnya etika membicarakan sifat manusia
sehingga seseorang bisa dikatakan baik, bijak, jahat, susila atau
sebagainya. Secara khusus etika ada pada prinsip manusia sebagai subjek
sekaligus objek, bagaimana manusia berperilaku atas tujuan untuk dirinya
sendiri dan tujuan untuk kepentingan bersama.

Gambar 1 Tokoh Etika - Plato, Kant, Nietzsche, Buddha,


Kong Hu Cu, Ibnu Rusyd

Jenis Etika

1) Etika Filosofis
2) Etika Teologis
3) Etika Filosofis dan Etika Teologis (hubungan)
4) Etika Terapan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 19
Uraian singkat ;

1) Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal
dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena
itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat. Etika
termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan
dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita
harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan
dua sifat etika;

[1.] Non-empiris, Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu


empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang
konkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha
melampaui yang konkret dengan seolah-olah menanyakan apa di
balik gejala-gejala konkret. Demikian pula dengan etika. Etika
tidak hanya berhenti pada apa yang konkret yang secara faktual
dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
[2.] Praktis, Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu
“yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum.
Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya
tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika
sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung
berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti
menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis
melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-
tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban,
dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 19
kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu
menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

2) Etika Teologis

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama,
etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama
dapat memiliki etika teologisnya masing-masing.Kedua, etika teologis
merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur
di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti
setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik
tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria
pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen,
misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-
presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan
bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena
itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan
etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan
etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yang
hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya
dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak
Allah. Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik
berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya.
Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki
perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.

3) Etika Filosofis dan Etika Teologis (hubungan)

Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di


dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 19
ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas,
yaitu:

[1.] Revisionisme. Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430)


yang menyatakan bahwa etika teologis bertugas untuk merevisi,
yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.
[2.] Sintesis Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-
1274) yang menyintesiskan etika filosofis dan etika teologis
sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika ini, dengan
mempertahankan identitas masing-masing, menjadi suatu entitas
baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang
bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas
yang bersifat khusus.
[3.] Diaparalelisme, Jawaban ini dijelaskan oleh FED Schleiermacher
(1768-1834) yang menganggap etika teologis dan etika filosofis
sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat
diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.

Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapa keberatan.


Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa etika
filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis. Terhadap
pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum
dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun
kedudukan etika filosofis telah diperkuat. Terakhir, terhadap pandangan
Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap
setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka.. Ada pendapat
lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara
keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat
terjalin dan bukan hanya saling menatap dari dua horizon yang paralel saja.
Selanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu
tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana ia
seharusnya hidup.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 19
4) Etika Terapan

Etika Terapan merupakan istilah baru, tapi sebetulnya yang dimaksudkan


dengannya sama sekali bukan hal baru dalam sejarah Filsafat Moral. Sejak
Plato dan Aristoteles sudah ditekankan bahwa etika merupakan filsafat
praktis, artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah
laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus kita lakukan. Salah
satu ciri khas etika terapan sekarang ini adalah kerja sama yang erat antara
etika dan ilmu-ilmu lain. Etika Terapan tidak bisa dijalankan dengan baik
tanpa kerja sama itu, karena ia harus membentuk pertimbangan tentang
bidang yang sama sekali di luar perhatiannya. Terdapat empat unsur dalam
metode etika terapan.

[1.] Sikap Awal, dalam usaha membentuk suatu pandangan


beralasan tentang masalah etis apa pun, selalu ada suatu sikap
awal. sikap ini bisa pro atau kontra bisa juga netral.
[2.] Informasi, Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang
dibutuhkan adalah informasi. hal ini terutama mendesak bagi
masalah etis yang terkait dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Melalui informasi kita dapat mengetahui bagaimana
keadaan obyektif itu.
[3.] Norma-norma Moral, Norma-norma moral itu sudah diterima
dalam masyarakat (jadi, tidak diciptakan untuk kesempatan ini),
tapi harus diakui juga sebagai relevan untuk topik atau bidang
yang khusus ini.
[4.] Logika, Etika Terapan harus bersifat logis juga. ini tentu tidak
merupakan tuntutan khusus bagi etika saja. Logika dapat
menunjukkan kesalahan-kesalahan penalaran dan inkonsistensi
yang barangkali terjadi dalam argumentasi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 19
Etika Menurut Para Ahli

Soergarda Poerbakawatja

“Pengertian etika ialah suatu ilmu pengetahuan yang memberikan


arahan, ajaran, acuan, serta pijakan kepada suatu tindakan
manusia.”

James J. Spillane SJ

“Etika merupakan memperhatikan suatu tingkah laku manusia dalam


mengambil keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih
mengarah pada penggunaan akal budi dengan objektivitas untuk
menentukan benar atau salah serta tingkah laku seseorang terhadap
lainnya.”

H. Burhanudin Salam

“Etika merupakan sebuah cabang dari ilmu filsafat yang


membicarakan tentang suatu nilai-nilai serta norma yang dapat
menentukan suatu perilaku manusia di dalam kehidupannya.”

A. Mustafa

“Pengertian etika merupakan ilmu yang menyelidiki tentag suatu


perilaku yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan perbuatan
manusia sejauh apa yang diketahui oleh akal dan pikiran manusia.”

J. S. Poerwadarminto

“Etika merupakan ilmu pengetahuan mengenai suatu perilaku atau


perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik serta buruknya yang
sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.”

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 19
Ciri ciri Etika

Terdapat karakteristik atau ciri-ciri etika yang dapat menjadi pembeda


dengan norma yang lain. Berikut adalah ciri-ciri etika, diantaranya adalah;

1) Etika akan tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang
menyaksikannya.
2) Etika memiliki sifat absolut atau mutlak.
3) Dalam suatu etika memiliki cara pandang dari sisi batiniah
manusia.
4) Etika sangat erat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku
manusia.

Manfaat Etika

Terdapat beberapa manfaat etika diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Untuk membantu suatu pendirian dalam berbagai pandangan


dan moral.
2) Untuk membantu membedakan mana saja yang tidak boleh
dirubah dan mana yang boleh dirubah.
3) Untuk membantu seseorang dalam menentukan pendapat.
4) Untuk menjembatani atau menengahi semua dimensi atau nilai-
nilai

Contoh Etika

Di bawah ini merupakan beberapa contoh etika yang terdapat dalam


kehidupan sehari-hari, yaitu:

1) Menghormati orang tua dengan mencium tangan sebelum


aktifitas sehari-hari

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 19
2) Membuang sampah pada tempatnya
3) Mengucapkan maaf saat melakukan kesalahan
4) Makan dengan menggunakan tangan kanan

Peran Etka

1) Di Era Globalisasi

Pentingnya peran etika dalam kehidupan sehari-sehari adalah sebagai


sarana untuk berorientasi atau mengenalkan pada setiap individu pada
masyarakat. Karena orientasi merupakan salah satu kebutuhan manusia
dalam bersosialisasi. Bayangkan saja, jika masyarakat tidak melakukan
orientasi, maka tidak akan terbentuk kehidupan tentram dan teratur. Peran
etika dalam dunia modern dan mengambil Di era globalisasi ini kita di picu
untuk pandai mengambil sikap kritis juga objektif dalam menerima ide-ide
baru yang muncul. Mengetahui hubungan antara etika dengan agama, atika
dengan hukum dan upaya yang perlu dilakukan untuk menerapkan etik
yang sesuai dengan kehidupan masyarakat. Karena semakin maju
perkembangan Hidup manisia, kita juga semakin dipicu untuk menerima
ide-ide baru. Kita harus peka Teknologi perkembangan Zaman, oleh karena
itu Etika disini sangat di butuhkan.
Di Era Modern oarng-orang cenderung masa bodoh (apatis) terhadap
lingkungan di sekitarnya. Di era modern ini di sediakan berbagai
pengetahuan dan informasi baik lewat media cetak maupun media
elektronika. Sehingga masyarakat mudah mengakses informasi tersebut
dan masyarakat mudah menerapkan kapan dan dimana saja. Namun
demikian etika adalah sangat penting sebagai filter semua informasi yang
kita terima di era modern ini.
Pentingnya peran etika dalam kehidupan sehari-sehari adalah sebagai
sarana untuk berorientasi atau mengenalkan pada setiap individu pada
masyarakat. Etika dan agama adalah dua hal yang tidak harus

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 19
dipertentangan. Antara etika dan agama adalah dua hal yang saling
membutuhkan. Dapat dikatakan bahwa hubungan etika dan agama
merupakan hubungan timbal balik yang saling membutuhkan. Etika tidak
dapat berjalan sendiri dengan rasionalitasnya, pun agama tidak dapat
berjalan sendiri dengan doktrinnya. Hukum dan etika memiliki kesamaan
sebagai nilai-nilai moral yang menyangkut masalah pribadi. Bedanya
terdapat bahwa etika merupakan pemahaman mengenai baik buruknya
tingkah manusia sedangkan hukum merupakan aturan yang membatasi
tingkah laku manusia. Bersikap kritis dan objektif terhadapa berbagai ide-
ide yang muncul. Sepatutnya kita mengkaji, sejauh mana ide itu dapat
diterima dan secara tegas ditolak. Peranan etika dalam dunia modern
adalah sangat penting. Etika sebagai pemikiran sistematis tentang
moralitas tidak berpretensi untuk secara langsung dapat membuat manusia
menjadi lebih baik.

2) Etika di Era Teknologi Informasi

Dalam perkembangannya, teknologi informasi telah menjadi suatu raksasa


industri yang dalam menjalankan kegiatannya tidak akan lepas dari tujuan
pencarian keuntungan (Sunyoto, 277: 2016). Kegiatan industri adalah
kegiatan melakukan bisnis, yaitu dengan memproduksi, mengedarkan,
menjual dan membeli produk-produk yang dihasilkan dari perkembangan
teknologi tersebut, baik yang berupa barang maupun jasa. Dalam kaitannya
dengan etika bisnis menjadi topik yang cukup ramai diperdebatkan.
Sebagian orang berpendapat bahwa "bisnis tetap bisnis" dengan
memfokuskan pada tujuan pencarian keuntungan dan sangat sulit untuk
dicampuradukkan dengan etika. Sementara pihak menganggap bahwa
bisnis perlu dilandasi pertimbangan-pertimbangan yang etis karena di
samping mencari keuntungan juga memperjuangkan nilai-nilai yang bersifat
manusiawi. Beberapa alasan yang membuat bisnis perlu dilandasi oleh
suatu etika antara lain adalah sebagai berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 19
[1.] Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan
keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri, dan
bahkan nasib umat manusia di dalamnya;
[2.] Bisnis adalah bagian penting dari masyarakat yang terjadi di
dalam masyarakat. Bisnis dilakukan antara manusia yang satu
dengan manusia yang lainnya dan menyangkut hubungan antara
manusia tersebut. Sebagai hubungan antara manusia, bisnis
juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan
pedoman bagi pihak-pihak yang melakukannya.
[3.] Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya.
Dengan saling percaya, maka suatu kegiatan bisnis akan
berkembang karena memiliki relasi yang dapat dipercaya dan
bisa mempercayai. Di sini, etika dibutuhkan untuk semakin
menumbuhkan dan memperkuat rasa saling percaya tersebut.

Dengan alasan-alasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sudah


selayaknya jika sebuah bisnis juga mengenal etika. Bisnis jangka panjang
akan berhasil jika pelaku mematuhi etika-etika dalam berbisnis. Hal itu
dikarenakan masyarakatlah yang akan menilai siapa pelaku bisnis yang
benar dan layak diberi dukungan.
Sedangkan pengertian dari etika teknologi informasi adalah sekumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan
santun) nilai mengenai benar dan salah, hak dan kewajiban tentang
teknologi informasi yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
dalam pendidikan. Untuk menerapkan etika teknologi informasi maka
diperlukan terlebih dahulu mengenal dan memaknai prinsip yang
terkandung di dalam teknologi informasi tersebut di antaranya adalah:

[1.] Tujuan teknologi informasi. Memberikan bantuan kepada


manusia untuk menyelesaikan masalah, menghasilkan
kreativitas, untuk membuat manusia lebih bermakna jika tanpa
menggunakan teknologi informasi dalam aktivitasnya;

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 19
[2.] Prinsip high-tech-high-touch. Lebih banyak bergantung kepada
teknologi tercanggih, lebih penting menimbangkan aspek "high
touch" yaitu "manusia";
[3.] Menyesuaikan teknologi informasi kepada manusia.

Peranan etika dalam teknologi informasi sangatlah penting dan sangat


dibutuhkan dunia saat ini untuk meminimalisir dampak negatif
perkembangan teknologi informasi. Dan kamu harus memperhatikan
beberapa etika dalam penggunaan Teknologi Informasi, berikut etika dalam
penggunaan teknolog informasi:

[1.] Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk hal


yang bermanfaat
[2.] Tidak mengubah, mengurangi, atau menambah hasil karya orang
lain
[3.] Tidak menggunakan perangkat lunak untuk suatu kejahatan
[4.] Tidak memasukan dan menyebarkan hal-hal yang bersifat
pornografi, kekerasan dan merugikan orang lain
[5.] Tidak membajak,menyalin,atau menggandakan tanpa seizin
pemilik hak paten
[6.] Menggunakan perangkat lunak yang asli
[7.] Menjunjung tinggi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
[8.] Tetap bersikap sopan dan santun walaupun tidak bertatap muka
secara langsung
[9.] Tidak memasuki sistem informasi orang lain secara illegal
[10.] Tidak memberikan user ID dan password kepada orang lain untuk
masuk ke dalam sebuah sistem. Dan tidak diperkenankan pula
untuk menggunakan user ID orang lain untuk masuk ke sebuah
sistem
[11.] Tidak mengganggu dan atau merusak sistem informasi orang lain
dengan cara apa pun

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 19
[12.] Tidak menggunakan ICT dalam melakukan perbuatan yang
melanggar hukum dan norma-norma yang berlaku di masyarakat
[13.] Menggunakan alat pendukung ICT dengan bijaksana dan
merawatnya dengan baik
[14.] Menerapkan prinsip-prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)
[15.] Tidak membicarakan keburukan dan menjelekan orang lain di
media sosial
[16.] Penulisan yang baik yang tidak menyinggung dan menyakiti
perasaan pembaca saat sedang berinteraksi dengan orang lain
menggunakan fasilitas nonverbal

Teknologi informasi tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Oleh karena


itu, dalam penggunaan teknologi informasi terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan, di antaranya adalah:

[1.] Kesadaran dalam mengetahui kemampuan dan keterbatasan


informasi dan komunikasi. Di era globalisasi saat ini,
perkembangan teknologi informasi sangat canggih. Oleh karena
itu, kita harus lebih waspada menggunakannya;
[2.] Teknologi informasi dan komunikasi agar digunakan secara
benar, beretika dan untuk perlindungan terhadap data dan
informasi. Banyak kejahatan yang terjadi di teknologi informasi
(cyber crime) yang dapat merugikan manusia.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 19
Pelanggaran Etika Penggunaan Teknologi Informasi

1) Hacker dan Cracker

Kata hacker pertama kalinya muncul dengan arti positif untuk menyebut
seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer yang lebih
baik ketimbang yang telah dirancang bersama. Menurut Mansield, hacker
didefinisikan sebagai seorang yang memiliki keinginan untuk melakukan
eksplorasi dan penetrasi terhadap sebuah sistem operasi dan kode
komputer pengaman lainya tetapi tidak melakukan tindakan pengerusakan
apapun tidak mencuri uang atau informasi. Sedangkan Cracker adalah sisi
gelap dari hacker dan memiliki ketertarikan untuk mencuri informasi,
melakukan berbagai macam kerusakan dan sesekali waktu juga
melumpuhkan seluruh sistem komputer. Terdapat 3 Penggolongan Hacker
dan Cracker, yaitu:

[1.] Recreational Hackers, kejahatan yang dilakukan oleh netter


tingkat pemula untuk sekedar mencoba kekurang handalan
system sekuritas suatu perusahaan.
[2.] Crackers/Criminal Minded hackers, pelaku memiliki motifasi
untuk mendapat keuntungan financial, sabotase dan
pengrusakan data, type kejahatan ini dapat dilakukan dengan
banyak orang dalam.
[3.] Political Hackers, aktifis politis (hactivist) melakukan
pengrusakan terhadap ratusan situs web untuk
mengkampanyekan programnya, bahkan tidak jarang
dipergunakan untuk menempelkan pesan untuk mendiskreditkan
lawannya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 19
2) Denial of Service Attack (DoS Attack)

Denial of Service Attack adalah suatu usaha untuk membuat suatu sumber
daya komputer yang ada tidak bisa digunakan oleh para pemakai. Denial of
Service Attack ditandai oleh suatu usaha eksplisit dengan penyerang untuk
mencegah para pemakai memberi bantuan dari penggunaan jasa tersebut.
Denial of Service Attack mempunyai dua format umum:

[1.] Memaksa komputer korban untuk mereset atau korban tidak bisa
lagi menggunakan perangkat komputernya seperti yang
diharapkannya.
[2.] Menghalangi media komunikasi antara para pemakai dan korba
sehingga mereka tidak bisa lagi berkomunikasi.

3) Pelanggaran Piracy

Piracy adalah pembajakan perangkat lunak (software). Undang undang


yang melindungi HAKI : UU no 19 tahun 2002. Bentuk pembajakan
perangkat lunak:

[1.] Memasukan perangkat lunak illegal ke harddisk.


[2.] Softlifting, pemakaian lisensi melebihi kapasitas.
[3.] Penjualan CDROM illegal.
[4.] Penyewaan perangkat lunak illegal.
[5.] Download illegal.

4) Fraud

Merupakan kejahatan manipulasi informasi dengan tujuan mengeruk


keuntungan yang sebesar besarnya. Biasanya kejahatan yang dilakukan
adalah memanipulasi informasi keuangan. Contoh adanya situs lelang fiktif

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 19
yang melibatkan berbagai macam aktifitas yang berkaitan dengan kartu
kredit.

5) Gambling

Perjudian tidak hanya dilakukan secara konfensional, akan tetapi perjudian


sudah marak didunia cyber yang berskala global. Dan kegiatan ini dapat
diputar kembali dinegara yang merupakan "tax heaven" seperti cyman
islands yang merupakan surga bagi money laundering. Jenis jenis online
gambling antara lain, Online Casinos, Online Poker.

6) Mobile gambling

Merupakan perjudian dengan menggunakan wireless device, seperti PDAs,


Wireless tabled PCs, berapa casino online dan poker online menawarkan
pilihan mobile. GPRS,GSM data, UMTS, IMode adalah semua teknologi
lapisan data atas nama perjudian gesit tergantung.

7) Pornography dan Paedophilia

Pornography merupakan jenis kejahatan dengan menyajikan bentuk tubuh


tanpa busana, erotis, dan kegiatan seksual lainnya dengan tujuan merusak
moral. Paedophilia merupakan kejahatan penyimpangan seksual yang lebih
condong kearah anak anak (child phornography).

8) Data Forgery

Kejahatan ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen


dokumen penting yang ada di internet. Dokumen dokumen ini biasanya
dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs berbasis web
database. Dokumen tersebut disimpan sebagai scriptless dokument

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 19
dengan menggunakan media internet. Kejadian ini biasanya diajukan untuk
dokumen ecommerce.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
17 / 19
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K., 2007, Etika, ISBN-10 979-511-744-0 dan ISBN-13 978-979-


511-744-5, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
anonymous, Etika, https://id.wikipedia.org/wiki/Etika di-akses 1 Oktober
2020
Munir, -, Etika Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi dalam
Pendidikan., Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Lilley, Peter, 2002. Hacked, Attacked & Abused, Digital Crime Exposed,
ISBN 0749438746 dan 9780749438746 Kogan Page Publishers,
Smedinghoff,Thomas J., 1996, Online Law: The Spa's Legal Guide to Doing
Business on the Internet edition 4th , ISBN 0201489805, Published
Addison-Wesley Professional
Naisbitt, John, Douglas Philips, Nana Naisbitt, Dian R. Basuki (Translator),
2001, High Tech High Touch: Pencarian Makna Di Tengah
Perkembangan Pesat Teknologi, Penerbit Mizan, Bandung

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
18 / 19

Anda mungkin juga menyukai