Anda di halaman 1dari 42

IMPLIKASI PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SEBAGAI

SARANA PENDIDIKAN ISLAM DI DESA PUNGGULREJO

PROPOSAL
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh :
NOVIA NURUL MAR ATUS SHOLIKHAH
2017.5501.01.04243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI BOJONEGORO

2020
IMPLIKASI PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SEBAGAI
SARANA PENDIDIKAN ISLAM DI DESA PUNGGULREJO

PROPOSAL

Diajukan Kepada Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas


Tarbiyah Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro Untuk Memenuhi Beban
Studi Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh
NOVIA NURUL MAR ATUS SHOLIKHAH
NIM: 2017.5501.01.04243
NIRM: 2017.4.055.0101.1.004140

Pembimbing
H. Yogi Prana Izza, Lc., MA.
NIDN: 0731127601

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI BOJONEGORO

2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giti Bojonegoro
Di Bojonegoro
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pemeriksaan, pembimbing, dan perbaikan seperlunya, saya
berpendapat bahwa Naskah Skripsi Saudara:

Nama : NOVIA NURUL MAR ATUS SHOLIKHAH


NIM/NIRM : 2017.5501.01.04243/ 2017.4.055.0101.1.004140
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah
Pada : Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giri Bojonegoro
Judul Skripsi :
“IMPLIKASI PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SEBAGAI
SARANA PENDIDIKAN ISLAM DI DESA PUNGGULREJO”

Dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian munaqosah
skripsi guna memereroleh gelar strata satu (S1) pada prodi PAI di Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam (IAI) Sunan Giri Bojonegoro. Harapannya semoga
naskah proposal skripsi ini dapat disetujui dan mendapatkan pengesahan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bojonegoro, 28 Oktober 2020


Pembimbing

H. Yogi Prana Izza, Lc., MA.


NIDN: 0731127601

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Implikasi Pemanfaatan Media Sosial Instagram Sebagai


Sarana Pendidikan Islam di Desa Punngulrejo” telah diperiksa dan disetujui untuk
diuji,

Bojonegoro,………………..
Pembimbing

H. Yogi Prana Izza, Lc., MA.


NIDN: 0731127601

Bojonegoro,……………….
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Ahmad Mansur, MA.


NIDN. 2122037701

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian

pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Islam dengan judul

“Implikasi Pemanfaatan Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Pendidikan Islam

di Desa Punggulrejo” dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan dan isi

yang sederhana.

Penulis dapat menyelesaikan proposal ini atas do’a dan dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu dan mendukung,

diantaranya:

1. Bapak M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I., sebagai Rektor IAI Sunan Giri

Bojonegoro.

2. Ibu Dr. Hj. Sri Minarti, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam (IAI) Sunan Giri Bojonegoro.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Mansur, MA., selaku Kaprodi Pendidikan Agama

Islam yang telah memberikan persetujuan untuk judul skripsi yang penulis

pilih.

iv
4. Bapak H. Yogi Prana Izza, Lc., MA., selaku pembimbing skripsi yang

telah mengorbankan tenaga dan waktunya guna membimbing penulis

dalam penyelesaian proposal ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro.

6. Teman-Teman kelas VII B yang telah banyak memotivasi dalam

pembuatan proposal pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan

Islam ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penelitian ini dapat selesai

berkat bantuan, petunjuk, dan dorongan dari dosen pengampu serta teman-teman

lainnya sehingga memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tugas mata

kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Islam dengan baik.

Bojonegoro, 28 Oktober 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

Daftar Gambar............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian...........................................................................................

B. Fokus Penelitian..............................................................................................

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................

D. Manfaat Penelitian...........................................................................................

E. Keaslian Penelitian..........................................................................................

F. Definisi Istilah..................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Media Sosial Instagram...................................................................................

B. Pendidikan Islam.............................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian............................................................................................

B. Kehadiran Peneliti..........................................................................................

vi
C. Data dan Sumber Data...................................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................

E. Teknik Analisis Data......................................................................................

F. Pengecekan Keabsahan Data/ Triangulasi.....................................................

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Di masa saat ini nyaris semua orang mempunyai smartphone. Di mana kita

ketahui bahwa didalamnya tentu terdapat media sosial yang terpasang

didalamnya. Media sosial sendiri digunakan sebagai sarana banyak hal.

Contohnya untuk eksistensi diri, media hiburan, media pendidikan, media

komunikasi, media bisnis, dan lainnya. Dengan adanya media sosial menjalin

interaksi antar sesama semakin cepat, efisien waktu, tenaga, dan materi. Kita

dapat menggunakan media sosial dalam waktu yang sama walaupun di wilayah

yang berbeda-beda. Salah satu media sosial tersebut ialah instagram. Instagram

merupakan salah satu media sosial yang dalam masa kini sangat populer terutama

dalam golongan anak muda. Dengan adanya media sosial ini sangat menunjang

penggunanya untuk berinteraksi dengan pengguna lain.

Dalam era saat ini pengguna yang memakai media sosial instagram pasti

kerap melihat konten-konten islami yang berisikan nasihat serta pengingat

kebaikan dari bermacam-macam akun dakwah Islam di instagram. Teknologi saat

ini memermudah kita sebagai umat muslim untuk menyebarkan pengetahuan

tentang Islam. Menjadikan media sosial bernilai positif untuk bisa mengajak

1
orang lain ke jalan Allah swt. Akun-akun dakwah umumnya memiliki segmentasi

dan karakter konten yang berbeda-beda secara kemasan, ada yang bewujud poster

dakwah, foto dengan kutipan Islam ataupun berupa video tausiyah.

Sarana yang diberikan instagram dimanfaatkan secara menyeluruh oleh

para pendakwah Islam khususnya membagikan kata-kata mutiara tentang Islam,

hadits-hadits dan video potongan ceramah yang saat ini kerap kali ditonton para

pengguna media sosial untuk memeroleh pengetahuan dan informasi baru tentang

ilmu Islam khususnya pada kalangan anak muda. Fenomena yang terjadi pada saat

ini adalah ketika anak muda lebih mempunyai waktu luang bersama telepon pintar

mereka serta mengakses informasi pengetahuan Islam tersebut sebab dinilai lebih

praktis.

Melihat kenyataan tersebut, menjadikan internet sebagai sarana

penyampaian pendidikan Islam nampak terlihat nyata dan dapat dirasakan manfaat

serta keberadaannya. Munculnya blog-blog dakwah, akun-akun Instagram

penyebar informasi pendidikan Islam lainnya tumbuh subur di era media siber

seperti sekarang ini. Pendidikan Islam selayaknya mampu memberikan

pemecahan yang bijak dan realistis, bukan hanya berjalan di tempat lama yang

mungkin sudah dipandang tidak relevan. Teknologi media adalah salah satu

jembatannya.

Menurut hasil penelian dalam Jurnal JOM FISIP karya Meutia Puspita Sari

dampak dari penggunaaan instagram sebagai komunikasi pembelajaran agama

Islam adalah adanya perubahan dalam hal berperilaku yaitu dengan mengikuti

2
perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Serta mengikuti sunnah-

sunnah Nabi Muhammad SAW. Seperti yang awalnya berpacaran, setelah

memeroleh ilmu pengetahuan agama Islam dari akun dakwah Islam menjadi

berubah menyudahi kegiatan pacaran. Kemudian adanya perubahan perilaku dan

bertutur kata menjadi lebih baik dari informan penelitian tersebut.1

Penulis sebagai salah satu pengguna media sosial Instagram juga melihat

berbagai perubahan. Salah satu yang penulis amati adalah adanya perubahan dari

isi postingan instagram dari salah satu pengikut penulis. Perubahannya adalah

yang semula hanya mem-posting fotonya saja, sekarang berubah menjadi tentang

info-info tentang Islam, hafalan Al-Qur’an, masalah peperangan di Palestina,

kekhilfahan, dan lain sebagainya yang memiliki unsur Islam. Baru-baru ini

penulis juga melihat unggahan foto dari pengikut instagram penulis, dia merubah

perilaku dan berpakaiannya untuk lebih mengikuti sunnah Islam. Penulis juga

melakukan pengecekan terhadap akun apa saja yang diikuti dengan melihat fitur

‘mengikuti’ di instagram. Di sana terlihat bahwasanya akun dan tagar yang

diikutinya adalah kebanyakan yang mengandung unsur Islam. Contohnya seperti

akun @teman.ngafalmu, @usthananattaki_booster, @kajianustadz.hananattaki,

@muzammilhb,dan lain-lain, serta tagar #jejakkhilafahnusantara, #dakwah,

#hijrahkuy, #belajarhijrah.

Penulis juga melakukan sedikit wawancara kepada pengikut instagram

penulis ini secara tidak langsung melalui WhatsApp untuk menanyakan mengenai

1
Meutia Puspita Sari, “Fenomena Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Komunikasi
Pembelajaran Agama Islam Oleh Mahasiswa Fisip Universitas Riau” dalam Jurnal JOM FISIP,
Vol. 4, No. 2, (Oktober 2017): hlm. 11.

3
pemanfaatan media sosial instagram sebagai media pendidikan Islam. Pengikut

instagram penulis berkomentar bahwa dia gemar untuk me-like postingan-

postingan Islam yang dibagikan oleh para tokoh muda Islam di instagram. Sebab,

dirasa dekat dengan kehidupannya sebagai anak muda. Tidak hanya itu,

lingkungan temannya juga berpengaruh terhadap dirinya dalam meningkatkan

keinginnnya untuk lebih mendalami pendidikan Islam.

Menggunakan teknologi secara produktif, khususnya dalam bidang

pendidikan, sangat mungkin menjadi salah satu opsi sebagai sarana pendidikan

Islam. Pengguna Instagram di Indonesia bukan hanya sebatas meng-upload foto

dan tren gaya hidup saja dalam kegiatan sehari-hari, namun sebagian pengguna

instagram di Indonesia juga sudah memanfaatkannya sebagai media pendidikan

Islam. Berdasarkan uraian beberapa alasan tersebut, maka penelitian ini berupaya

untuk menggali sejauh mana penggunaan instagram di kalangan anak muda dalam

memenuhi informasi pendidikan Islam mereka.

Penyebaran bermacam informasi pendidikan Islam semakin mudah karena

adanya Instagram. Menurut data yang dirilis Napoleon Cat, pada periode Januari-

Mei 2020, pengguna Instagram di Indonesia mencapai 69,2 juta (69.270.000)

pengguna. Dengan jumlah pengguna paling banyak berusia 18-24 tahun mencapai

36-38 persen.2 Instagram menjadi salah satu media yang cepat berkembang saat

ini dengan didominasi oleh para pemuda produktif. Untuk mengamati lebih detail

dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

2
Mustafa Iman, Pengguna Instagram di Indonesia Didominasi Wanita dan Generasi Milenial,
(Online) (https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/14/pengguna-instagram-di-indonesia-
didominasi-wanita-dan-generasi-milenial, diakses 6 Oktober 2020).

4
Gambar 1.1 Pengguna Instagram di Indonesia Kategori Usia Periode Januari-Mei
2020 (Sumber: www.goodnewsindonesia.id)
Pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah pendidikan manusia

seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak serta

keterampilannya.3 Tujuan pendidikan dalam Islam searah dengan pendidikan

nasional, tujuannya ialah membentuk manusia seutuhnya, dari segi jasmani

ataupun rohani, intelektual ataupun spiritual. Dengan pemanfaatan media sosial

instagram sebagai media pendidikan Islam diharapkan dapat mencapai cita-cita

tujuan pendidikan Islam.

Dalam menanamkan pendidikan nyatanya tidak akan lepas dengan

aktivitas belajar. Belajar sendiri terdapat beberapa teori yang bisa

dimplementasikan dalam kegiatan pendidikan. Salah satunya adalah teori belajar

3
Ary Antony Putra, “Konsep Pendidikan Agama Islam Perspektif Imam Al-Ghazali” dalam Jurnal
Al-Thariqah Vol. 1, No. 1 ( Juni 2016): hlm. 2.

5
kognitif. Teori belajar kognitif menurut Jerome Bruner adalah kegiatan belajar

sebaiknya menumbuhkan atmosfer serta kondisi tertentu supaya pembelajar

mampu belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk

mendapatkan pengetahuan dan keahlian baru.4 Menurut sudut pandang psikologi

kognitif pendidikan bisa menghasilkan output yang optimal jika memaksimalkan

keterlibatan mental intelektual pembelajar. Dari uraian tersebut, penulis ingin

menggunakan sudut pandang teori kognitif dalam penelitian penulis. Sebab

terdapat aspek mental dan juga dalam teori ini lebih menekankan pada sisi proses

belajar tidak pada hasil belajar.

Adapun hal yang belum diketahui oleh peneliti adalah bagaimana

penggunaan instagram dapat membantu dalam pemenuhan pendidikan Islam

melalui teknologi komunikasi saat ini, sehingga apakah penggunaan hal tersebut

dapat efektif tersampaikan kepada para penggunanya. Riset ini penting

dilaksanakan agar dapat memberikan sumbangan teoritis terhadap pertumbuhan

ilmu pengetahuan serta wawasan di bidang Pendidikan Agama Islam. Serta dapat

mengenali bagaimana cara memanfaatkan teknologi dengan baik dan efektif untuk

sebuah kepentingan, dalam hal ini adalah kepentingan penyebaran ilmu

Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan dari uraian konteks penelitian yang telah diuraikan tersebut.

Maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Implikasi Pemanfaatan

Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Pendidikan Islam di Desa Punggulrejo”.

4
Jum Anidar, “Teori Belajar Menurut Aliran Serta Implikasinya dalam Pembelajaran” dalam
Jurnal UIN Imam Bonjol Padang. hlm. 12.

6
B. Fokus Penelitian

Bersumber pada konteks penelitian yang telah penulis uraikan, maka

penulis mengajukan fokus penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana pemanfaatan media sosial instagram sebagai sarana pendidikan

Islam di Desa Punggulrejo?

2. Apa saja implikasi pemanfaatan media sosial instagram sebagai sarana

pendidikan Islam di Desa Punggulrejo?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemanfaatan media sosial instagram sebagai sarana

pendidikan Islam di Desa Punggulrejo.

2. Untuk mengetahui implikasi pemanfaatan media sosial instagram sebagai

sarana pendidikan Islam di Desa Punggulrejo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Kajian penelitian ini diharapkan peneliti mampu memberikan sumbangan

bahan riset lanjutan serta uraian mengenai media sosial Instagram yang

tidak hanya dipergunakan dalam komunikasi, melainkan dapat

dimanfaatkan sebagai media pendidikan.

2. Manfaat Praktis

7
a. Bagi masyarakat sebagai bahan teks bacaan serta pengetahuan masyarakat

seputar peran media sosial Instagram dalam membentuk kepribadian yang

matang pada kalangan anak muda.

b. Bagi para orang tua sebagai sarana masukan yang dapat meningkatkan

pengetahuan para orang tua, terutama terhadap orang tua yang memiliki

anak berumur 18-21 tahun yang aktif di media sosial Instagram agar dapat

memastikan batasan-batasan terhadap penggunaan media sosial kepada

anaknya dengan bijak.

c. Bagi para remaja sebagai bahan bacaan yang menambah pengetahuan

mereka tentang peran dari media sosial yang mereka gunakan sehingga

para anak muda tersebut dapat menggunakan media sosial instagram untuk

hal-hal yang positif.

d. Bagi penulis sebagai sarana memerluas pengetahuan tentang hal-hal postif

dan negatif dari pemanfaatan sosial media agar lebih bijak dalam

penggunaannya.

E. Keaslian Penelitian

Dalam rangka membantu menyajikan penyusunan penulisan proposal ini,

maka penulis juga mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang berkolerasi

dengan penelitian ini. Keaslian penelitian ini bersumber pada beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki karakteristik yang relatif sama, tetapi memiliki

perbandingan dalam hal kriteria subjek penelitian, lokasi penelitian serta metode

analisis yang dilakukan.

8
Penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah mengenai implikasi

pemanfaatan media sosial instagram sebagai sarana pendidikan Islam di Desa

Punggulrejo.

1. Bella Nadyantana Mulia (2018) Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

“Efektivitas Media Sosial Instagram @fuadbakh sebagai Media Dakwah

(Ditinjau dari Teori Jarum Hipodermik)”. Riset ini menggunakan

pendekatan kuantitatif metode survei. Dalam penelitian survei kuantitatif

ini yang menjadi sumber data penelitian adalah populasi mahasiswa dan

mahasiswi berstatus aktif kampus IAIN Ponorogo dengan menggunakan

teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling (probability

sampling).5

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah penelitiannya

tentang media sosial instagram, perbedaan penelitian antara penelitian ini

dengan penelitian penulis terletak pada akun instagram @fuadbakh sebagai

media dakwah ditinjau dari teori jarum hipodermik dan subjek

penelitiannya mahasiswi IAIN Ponorogo. Sedangkan penulis

menggunakan media sosial instagram sebagai sarana pendidikan Islam

dengan subjek penelitian pengguna instagram usia 18-21 tahun di Desa

Punggulrejo.

Penelitian ini mengulas tentang efektivitas akun Instagram

@fuadbakh sebagai media dakwah Islam ditinjau dari teori Jarum

5
Bella Nadyantana Mulia, “Efektivitas Media Sosial Instagram @fuadbakh sebagai Media
Dakwah (Ditinjau dari Teori Jarum Hipodermik)” (Skripsi SI Fakultas Ushuliddin, Adab dan
Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018).

9
Hipodermik. Hasil Penelitian ini adalah Media sosial instagram akun

@fuadbakh efektif untuk menjadi media dakwah pada mahasiswa IAIN

Ponorogo, dengan menggunakan uji regresi linier sederhana nilai t hitung

sebesar 7,921 dan nilai signifikansi 0,000 (<0,05).

2. Elok Latifah (2018) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

“Pengaruh Akun Dakwah Instagram terhadap Sikap Keagamaan Siswa di

SMAN 17 Surabaya”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode survei. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada

penelitian pengaruh akun dakwah instagram terhadap sikap keagamaan

siswa di SMAN 17 surabaya adalah teknik purposive sampling.6

Persamaan penelitian ini dengan penulis ialah penelitiannya tentang

media sosial instagram, perbandingan penelitian antara penelitian ini

dengan penelitian penulis terletak pada variabel penelitian akun dakwah

instagram dan sikap keagamaan siswa dan lokasi peneliatan di SMAN 17

Surabaya. Sedangkan penulis menggunakan variabel penelitian media

sosial instagram sebagai sarana pendidikan Islam dengan subjek penelitian

pengguna instagram usia 18-21 tahun di Desa Punggulrejo.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa akun dakwah

instagram cukup untuk memprediksi sikap keagamaan siswa pengguna

instagram. Sikap keagamaan siswa pengguan instagram juga disebabkan

oleh faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi sikap keagamaan

siswa seperti minat siswa, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.


6
Elok Latifah, “Pengaruh Akun Dakwah Instagram terhadap Sikap Keagamaan Siswa di SMAN
17 Surabaya”, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, 2018).

10
3. Febrian Ramadhan (2018) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

“Fenomena Media Internet, Media Sosial dan Perilaku Keagamaan

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Angkatan 2014 di Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan jenis penelitian (field research) penelitian lapangan.

Pengambilan informan atau teknik sampling menggunakan purposive

sampling.7

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah penelitiannya

tentang media sosial, perbandingan penelitian antara penelitian ini dengan

penelitian penulis terletak pada variabel penelitiannya yaitu media internet

dan perilaku keagamaan mahasiswa, subjek penelitian mahasiswa PAI

angkatan 2014 dengan lokasi penelitian di Universitas Islam Indonesia.

Sedangkan, penulis menggunakan variabel penelitian media sosial

instagram sebagai sarana pendidikan Islam dengan subjek penelitian

pengguna instagram usia 18-21 tahun, lokasi penelitian di Desa

Punggulrejo.

Hasil penelitian ini adalah terdapat dampak positif dan negatif

dikala mengakses media sosial. Dampak negatifnya yaitu menjadi

kecanduan dan membuka situs-situs yang berbau porn dan menyebabkan

mejadi lalai dalam kehidupan dan beribadah. Sedangakan positif bisa

mandapatkan banyaknya informasi, bisa membuat lebih semangat melihat

motivasi-motivasi dan memudahkan dalam segala urusan.


7
Febrian Ramadhan, “Fenomena Media Internet, Media Sosial dan Perilaku Keagamaan
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Angkatan 2014 di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta”,
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018).

11
4. Dzikrina Istighfaroh (2019) Universitas Islam Negeri Walisongo

Semarang. “Pengaruh Intensitas Penggunaan Instagram terhadap Tingkat

Religiusitas Peserta Didik Kelas IX di MTs N 2 Demak”. Jenis penelitian

ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif korelasional.

Penarikan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling, yakni

teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.8

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah penelitiannya

tentang instagram, perbandingan penelitian antara penelitian ini dengan

penelitian penulis terletak pada variabel penelitiannya yaitu penggunaan

instagram dan tingkatan religiusitas peserta didik, subjek penelitian peserta

didik kelas IX dengan lokasi penelitian di MTs N 2 Demak. Sedangkan

penulis menggunakan variabel penelitian media sosial instagram sebagai

sarana pendidikan Islam dengan subjek penelitian pengguna instagram usia

18-21 tahun, lokasi penelitian di Desa Punggulrejo.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

yang signifikan antara intensitas pemakaian instagram terhadap tingkat

religiusitas peserta didik kelas IX di MTs N 2 Demak. Dapat dipaparkan

bahwa semakin tinggi penggunaan instagram, maka semakin rendah tingkat

religiusitas peserta didik.

F. Definisi Istilah

8
Dzikrina Istighfaroh, “Pengaruh Intensitas Penggunaan Instagram terhadap Tingkat Religiusitas
Peserta Didik Kelas IX di MTs N 2 Demak”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2019).

12
Untuk memberikan cerminan yang jelas mengenai arah penyusunan

proposal ini, maka penulis memaparkan terlebih dahulu definisi operasional dalam

pemilihan judul ini yaitu:

1. Implikasi ialah sesuatu yang memiliki dampak tertentu, atau sesuatu yang

memiliki keterlibatan tertentu.

2. Media sosial merupakan suatu media yang digunakan untuk

berkomunikasi secara online melalui koneksi internet dengan sesama

pengguna media sosial.

3. Instagram adalah sebuah aplikasi untuk berbagi foto dan video yang dapat

dilihat oleh followers dari pengunggah foto tersebut dan dapat saling

memberikan komentar antara sesamanya.

4. Pendidikan Islam adalah ajaran atau cara menyampaikan dan meneruskan

ilmu kepada manusia yang sesuai dengan syariat agama Islam.

13
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Sosial

Penggunaan media sosial yang bersamaan berjalannya waktu terus

semakin bertambah. Munculnya berbagai teknologi mutakhir yang mempermudah

segala urusan pekerjaan manusia menjadikan ini sebagai gejala bahwa teknologi

sangat diperlukan serta menjadi pusat perhatian. Salah satu wujud teknologi yang

menjadi atensi masyarakat global ialah internet yang menjadi tenaga penggerak

yang paling cepat dan bertahan lama di balik arus globalisasi. Media sosial

merupakan fasilitas komunikasi dan berhubungan sosial yang berfungsi untuk

pertukaran informasi antara satu orang dengan orang yang lainnya untuk

membentuk suatu pemahaman yang sama secara online lewat jaringan internet.

Boyd mengemukakan pendapatnya yang tertuang dalam buku Nasrullah,

media sosial adalah sekumpulan perangkat lunak atau aplikasi yang membentuk

seseorang atupun kelompok agar dalam suatu perkumpulan yang sama, berbagi,

melakukan komunikasi, bekerjasama atau bermain.9 Sedangkan menurut pendapat

Ardianto dalam buku Komunikasi 2.0 berpendapat, media sosial online disebut

jejaring sosial berbasis online bukan media massa berbasis online, hal itu
9
Ahmad Setiadi, Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektifitas Komunikasi, (Online)
(http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/download/1283/1055, diakses 17
November 2020).

14
disebabkan media sosial online memiliki dampak yang sangat kuat dalam

memengaruhi aspirasi publik yang sedang berkembang di lingkungan

masyarakat.10

B. Instagram

1. Sejarah Berdirinya Instagram

Instagram adalah salah satu layanan media sosial yang berbasis internet

untuk berbagi cerita dalam bentuk gambar ataupun video digital. 11 Aplikasi ini

ialah aplikasi yang akan menampilkan foto atau video secara pkatis di dalam

tampilannya. Instagram merupakan salah satu bentuk dari media sharing. Yaitu

tipe media sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi. Saat

mengunggah foto pun pengguna dapat menulis di kotak deskripsi dibawahnya

sebagai penjelasan mengenai foto atau video yang diunggah tersebut.

Tidak hanya sebagai media sharing, instagram juga dapat membagikan

inspirasi bagi penggunanya serta dapat meningkatkan kreatifitas, sebab Instagram

mempunyai fitur yang dapat membuat foto menjadi lebih indah, lebih artistik dan

menjadi lebih bagus. Adapun alasan mengapa khalayak menggunakan Instagram

sebagai salah satu akun media sosial yang dimilikinya adalah karena ingin

mendapatkan informasi dan pusat perhatian, meminta pendapat, dan

meningkatkan citra positif.

10
Errika Dwi Setya Watie, “Komunikasi dan Media Sosial” dalam Jurnal The Messenger, Vol. III,
No. 1, (Juli 2011): hlm. 71.
11
Feri Sulianta, Keajaiban Sosial Media, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2015), hlm. 119.

15
Instagram pada mulanya diciptakan oleh 2 sarjana dari Stanford University

di Amerika Serikat yang bernama Kevin Systrom dan Mike Krieger pada bulan

Oktober 2010 silam. Aplikasi ini langsung memeroleh popularitas yang besar

dalam waktu yang cepat, yaitu lebih dari 100 juta pengguna terdaftar per Januari

2013. Yang artinya bahwa hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja, jumlah

pengguna Instagram sudah menggapai ratusan juta. Awal mulanya aplikasi ini

berbentuk aplikasi smartphone yang hanya dipunyai handphone milik perusahaan

Apple seperti iPhone, iPad, dan iPad Touch, namun semenjak bulan April 2012,

fasilitas Instagram mulai diintegrasikan untuk ponsel kamera Android sehingga

pengguna Android pun mulai bisa memakai Instagram layaknya smartphone.12

Berikut adalah gambar grafik pengguna Instagram aktif di seluruh dunia

hingga Januari 2020:13

12
Witanti Prihatiningsih, “Motif Penggunaan Media Sosial di Kalangan Remaja” dalam Jurnal
Communication VIII, Nomor 1 (April 2017): hlm. 52.
13
Jehn Chen, Important Instagram Stats You Need to Know for 2020, (Online)
(https://www.google.com/amp/s/sproutsocial.com/insights/instagram-stats/%3famp diakses 26
Maret 2020).

16
Gambar 2.1 Grafik Pengguna Instagram di Seluruh Dunia

Gambar 2.2 Platform Sosial Media yang Paling Banyak Digunakan di Indonesia

tahun 2020 (sumber: www.wearesocial.com)

Dari gambar 2.1, diketahui bahwasanya pengguna Instagram semakin

meningkat pesat dan dinyatakan sebagai pengguna yang aktif. Instagram sebagai

platform media sosial, berhasil menjadikan Indonesia pada peringkat ke-4 di dunia

sebagai pengguna Instagram.

Dari peringkat dunia, pengguna aktif Instagram terbesar di dunia adalah

Amerika Serikat yang berjumlah 120 juta pengguna. Sedangkan peringkat kedua

berhasil diduduki oleh negara India dengan mencapai angka pengguna 80 juta.

Dan Indonesia berada pada peringkat keempat dengan jumlah pengguna aktif

sebanyak 63 juta pengguna.

2. Fitu-fitur Instagram

17
Fitur-fitur Instagram adalah layanan dalam aplikasi instagram untuk

berbagi foto dan mengambil gambar atau foto yang menerapkan filter digital

untuk mengubah tampilan efek foto, dan membagikannya ke berbagai layanan

media sosial, termasuk milik Instagram sendiri.

Gambar 2.3 Tampilan Instagram pada Android

Pada tampilan gambar 2.3 ada berbagai macam menu yang mempunyai

fungsinya masing-masing. Kiriman ialah foto atau video yang telah diunggah atau

di-post oleh pengguna. Kemudian pengikut ialah akun-akun yang telah mengikuti

akun pengguna. Diikuti ialah akun-akun yang diikuti oleh akun pengguna. Selain

menu yang terletak di atas, terdapat pula menu berupa icon, seperti home untuk

melihat beranda, search untuk melakukan pencarian, capture untuk mengunggah

18
gambar yang ada di galeri maupun gambar secara langsung, like ialah postingan

yang telah disukai oleh orang lain, dan person ialah profil akun pengguna.

Rincinya, Instagram mempunyai 6 menu utama, antara lain adalah:

1) Home Page

Home page merupakan halaman utama yang menampilkan (timeline)

gambar-gambar terbaru dari sesama pengguna yang telah diikuti. Cara melihat

gambar yaitu hanya dengan menggeser layar dari bawah ke atas semacam scroll

mouse di pc.

2) Comment

Sebagai layanan jejaring sosial Instagram menyediakan fitur komentar,

gambar-gambar foto yang ada di instagram dapat diberi komentar pada kolom

komentar. Caranya tekan ikon bertanda balon komentar di bawah foto, setelah itu

tulis kesan-kesan mengenai gambar foto tersebut pada kotak yang disediakan,

setelah itu tekan tombol send atau kirim.

3) Explore

Explore ialah tampilan dari gambar foto-foto populer yang paling banyak disukai,

paling dicari, paling sering ditonton, paling banyak disimpan oleh para pengguna

instagram. Instagram memakai algoritma rahasia untuk memastikan foto atau

video mana yang dimasukkan ke dalam explore effect atau umpan explore.

4) Profil

19
Profil pengguna bisa menginformasikan mengenai informasi pengguna,

baik itu dari profil milik akun pribadi maupun sesama pengguna yang lainnya.

Halaman profil bisa diakses lewat ikon kartu nama di menu utama bagian paling

kanan. Fitur ini menunjukkan jumlah gambar dan video yang telah diunggah,

jumlah follower dan jumlah following.

5) Stories

Stories ialah jendela yang menunjukan foto-foto dan video seperti fitur

Home, tetapi dalam jendela stories atau cerita foto dan video tersebut mempunyai

batas waktu untuk ditampilkan, berbeda dengan foto dan video yang diposting di

halaman home yang bisa tetap ada. Tiap stories yang dibuat oleh pengguna akan

terlihat dalam kurun waktu 30 detik akan berganti ke stories selanjutnya jika

waktu tersebut telah habis dan dalam kurun waktu 24 jam maka stories akan

terhapus dengan sendirinya. Fitur stories lebih terlihat kilas pendek untuk

membagikan momen secara singkat dan mudah.

C. Pendidikan Islam

1. Konsep Pengembangan Pendidikan Islam Masa Depan

Pemetaan pendidikan Islam bersumber pada historiografinya terdapat 3

pokok bahasan: Pertama, pendidikan Islam pada era klasik (masa nabi) untuk

melihat sejauh mana penerapan pendidikan. Kedua, pendidikan Islam era

pertengahan untuk melihat sejauh mana pemaknaan atau penafsiran teks agama.

Ini mengacu pada pemikiran Ibu Maskawih. Dan ketiga, pendidikan Islam era

20
modern untuk melihat korelasi antara teks dan perkembangan zaman. Ini mengacu

pada pemikiran Hasan Langgulung.14

Pada era klasik (masa nabi) pendidikan Islam langsung dianjurkan dan

diperkenalkan dalam artian belum dibentuk secara resmi atau formal. Pendidikan

era klasik langsung diajarkan dan dipraktikkan oleh nabi mengenai pembentukan

akhlakul karimah. Intinya pada era klasik teks agama mengisyarakan nilai-nilai

pendidikan melalui sikap akhlakul karimah.

Pada era pertengahan yang mengacu pada konsep Ibnu Maskawih,

pendidikan yang aktual adalah teori daya, yang mana manusia memiliki 3 daya

yaitu: daya rasional atau berpikir logis, daya syahwat, dan daya apatis atau

amarah.15 Pada era pertengahan ini pendidikan Islam lebih menekankan pada sisi

etika dan moralitas yang bersumber pada pmikiran Ibnu Maskawih.

Pada era modern menurut Hasan Langgulung pendidikan Islam butuh

untuk ditinjau kembali karena lebih menekankan pada ritual-ritual agama saja.

Yang mana aspek pengembangan pengetahuan sains serta teknologi menjadi

dipinggirkan. Oleh sebab itu, pendidikan di masa depan harus memerhatikan

beberapa sudut pandang tertentu sebagai berikut:16

a. Pendidikan Islam harus saling mengaitkan antara ilmu agama dan ilmu umum

agar bebas dari dikotomi ilmu pengetahuan.

b. Pendidikan Islam harus berada pada titik toleran dan lapang dada, khususnya

mengenai perbedaan pendapat dan panafsiran ajaran agama.

14
Faisol, Pendidikan Islam, (Jakarta Timur: Guepedia, 2011), hlm. 67.
15
Ibid., hlm. 68.
16
Ibid., hlm. 70.

21
c. Pendidikan Islam harus bisa lebih mendalami pemahaman bahasa asing sebagai

media untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang terus maju

dan berkembang pesat.

d. Pendidikan Islam harus mampu untuk membentuk kemampuan berswadaya

serta mandiri di dalam kehidupan.

e. Pendidikan Islam harus memajukan etos kerja, memiliki apresiasi terhadap

kerja, disiplin, jujur yang berlandaskan pada nilai.

Berdasarkan uraian tersebut, 5 perihal tersebut dapat dijadikan acuan

untuk mengembangkan dan meningkatkan pendidikan Islam. Supaya tidak terjadi

dikotomi antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pendidikan Islam.

2. Pengertian Pendidikan Islam Menurut Para Pakar Pendidikan Islam

Dalam dunia pendidikan Islam, ada 3 sebutan yang dipakai yaitu ta’lim,

tarbiyah, dan ta’dib. Oleh sebab itu akan diuraikan beberapa istilah yang

dikemukakkan oleh para tokoh pendidikan Islam sebagai berikut:

a. Ahmad Tafsir memberi penafsiran bahwa Pendidikan Islam sebagai arahan

yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia tumbuh secara maksimal

sesuai dengan ajaran Islam, atau arahan terhadap seseorang supaya menjadi

manusia yang semaksimal mungkin.17

b. Dr. Zakiah Daradjat memberi definisi Pendidikan Islam sebagai suatu upaya

yang dijalankan oleh pendidik untuk membentuk manusia yang berkepribadian.18

17
Junaenah Misbah, Pendidikan Islam dalam Perspektif Teori dan Praktek, (Jakarta Selatan: AMP
Press, 2016), hlm. 11.
18
Ibid., hlm. 12.

22
c. Moh. Athiyah Al-Abrasyi menguraikan bahwa Pendidikan Islam (Al-Trabiyah

Islamiyah) mempersiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia,

menyayangi tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya)

teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaaannya, manis tutur

katanya baik lisannya ataupun tulisannya.19

d. Ahmad Dg Marimba memberi pendapat bahwa Pendidikan Islam ialah suatu

bimbingan jasmani dan rohani yang bersumber pada hukum-hukum agama Islam

yang mengarah kepada terbentuknya karakter utama menurut ukuran-ukuran

ajaran Islam.20

e. Musthafa Al-Galayainy memberikan pendapatnya bahwa Pendidikan Islam

adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa anak muda serta disirami

dengan arahan dan nasehat-nasehat hingga meresap menjadi

pembawaan/insting/bakat yang merupakan pengembangan dari salah satu bakat-

bakat yang terdapat dalam jiwa, kemudian hasilnya adalah kemuliaan, kebaikan

serta suka beramal demi kemanfaatan tanah air.21

Jadi kesimpulannya menurut penulis pendidikan Islam adalah suatu usaha

yang dilakukan dalam rangka menanamkan akhlak mahmudah kepada diri

manusia untuk membentuk pikiran, hati, kepribadian, dan tingkah laku yang

berlandaskan ajaran Islam.

3. Tujuan Pendidikan Islam

19
Loc.cit.
20
Loc.cit.
21
Loc.cit.

23
Sebelum mengulas lebih dalam mengenai tujuan pendidikan Islam,

terlebih dulu penulis menguraikan tentang tujuan pendidikan nasional, ialah upaya

untuk meningkatkan potensi peserta didik agar menjadi individu atau manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan suatu proses aktivitas yang mengarah pada suatu

tujuan, sebab pekerjaan tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan suatu

ketidakmenentuan dalam prosesnya. Lebih-lebih dalam proses pendidikan yang

sasarnnya pada kehidupan psikologi peserta didik yang masih berada pada taraf

pertumbuhan dan perkembangan, maka tujuan adalah salah satu aspek yang paling

penting dalam proses kependidikan itu. Sebab demikian, dengan adanya

pemaparan tujuan yang jelas, materi pelajaran dan metode pembelajaran yang

akan digunakan, akan menemukan gambaran dan isi serta potensialitas yang

beriringan dengan cita-cita yang tertuang dalam tujuan pendidikan.

Idealitas tujuan dalam proses pendidikan Islam memiliki nilai-nilai Islami

yang ingin dicapai dalam proses penerapan pendidikan yang berlandaskan ajaran

Islam secara bertahap. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam ialah

penggambaran nilai-nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi peserta

didik pada akhir dari proses kependidikan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan

Islam adalah bentuk nyata dari nilai-nilai Islami pada setiap pribadi peserta didik

yang didapatkan dari pendidik seorang muslim melalui proses yang terfokus pada

ketercapaian hasil (produk) yang berkarakter Islam yang beriman dan bertakwa

24
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga dapat

meningkatkan jiwa menjadi hamba Allah yang taat dan memiliki ilmu

pengetahuan yang seimbang antara dunia akhirat sehingga tumbuhlah manusia

muslim paripurna yang berjiwa tawakkal secara total kepada Allah swt.

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam sama luasnya dengan

kebutuhan manusia modern saat ini dan masa yang akan datang karena manusia

tidak hanya membutuhkan iman atau agama saja, melainkan pula ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai media untuk meraih kesejahteraan hidup di

dunia sebagai media untuk kehidupan yang bahagia di akhirat. Berkaitan dengan

tujuan pendidikan Islam, Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi berpendapat bahwa:

a. Tujuan pendidikan Islam ialah akhlak. Baginya, pendidikan budi pekerti

adalah jiwa dari pendidikan Islam. Islam beranggapan bahwa pendidikan

budi pekerti dan akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam, serta tujuan

pendidikan Islam yang utama ialah mengapai suatu akhlak yang sempurna.

Akan tetapi, perihal ini bukan berarti kalau kita tidak mementingkan

pendidikan jasmani, pikiran maupun ilmu pengetahuan praktis lainnya,

melainkan bahwa kita sesungguhnya mencermati segi-segi pendidikan

akhlak sebagaimana halnya mencermati ilmu-ilmu yang lain. Peserta didik

membutuhkan kekuatan jasmani, akal, ilmu, serta membutuhkan

pendidikan budi pekerti (kognitif), cita rasa (afektif) dan karakter

25
(psikomotorik). Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam ialah mendidik

budi pekerti dan pembentukan jiwa.22

b. Memperhatikan agama dan dunia sekaligus. Sebenarnya ruang lingkup

pendidikan Islam tidak sebatas pendidikan agama dan juga tidak dibatasi

pada dunia semata-mata. Rasululllah SAW pernah memberitahukan bahwa

setiap individu dari umat Islam agar bekerja untuk agama dan dunianya

sekaligus, sebagaimana sabdanya:“Bekerjalah kalian untuk duniamu

seolah-olah hendak hidup untuk selama-lamanya dan bekerjalah kamu

untuk akhiratmu seakan-akan hendak mati besok hari” Bersumber hadis di

atas dapat dipahami bahwa Rasulullah SAW tidak hanya memikirkan

dunia semata, tetapi beliau juga memikirkan untuk bekerja dan beramal

bagi kehidupan akhirat. Sebab hal itu, tujuan pendidikan Islam tidak

semata-mata untuk menggapai kebahagiaan dunia tetapi juga untuk

mendapat kebahagiaan akhirat.23

Selain itu di dalam buku karya Faisol, tujuan pendidikan Islam juga sesuai

dengan apa yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist sebagai berikut.

a. Pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan kepribadian individu yang saleh

dalam melaksanakan misi utamanya yaitu ibadah.

b. Pendidikan memberikan jalan kepada manusia agar siap serta sanggup

menjalankan kedudukannya perannya sebagai pemimpin (khalifah) di bumi.

22
Muhammad Rusmin B., “Konsep dan Tujuan Pendidikan Islam” dalam Jurnal Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan , Vol. VI, No. 1, (Januari-Juni 2017): hlm. 78-79.
23
Loc.cit.

26
c. Pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan jiwa masyarakat yang terbaik

(khairu ummah) dengan misi amar ma’ruf nahi munkar.

d. Pendidikan Islam bertujuan menjadikan umat yang adil untuk peserta didik,

dengan tujuan menjadi saksi pada perilaku dan peradaban bangsa di seluruh

dunia.24

24
Faisol, Gus Dur & Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 81.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Bersumber pada judul proposal yang ada yaitu “Implikasi Pemanfaatan

Media Sosial Instagram Sebagai Sarana Pendidikan Islam di Desa Punggulrejo”.

Maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian

kualitatif adalah penelitian yang dijabarkan atau dideskripsikan dalam bentuk

kata-kata dan naratif yang tujuannya untuk memahami suatu fenomena, perilaku,

tindakan dan lain-lain yang bersifat alamiah tanpa adanya manipulasi.

Jenis penelitian dalam proposal ini menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian untuk menanggapi

permasalahan yang membutuhkan pemahaman secara mendalam dalam konteks

waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai

dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang

dikumpulkan terutama data kualitatif.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Punggulrejo, Kecamatan Rengel.

Lokasi ini dipilih sebab di lokasi ini dianggap penulis sebagai tempat yang

bersahabat, karena penulis banyak mengenal warga dan anak muda di lingkungan

28
ini dengan baik, serta di tempat ini terdapat remaja usia 18-21 tahun yang aktif

menggunakan media sosial Instagram yang cocok dengan karakteristik informan

yang diperlukan penulis.

C. Kehadiran Peneliti

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Kehadiran

peneliti pada penelitian kualitatif ialah suatu kewajiban, karena peneliti termasuk

instrumen utama dalam mengumpulkan data.

Dalam pengumpulan data dan informasi, peneliti akan menuju lokasi

penelitian yaitu di Desa Punggulrejo untuk melaksanakan pengamatan secara

langsung kepada pelaku objek penelitian. Tidak hanya, peneliti juga akan

melakukan wawancara serta observasi dengan bermacam pihak, sesuai kebutuhan

dalam penelitian. Peneliti sebagai pengamat akan senantiasa menghindari suatu

hal yang dapat merugikan subjek penelitian dan menganggun aktivitas dari

informan. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat diperoleh data penelitian sesuai

dengan kenyataan yang terjadi.

D. Data dan Sumber Data

Data di dalam penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu data kuantitatif

dan data kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah jumlah pengguna

Instagram yang berusia 18-21 tahun di Desa Punggulrejo. Sedangkan untuk data

kualitatif yaitu situasi atau gambaran penggunaan dan pemanfaatan instagram

pada pengguna usia 18-21 tahun di Desa Punggulrejo.

29
Sumber data yang hendak digunakan oleh peneliti adalah informan.

Informan adalah sesorang yang memberikan informasi tentang situasi latar

penelitian. Ditinjau dari sumbernya, data dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini data primer

didapatkan peneliti langsung dari sumbernya. Maka data primer pada penelitian

ini adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui wawancara,

observasi, dan dokumentasi kepada para informan yang berusia 18-21 tahun di

Desa Punggulrejo saat melaksanakan penelitian di lapangan.

2. Data sekunder

Data sekunder ialah data yang diterbitkan oleh sebuah Lembaga. Data

sekunder digunakan sebagai penunjang data primer dalam penelitian ini. Data

sekunder berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam

arsip sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas berkaitan dengan lokasi

yang sedang diteliti. Adapun data sekunder ini akan diperoleh dari Pemerintah

Desa, Ketua RW, dan ketua RT setempat.

E. Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, prosedur pengumpulan data yang akan digunakan

adalah menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

30
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang langsung

dari lapangan.25 Teknik observasi maksudnya pengamatan dan pencatatan

secara sistematik mengenai gejala-gejala yang diteliti secara langsung maupun

tidak langsung. Pengamatan langsung maksudnya adalah menggunakan dua

alat indera yakni mata dan telinga. Sedangkan pengamatan tidak langsung

maksudnya adalah menggunakan alat bantu.

2. Teknik Wawancara

Teknik wawancara ialah suatu teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih, yakni satu

pihak sebagai peneliti yang berperan sebagai pewawancara sedangkan pihak

lainnya adalah informan. Wawancara ini sangat penting dilakukan untuk

mengetahui tanggapan, pendapat, perasaan, motivasi, keyakinan seseorang

yang sangat dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.

3. Teknik dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data berdasrkan dokumen yang

berupa tulisan atau laporan yang memuat indikasi penelitian. Pengambilan data

dokumentasi ini tidak dilakukan terhadap subjek penelitian tetapi dilakukan

terhadap berkas-berkas ataupun rekaman yang memuat gejala penelitian.

25
J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), hlm. 112.

31
F. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menguraikan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.26 Berikut ini proses analisis data

yang akan dilakukan:

1. Peneliti mengumpulkan data berupa teks, catatan lapangan, hasil

wawancara, dan data-data lain yang diperoleh peneliti

2. Peneliti mencatat kembali data untuk dianalisis

3. Peneliti membaca data yang telah tercatat berkali-kali

4. Peneliti membuat pengklasifikasian data27

G. Pengecekan Keabsahan Data/ Triangulasi

Untuk mengjauhi kesalahan data yang hendak dianalisis, maka keabsahan

data perlu diuji dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Uji kredibilitas data

2. Perpanjangan pengamatan

3. Trianggulasi dengan orang-orang di luar sampel yang memiliki

pengetahuan mengenai hal tersebut

26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2008),
hlm. 335.
27
J.R. Raco, Op.cit., hlm. 122.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anidar, Jum. Teori Belajar Menurut Aliran Serta Implikasinya dalam


Pembelajaran. Jurnal UIN Imam Bonjol Padang: 12.

B., Muhammad Rusmin. 2017. Konsep dan Tujuan Pendidikan Islam.


Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 6(1): 78-79.
Chen, Jehn Important Instagram Stats You Need to Know for 2020,
(online) (https://www.google.com/amp/s/sproutsocial.com/insights/instagram-
stats/%3famp diakses 26 Maret 2020).
Faisol. 2011. Pendidikan Islam. Jakarta Timur: Guepedia.

Faisol. 2014. Gus Dur & Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan


Esensi Pendidikan di Era Global. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Iman, Mustafa. Pengguna Instagram di Indonesia Didominasi Wanita dan


Generasi Milenial,(online)
(https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/14/pengguna-instagram-di-
indonesia-didominasi-wanita-dan-generasi-milenial, diakses 6 Oktober 2020).

Istighfaroh, Dzikrina. 2019. Pengaruh Intensitas Penggunaan Instagram


terhadap Tingkat Religiusitas Peserta Didik Kelas IX di MTs N 2 Demak. Skripsi
tidak diterbitkan. Semarang: Program Strata Satu UIN Walisongo Semarang.

Latifah, Elok. 2018. Pengaruh Akun Dakwah Instagram terhadap Sikap


Keagamaan Siswa di SMAN 17 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya:
Program Strata Satu UIN Sunan Ampel Surabaya.

Misbah, Junaenah. 2016. Pendidikan Islam dalam Perspektif Teori dan


Praktek. Jakarta Selatan: AMP Press.

Mulia, Bella Nadyantana. 2018. Efektivitas Media Sosial Instagram


@fuadbakh sebagai Media Dakwah (Ditinjau dari Teori Jarum Hipodermik).
Skripsi tidak diterbitkan. Ponorogo: Program Strata Satu IAIN Ponorogo.

Prihatiningsih, Witanti. Motif Penggunaan Media Sosial di Kalangan


Remaja. Jurnal Communication VIII, No. 1, 52.
Putra, Ary Antony. 2016. Konsep Pendidikan Agama Islam Perspektif
Imam Al-Ghazali. Al-Thariqah, Jurnal Fakultas Agama Islam, 1(1): 2.
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Ramadhan, Febrian. 2018. Fenomena Media Internet, Media Sosial dan


Perilaku Keagamaan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Angkatan 2014 di
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Program Strata Satu Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Sari, Meutia Puspita. 2017. Fenomena Penggunaan Media Sosial


Instagram Sebagai Komunikasi Pembelajaran Agama Islam Oleh Mahasiswa
Fisip Universitas Riau. JOM FISIP, Jurnal Ilmu Komunikasi, Hubungan
Masyarakat, 4(2): 11.

Setiadi, Ahmad. 2016. Pemanfaatan Media Sosial Untuk Efektifitas


Komunikasi, (online)
(http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/download/1283/1055,
diakses 17 November 2020).

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfa Beta.

Sulianta, Feri. 2015. Keajaiban Sosial Media. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Watie, Errika Dwi Setya. 2011. Komunikasi dan Media Sosial. The
Messenger, Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1): 71.

Anda mungkin juga menyukai