Definisi Karakter
Menurut W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah
sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut
yang dapat diamati pada individu.
meluapkan kegembiraan mereka sesaat setelah pintu sekolah itu dibuka, - Karakter
merupakan ciri khas individu yang ditunjukkan melalui cara bersikap, berperilaku,
dan bertindak untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan sekolah,
keluarga, maupun masyarakat. Anak memiliki karakter baik akan menjadi orang
dewasa yang mampu membuat keputusan dengan baik dan tepat serta siap
mempertanggungawabkan setiap keputusan diambil. Sudah seharusnya sekolah
sebagai institusi pendidikan turut menanamkan karakter baik pada tiap individu
anak.
3. Sikap jujur Sikap jujur memberikan dampak positif teradap berbagai sisi kehidupan,
baik di masa sekarang ataupun akan datang. Kejujuran merupakan investasi
sangat berharga dan modal dasar bagi terciptanya komunikasi efektif dan
hubungan yang sehat. Anak sebagai pribadi jujur dan peka terhadap berbagai
rangsangan berasal dari lingkungan luar dapat memiliki hubungan yang harmonis
dan komunikasi baik terhadap orang lain. Dari hubungan seperti ini akan tercipta
rasa saling percaya di antara keduanya. Pada masa sekolah inilah merupakan saat
ideal guru menanamkan nilai kejujuran pada siswa.
4. Sikap peduli Peduli merupakan sikap dan tindakan selalu ingin memberi bantuan
kepada orang lain dan yang membutuhkan. Kepedulian anak dapat ditanamkan di
sekolah melalui berbagai cara. Misal saat ada teman kelas sakit maka bisa
menjenguk atau bisa juga mengumpulkan uang dari teman-teman satu kelas
kemudian dibelikan sesuatu sebagai bawaan saat menjenguk sebagai wujud
kepedulian. Dengan adanya sikap peduli yang melekat dalam diri anak sejak dini
maka akan disenangi oleh banyak teman. Dan saat si anak tiba-tiba sedang dalam
keadaan sulit pasti akan ada yang mau mengulurkan tangan dan segera
membantunya.
5. Rasa cinta tanah air Cinta tanah air atau nasionalis adalah cara berpikir, bertindak,
dan berwawasan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi maupun kelompok. Karakter nasionalis dapat ditanamkan
melalui beberapa hal, diantaranya melalui upacara bendera. Dengan
ditanamkannya sikap nasionalis ini, saat dewasa terjadi ancaman terhadap negara
ia akan menjadi orang yang rela berkorban dan berani memosisikan diri di barisan
paling depan demi menjaga dan menyelamatkan negara tercinta. Melalui
penanaman kelima karakter di lingkungan sekolah ini, harapannya anak dapat
tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan intelektual dan cara bersikap
yang prima. Menjadi pribadi memiliki ilmu dan pengetahuan tinggi saja tentu tidak
cukup, anak juga harus dibekali dengan sikap atau karakter baik.
3 Peran Orangtua Didik Anak di Era "Zaman Now" Orangtua mendampingi anak
belajar
Menjadi orangtua adalah impian setiap pasangan suami istri. Terlebih jika memiliki
anak, maka orangtua bakal punya tugas lebih besar di dalam keluarga. Apa saja
tugas itu? Tentu ada banyak, salah satunya mendidik anak untuk menjadi pribadi
yang baik dalam segala hal. Namun yang paling penting, orangtua adalah pendidik
yang utama dan pertama di dalam keluarga. Terlebih di era "zaman now" ini,
pendidikan di keluarga sangat penting sebagai pondasi tumbuh kembang anak.
Baca juga: 15 Contoh Kerjasama Orangtua dan Guru untuk Bantu Mendidik Anak
Jika dipersingkat lagi, sebenarnya ada tiga peran orangtua dalam mendidik anak-
anaknya. Seperti dikutip dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud RI,
1. Orangtua sebagai trainer Bahasa umum, trainer adalah orang yang yang
memberikan pelatihan berupa pengetahuan dan keterampilan. Ternyata peran ini
sangat cocok bagi orangtua untuk mendidik anak terutama saat anak berusia 1-7
tahun. Di usia tersebut saat yang tepat memberikan pondasi kehidupan berupa
pengetahuan dan keterampilan dasar. Misalnya pengetahuan mengenai perilaku
atau nilai-nilai yang baik maupun yang buruk. Bisa pula dengan mengajarkan anak
tentang toilet training. Peran orangtua ialah memberikan detail, cara yang baik
bagaimana buang air.
2. Orangtua sebagai coach Arti dari coach sendiri yakni orang yang membantu
seseorang mencapai tujuannya dengan memaksimalkan potensi dari dirinya.
Seorang coach/pelatih ini akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan. Orangtua menjadi coach saat si anak berada pada
usia 8-21 tahun. Walaupun ditujukan pada anak-anak remaja, ilmu coaching bisa
diterapkan pada usia anak berapapun. Baca juga: 4 Manfaat Orangtua Dampingi
Anak Belajar, Yakni... Pada peran ini, orangtua memaksimalkan potensi yang ada
dalam diri anak untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk bisa memaksimalkan
potensi diri anak, tentu orangtua harus mengetahui dan bisa menggali potensi yang
dimiliki anaknya. Ketika mencapai usia 15 tahun, anak sudah menginjak
kedewasaan. Maka orangtua hanya perlu mendampingi dengan pertanyaan
mendalam yang akan memaksimalkan potensi anak. Keterampilan coaching ini
sangat bermanfaat bagi orangtua dalam hal menemani tumbuh kembang anak.
Secara alamiah, sebenarnya orangtua sudah bertindak sebagai coach. Jika proses
alamiah ini ditingkatkan dengan ilmu dan keterampilan, diharapkan proses yang
dilakukan menjadi lebih baik dan lebih efektif.
3. Orangtua sebagai terapis Jika bahasa awam, terapis adalah orang yang
memberikan terapi kepada kliennya dengan cara tertentu. Terapi diberikan pada
seseorang yang dalam kondisi negatif. Peran orangtua disini, jika memiliki anak
dengan mental lemah, kurang percaya diri, gugup, ragu, malas, trauma, depresi
dan lain-lain, maka orangtua harus mampu melakukan segala hal agar anak jadi
lebih baik dan maju. Orangtua menjadi terapis saat anak berusia remaja yang
umumnya labil dan mencari identitas diri, sehingga kerap berperilaku yang tidak
semestinya. Contohnya, anak mulai merasakan kesulitan dengan pelajaran
tertentu, sehingga terkadang dia sampai malas sekolah. Orangtua juga bisa
menjadi terapis terutama ketika memiliki anak berkebutuhan khusus, kecanduan
gawai yang akut, kecanduan pornografi, dan perilaku negatif lainnya.
10 Tips pembentukan karakter anak yang baik, kuat,
dan percaya diri
Berikut ini 10 hal yang bisa Anda lakukan untuk membuat anak menjadi sosok baik,
kuat, dan percaya diri di masa depan.
1. Jauhi label
Ketika Anda memberikan label atau kata untuk perilaku tertentu, Anda secara tidak
sadar membuat anak itu percaya bahwa ia memang seperti itu. Untuk itu, sebaiknya
hal ini.
Contoh yang paling sering orangtua katakan pada anak, “Kamu bodoh, kamu keras
kepala, kamu nakal,” dan sebagainya.
Memberi label pada anak bisa membuat mereka menutup diri dan malas
bereksplorasi. Hal ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri, bahkan meniru
perilaku orang lain di sekitar mereka.
Ingatlah untuk selalu berhati-hati dengan kata-kata yang Anda gunakan. Terutama
saat memperbaiki kesalahan anak Anda.
2. Biarkan mereka bermain
Zaman sekarang, cukup sulit mencari permainan yang bisa mengajarkan nilai-nilai
seperti berbagi, peduli, semangat tim, dan ketahanan pada anak-anak.
Namun Anda tetap bisa menanamkan nilai-nilai tersebut dengan cara berolahraga
sambil bermain. Olahraga dan permainan adalah kegiatan pengembangan
kepribadian terbaik untuk anak-anak.
Sayangnya banyak orang tua saat ini melindungi anak-anak mereka dari permainan
lapangan dan bahkan membatasi mereka untuk tidak berolahraga. Padahal ini
sangat penting untuk fisik dan mental anak secara keseluruhan.
Untuk itu, Anda harus melibatkan mereka secara aktif dalam olahraga.
3. Bersikaplah lembut terhadap kekurangan mereka
Banyak orang tua berharap anak-anak mereka unggul dalam segala hal yang
mereka lakukan. Ketika anak-anak tidak sesuai dengan harapan, beberapa orangtua
pun menyatakan kekecewaannya melalui banyak cara. Bahkan tak jarang yang
menuduh anaknya tidak cukup kompeten.
Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kemampuan unik. Sebagai orang
tua, Anda harus mengidentifikasi dan mendorongnya. Anda dapat memberikan
bantuan lembut untuk memperbaiki kekurangan anak tanpa mengurangi
kepercayaan diri mereka.
4. Jangan membandingkan anak
Membandingkan anak dengan saudara, teman, kerabat, dan tetangga lain dapat
merusak kepribadian anak. Kebiasaan ini dapat memberikan pesan bahwa ia tidak
cukup baik.
Anak-anak menjadi bingung tentang identitas mereka sendiri dan mulai meniru
orang lain. Untuk itu, memahami kepribadian anak adalah langkah pertama dan
terpenting dalam membangun kepercayaan diri serta kekuatan terbaik mereka.
5. Model perilaku yang tepat
Anak-anak belajar apa yang mereka lihat, lebih dari apa yang mereka dengar.
Karena itu, menerapkan hal-hal yang Anda anjurkan dapat meninggalkan kesan
abadi pada mereka.
Misalnya dari hal-hal kecil seperti mengatur buku-buku di rak hingga bersikap sopan
kepada para tamu. Anak-anak mengikuti apa yang Anda lakukan.
Jika ada kemunafikan atau kata-kata tidak sesuai dengan perilaku Anda, anak-anak
dapat mengambilnya dengan sangat cepat. Oleh itu, sangat penting untuk
mempraktekkan apa yang Anda ajarkan padanya.
6. Jadilah pendengar yang baik
Gadget adalah masalah yang harus dialami oleh orangtua saat ini. Penelitian telah
menunjukkan bahwa terlalu banyak melihat layar gadget atau menonton televisi bisa
mempengaruhi perkembangan intelektual dan sosial anak.
Bermain game di gadget dapat menyebabkan kecanduan dan membuat anak
cenderung lebih sedikit melakukan berinteraksi sosial.
Batasi screen time anak dan ajari mereka untuk menghargai lingkungan serta orang-
orang disekitarnya lebih dari hal-hal virtual yang mereka lihat di gadget.
8. Memberikan kejelasan tanggung jawab pada anak
Terkadang orang tua gagal mengkomunikasikan apa yang mereka harapkan dari
anak dan akhirnya menuduh mereka melakukan kesalahan. Padahal ketika aturan
dan tanggung jawab tegas, beberapa anak belajar menyelaraskan perilakunya akan
hal itu.
Mungkin perlu waktu bagi anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan seperangkat
aturan, tetapi kepatuhan yang berkelanjutan dapat menjadikan suatu kebiasaan
pada akhirnya. Jadi bersabarlah.
9. Dorong kemandirian anak
Ajak anak secara perlahan mengelola tanggung jawab mereka yang sederhana.
Misalnya mengepak tas sekolah mereka, menyikat gigi, atau meletakan kaus kaki
kotor pada tempatnya.
Dorong anak Anda untuk melakukannya secara mandiri dengan pengawasan
minimum. Ini tidak hanya melatih mereka dalam keterampilan hidup tetapi juga
meningkatkan rasa tanggung jawab mereka.
10. Terapkan pola asuh yang lembut
Menegur atau melukai anak secara fisik saat mereka melakukan kesalahan dapat
memperburuk keadaan. Untuk itu, cobalah sabar dan jelaskan kepada mereka
konsekuensi dari kesalahan mereka. Ini akan jauh lebih efektif untuk memberikan
perubahan yang lebih positif.
Ingatlah, ketika Anda meneriaki anak, ia akan takut dan tidak mengerti konsekuensi
dari tindakan mereka. Menjelaskan kepada mereka atau bahkan kadang-kadang
membiarkan mereka mengalami hasil tindakan mereka, membantu mereka
memahami hubungan sebab-akibat.
Karakter juga dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan Negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-
nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya adat istiadat, dan
estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam bersikap maupun bertindak.
Karakter yang baik menurut Lickona (2013 : 82), terdiri dari mengetahui
yang baik (moral knowing), menginginkan yang baik (moral feeling), dan
melakukan hal yang baik (moral action), yang dalam penjelasannya
disebutkan sebagai pembiasaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati,
dan kebiasaan dalam tindakan.
Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat besar kepada sekolah
yag bagus dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya menjadi anak
yang pandai, cerdas dan berkarakter. Akan tetapi dalam kenyataannya,
harapan orang tua masih jauh dari realisasinya.
Untuk menanamkan karakter pada diri anak ada beberapa metode yang
bisa digunakan, antara lain :
1. Internalisasi
Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan (knowing) dan
keterampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang
hingga pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan
sehari-hari.
Keteladanan
“Anak adalah peniru yag baik.” Ungkapan tersebut seharusnya disadari oleh
orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya
ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Berbagi keteladanan
dalam mendidik anak menjadi sesuatu yang sangat penting.
Pembiasaan
Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua setiap masuk
rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan sebagai usaha
membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak mengucapkan salam, maka
orang tua mengingatkan untuk mengucapkan salam.
Bermain
Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas
mereka perlu dijaga dengan menciptakan lingkungan yang menghargai
kreativitas, yaitu melalui bermain.
Cerita
Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh anak, dengan
bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya, sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Nasihat
Nasihat merupakan kata – kata yang mampu menyentuh hati disertai
dengan keteladanan. Nasihat memadukan antara metode ceramah dan
keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.
Pendidikan karakter ini tidak akan berhasil dengan baik dan tidak akan
berarti apa – apa, apabila keluarga melepaskan tanggung jawab
pembentukan karakter hanya kepada sekolah. Peran keluarga dalam
pendidikan anak teramat besar, keluarga merupakan unsur terkecil dalam
masyarakat, dari keluarga pulalah anak belajar berperilaku dan bersikap
sebagai anggota masyarakat yang bermartabat. Peran keluarga memiliki
peranan yang penting, agar proses dalam setiap jenjang, jalur, dan jenis
pendidikan serta berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung
jawab.