Anda di halaman 1dari 4

1.

Dalam konsep tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian


hukum, dalam pandangan Fidelis, silakan dianalisis terpenuhi atau tidak
ketiga tujuan hukum tersebut? Berikan argumentasi saudara!

Berdasarkan kasus yang dipaparkan pada soal nomor 1, menurut tujuan hukum yaitu
keadilan. Fidelis Arie Sudewarto sama sekali tidak mendapatkan keadilan karena
seperti yang dijelaskan oleh Aristoteles bahwa “Keadilan adalah kemauan yang tetap
dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya”. Fidelis
memberikan apa yang semestinya dengan menanam Ganja untuk diekstrak guna
pengobatan penyakit langka syringomyelia yang diderita sang istri, Yeni Riawati.
Sedangkan berdasarkan tujuan hukum yakni kemanfaatan, Fidelis walaupun harus
berkorban dengan menanam tanaman yang dilarang oleh pemerintah, tetapi dengan
tanaman tersebut dia dapat menyembuhkan penyakit istrnya. Sedangkan menurut
tujuan hukum yakni kepastian hukum, fedelis tahu hak dan kewajibannya yaitu
sebagai seorang suami yang mengarap kesembuhan sang istri.

2. Berbicara tentang warisan, perlu juga diidentifikasi masalah pewaris, harta


waris, dan ahli waris yang berhak menerima karena secara hukum ada
aturannya. Di Indonesia, ada 3 hukum waris yang berlaku, yakni hukum adat,
perdata, Islam.

Jika kasus tersebut dilihat dari perspektif hukum adat, maka silakan dianalisis :

1) Kedudukan anak luar kawin menurut sistem kekerabatan patrilineal,


matrilinial dan parental.
2) Pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin berdasarkan sistem
kekerabatan patrilineal, matrilinial dan parental.
3) Pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin berdasarkan sistem
kekerabatan patrilineal, matrilinial dan parental pasca terbitnya putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010.

Berdasarkan Kedudukan anak luar kawin menurut system kekerabatan patrilineal,


matrilinial dan parental. Freddy Widjaya masuk ke dalam susunan kekeluargaan
Patrilineal, dimana pemberian jujur oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan ini
adalah sebagai lambang diputuskannya hubungan kekeluargaan si istri dengan
keluarganya.

Pembagian harta warisan terhadap Freddy menurut hukum adat waris di jawa, anak
yang lahir di luar perkawinan hanya menjadi waris dalam harta peninggalan ibunya
saja dan harta peninggalan kerabat ataupun family dari pihak ibu.

Kedudukan anak luar kawin dapat didasarkan pada ketiga sistem kekerabatan yang
ada, yaitu pada sistem kekerabatan patrilineal, kekerabatan matrilineal dan sistem
kekerabatan parental. Kedudukan anak luar kawin dalam hukum adat bukan sebagai
ahli waris dan bukan sebagai penerus keturunan dari bapaknya secara biologis. Anak
luar kawin hanya mempunyai hubungan dengan ibunya dan kerabat ibunya. Namun
terkait dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Putusan MK Nomor 46/PUU-
VIII/2010, maka telah membuka peluang bagi anak luar kawin untuk mendapatkan
harta warisan dan perlindungan hukum dengan orang yang diduga sebagai bapaknya
biologis dari anak luar kawin tersebut.

3. Rachel Maryam dan suaminya, Edwin Aprihandono, mengajukan permohonan


isbat pernikahan ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan permohonan isbat
pernikahan yang dilayangkan Rachel Maryam dikabulkan oleh majelis hakim.
Pertanyaan :
1) Kedudukan isbat nikah yang sudah disahkan di Pengadilan Agama dan
implikasinya terhadap status perkawinan!.
2) Dasar pengadilan Agama mengabulkan isbat nikah!

Fungsi dan kedudukan pencatatan perkawinan menurut Bagir Manan adalah untuk
menjamin ketertiban hukum (legal order) yang berfungsi sebagai instrumen kepastian
hukum, kemudahan hukum, disamping sebagai salah satu alat bukti perkawinan.
Oleh karena itu, jika terjadi pasangan yang telah melakukan perkawinan yang sah
menurut agama, tetapi belum dicatat, maka menurut Bagir Manan cukup dilakukan
pencatatan.

Majelis hakim akan mengesahkan perkawinan tersebut jika telah memenuhi ketentuan
agama, dan tidak ada larangan atau halangan perkawinan yang dilanggar.
Permohonan isbat nikah bagi yang melakukan perkawinan secara agama tanpa dicatat
oleh PPN, maka merujuk pada Pasal 7 ayat (3) huruf (d) hakim akan mengabulkan
permohonan selama perkawinan tersebut memenuhi rukun dan syarat secara syari’at
islam dan adanya kepastian bahwa tidak terjadi pelanggaran terhadap larangan
perkawinan menurut UUP dan KHI. Selanjutnya, terhadap pernikahan siri yang
dilakukan setelah lahirnya UUP, pengadilan tetap memprosesnya di persidangan dan
hakim akan mengabulkan jika terpenuhi rukun dan syaratnya dan merujuk pada Pasal
7 ayat (3) huruf (e). Hal ini karena pasal ini berlaku secara umum baik perkawinan
siri yang terjadi sebelum tahun 1974 maupun yang terjadi setelah tahun 1974
sepanjang terpenuhi rukun dan syarat perkawinan.(Dwiasa et al., 2019) Adapun yang
berhak mengajukan permohonan isbat nikah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7
ayat (4) adalah suami, istri, anak-anak, wali nikah dan pihak yang berkepentingan
dengan perkawinan tersebut. Dengan adanya isbat nikah berimplikasi pada status
perkawinan, dimana suatu perkawinan telah mempunyai kekuatan hukum yang
memberikan hak bagi isteri dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut.
Jadi, isbat nikah sebagai suatu dasar hukum pencatatan perkawinan akan melahirkan
kepastian hukum baik terhadap status perkawinan, status anak, maupun harta benda
yang dimiliki bersama dalam sebuah perkawinan.(Bafadhal, n.d.)

Sumber referensi:

Delianoor, Alamsyah N. 2022. Sistem Hukum Indonesia(BMP) ISIP4131. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka

https://www.neliti.com/id/publications/157788/kedudukan-anak-luar-kawin-dalam-
pewarisan-ditinjau-dari-sistem-hukum-kekerabatan

https://media.neliti.com/media/publications/43298-ID-itsbat-nikah-dan-implikasinya-
terhadap-status-perkawinan-menurut-peraturan-perun.pdf

https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/lentera/article/download/3960/2204

Anda mungkin juga menyukai