Anda di halaman 1dari 15

Lex et Societatis, Vol. I/No.

3/Juli/2013

HAK ANAK ANGKAT ATAS HARTA pendidikan, dan membesarkan anak


WARISAN DALAM HUKUM PERDATA 1 tersebut, ke dalam lingkungan keluarga
Oleh: Zeila Mochtar 2 orang tua angkatnya berdasarkan
keputusan atau penetapan pengadilan.
ABSTRAK Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
untuk mengetahui bagaimana proses 2007 Tentang Pengangkatan anak yaitu
sahnya pengangkatan anak agar anak bertujuan untuk kepentingan terbaik
tersebut mempunyai kedudukan hukum bagi anak dalam rangka mewujudkan
dan bagaimana kedudukan anak angkat kesejahteraan dan perlindungan anak,
dalam memperoleh hak mewaris. Dengan yang dilaksanakan berdasarkan adat
metode yuridis normatif disimpulkan kebiasaan setempat dan ketentuan
bahwa 1. Proses pengangkatan anak peraturan perundang-undangan.
dapat cara membuat akta pengangkatan Di berbagai daerah di Indonesia anak
anak dihadapan notaris, disamping itu angkat mempunyai kedudukan hukum
pengangkatan anak dapat dilakukan yang sama dengan anak keturunan
dengan dengan cara mengajukan sendiri, juga termasuk hak untuk dapat
permohonan kepada Pengadilan Negeri mewaris kekayaan yang ditinggalkan
untuk memperoleh kepastian hukum orang tua angkatnya pada waktu
terhadap pengangkatan anak tersebut. 2. meninggal dunia, akan tetapi dalam
Hak mewaris anak angkat tidak diatur kenyataannya anak angkat yang sah
didalam Kitab Undang-Undang Hukum masih dianggap bukan bagian dari
Perdata, namun demikian khusus bagi keluarga yang merupakan kesatuan
Warga Negara Indonesia keturunan masyarakat terkecil yang terdiri dari
Tionghoa, kedudukan anak angkat adalah ayah, ibu, dan anak, sehingga mereka
sama dengan anak sah. Untuk itu ia dianggap tidak berhak atas harta
berhak mewaris harta warisan orang tua peninggalan orang tuanya karena bukan
angkatnya menurut undang-undang atau ahli waris dariorang tua yang
mewaris berdasarkan hukum waris mengangkatnya. Hal ini karena adanya
Testamentair apabila ia mendapatkan pengaruh dari sistem hukum Islam tidak
testament (Hibah Wasiat). mengatur tentang adanya pengangkatan
Kata kunci: anak angkat, warisan anak yang dijadikan sebagai anak
kandung hal ini tidak dibenarkan. Untuk
PENDAHULUAN melindungi agar anak angkat tetap
A. Latar Belakang Masalah mendapatkan haknya atas harta
Berdasarkan Pasal 1 dan 2 Peraturan peninggalan orang tua angkatnya, maka
Pemerintah Republik Indonesia Nomor orang tua angkat membuat hibah wasiat.
54 Tahun 2007 Tentang Pengangkatan Hibah wasiat merupakan suatu jalan bagi
Anak, Pengangkatan anak adalah suatu pemilik harta kekayaan untuk semasa
perbuatan hukum yang mengalihkan masih hidupnya menyatakan
seorang anak dari lingkungan kekuasaan keinginannya yang terakhir tentang
orang tua, wali yang sah, atau orangl ain pembagian harta peninggalannya kepada
yang bertanggung jawab atas perawatan, ahli waris, yang baru akan berlaku
setelah ia meninggal.
1
Artikel skripsi. Dosen pembimbing skripsi: Grees
Thelma Mozes,SH,MH, Josina E. Londa,SH,MH, B. Perumusan Masalah
Frietje Rumimpunu,SH,MH.
2
NIM: 090711705.

160
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

1. Bagaimana proses sahnya masalah sistem hukum yang berlaku di


pengangkatan anak agar anak tersebut Indonesia, yaitu pasal 131 IS dan 163 IS.
mempunyai kedudukan hukum ? Pasal 131 IS ini disebut dengan “asas
2. Bagaimana kedudukan anak angkat konkordansi (concordantie beginsel)” yang
dalam memperoleh hak mewaris ? dapat diartikan bahwa terhadap orang
Eropa yang berada di Indonesia
C. Metode Penelitian diperlakukan hukum perdata asalnya.
Penelitian ini sifatnya yuridis normatif Terhadap asas ini dapat dilakukan
dengan jenis penelitian hukum yang penyimpangan bilamana ada suatu keadaan
mengambil data kepustakaan. istimewayang terjadi di Indonesia atau bila
ada peraturan bersama yang berlaku, baik
PEMBAHASAN terhadap orang eropa maupun terhadap
A. Proses Sahnya Pengangkatan Anak golongan penduduk lain.
agar Anak tersebut Mempunyai Pasal selanjutnya adalah pasal 163 IS
Kedudukan Hukum yang menyebutkan bahwa dalam hubungan
Pada zaman pemerintahan Hindia dengan berlakunya BW di Indonesia
Belanda, pemerintah pada saat itu penduduk Hindia Belanda dibagi dalam tiga
menerapkan politik adu domba (devide et golongan, yaitu golongan Eropa, Timur, dan
impera) dan memberlakukan standar ganda Bumi Putera.
terhadap penduduk khususnya kaum Dalam perkembangan lebih lanjut
pribumi. Hal ini berkaitan dengan politik lembaga adopsi Stb. No. 129 tahun 1917
hukum pemerintah yang saat itu tidak ingin kehilangan fungsinya. Masyarakat golongan
rakyat Indonesia untuk bersatu. Pemerintah Tionghoa untuk siapa lembaga adopsi
saat itu lebih memperhatikan golongan diadakan, melalui pemaksaan
penduduk yang berasal dari Eropa dan Cina pemberlakuan KUH Perdata terhadap
karena merekalah yang saat itu memegang mereka, lama kelamaan mengalami
roda perekonomian di Indonesia. perubahan pandangan hidup. Pandangan
Itulah sebabnya untuk golongan Cina hubungan kekeluargaan yang semula
sejak tahun 1919 dikenakan hampir seluruh berpegang pada pancer laki-laki, karena
ketentuan BW (Staatsblad No.129 tahun pengaruh KUH Perdata, berubah menjadi
1917 yang mulai diberlakukan tanggal 29 bilateral atau parental, sesuai dengan asas
Maret 1917). Staatsblad ini juga mengatur hubungan kekeluargaan yang dianut dalam
mengenai pengangkatan anak bagi KUH Perdata. Lama kelamaan asas
golongan keturunan cina. Namun perlu kita perkawinan monogami juga diterima
ketahui terlebih dahulu mengenai politik sebagai asas yang sesuai dengan kesadaran
hukum pemerintah Hindia Belanda sebelum hukum mereka yang baru. Pengaruh
kita membahas lebih jauh mengenai pendidikan mereka yang bersekolah di
pengangkatan anak dalam Staatsblad sekolah-sekolah Belanda dan di sekolah-
No.129 tahun 1917 khususnya pasal 5 sekolah nasional, dan pengaruh agama
sampai 15.. kristen yang kemudian banyak dianut
Pemerintahan Hindia Belanda di diantara mereka, turut memberikan
Indonesia memberlakukan IS (Indische sumbangsih atas perubahan kesadaran
Staatsregeling), yaitu aturan pemerintah hukum mereka. Namun sebagaimana kita
Hindia Belanda yang disahkan berdasar lihat dalam praktek sekarang, adopsi masih
Staatsblad No. 415 dan 416 tahun 1925 dan tetap berjalan dalam masyarakat, tetapi
diberlakukan tanggal 1 Januari 1926. Ada untuk tujuan yang lain dari tujuannya
dua pasal penting yang berkenaan dengan semula. Bagi mereka, yang dalam
perkawinannya, tidak menghasilkan
161
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

keturunan, mungkin sekali membutuhkan pengangkatan anak perempuan, yang


anak angkat, untuk mengisi kekosongan dituangkan dalam Keputusan Pengadilan
dalam keluarga mereka dan untuk Negeri Istimewa Jakarta No. 907/1963/P
memelihara mereka di hari tu, mengingat di tertanggal 29 Mei 1963 yang didalam
Indonesia orang belum dapat menerima putusannya majelis hakim berpendapat:
penempatan orang tua dalam panti jompo. - Bahwa peraturan adopsi bagi
Kalau demikian, maka sekarang, yang golongan Tionghoa dalam Stb. No.
namanya pengangkatan anak mestinya 129 tahun 1917 adalah pelaksanaan
sudah tidak perlu lagi terbatas pada anak politik kolonial dalam hukum.
laki-laki saja. - Bahwa peraturan pasal 5, 6, dan 15
Dengan latar balakang seperti tersebut dalam Stb. No. 129 tahun 1917
diatas, maka sekarang kita melihat masalah sudah tidak punya hak hidup lagi
pengangkatan anak sebagai suatu lembaga karena bertentangan dengan
hukum yang dibutuhkan tidak hanya seperti Undang-Undang Dasar 1945.
yang dimaksud di Stb. No. 129 tahun 1917 - Bahwa dengan demikian warga
oleh mereka yang termasuk dalam negara Indonesia keturunan
golongan orang Tionghoa saja, dan tidak Tionghoa tidak lagi terikat oleh Stb.
hanya untuk pengangkatan anak laki-laki No. 129 tahun 1917 yang mengatur
saja, tetapi juga oleh seluruh orang pengangkatan anak terbatas pada
Indonesia atau bahkan seluruh umat anak lelaki saja, tetapi juga dapat
manusia, tanpa membedakan apakah yang dilakukan terhadap anak
akan diangkat itu anak laki-laki atau perempuan asal saja hal itu dikenal
perempuan. dalam Hukum Adat Tionghoa.
Pasal 15 sub 2 Stb. No. 129 tahun 1917 - Bahwa pengangkatan anak
dengan tegas menyatakan, bahwa adopsi perempuan tidak perlu dituangkan
anak perempuan adalah tidak sah dan batal dalam akta notaris, akan tetapi
demi hukum, tetapi di lain pihak, sekarang dengan putusan Pengadilan Negeri.
ini di dalam masyarakat ada kebutuhan Yang menarik adalah konsekuensi lebih
akan adopsi anak, termasuk anak lanjut dari pernyataan putusan Pengadilan
perempuan, sekalipun dengan tujuan lain Negeri Istimewa Jakarta tersebut yang
dari maksud diadakannya lembaga adopsi menyatakan tidak berlakunya beberapa
oleh Stb. No. 129 tahun 1917. Pembuatan pasal dalam Stb. No. 129 tahun 1917 , yaitu
peraturan perundangan baru akan terlalu bahwa adopsi itu tidak perlu dituangkan
lamban dan memakan waktu lama, dalam akta notaris, tetapi cukup ditetapkan
sehingga para sarjana hukum memilih jalan dalam keputusan Pengadilan saja
yang cepat, yaitu melalui pengakuan Kita melihat bahwa ada suatu kebutuhan
pengadilan dan ada beberapa di antara akan adopsi anak perempuan, tetapi tidak
sarjana hukum yang beranggapan bahwa, ada lembaga hukum yang memberikan
lembaga adopsi dalam Stb. No. 129 tahun penampungan mengenai hal itu. Ini sudah
1917 sehubungan dengan perubahan tentu berkaitan erat dengan dinyatakannya
jaman dan kebutuhan bisa dipakai sebagai sebagian besar dari ketentuan dalam KUH
sarana untuk memenuhi kebutuhan praktek Perdata berlaku bagi golongan Tionghoa,
adopsi anak perempuan. Hanya saja untuk sedang KUH Perdata sendiri pada
itu diperlukan adanya pengakuan dari pihak prinsipnya tidak mengenal lembaga
Pengadilan. Pengakuan seperti itu ternyata pengangkatan anak. Lembaga adopsi
pernah diberikan oleh Pengadilan dalam melalui Stb. No. 129 tahun 1917 adalah
suatu ketetapan atas permohonan suatu perkecualian, yang hanya berlaku

162
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

bagi golongan Tionghoa dan hanya terbatas untuk mengadopsi anak warga negara
untuk adopsi anak laki-laki saja. Indonesia harus berdomisili dan bekerja
Kekosongan itu dicoba untuk diisi melalui tetap di Indonesia sekurang-kurangnya 3
yurisprudensi. Mahkamah Agung sendiri (tiga) tahun. SEMA ini kemudian
mendorong untuk pengisian kekosongan itu ditindaklanjuti oleh Menteri Sosial yang
dengan putusan-putusan pengadilan. mengeluarkan Keputusan No. 4 tahun 1989
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 tentang petunjuk pelaksanaan
tahun 1979 menyatakan: pengangkatan anak guna memberi
“Sebagaimana kita ketahui, peraturan pedoman dalam rangka pemberian izin,
perundang-undangan yang ada di bidang pembuatan laporan sosial serta pembinaan
pengangkatan anak ternyata tidak dan pengawasan pengangkatan anak agar
mencakupi macam-macam bentuk terdapat kesamaan dalam bertindak dan
pengangkatan anak yang ada. Padahal tercapainya tertib administrasi.
sangat diharapkan dari keputusan- Pengangkatan anak merupakan
keputusan pengadilan tentang adopsi kenyataan sosial di dalam masyarakat
atau pengangkatan anak, disamping agar yang sudah ada sejak jaman dahulu. Pada
dapat diperoleh pedoman-pedoman, masyarakat atau bangsa yang
petunjuk-petunjuk, arah, serta kepastian menjunjung tinggi masalah keturunan,
pada perkembangan lembaga anak merupakan sesuatu yang tidak
pengangkatan anak”. ternilai. Ketidak adaan anak dalam
Di samping itu, ditinjau dari segi sebuah keluarga akan menimbulkan ada
internasional lembaga adopsi, menurut sesuatu yang kurang dalam sebuah
European Convention of the Adoption of keluarga. Maka dilakukanlah
Children, adopsi itu baru diterima sah kalau pengangkatan anak, sesuai dengan
diberikan melalui suatu penetapan atau hukum yang berlaku bagi mereka. Hal ini
putusan pengadilan, sebagai syarat esensial merupakan salah satu jalan yang dapat
bagi sahnya pengangkatan anak. ditempuh suatu keluarga yang tidak
Setelah itu dikeluarkan Surat Edaran mempunyai anak. Perbuatan
Mahkamah Agung RI No. 6 Tahun 1983 pengangkatan anak mengandung
tentang penyempurnaan SEMA No. 2 tahun konsekuensi bahwa anak yang diangkat
1979 yang isinya secara garis besar mempunyai kedudukan hukum terhadap
merupakan penyempurnaan pemeriksaan orang tua yang mngangkatnya.
permohonan pengesahan pengangkatan Di dalam KUHPerdata tidak diatur
anak. Hal ini karena pemerintah tentang pengangkatan anak, tetapi diatur
mensinyalir bahwa lembaga adopsi ini mengenai anak luar kawin. Kedudukan
digunakan oleh beberapa pihak untuk anak luar kawin dibedakan atas anak luar
melakukan penyeludupan hukum guna kawin yang tidak diakui dan anak luar
mempermudah proses memperoleh kawin diakui serta disahkan. Oleh karena
kewarganegaraan Indonesia, dan juga itu pemerintah Belanda berusaha
adanya kekhawatiran bahwa pengangkatan membuat aturan tersendiri yaitu dalam
anak mengubah status kewaganegaraan Bab II staatsblad 1917 Nomor 129
anak warga negara Indonesia yang di sebagai ketentuan tertulis yang
adopsi warga negara asing. mengatur pengankatan anak untuk
Kemudian Mahkamah Agung golongan Timur asing khususnya
mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah masyarakat Tionghoa. Berdasarkan Pasal
Agung RI No. 4 Tahun 1989 tentang 12 jo Pasal 14 Staatsblad 1917 : 129,
pengangkatan anak yang berisi ketentuan anak angkat mempunyai kedudukan
bahwa syarat untuk warga negara asing hukum yang sama dengan kedudukan
163
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

anak kandung, yaitu anak yang dianggap kepentingan yang terbaik bagi anak dan
sebagai telah dilahirkan dari perkawinan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan
mereka yang telah mengangkat anak dan setempat dan ketentuan peraturan
hubungan keperdataan anak yang perundang -undangan yang berlaku.
diangkat dengan orang tua kandungnya Dalam Pasal 1 angka (2) Peraturan
menjadi putus sama sekali. Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2007
Pengangkatan anak melalui jalur formal tentang Perlindungan Anak , disebutkan
(Pengadilan) awalnya hanya dikenal di : “Pengangkatan anak adalah suatu
lingkungan penduduk tionghoa yang perbuatan hukum yang mengalihkan
didasarkan atas aturan khusus untuk itu. seorang anak dari lingkungan kekuasaan
Anak yang diangkat adalah anak orang orang tua, wali yang sah, atau orang lain
lain. Akan tetapi di dalam masyarakat yang bertanggung jawab atas perawatan,
Indonesia dikenal pengangkatan anak pendidikan, dan membesarkan anak
yang diambil dari lingkungan keluarga tersebut, kedalam lingkungan keluarga
sendiri, karena system hukum keluarga di orang tua angkatnya.”
Indonesia didasarkan asas kekeluargaan. Didasarkan atas ketentuan di atas
Hubungan kekeluargaan yaitu hubungan dapat disimpulkan bahwa pengangkatan
yang didasarkan atas adanya hubungan anak yang dilakukan melalui Pengadilan
darah, sehingga jika terjadi masalah merupakan salah satu bentuk
seperti tidak adanya penerus keturunan perlindungan terhadap kedudukan
dalam keluarga diambillah anak dari hukum anak angkat. Setelah adanya
keluarga sedarah. Pengangkatan anak putusan atau penetapan Pengadilan,
cukup diketahui oleh sanak keluarga maka status anak tersebut sama dengan
setempat dengan membuat selamatan, anak kandung, baik dalam hal perawatan,
secara faktual anak angkat tersebut pendidikan, maupun dalam kewarisan.
tinggal, dipelihara oleh orang tua Dengan kata lain anak angkat
angkatnya. mempunyai hak yang sama dengan anak
Pengangkatan anak saat ini tidak lagi kandung dan merupakan ahli waris yang
dibatasi pada anak dari lingkungan sah dari orang tua angkatnya.
keluarga, tetapi juga anak orang lain. Setiap peristiwa yang mempengaruhi
Didasarkan Undang-undang Undang kedudukan hukum seseorang, hukum
Nomor 23 tahun 2002 Pasal 1 angka 9 mewajibkan harus selalu dicatat dalam
Undang-undang tentang Perlindungan register yang memang disediakan untuk
Anak mengatakan bahwa : itu. Dalam hal ini termasuk peristiwa
Anak angkat adalah anak yang haknya pengangkatan anak. Setelah adanya
dialihkan dari lingkungan kekuasaan putusan Pengadilan, maka dalam akta
keluarga orang tua, wali yang sah, kelahiran ditambahkan keterangan
atau orang lain yang bertanggung bahwa terhadap anak tersebut telah
jawab atas perawatan, pendidikan, dilakukan pengangkatan anak dengan
dan membesarkan anak tersebut, ke menyebutkan orang tua angkatnya yang
dalam lingkungan keluarga orang tua baru.3.
angkatnya berdasarkan putusan atau Akta kelahiran menunjukan dengan
penetapan pengadilan. siapa anak tersebut mempunyai
Didasarkan Pasal 39 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
3
Perlindungan Anak bahwa pengangkatan Nursyahbani katjasungkana, Bunga Rampai
Catatan Sipil, Primamedia Pustaka, Jakarta, 2003
anak hanya dapat dilakukan untuk

164
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

hubungan keluarga, termasuk mengenai


hak mewarisnya bahwa anak angkat Ayat (4) “ Jika adopsi dilakukan oleh
sebagai ahli waris dari orang tua seorang janda yang dimaksud dalam
angkatnya. Dengan demikian adanya akta pasal 5 ayat 3,persetujuan dari
kelahiran tersebut status dan hak saudara-saudara laki-lakinya yang
keperdataan anak angkat diakui oleh telah dewasa dan dari ayah suaminya
negara sebagai subyek hukum yang harus yang telah meninggal, dan apabila
dilindungi kepentingannya. Sedangkan mereka ini tidak ada dan atau tidak
dalam proses pengangkatan anak yang tinggal di Indonesia, persetujuan dari
ada dalam ketentuan Staatsblad 1917 dua anggota keluarga laki-laki yang
Nomor 129 adalah : Dalam ketentuan telah dewasa yang tinggal di Indonesia
Pasal 8 ayat (1) Staatsblad 1917 Nomor dari pihak ayah dari suami yang telah
129 disebutkan : “ Untuk adopsi meninggal sampai derajat keempat.”
disyaratkan persetujuan dari orang tua Ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1), (2),
yang melakukan adopsi” (3), (4), (5) Staatsblad 1917 Nomor 129
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 8 disebutkan :
ayat (2), (3), (4) Staatsblad 1917 Nomor Ayat (1) Persetujuan dari orang-orang
129 adalah : yang dimaksud dalam nomor 4 pasal
Ayat (2) a. Apabila yang di adopsi itu 8, bukan ayah atau wakil dari orang
seorang anak yang sah, persetujuan yang diadopsi, jika tidak diperoleh,
dari orang tuanya, atau kalau salah seperti halnya juga kalau terdapat
satu dari diantaranya telah meninggal anggotaanggota keluarga yang
terlebih dahulu persetujuan dari orang dimaksud pada akhir ketentuan itu,
yang hidup terlama, kecuali ibu telah dapat diganti dengan izin dari
beralih keperkawinan baru; dalam hal Pengadilan Negeri, dalam wilayah
ini, seperti halnya kalau kedua orang hukumnya janda yang hendak
tuanya telah meninggal, untuk adopsi melakukan adopsi itu bertempat
seseorang yang dibawah umur tinggal.
disyaratkan persetujuan dari walinya Ayat (2) Atas permohonan janda
dan dari balai harta peninggalan tersebut, Pengadilan Negeri di luar
. bentuk acara dan tanpa kemungkinan
Ayat (2) b. Apabila yang diadopsi itu banding setelah putusan, setelah
anak luar kawin, persetujuan dari mendengar atau memanggil dengan
kedua orang tuanya kalau ia diakui patut seorang yang persetujuannya
oleh keduanya, atau kalau salah satu dibutuhkan dan demikian pula orang-
meninggal lebih dahulu, persetujuan orang lain yang oleh Pengadilan
dari orang yang hidup lebih lama, atau Negeri dianggap perlu.
ia diakui oleh seorang dari mereka Ayat (3) Jika orang-orang yang harus
persetujuan dari yang mengakuinya, di dengar itu bertempat tinggal di luar
jika sama sekali tidak ada yang wilayah di mana Pengadilan Negeri
mengakui atau telah meninggal dunia, yang berwenang berkedudukan, maka
maka untuk adopsi yang dibawah Pengadilan Negeri tersebut dapat
umur disyaratkan persetujuan dari melimpahkan pemeriksaan itu kepada
walinya dan balai harta peninggalan. kepala pemerintah setempat, pejabat
mana harus menyampaikan berita
Ayat (3) “ Persetujuan dari orang yang acara pemeriksaan kepada Pengadilan
akan diadopsi, jika ia telah mencapai Negeri yang bersangkutan.
limabelas tahun.”
165
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

Ayat (4) Ketentuan dalam Pasal 334 orang dan orang-orang yang
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengangkat dan akan diangkat
untuk Indonesia terhadap anggota sebagai anak. Persetujuan yang
anggota keluarga sedarah atau dimaksud adalah persetujuan untuk
semenda yang dimaksud didalamnya, dapat mengangkat anak yang
berlaku juga terhadap orang-orang merupakan anak sah, anak luar
yang harus di dengar di dalam pasal kawin, anak yang sudah mencapai
ini. usia limabelas tahun, dan
Ayat (5) Tentang izin yang diperoleh pengangkatan anak yang dilakukan
dari Pengadilan Negeri itu harus oleh janda.
dinyatakan dalam akta pengangkatan. 2) Pengangkatan anak harus dilakukan
dengan akta Notaris. Para pihak
Ketentuan Pasal 10 ayat (1), (2), (3), yang mengangkat dan akan diangkat
(4), (5) Staatsblad 1917 Nomor 129 sebagai anak harus menghadap
disebutkan : sendiri di depan Notaris. Apabila
Ayat (1) Adopsi hanya dilakukan para pihak berhalangan, maka dapat
dengan akta notaris diwakilkan oleh seorang wakil
Ayat (2) Pihak-pihak harus menghadap khusus yang dikuasakan dengan
sendiri didepan notaris atau melalui akta Notaris.
seorang wakil khusus yang dikuasakan 3) Para pihak yang mengangkat dan
dengan akta Notaris. akan diangkat sebagai anak dapat
Ayat (3) Orang-orang yang dimaksud menuntut agar pengangkatan anak
dengan nomor 4 Pasal 8, kecuali yang telah dilakukan dihadapan
siapapun dari mereka yang sebagai Notaris, dicatatkan pada tepi akta
ayah atau wali menyerahkan anak kelahiran dari orang yang diadopsi.
untuk diadopsi dapat secara bersama- 4) Bila tidak dilakukan pencatatan
sama atau masing-masing memberi tentang pengangkatan anak pada
persetujuannya, tentang hal mana tepi akta kelahiran anak yang
harus dinyatakan dalam akta diangkat, maka yang diangkat
pengangkatan. tersebut tetap saja tidak dapat
Ayat (4) Setiap yang berkepentingan menyangkal tentang pengangkatan.
dapat menuntut agar tentang adopsi Untuk menjadi anak angkat harus
dicatat pada tepi akta kelahiran dari memenuhi syarat-syarat yaitu;
orang adopsi. 1. Jenis kelamin
Ayat (5) Namun tidak adanya suatu Syarat pengangkatan anak untuk WNI
catatan tentang adopsi pada tepi akta keturunan Tionghoa diatur dalam
kelahiran, tidak dapat digunakan staatsblad 1917 Nomor 129 Yaitu :
sebagai senjata anak angkat, untuk Ketentuan dalam Pasal 6 staatsblad 1917
akhirnya menyangkal Nomor 129 adalah : “ Yang boleh
pengangkatannya. diangkat sebagai anak hanyalah orang
Tionghoa laki-laki yang tidak kawin dan
Berdasarkan uraian diatas dapat di tidak mempunyai anak, yang belum
tarik kesimpulan bahwa sistem diangkat oleh orang lain”.
pengangkatan anak menurut staatsblad Berarti syarat untuk dapat menjadi
1917 Nomor 129 adalah : anak angkat adalah seseorang itu harus
1) Untuk melakukan pengangkatan anak laki-laki. Anak laki-laki yang
anak disyaratkan persetujuan dari diangkat tidak boleh yang telah menikah,

166
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

tidak boleh yang mempunyai anak, dan keturunan sebelum pengangkatan anak
yang belum diangkat oleh orang lain. terhadap ayah moyang karena kelahiran.
2. Usia. Perbuatan Pengangkatan anak
Ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) merupakan perbuatan yang
staatsblad 1917 Nomor 129 adalah: “ menimbulkan akibat hukum baik
Orang yang diadopsi harus berusia paling terhadap orang tua angkatnya maupun
sedikit delapanbelas tahun lebih muda terhadap anak angkatnya .Akibat hukum
dari laki-laki, dan paling sedikit limabelas ini merupakan dari suatu perbuatan
tahun lebih muda dari wanita yang hukum dimana timbul terhadap para
bersuami atau janda, yang melakukan pihak yang bersangkutan dan harus
adopsi”. menerima akibat hukum baik itu
Berarti syarat menjadi anak adalah dirasakan menguntungkan ataupun
yang akan diangkat harus berusia paling merugikan. Akibat hukum yang
sedikit delapanbelas tahun lebih muda terpenting dari pengangkatan anak
dari laki-laki yang mengangkatnya adalah hal-hal yang termasuk kekuasaan
menjadi anak dan paling sedikit orang tua, hak mewaris, hak
limabelas tahun lebih muda dari wanita pemeliharaan, dan juga soal nama.
bersuami atau janda yang akan Menurut Pasal 14 staatsblad 1917
mengangkatnya menjadi anak. Nomor 129, pengangkatan anak
Ketentuan dari Pasal 8 ayat (3) memberikan status anak yang
staatsblad 1917 Nomor 129 adalah : “ bersangkutan berubah menjadi seperti
Persetujuan dari orang yang diadopsi, seorang anak yang sah. Hubungan
jika ia telah mencapai usia limabelas keperdataan dengan orang tua
tahun.” kandungnya menjadi putus sama sekali,
Berarti syarat menjadi anak angkat berarti anak yang diangkat tersebut
adalah harus mendapat persetujuan dari mempunyai hak-hak yang sama seperti
anak yang akan diangkat yang sudah anak sah, misalnya persamaan dalam hal
berusia limabelas tahun. Syarat-syarat kekuasaan orang tua, hak mewaris. Hal
lain yang harus dipenuhi dalam menjadi mana semuanya dari orang yang
anak angkat menurut ketentuan Pasal 7 mengangkatnya dan hubungan dengan
ayat (2) Staatsblad 1917 Nomor 129 orang tua aslinya terputus.
adalah : Dalam Pasal 12 ayat (1) Staatsblad
“Dalam adopsi terhadap seorang 1917 Nomor 129 dikatakan bahwa
keluarga, sah atau diluar perkawinan, “dalam hal sepasang suami istri
maka orang yang diadopsi dalam mengangkat seseorang anak laki-lakinya,
hubungan keluarga dengan ayah maka anak tersebut dianggap sebagai
moyang bersama harus berkedudukan lahir dari perkawinan mereka”.
dalam derajat yang sama dalam Seorang anak angkat menurut hukum
keturunan seperti sebelum adopsi dianggap sebagai anak kandung dari
terhadap ayah moyang itu karena orang tua angkatnya. Dengan demikian
kelahirannya.” anak angkat tersebut secara otomatis
Berarti syarat menjadi anak angkat mendapatkan hak-haknya dan
adalah anak yang akan diangkat dalam kewajiban-kewajiban yang tidak beda
keluarga sah atau di luar perkawinan layaknya dengan seorang anak kandung
dalam hubungan keluarganya dengan dari orang tua angkatnya.
ayah moyang bersama berkedudukan Anak angkat menurut staatsblad 1917
dalam derajat yang sama dalam Nomor 129 dapat menjadi ahli waris dari
orang tua angkatnya. Namun staatsblad
167
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

tersebut tidak diatur masalah kewarisan. dan Etty Sofiati, dengan alasan-alasan
Seorang anak angkat menurut hukum sebagai berikut : 4
dianggap sebagia anak yang lahir dari - Bahwa Pemohon adalah Warga
perkawinan orang tua angkatnya atau Negara Republik Indonesia;
anak kandung. Oleh karena itu dapat - Bahwa pemohon sampai saat ini
mempergunakan Pasal 852 KUH Perdata. belum pernah berumah tangga dan
Kedudukan seorang anak angkat sudah berumur;
dalam lapangan hukum kewarisan - Bahwa pemohon telah pula
termasuk ke dalam anggota keluarga memelihara dan merawat anak
golongan pertama. Apabila orang tua bernama : Effi Sophia lahir di Jakarta
angkatnya tersebut tidak mempunyai pada tanggal 13 Desember 2002,
anak kandung dan kedua orang tua yaitu anak pertama dari suami isteri;
angkatnya tersebut meninggal dunia, Fauzan dan Etty Sofiati.
maka anak angkat tersebut dapat - Bahwa orang tua kandung Effi
mewarisi harta peninggalan dari orang Sophia tersebut dari segi ekonomi
tua angkatnya. Mengenai penggantian, tidak mampu untuk menghidupi dan
kedudukan seorang anak angkat tidaklah merawat anak tersebut diatas;
berbeda dengan kedudukan seorang - Bahwa setelah penyerahan tersebut
anak kandung. Sedangkan jika dilihat dari maka hak-hak dan kewajiban
hubungan antara anak angkat dengan terhadap anak yang bernama Effi
orang tua kandungnya , maka akibat Sophia lahir di Jakarta pada tanggal
adanya pengangkatan anak adalah 13 Desember 2002, yaitu anak
terputusnya hubungan kewarisan antara pertama dari suami isteri; Fauzan
si anak angkat dengan orang tua dan Etty Sofiati, adalah menjadi
kandungnya atau saudaranya. Hal ini tanggungjawab pemohon;
sebagai akibat dari masuknya si anak - Bahwa oleh karena Pemohon adalah
angkat ke dalam keluarga dari orang tua Orang yang mampu dan mempunyai
angkatnya. penghasilan yang cukup, maka
Salah satu contoh kasus dalam sudah tepatlah apabila pemohon
Penetapan Pengadilan mengenai ditetapkan sebagai orang tua yang
Pengangkatan anak, yaitu : Kasus pada dapat mengasuh, merawat, dan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor: mendidik untuk masa depan anak
195/Pdt/P/2007/PN.Jkt.Tim. Pemohon tersebut;
adalah Hadidjah Sulistia, umur 52 tahun, - Bahwa saat ini pemohon ingin
pekerjaan Manager Marketing pada kepastian hukum tentang
sebuah perusahaan swasta, bertempat pengangkatan anak tersebut;
tinggal di jalan Warung Asem RT.012 Maka berdasarkan hal-hal tersebut,
RW.04 Kelurahan Rawabunga, Pemohon mohon kepada Bapak Ketua /
Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Pemohon memohon penetapan berkenan untuk memberikan penetapan
pengangkatan terhadap seorang anak sebagai berikut:
yang bernama Effi Sophia, lahir di Jakarta 1) Mengabulkan permohonan
pada tanggal 13 Desember 2002, yaitu Pemohon.
anak pertama dari suami isteri; Fauzan
4
Pengadilan Negeri Jakarta Timur,
PenetapanNomor 195/Pdt/P/2007/PN.Jkt.Tim.
atas pemohon Hadidjah Sulistia

168
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

2) Menyatakan sah secara hukum untuk menyatakan Pasal 5 sampai Pasal


pengangkatan anak yang 15 Staasblad 1917 nomor 129 yang
dilakukan oleh Pemohon mengatur tentang pengangkatan anak
(Hadidjah Sulistia) pada tanggal 9 tidak berlaku lagi karena bertentangan
april 2007 terhadap seorang anak dengan Undang-Undang Dasar 1945.
yang bernama Effi Sophia lahir di Dengan tidak berlakunya staasblad
Jakarta pada tanggal 13 1917 Nomor 129, maka diperbolehkan
Desember 2002, yaitu anak mengangkat anak perempuan menjadi
pertama dari suami isteri; Fauzan anak angkat karena anak perempuan
dan Etty Sofiati; mempunyai hak untuk mendapatkan
3) Menetapkan biaya menurut masa depan dan kehidupan yang lebih
hukum; baik. Staatsblad 1917 Nomor 129 yang
Pengadilan Negeri Menetapkan menjadi dasar hukum pengangkatan anak
sebagai berikut; merupakan produk hukum pemerintah
1) Mengabulkan permohonan Hindia Belanda. Staatsblad tersebut tidak
Pemohon. dapat dipergunakan.
2) Menyatakan sah secara hukum Pertama, Karena setelah Indonesia
pengangkatan anak yang merdeka sudah tidak ada lagi
dilakukan oleh Pemohon penggolongan-penggolongan penduduk
(Hadidjah Sulistia) pada tanggal 9 yang diatur dalam Pasal 163 Indische
april 2007 terhadap seorang anak Staatsregeling dan 131 Staasregeling.
yang bernama Effi Sophia lahir di Kedua, ketentuan dalam staatsblad
Jakarta pada tanggal 13 1917 Nomor 129 bersifat diskriminasi.
Desember 2002, yaitu anak Beberapa ketentuan yang diatur dalam
pertama dari suami isteri; Fauzan staatsblad 1917 Nomor 129 yang bersifat
dan Etty Sofiati; diskriminasi yaitu;
3) Menetapkan biaya menurut 1) Berdasarkan Pasal 5 ditentukan
hukum; bahwa hanya anak laki-laki saja yang
Dari kasus diatas dapat boleh diadopsi;
disimpulkan dimana dalam pertimbangan 2) Berdasarkan Pasal 6 dikatakan
hukumnya, hakim memutuskan bahwa bahwa yang boleh diangkat sebagai
tidak lagi memperhatikan staatsblad anak hanyalah orang Tionghoa laki-
1917 Nomor 129 untuk pengangkatan laki yang tidak kawin dan tidak
anak bagi WNI Keturunan maupun WNI mempunyai anak, yang belum
asli. Hal ini karena staatsblad 1917 diangkat oleh orang lain.
Nomor 129 merupakan pelaksanaan dari Sejalan dengan perkembangan hukum
politik kolonial dalam hukum, yaitu Pasal yang menghendaki agar Warga negara
163 Indische Staatsregeling. Secara Indonesia yang satu dan Integral, tanpa
yuridis formal staatsblad 1917 Nomor diskriminasi dan bukan warga negara
129 belum dicabut dan masih berlaku. Indonesia sebagai lanjutan dari Pasal 163
Dalam perkara pengangkatan ini, Hakim Indische Staatsregeling, maka keturunan
menggunakan Undang-Undang Dasar Tionghoa tidak lagi terikat staasblad
1945 dan Pasal I Aturan Peralihan 1917 Nomor 129.
Undang-Undang Dasar 1945 serta Surat Berdasarkan hal tersebut, maka
Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor pengangkatan anak tidak hanya terbatas
6 Tahun 1983 (tentang pengesahan pada anak laki-laki saja, melainkan juga
orang tua tunggal (lajang) untuk dapat dilakukan terhadap anak
mengadopsi anak) sebagai batu penguji perempuan. Sehingga antara laki-laki dan
169
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

perempuan mempunyai persamaan hak. orang tua angkat yang berurusan. Beliau
Asas persamaan hak ini telah dianut pula juga mengakui kepastian hukum mana
dalam resolusi Seminar Hukum Nasional yang sekarang paling benar masih jadi
1963 dalam resolusi tersebut persoalan, meskipun, dalam hukum
dicantumkan agar mengindahkan Perdata (barat), hak anak angkat sama
keseimbangan pembagian antara pria dengan anak kandung. 6
dan wanita dalam hukum waris dan Pertimbangan hukum Pengadilan di
masyarakat yang bersifat parental. Indonesia dalam hal pengangkatan anak
Pengangkatan anak perempuan telah sekarang ini berfokus demi kepentingan
diperkenankan, meskipun dalam Pasal 6 kesejahteraan anak. Pada mulanya
dari Staatsblad 1917 Nomor 129 secara pengangkatan anak dilakukan semata-
jelas dikatakan bahwa anak laki- laki saja mata untuk melanjutkan dan
yang boleh diangkat menjadi anak. mempertahankan garis keturunan dalam
Sumber-sumber hukum pengangkatan suatu keluarga yang tidak mempunyai
anak, yang berlaku di Indonesia baik anak kandung, tetapi dalam
hukum Barat (Perdata), Hukum Adat, perkembangan selanjutnya, tujuan
maupun hukum Islam masih belum pengangkatan anak telah berubah
seragam sehingga menyebabkan masalah menjadi demi kesejahteraan anak. 7
bagi orang yang akan mengangkat anak Dalam Penetapan Putusan Pengadilan
karena dengan tidak jelasnya hukum Negeri Jakarta Timur Nomor
mana yang akan dipakai, maka 195/Pdt/P/2007/PN.Jkt.Tim. tersebut
kedudukan anak dan hak mewaris anak hakim mengabulkan permohonan
angkat juga menjadi tidak jelas. pemohon dengan beberapa
Saat pengangkatan anak ada banyak pertimbangan. Pertama, bahwa
hal yang harus diwaspadai oleh yang pemohon telah merawat, mendidik, dan
mengangkatnya. Hal yang sering muncul membesarkan anak tersebut dengan
dalam pengangkatan anak adalah penuh kasih sayang seperti anak sendiri.
masalah hukum. Banyak orang yang Kedua, bahwa orang tua kandung dari
mengangkat anak menyepelekan anak tersebut telah menyerahkan kepada
prosedur hukum karena merepotkan, pemohon dan menyatakan bahwa masa
mereka berpikir dengan uang dan kasih depan anaknya lebih terjamin bersama
sayang terhadap anak angkat akan hidup pemohon. Ketiga, Pemerintah Republik
terjamin, padahal prosedur yang sah Indonesia sedang giat-giatnya
akan mengamankan masa depan si anak.5 melaksanakan proyek kemanusiaan
Vonny Reyneta, menjelaskan prosedur antara lain melalui gerakan orang tua
hukum sangat penting bagi kejelasan asuh dan terhadap pengangkatan anak
status anak mengacu pada Surat Edaran juga menjadi perhatian. Jadi
Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 6 pengangkatan anak disini adalah demi
Tahun 1983. SEMA ini juga mengsahkan kepentingan kesejahteraan anak. Dalam
keberadaan orang tua tunggal (lajang) penetapan ini tidak diperhatikan
untuk mengadopsi anak, tetapi harus Staatsblad 1917 Nomor 129 karena
memenuhi syarat yang berlaku. Tanpa pemohon adalah wanita yang belum
kepastian hukum status anak menjadi menikah.
rentan, karena hanya sebatas dia dengan
6
Vonny Reyneta,”Jangan Abaikan Hukum”
5
“Adopsi Anak Tak cukup Hanya Nurani”, Majalah Femina (16-22 Mei 2002), hlm 77-78.
7
Majalah Femina, (16-22 Mei 2002), hlm.77 Ibid, hlm.27-28

170
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

Pengangkatan anak dengan tujuan demi ksejahteraan dan masa depan yang
demi kesejahteraan anak, terdapat di lebih baik dari anak yang akan diangkat,
dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-undang tanpa membedakan anak laki-laki atau
Nomor 4 Tahun 1979 tentang perempuan.
kesejahteraan anak (Lembaran Negara Ketentuan lain yang berhubungan
Republik Indonesia Nomor 3143) dengan pengangkatan anak adalah
disebutkan : “ Pengangkatan anak mengenai bagaimana hubungan si anak
menurut adat dan kebiasaan angkat dengan orang tua kandungnya.
dilaksanakan dengan mengutamakan Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor
kepentingan dan kesejateraan anak”. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Sedangkan dalam Pasal 2 Peraturan Anak dikatakan, bahwa pengangkatan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor anak tidak memutus darah anak yang
54 tahun 2007 disebutkan : diangkat dengan orang tua kandungnya.8
“Pengangkatan anak bertujuan untuk Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik
kepentingan terbaik bagi anak dalam Indonesia Nomor 54 tahun 2007 tentang
rangka mewujudkan kesejahteraan anak Pengangkatan Anak, mengatakan
dan perlindungan anak, yang Pengangkatan anak tidak memutus
dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan hubungan darah antara anak yang
setempat dan ketentuan perundang- diangkat dengan orang tua kandungnya.
undangan”. Undang-undang juga mewajibkan orang
Namun demikian bila dilihat tua angkat untuk memberitahukan
Penetapan Negeri Jakarta Timur Nomor tentang asal usul si anak dan orang tua
195/Pdt/P/2007/PN.Jkt.Tim. masih kandungnya sebagaimana dinyatakan
diperhatikan Staatsblad 1917 nomor 129, dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-undang
hakim mengabulkan permohonan Nomor 23 tahun 2002 tentang
pemohon dengan alasan belum Perlindungan Anak dan Pasal 6 ayat (1)
dikaruniai anak. Pertimbangan lain juga Peraturan Pemerintah Republik
demi kepentingan si anak agar Indonesia Nomor 54 tahun 2007 tentang
kehidupannya lebih terjamin. Dengan Pengangkatan anak. Berbeda dengan
demikian ada dua alasan yang di jadikan pasal 39 ayat (3) Undang-undang Nomor
dasar untuk pengangkatan anak. Pertama 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
demi untuk meneruskan keturunan, Anak, pelanggaran terhadap pasal 39
kedua untuk kesejahteraan anak itu ayat (2) Undang-undang Nomor 23 tahun
sendiri. 2002 tentang Perlindungan Anak
Dengan demikian hakim dalam dikatagorikan sebagai tindak pidana.
pertimbangannya melihat hukum adat Artinya, setiap orang tua angkat yang
orang yang mengangkat anak demi memutuskan hubungan darah antara si
kesejahteraan anak tersebut.27 Berarti anak dengan orang tua kandungnya,
pengangkatan ini dilakukan sesuai berarti juga menghilangkan segala
dengan hukum adat orang yang hubungan hukum antara keduanya, telah
mengangkat anak tersebut. melakukan perbuatan kriminal. 9
Pengangkatan anak yang dilakukan untuk Dalam Pasal 79 Undang-undang
meneruskan keturunan laki-laki dan Nomor 23 tahun 2002 tentang
meneruskan nama keluarga dari pihak
laki-laki (seperti yang terdapat dalam
8
Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 Staatsblad 1917 Amr/Apr, hati-hati, adopsi bisa buat orang tua
Nomor 129) tidak diperhatikan lagi angkat jadi “anak asuh” sipir,
http://www.hukumonline.com, 23 februari 2008
karena pengangkatan anak bertujuan 9
Ibid.
171
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

Perlindungan Anak dinyatakan bahwa baru akan berlaku setelah si pewaris


setiap orang yang melakukan meninggal dunia. Keinginan terakhir ini,
pengangkatan anak yang bertentangan lazimnya diucapkan pada waktu si
dengan ketentuan peraturan yang peninggal warisan sudah sakit keras serta
berlaku dipidana dengan pidana penjara tidak dapat diharapkan dapat sembuh
paling lama lima tahun dan/ atau denda lagi, bahkan kadang-kadang dilakukan
paling banyak 100 juta. Hal yang sama pada saat sebelum si pewaris
juga berlaku terhadap pelanggaran Pasal menghembuskan nafas yang terakhir.
39 ayat (1) dan ayat (4). Dengan Mengucapkan kemauan terakhir ini,
demikian, para orang tua angkat dengan biasanya dilakukan dihadapan anggota
maksud baik sekalipun , tetapi ingin keluarganya yang terdekat dan dipercaya
memutuskan hubungan anak yang oleh sipewaris. Ucapan terakhir tentang
mereka adopsi dengan orang tua keinginannya inilah yang di Jawa barat
kandungnya sebaiknya mulai harus hati- disebut wekason atau welingan, di
hati dalam membuat kesepakatan. Minangkabau disebut umanat, di Aceh
Walaupun, kesepakatan tersebut dibuat disebut peuneusan dan di Tapanuli
antara orang tua angkat dengan orang ngeudeskan.12
tua kandung si anak. Pasalnya, Di kota-kota besar, tidak jarang hibah
pengangkatan anak dilakukan semata- wasiat itu dibuat secara tertulis oleh
mata demi kebaikan sang anak ,bukan seorang Notaris yang khusus diundang
kebaikan orang tua. 10 untuk mendengarkan ucapan terakhir
dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
B. Hak Mewaris Anak Angkat Terhadap Dengan demikian, maka hibah wasiat
Orang Tua Angkatnya memperoleh bentuk testamen Hibah
Pengangkatan anak akan wasiat meliputi sebagian atau seluruhnya
mempengaruhi kedudukan hak mewaris harta kekayaan pewaris akan tetapi tidak
anak angkat terhadap orang tua mengurangi hak mutlak ahli waris lainnya
angkatnya. Pada prinsipnya pewarisan dan dapat dicabut kembali. Hal ini
terhadap anak angkat dikembalikan didasarkan atas putusan Mahkamah
kepada hukum waris orang tua Agung Nomor 62/1962 Pn.Tjn, tanggal 13
angkatnya. Didasarkan pemikiran hukum oktober 1962 dan didasarkan putusan
, orang tua angkat berkewajiban Mahkamah Agung, tanggal 23 Agustus
mengusahakan agar setelah ia meninggal 1960 Nomor 225K/SIP/1960, menyatakan
dunia, anak angkatnya tidak terlantar. hibah wasiat tidak boleh merugikan ahli
Untuk itu biasanya dalam kehidupan waris dari si penghibah. 13
bermasyarakat, anak angkat dapat diberi Kitab Undang-undang Hukum Perdata
sesuatu dari harta peninggalan untuk tidak melarang bagi seseorang untuk
bekal hidup dengan jalan wasiat. 11 menghibahwasiatkan seluruh harta
Hibah wasiat merupakan suatu jalan peninggalannya, tetapi KUHPerdata
bagi pemilik harta kekayaan semasa mengenal asas Ligitime portie yaitu
hidupnya menyatakan keinginan bagian warisan yang sudah di tetapkan
terakhirnya tentang pembagian harta menjadi hak para ahli waris dalam garis
peninggalannya kepada ahli waris, yang lurus dan tidak dapat dihapuskan oleh
10
Ibid.
11 12
R.Soepomo dalam M.Yahya Harahap, Segi-segi Hilman Hadikusuma, Op Cit, hlm.58
13
Hukum Perjanjian,Alumni, Bandung, 1986, Hilman Hadikusuma, Op Cit, hlm.120.
hlm.97-98

172
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

yang meninggalkan warisan. Hal ini


ditegaskan dalam Pasal 913-929 PENUTUP
KUHPerdata. Didasarkan Pasal 916 (a) A. Kesimpulan
KUHPerdata, pewaris hanya boleh 1. Masalah pengangkatan anak sebagai
memberikan peninggalannya dengan suatu lembaga hukum yang dibutuhkan
cara, hibah wasiat ataupun tidak hanya seperti yang dimaksud di
pengangkatan sebagai ahli waris dengan Stb. No. 129 tahun 1917 oleh mereka
jumlah yang tidak melebihi Ligitime yang termasuk dalam golongan orang
portie. Pasal 913 KUHPerdata, yang Tionghoa saja, dan tidak hanya untuk
dijamin dengan bagian mutlak atau pengangkatan anak laki-laki saja, tetapi
Ligitime portie itu adalah para ahli waris juga oleh seluruh orang Indonesia atau
dalam garis lurus yaitu anak-anak dan bahkan seluruh umat manusia, tanpa
keturunannya serta orang tua dan membedakan apakah yang akan
leluhurnya ke atas. diangkat itu anak laki-laki atau
Anak angkat dapat mewaris dari orang perempuan.
tua yang mengangkatnya, tetapi yang Proses pengangkatan anak dapat cara
penting tidak merugikan ahli waris lain membuat akta pengangkatan anak
yang ada. Anak angkat yang diangkat dihadapan notaris, disamping itu
dengan secara lisan, tidak dapat mewaris pengangkatan anak dapat dilakukan
dari orang yang mengangkatnya., tetapi dengan dengan cara mengajukan
dapat diberikan hibah wasiat yang tidak permohonan kepada Pengadilan Negeri
menyimpang dari Ligitime portie (bagian untuk memperoleh kepastian hukum
mutlak). Anak angkat yang diangkat terhadap pengangkatan anak tersebut.
dengan Pengadilan Negeri dapat mewaris 2. Hak mewaris anak angkat tidak diatur
dari orang tua angkatnya dengan didalam Kitab Undang-Undang Hukum
ketentuan tergantung daerahnya, karena Perdata, namun demikian khusus bagi
bisa saja tiap daerah itu berbeda dalam Warga Negara Indonesia keturunan
memberikan warisan kepada anak Tionghoa, kedudukan anak angkat
angkat. adalah sama dengan anak sah. Untuk
Menurut hukum pengangkatan anak itu ia berhak mewaris harta warisan
yang melalui adopsi dilakukan dengan orang tua angkatnya menurut undang-
Penetapan Pengadilan. Status anak undang atau mewaris berdasarkan
angkat tersebut sama kedudukannya hukum waris Testamentair apabila ia
dengan anak kandung. Akibat hukumnya mendapatkan testament (Hibah
dalam pembagian harta warisan berlaku Wasiat).
sama dengan anak kandung seperti
tertuang dalam Pasal 852 B. Saran
KUHPerdata.dan berlaku “Ligitime 1. Staatsblad 1917 nomor 129 tentang
portie” (Pasal 913 sampai Pasal 929). pengangkatan anak sudah tidak sesuai
Dalam hak mewaris, anak angkat akan dengan perkembangan yang terjadi di
mendapatkan warisan yang sama dengan dalam masyarakat. Karena itu Undang-
anak kandung. Tetapi bila ia tidak dapat Undang dan Peraturan-peraturan
dikarenakan berlakunya hukum yang Pemerintah yang mengatur
berlaku pada orang tua angkatnya, maka pengangkatan anak sangat dibutuhkan
pewaris dapat memberinya dengan cara agar tidak adanya perbedaan dalam
hibah wasiat (testamen) yang di buat di pengangkatan anak, baik bagi Warga
hadapan Notaris dengan tidak merugikan Negara Indonesia Keturunan maupun
para ahli waris lainnya. Warga Negara Indonesia Asli, serta bagi
173
Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013

anak yang diangkat tidak hanya ada Soimin, Soedharyo., Himpunan Dasar
anak laki-laki saja, tetapi juga bagi anak Hukum Pengankatan Anak, Sinar
perempuan. Grafika, Jakarta, 2000.
2. Mengingat peraturan mengenai hukum Subekti R, Pokok-pokok Hukum Perdata,
waris yang pluralistis, maka diperlukan Intermasa, Jakarta, 1984.
adanya Undang-undang nasional --------------, Hukum Keluarga dan Hukum
tentang hukum waris sehingga adanya Waris, Intermasa, Jakarta, 1990.
kesamaan dalam pembagian hak waris ------------, Kitab Undang – Undang
baik bagi anak sah maupun anak angkat Hukum Perdata, Pradnya Paramita,
yang dapat dijadikan pedoman dalam Jakarta, 1995.
penyelesaian sengketa waris. Sunggono, Bambang., Metodologi
Penelitian Hukum, Raja Grafindo
DAFTAR PUSTAKA Persada, Jakarta,1982.
Budiarto, M., Pengangkatan Anak Suparman, Eman., Intisari Hukum Waris
Ditinjau dari Segi Hukum, Aka Press, Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
Jakarta, 1991. 1995.
Kansil, C.S.T.,.Pengantar Ilmu Hukum dan Sutantio, Retnowulan., Wanita dan
Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Hukum, Alumni, Bandung, 1979.
Jakarta,1989. Zaini, Muderis., Adopsi Suatu Tinjauan
Kusumaatmaja, Mochtar., Pembinaan Hukum dari Tiga Sistem Hukum, Sinar
Hukum dalam rangka pembangunan Grafika, Jakarta, 1999.
nasional, Bina Cipta, Bandung,, 1975.
Mulyadi, Hukum Waris Tanpa Wasiat,
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 2008.
Oemarsalim, Dasar-dasar Hukum Waris
di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
1991.
Perangin, Effendi., Hukum Waris,
Rajagrafindo Persada, Jakarta,
Cetakan ke-1, 1997.
Pittlo, A., Hukum Waris menurut Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata Bld,
terjemahan M.Isa Arief, Intermasa,
Jakarta, 1979.
Rahman, Fatchur., Ilmu Waris, PT. Al-
Ma’arif, Bandung, Cetakan Ke-2, 1981.
Satrio, J., Hukum Keluarga tentang
kedudukan Anak dalam Undang-
Undang, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000.
Soemitro, Ronny Hanitijo., Metode
Penelitian dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1998.
Soeroso, R., Perbandingan Hukum
Perdata, Sinar Grafika, Jakarta,1992.

174

Anda mungkin juga menyukai