OLEH:
Adiansah, S.H
UNIVERSITAS PERTANAHAN
REPUBLIK INDONESIA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Pemikiran
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang Masalah
yang berlaku, yaitu sistem hukum adat, sistem hukum islam, dan sistem hukum
hukum waris barat dapat menggunakan Pengadilan Negeri.1 Atas dasar tersebut
dapat dibuktikan bahwa hukum waris di Indonesia masih bersifat pluralistik dan
ketiga sistem hukum kewarisan tersebut masih berlaku dan diterapkan dalam
individual dan bilateral, artinya setiap ahli waris berhak menuntut pembagian
1
Vanessa dan Stanislaus Atalim, “Penerapan Pemberian Hibah Berdasarkan Pasal 920 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Dilihat dari Asas Legitieme Portie (Studi Kasus :Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2954k/Pdt/2017),’’ Jurnal Hukum Adigama Vol 2 No.
2, 2019 hal. 2.
harta warisan, dan memperoleh bagian yang menjadi haknya, baik harta warisan
dari ayahnya maupun harta warisan dari ibunya. 2Adanya sifat kewarisan yang
diatur dalam Burgerlijk Wetboek (KUH Perdata) menunjukan bahwa hak bagi
Dengan demikian, hal itu dapat diadakan perjanjian untuk tidak melaksanakan
pemisahan atau pembagian harta warisan dengan waktu lamanya 5 (lima) tahun
dan tiap kali jangka waktu itu terlampaui maka akan diperbaharui dalam (Pasal
Sistem hukum adat berbeda dengan sistem hukum perdata barat yang
mana sistem hukum adat ini bersifat individual dan kolektif. Sedangkan sistem
Sistem pewarisan menurut hukum islam tidak mengenal sifat mutlak untuk
berlaku untuk semua golongan penduduk . Namun hukum waris perdata hanya
berlaku untuk: 5
menundukkan diri.
dinyatakan berlaku.
Undang Hukum Perdata. Dalam bidang dan lapangan hukum perdata tentu
memiliki kesamaan sifat dasar, kesamaan tersebut bersifat mengatur serta tidak
ada unsur paksaan. Namun untuk hukum waris perdata barat, meski letaknya
begitu sama di bidang hukum perdata, ternyata ada unsur paksaan didalamnya.
7
Unsur paksaan dalam hukum waris perdata barat ialah adanya ketentuan
kepada ahli waris tertentu dari harta warisan atau ketentuan yang melarang
waris yang mempunyai hak mutlak tersebut, dengan memperhatikan isi Pasal
portie atau bagian mutlak warisan merupakan bagian dan harta benda yang
wajib diberikan kepada para ahli waris dengan catatan garis lurus menurut
Undang-Undang, yang mana orang yang telah meninggal dunia tidak boleh
menetapkan sesuatu, baik itu sebagai wasiat maupun sebagai hibah dengan
dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang dilakukan ketika masih hidup
masih hidup10. Hibah berbeda dengan pewarisan, hibah hanya dapat terjadi saat
Sedangkan pewarisan terjadi apabila seseoang yang telah meninggal dunia dan
Berkaitan dengan hibah yang mana diatur dalam titel X Buku III pasal
8
Anisitus Amanat, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Perdata BW, Cet. 1, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal.1.
9
R. Soesilo & R. Pramudji, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : Burgerlijk Wetboek, Wipress,
Jakarta, 2007, hal. 210.
10
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan Bw, Cet. 4, Refika
Aditama, Bandung, 2014, hal 81.
1666-1693. Hibah di rumuskan sebagai berikut: “Hibah adalah suatu pemberian
harta atau benda dengan mana sipenghibah, diwaktu hidupnya, secara cuma-
cuma dan tidak dapat ditarik kembali, baik harta bergerak maupun tidak
sekarang ini pengaturan hukum waris yang telah berlaku di Indonesia masih
belum mencapai tahap unifikasi hukum, mengingat bahwa sifat hukum waris itu
seorang ahli waris, hibah, dan sebagainya. Dengan adanya pluralisme hukum
ini dapat memberikan kemungkinan bagi para keluarga dalam masyarakat untuk
memilih dan menentukan sendiri sistem hukum apa yang akan mereka gunakan
Sebagai salah satu cara memperoleh hak milik, kewarisan merupakan suatu hal
Adapun kasus yang berkaitan dengan penulisan ini, adalah kasus yang
11
Ibid.
12
Ibid., hal. 5.
terjadi terhadap harta warisan yang ditinggalkan oleh almarhumah nyonya
Emmy Maria Lezana (Lie Emmy Nio) yang di sebut juga Peninggal waris, yang
telah kawin dengan tuan dokter Tjiong Njan Han pada tanggal 3 Mei 1935,
orang anak, yaitu : Tuan Tjiong oen Djien dan Leo Alphons Sadhaka. Selain
mempunyai anak adopsi, anak angkat maupun anak luar nikah yang diakui
secara sah., Almarhumah nyonya Emmy Maria Lezena telah bercerai dengan
tuan dokter Tjiong Njan Han pada tanggal 9 juni 1959, sebagaimana tercatat
dalam akta perceraian yang dikeluarkan oleh pegawai luar biasa Catatan Sipil
dalam akta wasiat Nomor: 11 tertanggal 30 januari 2006, yang dibuat dihadapan
notaris, yang bunyinya sebagai berikut: Saya hibah wasiatkan, kepada anak
saya, yaitu “Leo Alphons Sadhaka, atas sebidang tanah Hak Milik nomor
Wilayah Jakarta Pusat, Kecamatan Gambir, Kelurahan Petojo Utara, seluas 559
m2 (lima ratus lima puluh sembilan meter persegi), sebagaimana ternyata dari
Surat Ukur tertanggal 07-03-1981 (tujuh maret seribu sembilan ratus delapan
puluh satu) nomor : 358/1981 yang sertipikat haknya dikeluarkan oleh Kepala
Kantor Agraria, pada tanggal 17-03-1981 ( tujuh belas maret seribu sembilan
ratus delapan puluh satu), tercatat atas nama : Nyonya Emmy Maria Lezana,
Maria Lezana, dalam hal ini) hanya meng-hibah wasiatkan sebidang tanah hak
milik nomor 842/Petojo Utara, Jakarta Pusat (diketahui sebagai Jalan Semboja
nomor : 14) kepada tuan Leo Alphons Sadhaka saja, sehingga hal tersebut
melanggar bagian mutlak (Legitieme portie) untuk tuan Tjiong Oen Djien,
bagian mutlaknya adalah masing-masing (dua per tiga) dari apa yang
Dari uraian di atas bahwa Tjiong Oen Djien juga salah satu ahli waris
Undang-undang, hal tersebut juga telah sesuai dan diatur dalam Pasal 920 Kitab
Dengan diaturnya pasal 1920 telah terdapat fakta hukum bahwa akta
13
Pasal 920 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
diatas yaitu melanggar bagian mutlak (legitieme portie) untuk tuan Tjiong
Oen Djien , sehingga tuan Tjiong Oen Djien melalui gugatan perkara a quo
Negara Asing yaitu Warga Negara Belanda dengan kata lain bukan Warga
untuk meneliti dan menulis permasalahan tersebut dalam proposal usulan tesis
560/Pdt.G/2015/PN.Sby).”
B. Identifikasi Masalah
legitime portie ?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas dan pasti sehingga
sesuai dengan apa yang akan dikehendaki penulis dan mencapai hasil yang akan
prinsipnya mengungapkan apa yang hendak di capai oleh peneliti sebagai solusi
atas permasalahan yang dihadapi. Adapun tujuan yang akan di capai dalam
D. Kegunaan Penelitian
dapat berguna yang hanya tidak bagi peneliti sendiri, namun juga bagi orang
lain. Adapun Kegunaan yang diharapkan dapat diambil dalam penelitian ini
pihaknya.
E. Kerangka Pemikiran
Agar lebih mudah memahami dan mengerti apa yang di maksud dengan
penulisan ini, maka penting diketahui definisi dan batasan terhadap konsep-
konsep yang terdapat dalam judul tesis ini, di mana kerangka Pemikiran ini
1. Hukum waris
2. Pewaris
14
Effendi Peragin, Hukum Waris, Cet, Kharisma Putra Utama, Raja Grafindo, Jakarta,2005, hal. 3.
Adalah orang yang memberi pusaka yakni orang yang meninggal dunia
wasiat.15
3. Mewarisi
pewarisnya.16
4. Ahli waris
5. Harta warisan
6. Hibah
15
Amal Hayati, Rizki Muhammad Aris dan Zuhdi Hasibuan, Hukum Waris, Cet, 1, Muhaji Medan,
2015, hal. 4.
16
W.J.S Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembina Bahasa Indonesia, Jakarta,
1982, hal. 1148.
17
Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat Pewarisan Menurut
Undang-Undang, Prenada Media Grup Kerjasama dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum
Indonesia,2005, hal. 11.
Undang-Undang tidak mengakui lain-lain hibah selain hibah-hibah di
7. Surat wasiat
Surat wasiat adalah suatu akta yang memuat pernyataan tertulis yang sah
Adalah suatu bagian mutlak para ahli waris dari harta peninggalan yang
menurut undang-undang. 20
9. Pemasukan (inbreng)
yang telah diterimanya dari pewaris dalam bentuk hibah, khususnya bagi
Adalah suatu tuntutan dari ahli waris yang legitimaris untuk menutut
18
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Diterjemahkan oleh R. Subekti, R.
Tjitrosudibio, Cet, 31, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001, Ps. 1666.
19
Mulyadi, Hukum Waris Dengan Adanya Surat Wasiat, Cet, 1, Universitas Diponogoro, Semarang,
2011, hal. 3.
20
Effendi Perangin, Op.Cit., hal. 57.
pengurangan atau pemotongan terhadap pemberian hibah semasa
hidupnya pewaris atau yang diberi dengan wasiat supaya bagian mutlak
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
yuridis normatif yaitu tipe penelitian yang akan dilakukan dengan cara
terhadap bahan atau data hukum primer dan sekunder, dengan catatan bahan
dan data itu mengandung kaidah-kaidah hukum. Oleh karena itu penelitian ini
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Kasus.
undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang akan
Undang ini dapat membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari dan
putusan pengadilan.
22
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,
jakarta, 2010, hal. 32.
surat kabar, media internet dan sumber lainnya yang memiliki korelasi
F. Sistematika Peemikiran
berikut:
BAB I. Pendahuluan, Pada bab ini diuraikan segala hal yang umum dalam
sebuah karya ilmiah yang merupakan pengantar dimana didalamnya terdiri dari
Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Sistematika Penulisan.
Terhadap Pelaksanaan Hibah dan Wasiat, pada bab ini penulis menerangkan
KUHPerdata, sumber dan batasan harta warisan, ahli waris dalam KUHPerdata,
bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dari pokok permasalahan
BAB V. Penutup, Pada bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan
dari keseluruhan uraian yang telah dibuat di dalam bab-bab sebelumnya, dan
kemudian menyajikan saran yang kemungkinan berguna bagi pembaca tesis ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Hayati, Amal; Rizki Muhammad Aris; Zuhdi Hasibuan. Hukum Waris. Cetakan
Pertama. Muhaji Medan, Medan, 2015.
Sjarif, Surini Ahlan, dan Nurul Elmiyah. Hukum Kewarisan Perdata Barat
Pewarisan Menurut Undang-Undang. Prenada Media Grup Kerjasama
Dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Indonesia, 2005.
Suparman, Eman. Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan
Bw. Cetakan Keempat. Refika Aditama, Bandung, 2014 .
B. JURNAL/MAJALAH ILMIAH
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Weboek).