Anda di halaman 1dari 18

183 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM


PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HUKUM ADAT DAN HUKUM PERDATA
(ANALISIS KOMPARATIF)

Muhammad Rais
Hakim Pengadilan Agama Sintang, Kalimantan Barat
Email : daeng_ice@yahoo.co.id.

Abstract: This paper aims to compare the three sistems of law on the status of adopted
children by using normative juridical approach. It concluded that the position of adopted
children in the sistem of Islamic law does not sever the relationship between the adopted
child and his biological parents then adopted children do not become the heir of his
adoptive father except through wajibah testament. The amount of inheritance is not more
than 1/3. Positive law stipulates that adopted children have equal position with
biological children of foster parents so that the adopted child becomes heir adoptive
parents for adoption severed all civil relationship between the child and biological
parents. While in traditional law, the position of adoptive children depends on the
laws in force in a customs area because some areas in Indonesia is different in
determining position an adopted child.

Abstrak: Tulisan ini berupaya membandingkan tiga sistem hukum mengenai kedudukan
anak angkat. Dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif, disimpulkan bahwa
kedudukan anak angkat dalam sistem hukum Islam tidak memutuskan hubungan darah
antara anak yang diangkat dan orang tua kandungnya sehingga anak angkat
tidak menjadi ahli waris dari ayah angkatnya terkecuali melalui jalur
wasiat wajibah yang jumlahnya tidak lebih dari 1/3 bagian. Dalam hukum
positif ditetapkan bahwa anak angkat memperoleh kedudukan sama sebagai anak
kandung dari bapak angkat sehingga anak angkat menjadi ahli waris orang tua angkat
karena pengangkatan anak, terputus segala hubungan perdata yang berpangkal pada
keturunan karena kelahiran (antara anak dengan orang tua kandung). Sedangkan dalam
hukum adat kedudukan anak angkat tergantung pada daerah hukumnya, karena
beberapa daerah adat di Indonesia berbeda dalam menentukan kedudukan anak
angkat.

Kata Kunci : Anak Angkat, Hukum Islam, Adat, dan BW

I. PENDAHULUAN mewarisinya serta menjadi pelengkap


Secara naluri insani, setiap kebahagian dalam rumah tangga.
pasangan suami isteri berkeinginan Bagi rumah tangga yang
untuk mempunyai anak, demi tidak dikaruniai anak, untuk
menyambung keturunan dan memperoleh anak, berbagai cara
184 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

dilakukan, seperti mengadopsi/ pendidikan dari orang tua asli kepada


mengangkat anak orang lain, baik dari orang tua angkat.3
anak keluarganya, anak orang lain, Konsepsi pengangkatan anak
untuk menjadi anak angkatnya. dalam hukum adat bervariasi, sesuai
Kebiasaan mengadopsi dengan wilayah adatnya masing-
anak/mengangkat anak orang lain masing, demikian pula istilah yang
sebagai anak di dalam bahasa Arab digunakan serta akibat hukum
disebut istilah ³Tabanni´ sementara pengangkatan anak menurut hukum
konsepsi pengangkatan anak dalam adat bersifat variatif, artinya di suatu
Staatsblad 1917-129 dikenal dengan daerah mungkin berlainan dengan
istilah adopsi, yang berasal dari kata hukum adat di daerah lainnya
adoptie dalam bahasa Belanda, atau Secara historis, pengaturan
adoption dalam bahasa Inggris, yang pengangkatan anak dalam peraturan
dalam Kamus Bahasa Indonesia perundang-undangan di Indonesia
disebutkan, bahwa adopsi adalah berjalan terseok-seok. Realita
"Pengambilan (pengangkatan) anak masyarakat yang majemuk (bhinneka)
orang lain secara sah menjadi anak dan adanya beberapa sistem hukum
sendiri.1 merupakan suatu rintangan sekaligus
Tradisi memelihara atau tantangan dalam sistem pengembangan
mengasuh anak saudara dekat atau hukum di Indonesia, sehingga sulit
jauh atau anak orang lain, biasanya untuk mendapatkan sistem hukum
dari orang tua yang tidak mampu, tunggal dan terpadu, termasuk
sudah sering dilakukan di Indonesia menyusun aturan tentang
dengan berbagai sebutan. pengangkatan anak ini.
Sungguhpun demikian, pengangkatan Kenyataan adanya beberapa
anak seperti yang berlaku dalam sistem hukum di Indonesia yang
tradisi Barat di mana status anak menimbulkan cara pandang yang
berubah menjadi seperti anak berbeda dalam melihat suatu obyek,
kandung dan mendapat hak dan menjadikan makalah ini menarik
kewajiban sebagai anak kandung melihat bagaimana sistem hukum
tidak dibenarkan menurut hukum Islam Islam, BW dan hukum adat dalam
yang dianut oleh mayoritas memposisikan anak angkat dalam
masyarakat Indonesia. 2 keluarga yang mengangkatnya.
Pengangkatan anak versi hukum Di samping itu perbandingan
Islam sebenarnya merupakan hukum hukum dilakukan untuk memenuhi
hadhanah yang diperluas dan sama kebutuhan. Dalam hal ini Soeroso
sekali tidak mengubah hubungan mengutip Soenarjati (1986: 4 dan
hukum, nasab dan mahram antara anak seterusnya) mengatakan bahwa Kalau
angkat dengan orang tua dan keluarga orang itu berbuat sesuatu tentu
asalnya. Perubahan yang terjadi hanya disebabkan karena adanya suatu
perpindahan tanggung jawab kebutuhan entah yang bersifat
pemeliharaan, pengawasan dan rohani maupun yang bersifat
185 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

jasmaniah.4 angkat tidak dapat menggunakan


Demikian pula dalam hal nama ayah angkatnya, seperti
perbandingan hukum, orang melakukan dijelaskan dalam Surah al-Ahzab ayat
Perbandingan Hukum karena adanya 4 dan 5. Kedua, antara ayah angkat
kebutuhan. Kebutuhan itu terdiri atas dengan anak angkat, ibu angkat dan
kebutuhan ilmiah dan kebutuhan saudara angkat tidak mempunyai
praktis. Terkait dengan kebutuhan hubungan darah. Mereka dapat tinggal
ilmiah maka Perbandingan Hukum5 serumah, tetapi harus menjaga
mengarah pada beberapa hal, yaitu: ketentuan mahram, dalam hukum
1. Menunjukkan adanya titik-titik Islam, antara lain tidak dibolehkan
persamaan dengan titik-titik melihat 'aurat, berkhalwat, ayah atau
perbedaan daripada berbagai saudara angkat tidak menjadi wali
sistem hukum yang perkawinan untuk anak angkat
diperbandingkan. perempuan, dan lain-lain. Ketiga, di
2. Menunjukkan bahwa terhadap antara mereka tidak saling
masalah yang sama, dapat mewarisi.
dicapai penyelesaian (problem Dalam hukum Islam,
solving) yang berbeda-beda. pengangkatan anak tidak membawa
3. Akan tetapi kadang-kadang akibat hukum dalam hal hubungan
masyarakat yang berbeda dan darah, hubungan wali-mewali dan
berjauhan letaknya dapat hubungan waris mewaris dengan
menyelesaikan kebutuhan yang orang tua angkat. Ia tetap menjadi
sama dengan cara yang sama ahli waris dari orang tua kandungnya
pula, walaupun antara anggota dan anak tersebut tetap memakai
masyarakatnya tidak tampak nama dari ayah kandungnya.
adanya hubungan kebudayaan Demikian halnya tentang
apapun. implikasi adanya pengangkatan
Namun yang pasti kajian anak sangat berbeda antara konsep
perbandingan hukum ini akan hukum barat/BW dan Islam.
menambah wawasan dan Bagaimana pandangan hukum
cakrawala pemahaman khususnya Islam/lembaga peradilan Islam
tentang pengangkatan anak di dalam hal kewarisan anak angkat
Indonesia. tentunya akan jauh berbeda dengan
ketentuan yang ada di peradilan
II. PEMBAHASAN umum.
Menurut ulama fiqh, dalam
A. Anak Angkat dalam Pandangan Islam ada tiga faktor yang
Hukum Islam menyebabkan seseorang saling
Dalam pandangan hukum mewarisi, yaitu karena hubungan
Islam ada beberapa hal yang perlu kekerabatan atau keturunan (al-
diperhatikan dalam penetapan anak garabah), karena hasil perkawinan
angkat tersebut. Pertama, dalam yang sah (al-mushaharah), dan
pandangan hukum Islam anak
186 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

karena faktor hubungan perwalian yang diberi status sebagai anak


antara hamba sahaya dan wali yang kandung sendiri. Pengangkatan
memerdekakannya atau karena faktor anak menurut agama Islam
saling tolong menolong antara ditekankan kepada segi
seseorang dengan orang yang kecintaan, pemberian nafkah,
diwarisinya semasa hidupnya. Anak pendidikan dan memenuhi
angkat tidak termasuk dalam tiga segala kebutuhannya.
kategori tersebut di atas dalam arti 2. Dari segi misi keadilan sosial.
bukan satu kerabat atau satu keturunan Dari segi misi keadilan
dengan orang tua angkatnya, bukan pula sosial dalam Islam, maka
lahir atas perkawinan yang sah dan orang sesuai dengan syariat Islam
tua angkatnya, dan bukan pula karena pengangkatan anak membuka
hubungan perwalian. Oleh karena itu kesempatan kepada si kaya
antara dirinya dan orang tua untuk beramal melalui wasiat
angkatnya tidak berhak saling dan memberikan hak kepadanya
mewarisi satu sama lain. Jika ia akan untuk mewasiatkan sebagian dari
mewarisi, maka hak waris mewarisi harta peninggalannya kepada
hanya berlaku antara dirinya dan anak angkatnya untuk menutupi
orang tua kandungnya secara timbal kebutuhannya di hari depan,
balik.6 sehingga tidak kacau
Mengapa Islam begitu tegas penghidupan dan pendidikannya
mengatur masalah anak angkat? Salah tidak akan terlantar.
satunya adalah untuk menjaga hak 3. Dari segi budi pekerti dan sosial.
waris dari para ahli waris agar jatuh Dari segi budi pekerti
pada tangan yang berhak. Dalam Islam, dan sosial, maka orang yang
anak asuh atau angkat tidak berhak melakukan adopsi berarti
mendapat harta waris. namun demikian melakukan perbuatan yang
hukum Islam tidak sama sekali sangat baik dan sangat sesuai
menutup peluang anak angkat untuk dengan ajaran Islam. Sudah
mendapatkan bagian harta dari orang barang tentu hal ini berlaku
tua ngkatnya, yaitu anak angkat bagi orang yang mengambil
berhak mendapat wasiat wajibah anak dengan tujuan
yang jumlahnya tidak lebih dari memeliharanya secara baik-baik,
1/3 bagian (vide Pasal 209 KHI) penuh kasih sayang, sebab yang
Selanjutnya mengenai mengambil anak angkat tersebut
pengangkatan anak hukum agama kebanyakan orang yang tidak
Islam dapat ditinjau dari berbagai diberi keturunan oleh Allah
segi:7 SWT.
1. Dari segi arti adopsi. 4. Dari segi ajaran Islam.
Dari segi arti, adopsi Di samping itu Agama
dalam agama Islam tidak Islam memang mengajarkan
mengenal pengangkatan anak agar umat manusia saling
187 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

tolong-menolong sesamanya. c. Supaya diusahakan adanya


Bagi yang mampu harus penyatuan istilah pengangkatan
membantu yang tidak mampu. anak dengan meniadakan
Orang Islam harus berhati istilah-istilah lain.
sosial menolong dan d. Pengangkatan anak jangan
memelihara anakanak atau memutuskan hubungan antara
bayi-bayi terlantar yang orang anak yang diangkat dengan
tuanya tidak mampu. orang tua kandungnya.
5. Dari segi realitas. e. Hubungan kekayaan atau
Dilihat dari segi realitas, kehartabendaan antara anak
sebagai proses perkembangan yang diangkat dengan orang tua
zaman, maka hukum Islam pun yang mengangkat dianjurkan
selalu berkembang. Sehubungan agar dalam hubungan hibah
dengan pengertian pengangkatan dan wasiat.
anak dalam arti luas, hukum f. Pengangkatan anak yang
Islam mengembangkan pula terdapat dalam hukum adat
mengenai masalah pengangkatan hendaknya diusahakan agar
anak yaitu adanya pandangan tidak bertentangan dengan
hukum Islam yang diterapkan di hukum Islam.
Indonesia. Hal ini terlihat dari g. Pengangkatan anak oleh
hasil rumusan Tim Pengkajian warga negara asing supaya
Bidang Hukum Islam pada diadakan pembatasan yang
Pembinaan Hukum Nasional lebih ketat.
dalam Seminar Pengkajian h. Tidak dapat dibenarkannya
Hukum 1980/1981 di Jakarta pengangkatan orang yang
yang pernah mengusulkan agamanya berlainan.
pokok-pokok pikiran sebagai
bahan Rancangan Undang- Dalam hukum Islam,
Undang tentang anak angkat pengangkatan anak tidak
yang dipandang dari sudut membawa akibat hukum dalam hal
hukum Islam. Pokok Pikiran hubungan darah, hubungan wali-
tersebut adalah:8 mewali dan hubungan waris
a. Hukum Islam tidak melarang mewaris dengan orang tua angkat.
adanya lembaga adopsi, la tetap menjadi ahli waris dari
bahkan membenarkan dan orang tua kandungnya dan anak
menganjurkan demi untuk tersebut tetap memakai nama dari
kesejahteraan anak dan ayah kandungnya. 9 .
kebahagiaan orang tua. Menurut hukum Islam
b. Perlu dibuat pengaturan pengangkatan anak hanya dapat
perundang-undangan dibenarkan apabila memenuhi
tentang pengangkatan anak ketentuan-ketentuan sebagai
yang memadai. berikut:
188 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

- tidak memutuskan hubungan dari para ahli waris dan kesepakatan


darah antara anak yang diangkat tersebut dibuat dan dicatat di depan
dengan orang tua biologis dan notaris, hal ini juga sejalan dengan
keluarga. bunyi pasal 183 KHI yang berbunyi:
1. Anak angkat tidak Para ahli waris dapat sepakat
berkedudukan sebagai pewaris melakukan perdamaian dalam
dari orang tua angkat, pembagian harta warisan,
melainkan tetap sebagai setelah masing-masing
pewaris dari orang tua menyadari bagiannya.
kandungnya, demikian juga orang
tua angkat tidak berkedudukan Menurut hukum Islam anak
sebagai pewaris dari anak angkat tidak diakui untuk dijadikan
angkatnya. sebagai dasar dan sebab mewaris,
2. Anak angkat tidak boleh karena prinsip pokok dalam
mempergunakan nama orang tua kewarisan adalah hubungan darah
angkatnya secara langsung atau arhaam. 11
kecuali sekadar sebagai tanda
pengenal/alamat. B. Anak Angkat dalam Pandangan
3. Orang tua angkat tidak dapat BW
bertindak sebagai wali dalam Menurut pasal 14 Stb. 1917
perkawinan terhadap anak No. 129, pengangkatan anak memberi
angkatnya. 10 akibat bahwa status anak yang
bersangkutan berubah menjadi seperti
Pada prinsipnya dalam hukum seorang anak sah. Hubungan
Islam, hal pokok dalam kewarisan keperdataan dengan orang tua
adalah adanya hubungan darah atau kandungnya menjadi putus sama
arhaam. Namun anak angkat dapat sekali.
mewaris dengan jalan wasiat wajibah Dalam Staatblaad 1917 No.
sesuai dengan ketentuan Pasal 209 129, akibat hukum dari
Kompilasi Hukum Islam bahwa pengangkatan anak adalah anak
seorang anak angkat berhak 1/3 tersebut secara hukum
(sepertiga) bagian dari Harta memperoleh nama dari bapak
Peninggalan orangtua angkatnya angkat, dijadikan sebagai anak
sebagai suatu wasiat wajibah. yang dilahirkan dari perkawinan
Terkait dengan masalah wasiat orang tua angkat dan menjadi ahli
wajibah atau hibah yang diberikan waris orang tua angkat. Artinya,
kepada anak angkat yang besarannya akibat pengangkatan tersebut maka
maksimal 1/3 bagian sebenarnya orang terputus segala hubungan perdata,
tua angkat dengan para ahli warisnya yang berpangkal pada keturunan
bisa saja memberikan kepada anak karena kelahiran, yaitu antara
angkat tersebut berupa harta melebihi orang tua kandung dan anak
1/3 bagian asalkan ada kesepakatan tersebut. 12
189 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

Sebagai akibat hukum Dalam pandangan hukum barat


pengangkatan anak yang diatur dalam dijelaskan siapa yang boleh mengadopsi
Staatblaad. 1927 No. 129, maka anak dan boleh di adopsi.
angkat secara hukum memperoleh nama Siapa yang boleh mengadopsi
dari bapak angkat (ps. 11) anak angkat diatur dalam Stb 1917 No. 129 pasal
dijadikan sebagai anak yang dilahirkan 5 ayat (1) yang menyebutkan bahwa
dari perkawinan orang tua angkat (ps. seorang laki-laki beristeri atau pernah
12 ayat (1), anak angkat menjadi ahli beristeri tak mempunyai anak laki-
waris orang tua angkat; karena laki yang sah dalam garis laki-laki
pengangkatan anak, terputus segala baik keturunan karena kelahiran
hubungan perdata yang berpangkal maupun keturunan karena
pada keturunan karena kelahiran pengangkatan, boleh mengangkat
(antara anak dengan orang tua seorang anak laki-laki sebagai
kandung). 13 anaknya.
KUHPerdata atau BW tidak Pada ayat 2 disebutkan,
mengenal masalah adopsi yang diatur bahwa pengangkatan anak yang
dalam BW adalah adopsi atau demikian harus dilakukan oleh
pengangkatan anak di luar kawin yakni seorang laki-laki tersebut, bersama-
dalam BW buku I bab XII bagian ke III sama dengan isterinya atau jika
pasal 280 sampai dengan 290. dilakukannya setelah perkawinannya
Ketentuan ini boleh dikatakan tidak dibubarkan oleh dia sendiri. Sedang
ada hubungannya sama sekali dengan - ayat 3 menyatakan, apabila kepada
adopsi karena KUHPerdata tidak seorang perempuan janda yang tidak
mengenal adopsi maka bagi orang- telah kawin lagi, dan oleh suaminya
orang Belanda sampai sekarang tidak yang telah meninggal dunia tidak di-
dapat mengangkat anak secara sah. tinggalkan seorang keturunan sebagai
Namun demikian di negeri termaktub ayat ke satu pasal ini,
Belanda sendiri baru-baru ini Staten maka bolehlah ia mengangkat
General telah menerima baik sebuah seorang laki sebagai anaknya. Jika
Undang-undang tentang adopsi. sementara itu si suami yang telah
Landasan pemikirannya ialah meninggal dunia, dengan surat
timbulnya golongan manusia baru di wasiat telah menyatakan tak
seluruh Eropa yakni: menghendaki pengangkatan anak
1. Para orang tua yang telah oleh isterinya, maka pengangkatan
kehilangan anak, dan tidak men- itupun tak boleh dilakukannya.
dapatkan anak lagi secara wajar. Pasal 6 dan 7 mengatur
2. Anak-anak piatu yang telah tentang siapa saja yang dapat
kehilangan orang tuanya yang diadopsi. Pasal 6 menyebutkan yang
meninggal dalam peperangan. boleh diangkat hanyalah orang-orang
3. Lahirnya banyak anak di luar Tionghoa laki-laki yang tidak beristeri
perkawinan. pun tak beranak, serta yang tidak telah
diangkat oleh orang lain. Pasal 7 ayat 1
190 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

menyebutkan, orang yang diangkat kandung sendiri. 14


harus paling sedikit 18 tahun lebih Perbuatan adopsi telah dikenal
muda daripada usia suami dan oleh berbagai negara sejak zaman
paling sedikit 15 tahun lebih muda dahulu, sebagaimana diterangkan
daripada si isteri atau si janda yang dalam encyclopaedia of religion and
mengangkatnya. Sedang ayat 2 ethics:
mengemukakan, bahwa apabila yang "Kinship is a well-recognized
diangkat itu seorang keluarga and widely practiced mode of
sedarah, baik yang sah maupun strengthening societies
keluarga di luar kawin, maka keluarga pounded, as savage and
tadi karena angkatannya terhadap Barbarous societies are, on
moyang kedua belah pihak bersama, real or pretended community
harus memperoleh derajat keturunan of blood by means of artificial
yang sama pula dengan derajat kinship strangers are adopted
keturunannya, sebelum ia diangkat. into a clan or kindred. Various
Dalam Staatsblad 1917 No. methods are employed for this
129 tak ada satu pasal pun yang purpose, of wich the most
menyebutkan masalah motif dan celebrated is the blood
tujuan daripada pengangkatan anak covenant.
secara konkret, kecuali pasal 15
ayat 2 yang dapat dijadikan Maksudnya bahwa keluarga
pedoman dalam pembahasan tentang buatan telah dikenal dan dilakukan di
adopsi. Pasal/ ayat tersebut seluruh dunia sebagai model/cara untuk
mengemukakan : "pengangkatan memperoleh kedudukan di masyarakat
terhadap anak-anak perempuan dan primitif, apakah atas dasar pertalian
pengangkatan dengan cara membuat darah atau dianggap seakan-akan ada
akta otentik adalah batal demi pertalian darah. Dengan keluarga buatan
hukum". ini orang asing pun dapat diperlakukan
Ketentuan tersebut beranjak sebagai salah satu anggota keluarga.
dari sistem kepercayaan adat Banyak cara yang dipergunakan untuk
Tionghoa, bahwa anak laki-laki - ini, upacara yang paling terkenal adalah
menurut anggapan Tionghoa - akan penyajian darah (the blood covenant).
melanjutkan keturunan mereka Adopsi merupakan salah satu
dikemudian hari. Di samping itu anak perbuatan manusia termasuk perbuatan
laki-lakilah yang dapat memelihara abu perdata yang merupakan bagian Hukum
leluhur orang tuanya. kekeluargaan, dengan demikian ia
Motif lain dalam pengangkatan melibatkan persoalan dari setiap yang
anak adalah sebagai pancingan yang berkaitan dengan hubungan antara
dilatarbelakangi oleh kepercayaan, manusia. Bagaimana pun juga
bahwa dengan mengangkat anak lembaga adopsi ini akan mengikuti
tersebut, maka keluarga yang perkembangan dari masyarakat itu
mengangkatnya akan mendapat anak sendiri, yang terus beranjak ke arah
191 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

kemajuan. Dengan demikian, karena dapat menurunkan garis keturunan.


tuntutan masyarakat walaupun dalam Dengan demikian pengangkatan anak
KUHPerd. tidak mengatur masalah perempuan jelas tidak dibolehkan,
adopsi ini, sedang adopsi itu sendiri bahkan mendapat ancaman batal
sangatlah lazim terjadi di masyarakat, karena hukum menurut ketentuan
maka pemerintah Hindia Belanda pasal 15 Staatsblad tersebut di atas.
berusaha untuk membuat suatu aturan Akibat. hukum yang terpenting
yang tersendiri tentang adopsi ini. dari adopsi, ialah soal-soal yang
Karena itulah dikeluarkan oleh pe- termasuk kekuasaan orang tua
merintah Hindia Belanda Staatsblad (ouderlijke macht), hak waris, hak
nomor 129 tahun 1917, khusus pasal 5 alimentasi (= pemeliharaan), dan juga
sampai 15 yang mengatur masalah adopsi soal nama.
atau anak angkat ini. untuk golongan Menurut pasal 14 Stb. 1917 no.
masyarakat Tionghoa. Sejak itulah 129, pengangkatan anak memberi
Staatsblad 1917 nomor 129 menjadi akibat bahwa status anak yang
ketentuan hukum tertulis yang bersangkutan berubah menjadi seperti
mengatur adopsi bagi kalangan seorang anak sah. Hubungan
masyarakat Tionghoa yang biasa keperdataan dengan orang tua
dikenal dengan golongan Timur kandungnya menjadi putus sama
Asing. sekali.
Oleh karena hanya satu-satunya
Staatsblad 1917 nomor 129 seperti C. Kedudukan Anak Angkat Dalam
disebutkan, oleh pemerintah Belanda Pandangan Hukum Adat
yang merupakan kelengkapan dari Dilihat dari aspek akibat
KUHPer/BW yang ada, maka untuk hukum pengangkatan anak menurut
mengemukakan data adopsi menurut sebagian walayah hukum adat,
versi Hukum Barat ini semata-mata memiliki segi persamaan dengan
beranjak dari Staatsblad tersebut. hukum adopsi yang dikenal dalam
Keterangan mengenai adopsi yang hukum Barat, yaitu masuknya anak
telah ada yaitu yang diatur dalam angkat ke dalam keluarga orang tua
Staatsblad 1917 Nomor 129, berupa yang mengangkatnya dan terputusnya
Undang-undang atau ketentuan- hubungan keluarga dengan keluarga
ketentuan untuk seluruh Indonesia atau orang tua kandung anak angkat.
tentang hukum perdata dan hukum Sedangkan dilihat dari motivasi
dagang bagi orang-orang termasuk pengangkatan anak, berbeda dengan
Tionghoa. Dari pasal 5 Staatsblad motivasi pengangkatan anak yang
tersebut dapat diketahui, bahwa terdapat dalam Undang-Undang
yang dimaksudkan adalah untuk perlindungan anak UU No. 23 tahun
memberi kesempatan kepada sepasang 2002 yang menekankan bahwa
suami istri/duda/janda yang tidak perbuatan hukum pengangkatan anak
mempunyai anak laki-laki untuk harus didorong oleh motivasi semata-
mengangkat seorang anak laki-laki yang mata untuk kepentingan yang terbaik
192 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

untuk anak yang diangkat. Dalam (ngurukken mengiyan), maka


hukum adat lebih ditekankan pada diangkatlah si menantu menjadi anak
kekhawatiran (calon orang tua angkat) angkat dari salah satu kepala keluarga
akan kepunahan, maka calon orang tua anggota kerabat, sehingga si suami
angkat mengambil anak dari menjadi anak adat dalam hubungan
lingkungan kekerabataannya yang bertali adat.
dilakukan secara kekerabatan, maka Mengenai hal ini dalam hukum
anak yang diangkat itu kemudian adat tidak ada keseragaman. DR. R.
menduduki seluruh kdudukan anak Wiijono Prodjodikoro SH, dalam
kandung ibu dan bapak yang bukunya "Hukum Warisan di
mengangkatnya dan ia terlepas dari Indonesia", menjelaskan bahwa: dalam
golongan sanak saudaranya semula. lingkungan hukum adat sudah pernah
Dalam hukum waris adat, anak diputuskan oleh Pengadilan Negeri
angkat menerima hak-hak dan Purworejo, tgl. 6-10-1937, bahwa
kewajiban sebagai ahli waris layaknya seorang anak angkat menurut hukum
anak kandung baik materiil maupun adat, tetap berhak atas harta warisan
immaterial. 15 Suroyo Wingnjodipuro yang ditinggalkan oleh orang tuanya
menyebutkan bahwa adopsi dalam hal sendiri.17
ini harus terang, artinya wajib Anak angkat menerima "air
dilakukan dengan upacara adat serta dari dua sumber", demikian Djojo
dengan bantuan kepala adat. Tirto, Jawa Tengah, (Prof. Mr. DR.
Kedudukan hukum anak yang diangkat Supomo, dalam Majalah Hukum no. 4
demikian ini adalah sama dengan anak dan 5th. 1953)'). Di kalangan
kandung daripada suami isteri yang masyarakat Batak (patrilineal), setelah
mengangkatnya, sedangkan hubungan anak itu diangkat menjadi anak oleh
kekeluargaan dengan orang tua sendiri orang tua angkatnya, maka hubungan
secara adat menjadi putus, seperti yang kekeluargaan dengan ayah kandungnya
terdapat di daerah Gayo, Lampung, menjadi terputus sama sekali, dan anak
Pulau Nias, dan Kalimantan.16 tersebut masuk ke dalam Clan ayah
Dikarenakan tidak mempunyai angkatnya.18
keturunan anak dan tidak ada anak Status anak angkat dalam
lelaki sebagai penerus keturunan di hukum adat masyarakat Bali hampir
lingkungan masyarakat patrilinial sama dengan pengertian anak angkat
atau tidak ada anak perempuan dalam hukum barat yang juga
penerus keturunan di lingkungan memutuskan dan memasukkan anak
masyarakat matrilinial, maka angkat dalam keluarga orang tua
diangkatlah kemenakan bertali darah. angkatnya sebagai anak kandung yang
Dikarenakan adat perkawinan diberi hak-hak yang sama dengan
setempat seperti berlaku di daerah status anak sah atau anak kandung.
Lampung antara wanita Lampung Berbeda dengan kedudukan
dengan orang luar daerah, di dalam dan status anak angkat dalam sistem
perkawinan memasukkan mantu hukum adat di Jawa. Di Jawa,
193 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

pengangkatan anak tidak memustukan peninggalan orang tua angkatnya


hubungan pertalian darah dengan melalui hibah atau pemberian atau
orang tua kandung anak angkat itu, wasiat (sebelum orang tua angkatnya
hanya anak angkat didudukkan sebagai meninggal dunia).21
anak kandung untuk meneruskan Kemudian dikarenakan rasa
keturunan bapak angkatnya, dan sama kekeluargaan dan perikemanusiaan
sekali tidak memutuskan hak-haknya pada anak kemenakan, ahli famili
dengan orang tua kandungnya, atau orang lain yang hidup susah,
sehingga hukum adat Jawa maka si anak diurus dipelihara
memberikan pepatah bagi anak angkat disekolahkan dan sebagainya, maka
dalam hal hak waris dikemudian hari terjadilah anak angkat yang berlaku
GHQJDQ LVWLODK ³ $QDN DQJNDW di luar upacara adat resmi, sehingga
mmperoleh warisan dari dua sumber merupakan hubungan yang bertali
air sumur:. Maksudanya anak angkat budi. Selanjutnya dikarenakan
tetap memperoleh harta warisan dari hubungan baik dan rasa persaudaraan
orang tua kandung, juga dari harta di dalam pergaulan sehari-hari antara
warisan orang tua angkatnya.19 orang yang satu dan yang lain, atau
Di daerah Lampung Utara adat juga dikarenakan kebutuhan tenaga
menyatakan dengan tegas bahwa anak kerja dalam usaha pertanian rumah
angkat tidak memperoleh harta warisan tangga dan lain sebagainya, maka
dari orang tua kandungnya. Dengan terjadilah anak angkat bertali emas.
demikian dapat dipahami bahwa secara Betapapun anak angkat itu
akontrario bahwa logilka adat berhak mewaris dari orang tua
masyarakat Lampung Utara angkatnya, namun ia tidak boleh
memandang bahwa anak angkat harus melebihi anak kandung, sebagai
memperoleh warisan dari orang tua mana keputusan Mahkamah Agung
angkatnya.berbeda dengan di Gresik tanggal 18 Maret 1959 No.37
yang hukum adatnya menyatakan K/Sip/1959 yang menyatakan
bahwa anak angkat memperoleh hak bahwa anak angkat hanya
warisan dari orang tua angkat dan hak diperbolehkan mewaris harta gono-
warisan dari orang tua kandungnya gini (harta pencaharian) dan orang
sendiri. 20 tua angkatnya, sedang terhadap
Di beberapa daerah seperti lahat barang asal tidak berhak mewaris.
(Palembang, Kabupaten Batanghari, Kecuali jika harta gono-gini tidak
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten mencukupi sebagaimana dinyatakan
Goa daerah Kepulauan Tidore, dll. dalam keputusan Kamar ke III Raad
Beberapa daerah tersebut secara umum van Justitie tangga) 25 Mei 1939
menyatakan bahwa anak angkat (T.151 hal. 193) bahwa anak angkat
bukanlah ahli waris dari orang tua dapat meminta bagian dari barang
angkatnya, anak angkat adalah ahli asal orang tua angkatnya hingga
waris dari orang tuanya sendiri. Anak jumlah yang menurut keadaan
angkat memperoleh harta warisan dari dianggap adil.
194 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

Di daerah Minahasa orang Sementara Staatsblad warisan kolonial


yang tidak punya anak tetapi ada anak yang mengatur pengangkatan anak
angkat maka 'yang mewarisi ayah untuk penduduk golongan Tionghoa
angkat adalah anak angkat. Begitu tersebut substansinya sudah
pula walaupun ada anak tetapi juga ketinggalan zaman (out of date),
ada anak angkat, maka si anak angkat bahkan secara perlahan dan pasti
sama hak mewarisnya dengan anak ditinggalkan oleh golongan Tionghoa
kandung terhadap harta warisan ayah sendiri.
angkatnya, kecuali terhadap harta Sejak melewati pintu gerbang
kalakeran, oleh karena untuk ini proklamasi sampai memasuki pintu
memerlukan persetujuan para gerbang reformasi, tidak ada peraturan
anggota kerabat bersangkutan. perundang-undangan yang mengatur
Jadi di Minahasa pada secara memadai pelaksanaaan
dasarnya anak angkat berhak atas pengangkatan anak di Indonesia. Di
harta pencaharian orang tua era reformasi, pengaturan
angkatnya, bahkan berhak pula atas pengangkatan anak tersebut mulai
harta bawaan, walaupun di sana sini terwujud dengan lahirnya Undang-
masih terdapat juga yang tidak Undang Nomor 23 Tahun 2002
mengizinkan. Di samping itu dalam tentang Perlindungan Anak,
hal pewarisan walaupun anak angkat Undang-Undang ini mengatur
telah dipecat karena tidak balk tentang berbagai upaya yang dilakukan
.perilakunya jika sebelumnya penuh dalam rangka perlindungan,
pengabdian kepada orang tua pemenuhan hak-hak dan peningkatan
angkatnya, berkemungkinan bagian kesejahteraan anak, yang di dalamnya
warisannya tidak dicabut. Keadaan juga mengatur pengangkatan anak.
yang demikian itu menyebabkan di Dalam perspektif perlindungan
Minahasa sering terjadi sengketa. 22 anak, pada dasarnya secara yuridis
pengangkatan anak hanya bisa
D. Perkembangan Aturan ditolelir jika memang semata-mata
Pengangkatan Anak di Indonesia dilakukan demi kepentingan
Pengaturan pengangkatan anak kesejahteraan anak sebagaimana
dalam peraturan perundang-undangan ditegaskan dalam pasal 12 ayat (1)
pada masyarakat Indonesia yang UU No.4 tahun 1979 tentang
bhinneka (plural) tidak mudah dan Kesejahteraan Anak jo. pasal 39 ayat
mengalami banyak pertentangan. Sejak (1) UU No. 23 tahun 2002 tentang
pascaproklamasi sampai awal era Perlindungan Anak. Hal ini tentu saja
reformasi, hanya ada satu pasal yang tidak terlepas dari upaya perlindungan
mengatur pengangkatan anak, yaitu anak sebagaimana dikehendaki pasal I
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 ayat (2) dan pasal 3 UU no. 23 Tahun
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan 2002, yakni guna menjamin dan
Anak,. dan ketentuan pasal itu pun melindungi anak bersangkutan dan
sebatas tujuan pengangkatan anak. hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
195 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

berkembang dan berpartisipasi secara 2. Pengangkatan anak tidak


optimal sesuai dengan harkat dan memutuskan hubungan darah
martabat kemanusiaan serta mendapat antara anak yang diangkat dan
perlindungan dari kekerasan dan orang tua kandungnya.(Pasal 39
diskriminasi. Hal ini jelas sangat Ayat (1) Undang-Undang Nomor
relevan dengan tujuan sesungguhnya 23 Tahun 2002 tentang
dibolehkannya pengangkatan anak Perlindungan Anak)
dalam perspektif hukum Islam di 3. Calon orang tua angkat harus
mana pengangkatan anak hanya seagama dengan agama yang
dibolehkan manakala memang sudah dianut oleh calon anak angkat.
terdapat urgensi yang memadai, Dalam hal asal usul anak tidak
semata-mata demi kepentingan diketahui, maka agama anak
yang terbaik bagi anak bersangkutan. disesuaikan dengan agama
Pengertian anak angkat mayoritas penduduk setempat.
menurut Undang-Undang tersebut (Pasal 39 Ayat (2) Undang
adalah anak yang haknya dialihkan Undang Nomor 23 Tahun 2002
dari lingkungan kekuasaan keluarga tentang Perlindungan Anak)
orang tua, wali yang sah, atau orang 4. Pengangkatan anak oleh warga
lain yang bertanggung jawab atas negara asing hanya dapat
perawatan, pendidikan, dan dilakukan sebagai upaya terakhir
membesarkan anak tersebut, ke dalam (ultimum remedium). (Pasal 39
lingkungan keluarga orang tua Ayat (3) dan Ayat (5) Undang-
angkatnya berdasarkan putusan atau Undang RI Nomor 23 Tahun
penetapan pengadilan. Pengaturan 2002 tentang Perlindungan
pengangkatan anak diatur dalam Pasal Anak)
39, Pasal 40, dan Pasal 41. Pengaturan 5. Orang tua angkat wajib
pengangkatan anak dalam peraturan memberitahukan kepada anak
perundang-undangan tersebut angkatnya mengenai asal
mengalami perubahan secara usulnya dan orang tua
revolusioner. Hal-hal penting kandungnya, dengan
mengenai pengaturan pengangkatan memperhatikan kesiapan anak
anak tersebut sebagai berikut: yang bersangkutan. (Pasal 39
1. Pengangkatan anak hanya dapat Ayat (4) Undang-Undang RI
dilakukan untuk kepentingan Nomor 23 Tahun 2002 tentang
yang terbaik bagi anak dan Perlindungan Anak)
dilakukan berdasarkan adat 6. Pemerintah dan masyarakat
kebiasaan setempat dan melakukan bimbingan dan
ketentuan peraturan perundang- pengawasan pada pelaksanaan
undangan yang berlaku. (Pasal 1 pengangkatan anak.(Pasal 40
angka 9 Undang Undang Nomor Undang-Undang RI Nomor 23
23 Tahun 2002 tentang Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Perlindungan Anak)
196 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

Analisis pendekatan historis telah mereformasi konsepsi


menunjukkan bahwa ketentuan pengangkatan anak menurut Staatsblad
pengangkatan anak yang tidak 1917-129 dan sebagian hukum adat di
memutuskan hubungan darah antara Indonesia. Ketentuan pengangkatan
anak yang diangkat dan orang tua anak tersebut telah memberi arah baru
kandungnya dalam Undang-Undang pengangkatan anak di Indonesia.
WHUVHEXW PHUXSDNDQ ¶DVDV NXQFL¶ \DQJ Kendati pengaturan pengangkatan
selama ini diperjuangkan oleh umat anak dalam perundangan-undangan
Islam. Asas kunci itu pula yang belum lengkap dan tuntas, karena
menjadi kendala pengaturan masih banyak hal yang seharusnya
pengangkatan anak dalam peraturan juga diatur dalam sebuah undang-
perundang-undangan dalam kurun undang mengenai pengangkatan anak,
waktu teramat panjang. Ketika asas itu namun setidaknya telah memberi
dapat ditampung, pengaturan harapan lebih baik bagi perkembangan
pengangkatan anak dalam undang- hukum pengangkatan anak di
undang dapat terwujud dan akan Indonesia.24
memberikan arah pengaturan Komitmen Pemerintah untuk
pengangkatan anak yang lebih baik.23 memberikan perlindungan terhadap
Reformasi hukum pengangkatan anak ditindaklanjuti lagi dengan
anak tersebut mengatur hal-hal yang ditetapkan dan diundangkan Peraturan
bersifat prinsip dalam pengangkatan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
anak dengan memerhatikan hukum tentang Pelaksanaan Pengangkatan
agama. Pengaturan dalam peraturan Anak pada tanggal 3 Oktober 2007.
perundang-undangan yang akan datang Peraturan Pemerintah tersebut untuk
tidak boleh bertentangan dengan melaksanakan ketentuan mengenai
ketentuan pasal-pasal tersebut, pengangkatan anak sebagaimana diatur
sebagaimana Ketentuan Peralihan dalam Undang-Undang Nomor 23
(overgangsbepalingen) Pasal 91 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun Anak.
2002 tentang Perlindungan Anak yang Peraturan Pemerintah Nomor 54
menegaskan: Pada saat berlakunya Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
undang-undang ini, semua peraturan Pengangkatan Anak ini mencakup
perundang-undangan yang berkaitan ketentuan umum (Pasal 1 sampai
dengan perlindungan anak yang sudah dengan Pasal 6), jenis pengangkatan
ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang anak (Pasal 7 sampai dengan Pasal
tidak bertentangan dengan undang- 11), syarat-syarat pengangkatan anak
undang ini (Pasal 12 sampai dengan Pasal 18),
Hal-hal yang bersifat prinsip itu tata cara pengangkatan anak (Pasal 19
antara lain pengangkatan anak tidak sampai dengan Pasal 25), bimbingan
memutuskan hubungan darah anak dalam pelaksanaan pengangkatan anak
angkat dengan orang tua kandungnya (Pasal 26 sampai dengan Pasal 31),
dan harus seagama. Ketentuan tersebut pengawasan pada pelaksanaan
197 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

pengangkatan anak (Pasal 32 sampai pengangkatan anak berdasarkan hukum


dengan Pasal 38). Islam. Sehingga kewenangan absolut
untuk menerima dan menyelesaikan
E. Kewenangan Mengadili Perkara permohonan pengangkatan anak yang
Pengangkatan Anak sebelumnya diajukan hanya di
Pasal 49 UU No. 3/2006 peradilan umum, maka berdasarkan
sebagaimana telah diubah kedua UU tersebut peradilan agama pun
kalinya dengan UU No. 50 tahun memiliki kewenangan absolut untuk
2009 tentang pengadilan agama menerima dan menyelesaikannya,
pada Penjelasan Huruf a Pasal 49 bahkan bila pemohon beragama
yang berbunyi: Islam secara absolut merupakan
"Pengadilan Agama bertugas kewenangan Peradilan Agama. Kalau
dan berwenang memeriksa, yang mengajukan beragama di luar
memutus, dan menyelesaikan Islam maka menjadi kewenangan
perkara di tingkat pertama absolut Peradilan umum.
antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang : a. III. PENUTUP
Perkawinan". Dalam hukum Islam kedudukan
anak angkat tidak memutuskan
Penjelasan Huruf a Pasal 49 hubungan darah antara anak yang
ini, antara lain, menyatakan "Yang diangkat dan orang tua
dimaksud dengan `perkawinan' ialah kandungnya. Demikian juga anak
hal-hal yang diatur dalam atau angkat tidak menjadi ahli waris
berdasarkan undang-undang mengenai dari ayah angkatnya, tetapi anak
perkawinan yang berlaku dilakukan angkat berhak mendapat wasiat
menurut syari'ah, antara lain : wajibah yang jumlahnya tidak
penetapan asal usul anak dan lebih dari 1/3 bagian.
penetapan pengangkatan anak Berbeda.dengan BW sebagaimana
berdasarkan hukum Islam " yang diatur dalam Staatblaad. 1927
Bila dicermati kata-kata No. 129, yang mengatur bahwa anak
³EHUGDVDUNDQ KXNXP ,VODP´ SDGD angkat secara hukum memperoleh nama
penjelasan UU di atas, secara eksplisit dari bapak angkat (ps. 11) anak angkat
menunjuk pengadilan agama sebagai dijadikan sebagai anak yang dilahirkan
lembaga peradilan yang dapat dari perkawinan orang tua angkat (ps.
menyelesaikan masalah adopsi anak 12 ayat (1)), anak angkat menjadi ahli
ini, karena lembaga yang waris orang tua angkat; karena
mengakomodir kaidah-kaidah hukum pengangkatan anak, terputus segala
Islam adalah pengadilan agama. hubungan perdata yang berpangkal
Dengan terbitnya UU No. 3 pada keturunan karena kelahiran
Tahun 2006, pengadilan agama secara (antara anak dengan orang tua
absolut berwenang dalam menerima, kandung). Sementara dalam hukum
memeriksa dan memutus permohonan adat kedudukan anak angkat
198 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

tergantung pada daerah hukumnya, anak tidak memutuskan hubungan


karena beberapa daerah adat di darah antara anak yang diangkat dan
Indonesia berbeda dalam menentukan orang tua kandungnya. Semoga
kedudukan anak angkat. Di Jawa beberapa aturan baru Pengaturan
misalnya pengangkatan anak tidak pengangkatan anak tersebut menjadi
memutuskan hubungan pertalian darah cikal bakal dan memberikan arah baru
dengan orang tua kandung anak angkat pengangkatan anak di Indonesia ke
itu, hanya anak angkat didudukkan arah unifikasi hukum pengangkatan
sebagai anak kandung untuk anak di Indonesia.
meneruskan keturunan bapak Terbitnya UU No. 3 Tahun
angkatnya, dan sama sekali tidak 2006 (Pasal 49 UU No. 3/2006 pada
memutuskan hak-haknya dengan orang Penjelasan Huruf a), pengadilan
tua kandungnya. Namun berbeda agama secara absolut berwenang
dengan di Bali, pengangkatan anak dalam menerima, memeriksa dan
merupakan kewajiban hukum yang memutus permohonan pengangkatan
melepaskan anak tersebut dari keluarga anak berdasarkan hukum Islam.
asalnya ke dalam keluarga angkatnya. Sehingga kewenangan absolut untuk
Anak tersebut menjadi anak kandung menerima dan menyelesaikan
dari yang mengangkatnya dan permohonan pengangkatan anak yang
meneruskan kedudukan dari bapak sebelumnya diajukan hanya di
angkatnya. Di kalangan masyarakat peradilan umum, maka berdasarkan
Batak (patrilineal) misalnya, setelah UU tersebut peradilan agama pun
anak itu diangkat menjadi anak oleh memiliki kewenangan absolut untuk
orang tua angkatnya, maka hubungan menerima dan menyelesaikannya,
kekeluargaan dengan ayah kandungnya bahkan bila pemohon beragama
menjadi terputus sama sekali, dan anak Islam secara absolut merupakan
tersebut masuk ke dalam Clan ayah kewenangan Peradilan Agama. Kalau
angkatnya. yang mengajukan beragama di luar
Era baru pengaturan Islam maka menjadi kewenangan
pengangkatan anak dimulai dengan absolut Peradilan umum.
terbitnya UU No.4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak dan UU No. 23
Catatan Kaki:
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
serta Peraturan Pemerintah Nomor 54
1
Tahun 2007 tentang Pelaksanaan DEPDIKBUD. Kamus Besar
Pengangkatan Anak, namun yang Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1988, hal. 7
perlu digarisbahi khsusnya dari 2
5LI\DO .D¶EDK 3HQJDQJNDWDQ $QDN
beberapa pasal dari UU No. 23 tahun Dalam UU No. 3 2006 Tentang Perubahan
2002 tentang Perlindungan Anak yaitu Atas UU No. 7 1989 Tentang Peradilan
adanya pengaruh dari sistem hukum Agama dan Akibat Hukumnya, Suara Uldilag,
Is;lam dalam memandang kedudukan Mahkamah Agung RI, Vol. 3 No. X Maret
2007, hal. 38.
anak angkat antara lain Pengangkatan 3
Ibid, hal. 46
199 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

4
R. Soeroso, Perbandingan Hukum DAFTAR PUSTAKA
Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 17
5
Ibid Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum
6
Nasroen Harun dkk., Ensiklopedi Perlindungan dan
Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Pengangkatan Anak di
Hoeve, 1996, jilid 1, hal. 29-30.
7
Soeroso, Op. Cit, hal. 198-199
Indonesia, Jakarta:
8
Soeroso, Ibid, hal. 199. RajaGrafindo Persada, 2010,
9
M. Budiarto, Pengangkatan cet. Ke-2
Anak Ditinjau Dari Segi hukum,
AKAPRESS, 1991 Djaya S Meliala, Adopsi
10
Zaini Muderis, Adopsi Suatu
Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Jakarta:
[Pengangkatan Anak] dalam
Sinar Grafika, 2006,. Cet. Ke-3., hal. 54 Yurisprudensi, Bandung:
11
Sajuti Thalib SH, Hukum Tarsito, 1996
Kekaluargaan Indonesia Y.P. Univ.
Indonesia, 1974 hal. 152 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris
12
http://www.lbh-
apik.or.id/adopsi.htm
Adat, Bandung: Citra Aditya
13
Staatblaat di atas Penulis kutip dari Bakti, 2003
Budiarto, Pengangkatan Anak ditinjau dari
segi hukum, Jakarta: Akademika Pressindo, 5LI\DO .D¶EDK 3HQJDQJNDWDQ Anak
1991, hal.21- 22, cet ke-2. Dalam UU No. 3 2006 Tentang
14
Soeroso, Op. Cit, hal. 178-181
15
Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum
Perubahan Atas UU No. 7 1989
Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Tentang Peradilan Agama dan
Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Akibat Hukumnya, Suara
2010, cet. Ke-2 , hal. 32. Uldilag, Mahkamah Agung RI,
16
Ibid, hal. 33. Vol. 3 No. X Maret 2007
17
Djaya S Meliala, Adopsi
[Pengangkatan Anak] dalam Yurisprudensi,
Bandung: Tarsito, 1996,, hal. 5. R. Soeroso, Perbandingan Hukum
18
Ibid Perdata, Jakarta: Sinar
19
Ahmad Kamil dan fauzan, Op. Cit, Grafika, 2005.
hal. 45.
20
Ibid
21
Ibid, hal. 46.
M. Budiarto, Pengangkatan Anak
22
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Ditinjau Dari Segi hukum,
Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hal. AKAPRESS, 1991.
78-81
23
Musthofa Sy, Arah Baru Musthofa Sy, Arah Baru Pengangkatan
Pengangkatan Anak di Indonesia
http://www.arsip.badilag.net/data/ARTIKEL/
Anak di Indonesia
Artikel http://www.arsip.badilag.net/da
24
Ibid ta/ARTIKEL/Artikel
Nasroen Harun dkk., Ensiklopedi
Hukum Islam, Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996
200 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 183 - 200

Sajuti Thalib SH, Hukum


Kekaluargaan Indonesia Y.P.
Univ. Indonesia, 1974

Zaini Muderis, Adopsi Suatu Tinjauan


Dari Tiga Sistem Hukum,
Jakarta: Sinar Grafika, 2006,.
Cet. Ke-3.

Lenny.{www. Pikiran rakyat, 2005]

http://www.lbh-apik.or.id/adopsi.htm

DEPDIKBUD. Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1988,

Anda mungkin juga menyukai