Anda di halaman 1dari 3

1.

  Bagaimanakah hubungan hukum antara anak dengan ayahnya dan kerabat ayahnya karena


pertalian darah dalam kekerabatan matrilineal? Jelaskan!
Semua anak (pria dan wanita) dalam susunan kekerabatan matrilineal adalah anak-anak
dalam kekerabatan ibunya.
Hubungan hukum antara anak dengan ayahnya di Minang lemah atau kurang, karena ayah
tidak sesuku dengan ibunya.
Pada dasarnya ayah di Minang tidak bertanggungjawab atas kehidupan anaknya, yang
bertanggungjawab adalah ibu dan mamaknya. Ia bertanggungjawab atas kemenakannya
(anak-anak dari saudara wanitanya).
Pewarisan harta pusaka di Minang bukan dari bapak kepada anak, tetapi dari mamak kepada
kemenakan.

2. Bagaimanakah pengaruh faktor perantauan terhadap hubungan hukum  antara anak dengan


ayahnya karena pertalian darah dalam kekerabatan matrilineal? Jelaskan!
Semua anggota kerabat dari pihak bapak adalah “induk bako” atau “bako-baki” si anak,
sebaliknya anak adalah “anak pisang” atau “anak pusako” dari pihak sanak kandung
bapaknya.
Walaupun kelompok “bako” merupakan kelompok luar dari sanak kandung ibu, namun si
anak harus hormat kepada “induk bako”. Sebaliknya “induk bako” akan memanjakan “anak
pisang”.
Kelompok “pasumandan” peranannya akan nampak pada perhelatan perkawinan;
pengangkatan “penghulu andiko” (laki-laki tertua dari cabang tertua menurut garis
matrilineal).

3. Upaya hukum yang bisa dilakukan terhadap seorang wanita yang hamil di luar nikah agar
anak yang dilahirkannya mempunyai ayah dan ibu yuridis, yaitu dengan kawin paksa dan
kawin darurat. Jelaskan perbedaan antara kawin paksa dengan kawin darurat tersebut dalam
masyarakat hukum adat!
“kawin paksa”, yaitu mengawinkan secara paksa si pria yang bersangkutan dengan wanita
yang karena perbuatannya menjadi hamil. Di Bali terdapat kebiasaan bahwa apabila si pria
yang dimaksud menolak untuk mengawini wanita tersebut, ia dapat dijatuhi hukuman.
“kawin darurat :, dengan cara mengawinkan wanita yang sedang itu dengan salah seorang
laki-laki lain, maksudnya supaya anak saat lahir ada dalam masa perkawinan yang sah
sehingga anak itu menjadi anak sah. Meskipun ada usaha-usaha yang dilakukan, seperti
lembaga “kawin paksa” dan “kawin darurat “ tentu tidak dapat jua menghilangkan perasaan
dan pandangan yang bersifat negatif terhadap anak tersebut, terhadap anak yang lahir diluar
perkawinan yang sah disebut dengan istilah “anak haram”
4. Bagaimanakah kedudukan anak luar nikah menurut hukum adat? Jelaskan! Bandingkan
pengaturan tentang hal tersebut dalam peraturan perundangan di Indonesia dan menurut
putusan hakim Mahkamah Konstitusi!
Kedudukan anak luar kawin menurut hukum adat dapat dikatakan bahwa anak luar kawin
kedudukannya dipersamakan dengan anak sah dan berhak atas mewaris harta warisan dari
orang tuanya dengan jumlah pembagian yang sama. Apabila anak luar kawin tidak bersama
dengan anak sah maka anak luar kawin tersebut dapat mewaris seluruh harta warisan orang
tuanya dan adapula keputusan yang mengatakan bahwa anak luar kawin berhak atas harta
warisan dari ayah biologisnya namun hanya sebatas harta gonogininya saja tanpa mewaris
harta pusaka (barang asal) yang ditinggalkan oleh ayah biologisnya. Yurispudensi ini dapat
digunakan selama pihakpihak yang bersengketa tidak merasa dirugikan, namun apabila
pihak-pihak yang bersengketa merasa dirugikan maka hakim dapat menggunakan jalan
musyawarah dan kembali kepada pengaturan hukum adat yang berlaku di daerah tersebut.
5.  a. Siapakah yang berwenang menjalankan “pengurusan anak” pada masyarakat patrilineal,
jika orangtuanya jatuh miskin, hilang atau meninggal dunia? Jelaskan!
Pengurusan anak pada dasarnya adalah hak dan kewajiban ayah dan ibunya. Tetapi jika ayah
dan ibu si anak jatuh miskin dan tidak mampu mengurus anak; atau ayah dan ibunya hilang
atau wafat, maka yang berhak dan berkewajiban mengurus anak tersebut sampai dewasa
adalah saudara kandung ayah yang laki2 atau saudara sepupu ayah yang laki2 secara berurut
menurut tingkat umur, kedudukan adat dan kemampuannya.
Beralihnya kekuasaan mengurus anak tersebut:
-Tidak merubah kedudukan anak sbg kerabat patrilineal ayahnya
-Kekuasaan mengurus anak sebatas pada melihara dan mendidik anak
-Kedudukan dan harta bersama anak tetap dikuasai oleh kerabat ayah.
Kekuasaan pengurusan anak tersebut tidak dapat beralih kepada saudara2 perempuan ayah
atau beralih kepada kerabat asal dari ibu, kecuali dalam keadaan luar biasa atas dasar
musyawarah mufakat kerabat pihak ayah.

b.  Bandingkan hal tersebut di atas dengan pengaturan pengurusan anak dalam UU No 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan!

Pasal 6 ayat (3) dan (4) :

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan
tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup
diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan
kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk
menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau
keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama
mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

Pasal 51
1. Wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua yang menjalankan kekuasaan
orang tua, sebelum ia meninggal, dengan surat wasiat atau dengan lisan
di hadapan 2 (dua) orang saksi.
2. Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang
lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan
baik.

3. Wali wajib mengurus anak yang di bawah penguasaannya dan harta


bendanya sebaik-baiknya, dengan menghormati agama dan
kepercayaan anak itu.
4. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di bawa
kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua
perubahan-perubahan harta benda anak atau anak-anak itu
5. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada bawah
perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau
kelalaiannya.

Pengurusan anak diatur oleh Pasal 50 s/d 54

SUMBER :
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/1938/Agung%20Rifandi
%20Panjaitan.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://media.neliti.com/media/publications/213053-none.pdf
PPT BU WORO
https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_1_Tahun_1974

Anda mungkin juga menyukai