Anda di halaman 1dari 2

Memelihara Anak Yatim Piatu

Menurut Soerjono Soekanto “Seseorang anak dipandang sebagai suatu


keturunan masyarakat, yang merupakan keturunan dari kedua orang tuanya sehingga
anak tersebut mempunyai hubungan kekerabatan yang dapat ditelusuri oleh ayah
ibunya”.1 Namun, menurut hukum adat, tidak ada ketentuan kapan seorang anak
tersebut dianggap dewasa dalam bertindak. Dimana ukuran dewaa seseorang dapat
diukur dengan:2
1. Kemandirian seseorang anak (telah bekerja)
2. Cakp untuk melakukan apa yang diisyaratkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bertanggung jawab
3. Dapat mengurus harta kekayaannya sendiri

Mengenai kedewasaan, merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan


dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Masalah yang timbul mengenai apabila
seorang anak yang belum dewasa masih berada dibawah pemeliharaan orang tuanya
atau apabila si anak yang belum dewasa sudah tidak berada dibawah kekuasaan orang
tuanya lagi maka segala erbuatan hukum si anak harus diwakilkan oleh seorang
pengganti orang tua si anak, atas hal tersebut diperlukan ketentuan-ketentuan hukum
yang mengaturnya, terutama menempatkan seorang wali dalam hal pemeliharaan
seorang anak.
Apabila dalam suatu keluarga, salah satu dari orang tuanya bapak atau ibunya
sudah tidak ada lagi, maka anak-anak yang belum dewasa dipelihara oleh salah satu
orang tuanya yang masih hidup.
Jika kedua orang tuanya tidak ada, maka yang memelihara anak-anak yang
ditinggalkan adalah salah satu dari kelurga yang terdekat dan yang paling
memungkinkan untuk keperluan itu. Dalam keadaan demikian biasanya tergantung
pada anak diasuh dimana pada waktu ibu dan bapaknya masih ada, kalau biasanya
diasuh dikeluarga ibu, maka anak akan diasuh oleh keluarga ibu dan sebaliknya.

1
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, PT Raja Graindo Persada, Jakarta, 2002, hlm 42
2
Irma Setyowati Soenitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 19
Dalam keluarga matrilineal, jika bapaknya meninggal dunia, maka ibunya
meneruskan kekuasannya terhadap anak-anak yang belum dewasa. Jika ibunya yang
meninggal dunia, maka anak-anak yang belum dewasa berada pada kerabat ibunya
serta dipelihara terus oleh kerabat ibunya yang bersangkutan, sedangkan hubungan
antara anak dengan bapaknya dapat terus dipelihara.
Dalam keluarga yang patrilineal jika bapaknya meninggal dunia, maka ibunya
terus memelihara anak-anak yang belum dewasa, jika ibunya meninggalkan rumah dan
pulang kerumah lingkungan keluarganya atau kawin lagi, maka anak-anak tetap pada
kekuasaan keluarga almarhum suaminya.
Jadi apabila dalam keluarga yang susunan kekerabatannya unilateral
orangtuanya meninggal dunia, jika keluarga tersebut patrilineal maka kekuasaan
orangtua terhadap anak-anak yang ditinggal selanjutnya berada pada keluarga pihak
bapak dan berada pada kekuasaan kerabat ibu jika keluarga tersebut matrilineal
Ketentuan tersebut di atas, makin hari atau lambat laun mengalami perubahan dan
penyimpangan-penyimpangan menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan
cara berfikir masyarakat yang modern.

Daftar pustaka:

http://catatanwacana.blogspot.com/2012/02/hukum-kekeluargaan-dalam-hukum-
adat.html?m=1

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, PT Raja Graindo Persada, Jakarta, 2002, hlm 42

Irma Setyowati Soenitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 19

Anda mungkin juga menyukai