Anda di halaman 1dari 4

Macam-macam anak menurut Hukum Adat :

1. Anak Kandung
Anak kandung memiliki kedudukan yang terpenting dalam tiap somah (gezin) dalam
suatu masyarakat adat. Oleh orangtua, anak itu dilihat sebagai penerus generasinya,
juga dipandang sebagai wadah dimana semua harapan orangtuanya di kemudian hari
wajib ditumpahkan, pula dipandang sebagai pelindung orangtuanya kelak bila
orangtua sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah sendiri.
Menurut hukum adat, anak kandung yang sah adalah anak yang dilahirkan dari
perkawinan yang sah, walaupun terjadinya perkawinan setelah ibunya melahirkan
terlebih dahulu. Oleh karena itu sejak dalam kandungan hingga anak tersebut lahir
sampai dengan anak tersebut tumbuh didalam masyarakat adat akan selalu diadakan
ritual khusus untuk mendoakan keselamatan anak tersebut.

2. Anak Sah
Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yag sah menurut
hukum adat yang berlaku. Suatu perkawinan dianggap sah apabila telah melalui
upacara/ ritual. Status anak sah mendapatkan perlindungan hukum yang lebih jelas
dibandingkan dengan status anak yang lainnya.
Anak sah menempati kedudukan yang paling tinggi dan paling sempurna di mata
hukum dibandingkan dengan anak dalam kelompok-kelompok yang lain, karena anak
sah menyandang seluruh hak yang diberikan oleh hukum, antara lain hak waris dalam
peringkat yang paling tinggi diantara golongan-golongan ahli waris yang lain. Hak
sosial dimana ia akan mendapat status yang terhormat di tengah-tengah lingkungan
masyarakat.

3. Anak Angkat
Kedudukan anak angkat dapat dibedakan :
a. Anak angkat sebagai penerus keturunan;
Di Lampung, anak orang lain yang diangkat menjadi tegak tegi diambil dari anak
yang masih bertali kerabat dengan bapak angkatnya.
Di Bali, anak angkat sebagai penerus keturunan dengan mengawinkan anak
wanita kandung bapak angkatnya, anak itu menjadi sentana rejeg yang
mempunyai hak yang sama dengan anak kandung.

1
b. Anak angkat adat karena perkawinan.
Terjadi dikarenakan perkawinan campuran antara suku (adat) yang berbeda
(batak, marsileban). Di Batak, jika suami yang diangkat itu orang luar, maka ia
diangkat sebagai anak dari kerabat “namboru” (marga penerima darah) dan jika
istri yang diangkat itu orang luar maka ia diangkat sebagai anak tiri kerabat “hula-
hula” (Tulang, marga pemberi darah).
c. Anak angkat adat untuk penghormatan
Pengangkatan anak atau saudara (Lampung : adat mewari) tertentu sebagai tanda
penghargaan, misalnya mengangkat seorang pejabat pemerintahan menjadi
saudara angkat. Pengangkatan anak karena penghormatan ini juga tidak berakibat
menjadi waris dari ayah angkat si anak, kecuali diadakan tambahan perikatan
ketika upacara adat dihadapan para pemuka adat dilaksanakan.

4. Anak Adopsi
Pada hukum adat Bali, pengangkatan anak dikenal dengan beberapa istilah seperti
meras pianak atau meras sentana. Kata sentana berarti anak atau keturunan, dan kata
meras berasal dari kata peras yang berarti semacam sesajen atau banten untuk
pengakuan/pemasukan si anak ke dalam keluarga orangtua angkatnya.
Yang dimaksud dengan anak adopsi dalam hukum adat Bali adalah anak orang lain
diangkat oleh orang tua angkatnya menurut adat setempat sehingga dia mempunyai
kedudukan yang sama seperti anak kandung yang dilahirkan oleh orangtua angkatnya
tersebut. Hal ini selanjutnya akan membawa akibat hukum dalam hubungan
kekeluargaan, waris dan kemasyarakatan. Konsekuensinya disini segala hak dan
kewajiban yang ada pada orang tua angkatnya akan dilanjutkan oleh anak angkat itu
sendiri, sebagaimana layaknya seperti anak kandung.

5. Anak Tiri
Anak tiri adalah anak kandung bawaan istri janda atau bawaan suami duda yang
mengikat tali perkawinan.
Di dalam perkawinan levirat (batak) dimana istri kawin dengan saudara suami, anak
tiri tetap berkedudukan sebagai anak dari bapak biologisnya.
Begitu pula jika terjadi kawin duda yang telah mempunyai anak dengan saudara istri,
yaitu kawin sororat. Kedudukan hukum anak tetap sebagai anak dari ayah
biologisnya.

2
Di masyarakat Jawa yang parental pun demikian, anak tiri adalah ahli waris dari orang
tua yang melahirkannya. Kecuali anak tiri itu diangkat oleh bapak tiri sebagai penerus
keturunannya karena ia tidak mempunyai anak.
Di Rejang Bengkulu, anak tiri dapat diangkat seorang suami yang tidak mempunyai
keturunan anak kandung, untuk menjadi waris penerus keturunannya, setelah ayah
kandungnya meninggal dunia. Dengan diangkatnya anak tiri tersebut, terjadilah
hubungan hukum antara anak tiri dengan bapak tirinya sebagaimana anak kandung
dengan bapak kandungnya. Pengangkatan anak tiri menjadi anak angkat oleh seorang
bapak yang putus keturunannya di Lampung harus dilaksanakan dengan upacara adat,
terang dihadapan prowati atau pemuka agama.

6. Anak Asuh
Anak asuh adalah anak orang lain yang diasuh oleh suatu keluarga, sebagaimana anak
sendiri. Anak ini tetap mempunyai hubungan perdata dengan orang tua yang
melahirkan dan tidak langsung menjadi warga adat dari kerabat orang tua asuhnya
kecuali kemudian diangkat menjadi anak angkat.

7. Anak Piara
Anak piara adalah anak yang diambil dan dipelihara oleh sebuah keluarga.

8. Anak Linggo
Anak linggo adalah anak yang lahir dari suami pinjaman dan diakui oleh suami
pinjaman tersebut, serta statusnya sama dengan anak akuan.

9. Anak Luar Kawin


Anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang sah dan hanya mempunyai hubungan
hukum dengan ibunya yang melahirkan dan keluarga ibunya saja.
Di Mentawai, Timor, Minahasa dan Ambon, misalnya wanita yang melahirkan anak
itu dianggap sebagai ibu si anak yang bersangkutan.

10. Anak Incest


Anak sumbang (incest) atau sering juga disebut anak hasil dari penodaan darah yaitu
anak yang lahir dari hubungan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
dimana diantara keduanya dilarang untuk melangsungkan perkawinan, baik karena

3
terikat hubungan darah, hubungan semenda, hubungan sepersusuan, dan sebagainya.
Anak sumbang memiliki kedudukan yang sama dengan anak zina, karena mereka
tidak dapat diakui oleh orangtuanya dan hanya memiliki hak untuk mendapatkan
biaya nafkah seperlunya.

11. Anak Haram


Anak yang lahir diluar perkawinan dan tidak diakui oleh bapaknya, sehingga hanya
mempunyai hubungan hukum dengan ibu yang melahirkan dan keluarga ibunya.

12. Anak Haram Jadah


Anak haram jadah adalah anak yang tidak diketahui siapa bapaknya.

13. Anak yang Diakui


Anak yang sah karena adanya perkawinan yang sah antara kedua orang tua
kandungnya setelah anak itu dilahirkan.

Anda mungkin juga menyukai