Anda di halaman 1dari 20

SURAT KUASA

MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN


(SKMHT)

Oleh:

Dr. ELY BAHARINI, S.H., Sp.N., M.H.

PENGURUS PUSAT
IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (IPPAT)
BIDANG PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN
Jakarta, 7 Oktober 2022
 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah
KUASA
Peraturan Menteri Agraria Nomor 7 Tahun 2019
Pasal 1 ayat 10:

 Adalah orang atau Badan Hukum yang


mendapat Kuasa secara tertulis yang sah dari
Pemegang Hak.
ORANG (Natuurlijk persoon):
 Manusia yang berkepribadian hukum dan segala
sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan
masyarakat oleh hukum diakui sebagai
pendukung hak dan kewajiban.

BADAN HUKUM (Rechts persoon):


 Segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan
kebutuhan masyarakat oleh hukum diakui
sebagai pendukung hak dan kewajiban.
SUBJEK HUKUM

Manusia yang berkepribadian hukum dan segala


sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan
masyarakat demikian itu oleh hukum diakui sebagai
pendukung hak dan kewajiban.
SUBJEK HUKUM
ORANG (Natuurlijk persoon)
BADAN HUKUM (Rechts persoon)

Sebagai pemegang hak yang mempunyai


kepentingan mengenai bidang tanah.
OBJEK HUKUM

Segala sesuatu yang bermanfaat bagi Subyek


Hukum (Orang dan Badan Hukum), dan yang dapat
menjadi pokok (objek) suatu hubungan hukum
(dapat pula disebut Hak), karena sesuatu itu dapat
dkuasai oleh Subjek Hukum.
PEMEGANG HAK

Orang atau badan hukum yang mempunyai


hak atas tanah, Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun atau Hak Pengelolaan, atau nadzir dalam
hal tanah wakaf, baik yang sudah terdaftar
maupun yang belum terdaftar.
BUKTI PEMEGANG HAK
Sertipikat adalah surat tanda bukti hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang
masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan.
SUBYEK HUKUM
SEBAGAI PEMEGANG HAK
Alat bukti yang sah berdasarkan ketentuan
peraturan dan perundang-undangan
Pasal 1320 KUH Perdata
1.Sepakat
2.Cakap
3.Hal tertentu
4.Sebab yang halal
PEMBERIAN KUASA
(Pasal 1792 – 1819 KUH Perdata)

Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang


berisikan pemberian kekuasaan kepada orang lain
yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu
atas nama orang yang memberikan kuasa.
PEMBERIAN KUASA
(Pasal 1792 – 1819 KUH Perdata)

Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta


umum, dengan suatu surat di bawah tangan bahkan
dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaan
suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan
disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi
kuasa.
PEMBERIAN KUASA
(Pasal 1792 – 1819 KUH Perdata)
Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu
hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih,
atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan
pemberi kuasa.

Penerima kuasa tidak boleh melakukan apa pun yang


melampaui kuasanya, kekuasaan yang diberikan untuk
menyelesaikan suatu perkara secara damai, tidak
mengandung hak untuk menggantungkan penyelesaian
perkara pada keputusan wasit.
KEWAJIBAN PENERIMA KUASA
(Pasal 1800 - 1802KUH Perdata)

Melaksanakan kuasanya.

Bertanggung jawab atas biaya, kerugian dan bunga


karena tidak dilaksanakan kuasa itu.
Wajib menyelesaikan urusan.

Bertanggung jawab atas kelalaian


Memberikan laporan.
KETENTUAN SKMHT (1)
Tiap SKMHT hanya digunakan untuk pembuktian
pemberian kuasa untuk membebankan 1(satu) Hak
Tanggungan dengna Objek Hak Tanggungan yang dapat
lebih dari 1(satu) hak atas tanah atau Hak Milik atas
Satuan Rumah Susun tapi harus terletak dalam
1(satu)wilayah Kabupaten/Kota
KETENTUAN SKMHT (2)
Akta dibuat 2(dua) rangkap, 1 (satu) untuk PPAT dan
1(satu) untuk Kepala Kantor Pertanahan

Setiap halaman akta diparaf oleh PPAT, para pihak dan


saksi.

Jika ada perbaikan/penggantian kata/dicoret harus


diparaf oleh semua pihak yang tandatangan

Jika ada lembar yang kosong, harus diparaf semua pihak


yang tandatangan
KETENTUAN SKMHT (3)
Suami isteri wajib memberikan persetujuan tertulis, untuk harta
bawaan suami isteri saling memberi persetujuan tertulis, jika suami
isteri datang bersama-sama menghadap PPAT maka cukup tanda
tangan dilembar persetujuan dan paraf disetiap halaman

Jika Objek SKMHT merupakan harta bersama mereka saling


memberikan persetujuan, persetujuan harus disebutkan dengan
jelas didalam akta, jika persetujuan tidak otentik, harus dilekatkan
pada akta dan harus diuraikan dengan jelas didalam akta

Apabila pemilik objek SKMHT tidak cakap melakukan perbuatan


hukum maka harus ada persetujan Pengadilan Negeri setempat
KETENTUAN SKMHT (4)

Objek SKMHT harus disebut berapa banyaknya


dengan angka dan huruf, meliputi apa saja.

Harus diisi Nomor Hak Milik yang tercatat atas


nama Pihak Pertama sesuai dengan Sertifikat Hak
Milik, diisi Surat Ukur/Gambar Situasi, Luas Tanah,
NIB, SPPTPBB, NOP, dan diisi letak tanah.
KETENTUAN SKMHT (5)
Tiap SKMHT hanya digunakan untuk pembuktian
pemberian kuasa untuk membebankan 1(satu) Hak
Tanggungan dengna Objek Hak Tanggungan yang dapat
lebih dari 1(satu) hak atas tanah atau Hak Milik atas
Satuan Rumah Susun tapi harus terletak dalam
1(satu)wilayah Kabupaten/Kota
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai