Ozon
Oleh Daus Net
Cetakan I : 2020
ISBN : 978-623-
Pustaka One
ii
Ozon
Daus Net
iii
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah
SWT penulis ucapkan, shalawat dan salam selalu
dihanturkan kepada junjungan besar baginda Nabi
Allah Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat
nikmat-nikmat yang Allah berikan penulis bisa
menyelesaikan buku ini.
Terima kasih kepada orang tua, saudara, dan
sahabat yang selalu memberikan dukungan serta
motivasi. Terima kasih juga kepada TIM dari FIM
yang telah membimbing penulis hingga dapat
menghasilkan karya.
Untuk pembaca, penulis berharap buku ini
mampu memberikan sudut pandang baru dalam
memperlakukan bumi tercinta kita ini. Semoga
pembaca senatiasa melindungi tempat tinggal yang
Allah titipkan kepada kita.
iv
Daftar Isi
Prolog.............................................................................................. 1
Ily Ilya............................................................................................. 5
Dua Sahabat................................................................................. 11
Perpisahan.................................................................................... 19
Tujuan........................................................................................... 23
Kembali Bersama......................................................................... 31
Markas Militer............................................................................. 39
Latihan dimulai............................................................................ 45
Lumpur......................................................................................... 57
Lautan........................................................................................... 63
Asap............................................................................................... 73
Asteroid......................................................................................... 81
Pengungkapan............................................................................. 89
Memilih........................................................................................ 97
Keputusan...................................................................................105
Persiapan ke Bumi.....................................................................113
Operasi Malam Hari.................................................................119
Bumi............................................................................................125
Kebenaran Bumi........................................................................131
Prajurit Wanita...........................................................................139
Kebenaran yang Menyakitkan.................................................147
Mengundang Bahaya................................................................155
Akhir yang Tidak Mau berakhir ........................................... 161
Ronde Dua..................................................................................167
Baju Militer ................................................................................173
Akhir...........................................................................................177
Keputusan Ily.............................................................................181
Epilog..........................................................................................184
Profil Penulis :............................................................................186
v
Ozon
Prolog
1
Daus Net
2
Ozon
3
“Ada yang lebih murah dari pada mencari planet baru
yaitu
membuang sampah pada tempatnya”
Ozon
Ily Ilya
5
Daus Net
7
Daus Net
8
Ozon
9
Daus Net
10
Ozon
Dua Sahabat
11
Daus Net
12
Ozon
13
Daus Net
disuntik”
“Ha?” Woi woi woi woi, aku tahu memang kenyatannya,
aku memiliki pobia dengan jarum suntik, tapi hanya karena aku
akan disuntik Tia sampai membuat wajah sedih yang bahkan
belum pernah terlihat sama sekali, “Aaaaaahh.” dalam hati aku
menggeram, ingin sekali rasanya memukul kepala anak ini biar
otaknya bisa bekerja dengan baik.
Pukul 10.21
Di atas loteng ini sungguh tenang tidak ada polusi suara
seperti di lantai bawah. Saat jam-jam sedang ramai banyak
siswa yang berkumpul ada yang di kantin, di depan kelas, dan
hampir di setiap lorong ada gerombolan sedang membicarakan
topik-topik kurang menarik menurutku. Aku tidak tahan dengan
keramaian seperti itu lebih nyaman memandangi langit-langit
meskipun cuman buatan.
Pelajaran pagi ini terhenti karena guru yang bersangkutan
tidak dapat hadir dan kami seluruh siswa di sini belum
diperbolehkan pulang. Jam lima sore nanti akan ada pihak
kemiliteran datang, maksud dan tujuan mereka dirahasiakan
oleh pihak sekolah.
Aku hanya sendirian di sini menatap langit sambil
berbaring. Yah, Tia sahabatku sedang dipanggil guru biologi
sebab tidak lain dan tidak bukan masalah PR, ini kali kedua
ia tidak mengerjakannya. Sudah berapa kali aku ingatkan, tapi
masih saja tidak mengerjakan.
Dalam bayang-bayang gedung aku terpikirkan tentang
perekrutan anggota ekspedisi ke Bumi. Memang bagus dan
aku juga dari dulu memiliki rasa penasaran yang tinggi tentang
Bumi, tetapi jika memang benar bahwa aku kandidat terbaiknya
tidakkah ini terasa terlalu cepat. Maksudnya lihatlah aku masih
dibangku SMA, mungkin lebih baik jika aku ikut setelah lulus
dan juga bukankah belum pernah ada manusia yang selamat
dari ekspedisi itu.
15
Daus Net
16
Ozon
Pukul 17.00
“Selamat sore siswa dan siswi.”
suara seorang komandan mengelegar di atas podium,
ribuan murid menyaksikan sosok gagah itu mengucapkan
salam dengan tegas namun, menghangatkan. Ternyata ada
serangkain acara mulai dari kata sambutan kepala sekolah
hingga menyayikan lagu kebangsaan rakyat Mars. Kukira ini
hanya sebuah kunjungan untuk memilih seseorang, ternyata
lebih dari itu dan formalitasnya tinggi mungkin ini sebagai
bentuk penghormatan.
Setelah berada di penghujung acara, sang komandan
kembali naik ke atas podium.
“Baiklah, kita sudah melewati acara formal kini saatnya
kita akan masuk ke inti, mengenai maksud kedatangan kami”,
Meski sudah sore dan semenjak tadi berdiri tidak ada satupun
kewibawaan sang komandan hilang bahkan suaranya masih
mengelegar.
“Kami dari pihak kemiliteran ingin merekrut salah satu
dari anda semua untuk bergabung ke dalam TIM ekspedisi ke
Bumi”, semua terlihat terkejut mendengar kalimat dari sang
komandan.
“Dan kami sudah mempunyai data tentang kalian semua.
Kami hanya akan memilih satu”, di saat ini ada yang berdoa
agar tidak dipilih dan ada yang berdoa agar dirinya dipilih.
“Satu nama yang akan diumumkan dengan tegas saya
katakan bahwa orang itu tidak boleh menolak”, tidak boleh
menolak? Yang benar saja, “Tanpa berlama-lama lagi saya
panggilkan Ily Ilya.”
17
Daus Net
18
Ozon
Perpisahan
19
Daus Net
20
Ozon
21
Daus Net
terisak-isak.
“Dah-dah”, kataku kepada Alya.
22
Ozon
Tujuan
23
Daus Net
24
Ozon
25
Daus Net
26
Ozon
27
Daus Net
28
Ozon
29
Daus Net
30
Ozon
Kembali Bersama
31
Daus Net
33
Daus Net
34
Ozon
35
Daus Net
36
Ozon
Aku lemah pada saat itu bukan hanya pada fisik tetapi,
juga pada keteguhanku. Duluku tak pernah memikirkan tujuan,
memikirkan orang lain saja aku tidak mau. Namun, sekarang
tidak lagi, tidak akan pernah lagi aku membiarkan seseorang
kehilangan nyawanya karena kelemahanku.
Saat aku di sini tempat dimana aku pulang, ada sosok yang
paling ingin aku temui. Tia tidak tahu kemana dirinya, tidak
ada kabar, aku juga tidak pernah tahu dimana alamat rumahnya.
Aku bertanya kepada kepala sekolah saat berkunjung ke
sana, menurut pernyataan beliau bahwa Tia satu bulan setelah
kepergianku ia berhenti sekolah di sini. Ia juga katanya meminta
dibuatkan surat pindah ke kota bagian utara, kota yang cukup
jauh dari sini, dan kalaupun aku berkunjung ke sana aku tidak
memiliki alamat pasti milik Tia.
Huh, apakah kami akan bertemu? Berkat tidak ketemunya
keberadaan Tia aku jadi tidak tahu apa yang harus aku lakukan
diminggu ini. Ah, dasar Tia ada atau tidak dirinya selalu bisa
membuatku kerepotan karena kasian Ayah mengajakku ke
tempat kerjanya, mungkin saja itu bisa membuat bosanku
hilang.
Tak sadar dua bulan lebih telah berlalu, aku sudah harus
berangkat ke markas militer seminggu sebelum keberangkatanku
ke Bulan markas militer utama. Kali ini aku benar-benar terpisah
jauh dari Ayah, ibu, dan Alya serta Tia yang entah kemana
perginya.
Perjalanan selama dua jam kembali aku terlusuri. Saat
sampai di bandara militer, tiba-tiba aku sambut oleh seseorang
37
Daus Net
38
Ozon
Markas Militer
39
Daus Net
40
Ozon
41
Daus Net
“Silahkan.”
“Di lantai dua, lorong yang mengarah ke kantin posisi
sebelah kiri dari pertigaan ada jendela yang sudah rusak, tidak
bisa ditutup”, aku menjelaskan.
“Begitu ya”, komandan terlihat mengeluh.
Ia kemudian mengambil telpon pintar miliknya lalu
menghubungi beberapa petugas.
“Jendela-jendela itu memang sudah tua, jadi wajar saja
akan rusak”, kata komandan.
“Terima kasih atas laporannya kamu boleh pergi.”
“Baik”, aku balik kanan lalu jalan menunju pintu.
Saat dalam perjalanan pulang kali kedua aku menemukan
keanehan, kini terdengar dari kejauhan suara langkah kaki.
Jarakku masih tiga meter dari ruang komandan dan di sini sangat
gelap, penerangan dari lampu LED perlahan-lahan diredupkan.
Aku tidak takut, hanya saja suara langkah kaki itu menganguku.
Jadinyalah aku bersembunyi di balik kegelapan malam.
Suara langkah kaki itu semakin mendekat, sekian detik
cahaya remang-remang mulai menunjukan sosok berambut
panjang, berpakaian putih, sayang wajahnya tidak kelihatan.
Dari kejauhan aku melihat sosok itu masuk ke ruang komandan.
Aku semakin penasaran.
Dengan langkah tanpa bunyi perlahan aku mendekati
ruangan komandan. Semenit kemudian aku sampai lagi kini
tepat di balik pintunya ruang komandan. Kutempelkan kuping
di pintu yang terbuat dari kayu ini agar bisa mendengar lebih
jelas.
Sia-sia aku tidak begitu jelas mendengar percakapan
mereka, hanya sayup-sayup kecil. Huft sebaiknya aku kembali
saja tidak ada gunanya, lagipula mataku sudah cukup mengantuk.
Pikirku tidak akan bisa mendengar apa-apa dan secara
tiba-tiba.
42
Ozon
43
Daus Net
44
Ozon
Latihan dimulai
45
Daus Net
46
Ozon
47
Daus Net
48
Ozon
49
Daus Net
50
Ozon
51
Daus Net
55
Daus Net
56
Ozon
Lumpur
58
Ozon
59
Daus Net
60
Ozon
61
Daus Net
62
Ozon
Lautan
64
Ozon
bagiku, kemanapun aku pergi jam digital ini selalu aku bawa.
Setelah merasa seluruh tubuhku bagun, aku mengambil jam digitalku
yang menunjukan pukul lima pagi kurang lima menit, masih sangat awal
untuku beraktifitas. Aku putuskan untuk mengambil beberapa buku yang
diberikan oleh kak Ana. Yang paling aku suka buku novel yang bercerita
tentang penyelamatan bumi saking sukanya aku sudah lebih dari dua kali
aku membacanya.
Tidak terbiasa dengan bagun pagi, tubuhku jadi lebih malas
untuk bergerak. Sudah jam lima lewat empat puluh empat tapi,
kakiku masih saja sulit untuk diperintah. Sangat enak baring di
kasur super empuk yang berada dalam kamar.
Aku keluar dari kamar dalam keadaan yang sangat tidak
semangat mataku terkatung-katung melihat pintu terbuka di
sana ada satu toilet dan cermin. Kepalaku menghadap cermin
lebar itu menampikan mataku yang setegah terbuka dan rambut
yang seperti terkena setruman listrik.
Setelah mandi rasanya segar sekali rambutku yang
sebelumnya bertakkan kini telah kembali tergerai ke bawah
seperti aliran air sungai yang pernah aku lihat di internet. Tidak
ada sungai di Bulan ataupun di Mars, hanya kawah-kawah
kemantian.
Semua telah selesai, pakaianku sudah rapi rambutku tidak
lagi membentuk cabang dan sekarang waktunya berangkat.
Pukul enam lewat lima belas menit aku sudah berada di hatle
menunggu kendaraan yang saat hari pertama meninggalkanku,
membuat semua uang jajanku habis. Halte di pagi ini lengang
tidak ada orang berjalan-jalan, baru satu dua taxi yang lewat
saling berlawanan arah. Mobil-mobil terbang juga sekali-kali
lewat. Dari arah kiri terlihat seorang wanita yang sedang berlari
membawa tasnya. Hanya butuh dua puluh detik ia sudah berada
di depanku dengan napas naik-turun.
“Ily kamu juga ketinggalan angkutan umum militer?” ujar
Tia dengan napas yang masih tidak teratur.
65
Daus Net
66
Ozon
68
Ozon
69
Daus Net
setiap spot yang sudah ditentukan akan dijaga oleh dua orang
sekaligus. Berjalar dari kemarin kali ini kami akan saling
melindungi punggung satu tim kami.
Ritme permainan kami sampai sekarang setidaknya lancar.
Belum ada yang mengangu formasi kami, satu dua tembakkan
dilepas tapi, itu belum cukup untuk menghacurkan koordinasi
tim nomor 10.
Tiga menit permainan lapangan ini cukup lengang tidak
ada sahut menyaut tembakan apa lagi langkah kaki. Aku dan Tri
tepat berada dibelakang kolam yang berisi air panas, uap-uap
yang dihasilkan dari pemanasan air membuat tubuh kami secara
tidak sengaja disembunyikan.
Meski gelombang air di sini tenang tidak menandakan
bahwa tidak ada bahaya yang akan mencekram. Tri sejak tadi
memasang kedua matanya memperhatikan sekitar dengan
detail. Aku tahu tidak semudah itu mengalahkan tim Firuz
tetapi, jangan pula remehkan tim kami.
Namun, semua itu salah dalam waktu delapan menit baku
tembak terjadi tanpa bisa dihindari aku dan Tri ikut mengujungi
spot yang dijaga Tia. Saat sedang dalam perjalanan ke sana
aku mendengar tiga suara langkah kaki, pertama kaki ku kedua
kaki Tri, dan yang ketiga langkah kaki ini mencurigakan karena
sangat tenang sekali seperti berjalan di air tanpa menimbulkan
gemerciknya. Sebelumnya aku tidak mendengarkan tapi,
karena aku menyuruh Tri menambah kecepatan langkah kaki
itu perlahan terdengar. Aku mengikuti takti dari tim Ken sabar
menunggu hingga saat yang tepat.
Kesabaranku membuahkan hasil saat sudah hampir sampai
di spot yang dijaga Tia dan satu orang lagi. Aku mulai memancing
orang yang mengikutiku dengan cara memperlambat langkah
kaki, semakin lambat semakin lambat hingga aku berhenti
karena aku sudah yakin posisi orang itu dimana. Dengan cekatan
aku mengarahkan pistolku tepat pada arah orang itu dalam tiga
70
Ozon
71
Daus Net
72
Ozon
Asap
73
Daus Net
74
Ozon
75
Daus Net
membuat Tia sekali saja tidak lupa waktu. Yang beruntung dari
dirinya adalah ia tidak pernah sekalipun telat meski memiliki
kebutaan pada waktu. Kekurangan yang mengagumkan.
Kami berdua menunggu angkutan umum militer. Masih
pukul tujuh lewat dua puluh lima, enam menit lagi angkutan itu
akan sampai.
Di hari ketiga ini kami akan pergi ke gedung tiga, tidak
tahu apa yang menunggu kami di sana. Untuk mencapai gedung
tiga diperlukan jarak yang lebih jauh karena itu hari ini kami
semua diperintahakan untuk datang lebih awal dari sebelumnya.
Setibanya kami di sekolah tidak seperti kemarin kali ini
ada beberapa orang yang menunggu di teras sekolah. Beberapa
mobil juga sudah terparkir rapi di badan jalan sambil menunggu
mobil lainnya para supir dimobil itu berjalan-jalan keluar
menyaksikan pemandangan yang tak kunjung indah.
Kami memang diluar angkasa tidak seperti di Mars angkasa
di sana terhalang oleh atmosfer alami yang sudah ada sejak
dulu. Di Bulan sama sekali tidak ada atmosfer yang menghalagi
pemandangan kami tapi, karena cahaya di permukaan Bulan
terlalu terang menyebabkan mata yang ada di sini tidak mampu
menangkap cahaya bintang. Jika melihat ke atas hanya hamparan
gelap kosong.
Satu-satunya momen terbaik yang pernah aku temui
ketika empat hari lalu sebuah asteroid mengorbit Bumi dan
hampir menghantamnya. Asteroid itu tepat melewati kepalaku
lalu menuju tarikan gaya gravitasi Bumi. Awalnya asteroid itu
mengelilingin Bumi tapi, lama kelamaan dikarenakan kecepatan
yang tidak sesuai dengan jarak membuat asteroid tersebut
terpelanting keluar dari orbit Bumi.
Akhirnya setelah menunggu hingga membuat Tia kembali
tidur seperti kemarin pengajar kekar itu pun datang. Hari
sebelumnya tidak membawa apa-apa tapi, kali ini ada tujuh
kotak penyimpanan yang ia bawa tidak tahu apa isinya. Kami
76
Ozon
78
Ozon
79
Daus Net
80
Ozon
Asteroid
82
Ozon
83
Daus Net
84
Ozon
“ILY.”
Tia tiba-tiba berteriak kepadaku mengusir lamunan.
“Ada apa Tia?” tanyaku
“Kita harus pergi dari sini.”
“Tapi kan asteroid itu.”
“Sudahlah, ayo kita harus memperingati yang lain.”
Tia mengengam tanganku erat-erat menarikku hingga
kaki-kaki ini mampu bergerak lagi. Aku dan Tia mencoba
menyadarakan yang lain mengajak mereka untuk segera
meninggalkan tempat ini. Namun, hal itu tidak semudah yang
aku pikirkan karena hampir semua dari mereka pasrah menerima
kenyataan.
Dua menit lagi hingga asteroid itu benar-benar menabrak
Bulan. Aku telah melaporkan ini kepada pengajar kekar itu,
dengan sigap ia segera memintaku untuk menagajak yang
lain segera berkumpul di depan gedung karena dirinya akan
menelpon tumpangan kami untuk menjemput lebih awal.
Tepat di atas lapangan bundar pertandingan yang
merupakan tempat untuk menonoton aku dan Tia masih
berusaha untuk mengajak mereka segera berkumpul di depan
gedung tiga. Hanya dua tiga orang yang segera berlarian untuk
menuju bagian depan gedung ini. Sisanya mengeleluh sambil
mengeluarkan pertanyaan, “Apakah dengan begitu kami akan
selamat?”
Aku dan Tia masih belum bisa mengajak mereka yang
tidak mau segera berkumpul di depan gedung.
Tersisa satu menit hingga asteroid besar itu menghantam
permukaan Bulan.
Aku tak tahu cara apalagi untuk membujuk mereka. Aku
hampir menyerah ingin meninggalkan mereka tetap berada
di sana. Tetapi, saat Ken dan Firuz datang yang baru selesai
berganti baju.
85
Daus Net
86
Ozon
yang kedua jauh lebih kuat dari pada yang pertama, terlihat
bentuknya jauh lebih besar. Kepalaku semakin tak karuan
memikirkan solusi yang tepat.
Kemi semua buntuh seluruh mobil penjemput telah pergi.
Ren masih mencari-cari cara agar bisa keluar dari sini, tapi pun
jika bisa keluar dari sini apakah kami bisa lari dari asteroid itu.
BUUUMMMM….
Asteroid kedua datang, setegah gedung hampir runtuh
untunya kami masih bisa selamat dari bahaya gelombang itu.
Namun, tidak bisa terlalu senang terlebih dahulu karena
permukaan yang menopang kami perlahan retak dan bukan
hanya disekitar kami tetapi, hampir disetiap sudut mengalami
keretekan. Bahanya retakan ini akan mendorong kami tengelam
ke lapisan bahwa bulan.
Kami berempat terduduk tidak tahu apa yang akan kami
lakukan. Hingga Tri berteriak.
“Tolonggggg.”
Aku keheranan mengapa dia berteriak sepeti itu bukankah
sudah tidak ada orang di sini.
“TOLOONGGG.”
Hey, Tia menyusul mengatakannya lebih kuat dari Tri.
Setelah itu mereka berdua saling sahut menyahut meminta
tolong. Aku hanya terdiam membiarkan mereka dan Ren
sepertinya tidak mampu untuk melakukan hal itu, ia masih
terlihat meregang kesakitan karena sempat tertimpa reruntuhan
tadi.
Suara sahut menyahut dari Tia dan Tri berhenti, oksigen
di sini semakin menipis terdapat kebocoran dimana-mana
yang membuat Ren hampir pingsan karena sudah tidak mampu
menarik napas lagi. Udaranya terlalu sedikit Tia dan Tri juga
sudah tampak kelelahan dan napas mereka menderu kuat.
“Oiiiii.”
87
Daus Net
88
Ozon
Pengungkapan
90
Ozon
91
Daus Net
langkah”
Belum sempat aku bertanya Ren sudah terlebih dahulu
mencuri garis start dariku.
“Tentu saja kami membelinya. Dan ya tidak ada sungai
yang mengalir begitu saja di Bulan, semua menggunakan
budidaya buatan.”
“Membeli? Dimana?”
“Ehm, ada tempat tertentu yang menjual ikan mentah dan
yah harga sangat mahal dibandingankan dengan daging. Jika
kau pergi ke daerah selatan kau akan menemukan beberapa
penjual ikan di sana”
Setelah selesai Ren membahas ikan kami melanjutkan
makan. Perut Tia sudah sejak tadi mulai mengeluarkan musiknya
ia sangat kelaparan, yah memang aku belum pernah liat Tia
tidak kelaparan. Firuz ternyata ikut makan bersama kami, tetapi
ia punya porsinya sendiri yang tidak boleh digangu. Sepertinya
orang-orang selalu mempunyai selera makan yang berbeda.
Ada yang banyak ada yang sedikit salah satu contohnya yang
sedikit makan adalah Tri ia hanya mengambil setegah piring
gandum, satu ikan dan beberapa sendok kuah hanya dalam lima
menit ia sudah berkata, “Aku sudah kenyang, terima kasih atas
makannya.”
Hey, aku tidak menyangka ada laki-laki yang bisa memasak
seenak ini dan lagi ia adalah tipe orang yang terlalu dingin
untuk memahami selera orang lain. Tapi, kenyataan enaknya
masakkan Firuz tidak bisa kubantah. Ketika aku coba supnya,
wow, luar biasa rasanya tidak bisa hilang padahal hanya satu
sendok, tetapi lidahku sudah sepenuhnya merasa enak, hebat
sekali.
Selain sup ada banyak lagi jenis makanan yang lebih
enak aku sudah mencicipi semuanya satu per satu. Tia dengan
lahapnya mengahbiskan beberapa lauk yang seharunya dibagi-
bagi, tanpa ada rasa menyesal ia meminta lauk yang lain untuk
92
Ozon
93
Daus Net
94
Ozon
95
Daus Net
pemberontak.
Rin kemudian mengajak kami berkumpul dalam ruang
tertutup dan mulai membicarakan tentang sebuah kebenaran
yang menyakitkan. Aku akan memberitahu kalian tujuan
sebernanya para petinggi di Mars”
Ken izin pergi ke dapur mengambil air dahulu, ia sangat
kehausan.
“Ily, Tia, Tri, dan Ren, tujuan para atasan sebenarnya
hanyalah untuk kekayaan mereka sendiri tanpa memikirkan
orang lain.”
96
Ozon
Memilih
97
Daus Net
98
Ozon
100
Ozon
101
Daus Net
102
Ozon
103
Daus Net
104
Ozon
Keputusan
106
Ozon
108
Ozon
109
Daus Net
110
Ozon
111
Daus Net
bisa mengedalikan koneksi kecil ini maka malam ini kami bisa
berpesta informasi.
Setelah menuai penuh pertimbangan akhirnya aku pergi
dari sini mejauh sejauh mungkin dari dua petugas itu. Aku ingin
menghubungi Ren dan Tri menyebarkan hasil pengamatankuu
kepada mereka berdua. Tapi, sebelum itu aku harus mencari tepat
dimana suaraku tidak terdengar. Aku harap bisa menemukan
toilet umum di sini.
Hemm toilet?
Tiba-tiba aku mendapatkan ide yang cocok untuk operasi
kali ini.
112
Ozon
Persiapan ke Bumi
113
Daus Net
114
Ozon
115
Daus Net
116
Ozon
“Ken? Firuz?”
Seketika ketika mataku bisa melihat cahaya lagi aku
melihat dua pemuda itu berpakaian layaknya militer membawa
beberapa senjata, membawa aku dan Tri menjauh dari gedung
itu.
“Ssttt.”
Ken menyuruh aku untuk diam. Di sampingku terlihat Tri
yang tambah pucat karena dibawa oleh Firuz.
“Sisanya biar kami yang urus, kalian berdua pergilah ke
gedung tua itu.”
Aku dan Tri pasti sedang memiliki pemikiran yang
sama tetapi, melihat mata Ken yang sangat menyakikan aku
menurutinya untuk menjauh dari lokasi.
“Ayo Tri/”
Aku menarik tangan Tri yang masih terduduk diam.
“Pastikan kalian menyelematkannya.” teriak Tri.
Aku yakin kalau dua orang itu punya sebuah hubungan
atau mereka telah membangun pertemanan sejak kecil. Lihatlah
betapa khawatirnya Tri kepada Ren, ia sampai menujukan wajah
penuh harapan.
Teringat sedikit tentang persahabatanku dengan Tia. Aku
tidak begitu mengerti tapi, ada yang terasa berbeda saat ini.
ketika masih di sekoalh yang sama kami berdua sangat akrab
tidak pernah satu haripun kami berpisah. Namun, ketika di sini
aku merasa ada sebuah jarak yang lama kelamaan membesar.
Tentu aku tidak berharap begitu, hanya saat ini aku ingin Tia
juga bersamaku. Saling menghawatirkan.
118
Ozon
119
Daus Net
“Tri.” panggilku.
Aku mendekati dirinya yang tidak menoleh. Kupengai
tangganya yang dingin sedingin es, hanya ini yang bisa aku
lakukan memberikan sedikit kehangatan. Setidaknya ini sedikit
membantu.
Krees..kress..kress.
Telingaku tiba-tiba berdengung mendengarkan suara
noise, asal suara itu tepat di alat pendengar yang terhubungan
radio Ren. Ada apa ini? apakah dia selamat?
“Halo, halo.”
Aku mencoba menghubunginya lewat transmitter yang
berada ditempat kami. Tidak ada balasan, tetapi mendengar
bunyi tadi setidaknya ada secercah harapan. Tri pun ikut
mendekat mencoba hal yang sama seperti yang aku coba. Tidak
ada jawaban. Semenit berlalu kami berdua tiba-tiba mendengar
suara yang sama untuk kedua kalinya, kali ini lebih panjangan.
Pasti ada sesuatu.
Lima menit menunggu masih belum ada kabar hingga
kami mendengar suara langkah kaki mendekat. Aku dan Tri
siap dalam posisi bertarung meski tanpa senjata setidaknya
kami pernah belajar seni bela diri. Langkah kaki itu semakin
mendekat, dekat, lalu menghilang. Eh? Hilang. Aku dan Tri
saling pandang suara itu tak lagi terdengar, apa yang terjadi?
Boommm
Suara ledakang dari arah jedalah, bersama dengan itu Ken
dan Firuz datang. Ken membawa Ren yang terlihat terluka di
bagian tangannya dan Firuz membawa dua pasukkan tadi.
“Ren, kau tidak apa?” tanya Tri.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyaku kepada Ken.
“Nanti akan aku ceritakan sebelum itu tempat ini sudah
tidak aman lagi kita harus pergi dari sini.”
Kami semua kembali ke markasnya Ken dan Firuz.
120
Ozon
Menulusuri lorong itu lagi, kali ini lorong itu lebih gelap
dari pada sebelumnya. Aku bingung kapan mereka membuat
lorong-lorong itu dan sejak kapan ada di bagunan tua yang kami
tinggali tadi. Mereka terlalu hebat dalam membuat startegi,
mengemasinya rapat-rapat hingga yang tahu sekalipun rencana
mereka masih akan sulit untuk melawan.
Lorong yang kami lewati ini jauh lebih panjang dari
sebelumnya, lebih berair yang entah dari mana asalnya. Aku
tidak terlalu ingin banyak bertanya karena bukan kondisi yang
tepat membicarakan hal ini.
Tri membantu Ren berjalan, kaki kirinya tampak dalam
kondisi yang tidak baik, luka lebam ia terima di tangan dan
sekujur tubuhnya. Ken di depan menuntun jalan sedangkan
Firuz ada di belakang sambil bersiap siaga dengan senjata
miliknya. Meski, kami berlima di sini lorong-lorong ini tidak
banyak menerima bunyi hanya sekali-kali kami berbicara itu
pun sekadar bernyatanya keadaan.
Dua puluh menit berjalan kami akhirnya sampai di tempat
dulu kami di selamatkan. Tanpa banyak bertanya Ken langsung
menyuruhku untuk membersihkan diri begitu pula dengan Tri.
Ia masih mendekap bersama Ren yang dari tadi menahan rasa
sakit.
“Bersihkan dulu dirimu Tri, biarkan kami yang akan
menangani lukanya” ujar Ken.
Tri menganguk.
Aku mempersilahkan Tri untuk mandi duluan. Ketika
itu hanya senyum kecil yang ia tampilkan kepadaku. Apa dia
marah? Aku tak mengerti apa aku berbuat salah? Mungkin saja.
Mungkin juga ini karena kondisi Ren. Gara-gara rencanaku Ren
jadi terluka parah.
Tri telah selesai mandi rambut panjangnya yang berkibar
diterangi cahaya lampu membuatnya seperti malaikat belum
lagi kulitnya yang putih, matanya yang membulat, dan gigi yang
121
Daus Net
seperti kelinci. Aku sampai terpikat, baru kali ini aku benar-
benar memperhatikan sosok Tri. Tri kemudian menandatingiku
tersenyum indah sempurna menghapuskan seluruh pikiran
burukku, ia lalu mempersilahkanku mandi.
Setelah mandi aku mendatangi Tri yang duduk di sofa
beranda depan sambil membaca berita di portable miliknya.
“Tri, aku minta maaf.”
Tri memandangku keheranan.
“Maaf karena apa?”
“Gara-gara rencanaku Ren jadi terluka.”
Tri memandangku dalam dengan mata bulatnya ia
ternyesum.
“Tidak Ily, itu bukan salahmu.”
Tri memelukku.
“Itu bukan salahmu Ily, ingatkan kalau kita pergi bersama,
lagi pula akulah yang mengajakmu pergi semua ada resiko dari
setiap apa yang akan kita lakukan dan tidak ada rencana yang
sempurna.”
“Itu benar Ily bukan salahmu jika aku terluka”, Ren datang
dengan perban yang ada di kaki kirinya dan beberpa di tubuh
serta kepalanya.
“Ren, bagaimana kondisimu?”
“Aku pernah lebih buruk dari ini.”
Mereka berdua berbincang ringan sambil menikmati teh
hangat yang disiapkan Firuz. Seperti biasanya ketidakbiasaan
masakkan Firuz selalu menjadi penyejuk tersendiri bagi perut.
Aku bertanya-tanya dalam hati apa aku bisa mempunyai teman
seperti Tri atau seperti Firuz dan Ken yang tak pernah terpisah
kemana pun mereka pergi padahal keduanya memiliki sifat
yang sangat berbeda. Kusadari keakraban Tri dan Ren menjadi
tawa bagi mereka berdua seperti dua matahari yang saling
menghangatkan. Tia seharusnya sedang bersamaku saat ini
122
Ozon
seperti dulu dimana aku berada di situ juga Tia ada. Huh
“Ily?”
Tri memangilku memecah lamunan.
“Ya?”
“Ada apa?”
“Tidak, tidak ada apa-apa.”
Ren dan Tri saling pandang lalu mentapku lagi dengan
penuh keheranan.
“Ily, ada yang ingin aku tunjukkan”, Ren mengeluarkan
sesuatu dari tasnya.
“Apa ini?” aku memegang sebuah perangkat keras yang
berasal dari abad ke-21.
Flashdisk! ada banyak sekali yang dicuri Ren terlihat di
tasnya ada bertumpuk-tumpukan Flashdisk.
“Aku ingin memutarnya tapi, sayang aku tidak punya alat
dari abad ke-21”
123
Daus Net
124
Ozon
Bumi
125
Daus Net
“Ah, Ken apa kau punya alat yang bisa untuk membaca
Flashdisk?” tanya Ren.
“Tentu, itu adalah alat abad ke-21 sangat sulit ditemukan
meski mencarinya diseluruh toko antik di Mars. Satu-satunya
cara untuk mendapatkannya hanya dengan mencuri di gedung
utama.”
Eh? Mencuri? Tak kusangka Ken merupakan seorang
pencuri, yah seharusnya aku tidak heran dengan hal itu karena
ia adalah pemberontak di sini.
“Bisa kami meminjam alatmu?”
“Tentu saja.”
Kami bertiga menuju lantai bawah. Oksigen di sini terasa
sangat sedikit untungnya kami terbiasa dengan latihan yang
mengggunakan oksigen jadi kami tidak terkena efek di ruangan
ini. Bisa aku katakana tempat ini adalah ruang bawah tanah
dari bawah tanah. Tempat ini tidak terlalu besar jika dijadikan
kamar hanya muat sekita tujuh orang untuk tidur. Cahaya yang
ada di sini pun remang-remang lampu-lampu terangnya tidak
sempurna.
Di ruangan ini terdapat lima kursi yang salah satunya di isi
oleh Firuz. Wah, Tri sampai kaget. Aku ingin kaget hanya aku
tidak tahu cara kaget itu bagaimana.
Ken lalu menarik sebuah kain putih yang menutupi sesuatu.
Sedetik berlalu Ken menunjukan komputer dari abad ke-21 aku
langsung tahu karena sering melihatnya diinternet tapi, baru kali
ini aku melihatnya langsung. Perangkat yang cukup menarik
ada keyboard yang bukan terbuat dari kaca melainkan plastik
dan terpisah dari otak komputer itu sendiri. Lalu ada layar yang
hanya bisa dijalankan jika ada perangkat pendungkung lainnya.
Jika dibuat filosofi komputer didepanku ini seperti
kehidupan manusia, tidak ada yang bisa hidup sendiri semuanya
harus saling mendukung dengan peran masing-masing.
126
Ozon
127
Daus Net
129
Daus Net
130
Ozon
Kebenaran Bumi
131
Daus Net
132
Ozon
133
Daus Net
134
Ozon
136
Ozon
lalu menit kedua turun lagi seratus meter seperti itu hingga aku
melihat bayang-bayang hitam di bawah diantara kumpulan
debu-debu ini.
“Ken?”
Bayang itu mulai membuat khawatir. Entah itu ilusiansi
atau bukan yang kulihat bayangan itu semakin membesar. Aku
menyuruh Tri mengamati bayangnya itu ia mengatakan hal
yang sama dengan apa yang aku pikirkan.
“Kennn.”
Ken belum bereaksi, ia masih tetap stabil mengemudikan
pesawat.
Huusssss..
Aneh, kami ada dalam pesawat tapi, ada suara yang seperti
angin berhembus melewati gendang telingaku.
“Besiap, Firuz!!”
Bayangan dari bawah tampak semakin cepat membesarnya.
Aku mulai khawatir. Ken dengan pesawatnya terbang lebih
rendah dari sebelumnya. Ia terlihat seperti mencoba mendekati
bayangan itu.
Secara tiba-tiba kaca-kaca pesawat bergetar kencang.
Mentransferkan gelombang suara hingga kami bisa mendengar
auman mengerkan. Singa? Apa itu? Aku dan Tri saling tatap.
Seketia sekujur tubuhku kaku melihat makhluk yang keluar
dari bayangan itu. Ia dengan mudahnya membuat debu-debu
menghilang di sekitar kami. Debunya memang menghilang
dan dengan begitu kami bisa melihat makhluk dengan tubuh
berduri-duri di sekujur bagian belakang tubuhnya. Kepalanya
seperti ular dengan paruh burung. Ukuran makhluk itu sepuluh
kali lebih besar dari pesawat kami. Kakinya yang seperti
cengkraman burung elang siap ingin membunuh mangsanya.
Tri memengan tanganku dengan eratnya. Tangganya
begitu dingin dan wajanya pucat. Makhluk itu terbang ke
137
Daus Net
138
Ozon
Prajurit Wanita
139
Daus Net
140
Ozon
141
Daus Net
142
Ozon
143
Daus Net
144
Ozon
145
Daus Net
146
Ozon
Kebenaran yang
Menyakitkan
148
Ozon
sekali tidak membalas tatapanku. Apa benar itu Tia? Tidak tidak
mungkin, Tia tidak seperti itu pasti ada kesalahan di sini. Apa
mataku baik-baik saja? Apa aku tidak salah lihat? Pasti ada
kesalahan.
“Sayang sekali Nak apa yang kamu lihat saat ini adalah
kebenarannya. Tia adalah anak yang aku kirim saat kamu
masih SMP, ia ditugaskan untuk mengamati orang yang
memiliki pontensi untuk merealisasikan rencanaku. Aku pikir
ia akan merekrutmu menjadi anak buahku ternyata seperti ini
rencananya. Hebat sekali Tia”
Lututku tidak mampu menahan semua ini. aku terjerembab
jatuh ke tanah.
“Ily kamu tidak apa-apa? bertahanlah.”
Tri merangkul tubuhku yang tergulai lemah, air mataku
terus menetes tanpa isakkan tagis. Aku tak mampu lagi
menerima semua ini. ini terlalu menyakitkan.
Boomm
Rin, tiba-tiba melesat langsung muncul tepat berada di
depan Pak Ann. Sektika itu Rin melancarkan serangan yang
sama saat mengusir Naga. Buusshh Pak Ann terlempar hingga
mengenai kapal, ia merigas kesakitan.
“Hentikan semua ini.”
Suara Rin mengelegar membuat rumput-rumput sekitar
bergerak menjauhi tubuh Rin. Rin terlihat sangat marah tapi,
tetap tenang. Aku masih bisa menyaksikan sosok seterang
cahaya tadi berubah sepenuhnya menjadi segelap kegelapan.
Pak Ann yang masih bersandar di pesawatnya merintahkan lima
ratus prajuritnya untuk menagkap kami.
Ken dan Firuz ikut bergabung bersama Rin. Mereka
bertiga tampak seperti dinding yang sangat kokoh. Lima ratus
prajurti itu menyerang secara bersamaan. Ken dari arah kiri
menemkan bola-bola api berwarna biru yang ketika sampai
149
Daus Net
150
Ozon
152
Ozon
153
Daus Net
154
Ozon
Mengundang Bahaya
bernama Naga ini. entahlah apa yang aku pikirkan. Ini sangat
tidak masuk akan tapi, ini satu-satunya cara untuk menang dari
pasukkan Pak Ann.
Namun, tidak semudah itu. Lembah yang kami cari
merupakan lembah yang spesial, yang hanya bisa ditemukan
oleh para Naga. Hingga sekarang masih belum ada yang tahu
dimana tempat Naga ini berasal. Kami berpidah dari satu
lembah ke lembah lainnya, hanya ada binatang-binatang aneh
yang kami temui. Tidak banyak tanda-tanda yang bisa kami
dapatkan selain sebuah debu.
Debu-debu itu akan muncul di sekitar Naga. Itu artinya
jika kita melihat debu-debu itu maka akan semakin dekat pula
kami dengan sarang Naga atau Naganya saja.
Tanda-tanda itu tidak semudah yang kami bayangkan,
terkadang ada debu yang muncul dihadapan kami tapi, itu
bukan dari Naga melaikan hewan berkulit merah yang bisa
menyemburkan api dari mulutnya. Ada juga debu yang ternyata
berasal dari seekor burung sedang membuat sarang diatas
tumpukan abu bekas pembakaran.
Huh, sulit sekali menemukannya waktu kami tersisa empat
puluh lima menit lagi.
Saat kami hampir menyerah tiba-tiba secara misterius
debu-debu bergumpal dihadapan kami. Aku dan Tri sangat
menyakini hal ini. Namun, Ren terlihat gemetar. Aku dan Tri
bertanya-tanya ada apa hingga kami menyadari ada banyangan
yang sangat besar hadapan kami. Tidak salah lagi itu adalah
Naga.
Ren memperlambat mobil hingga mesin mobil tidak terlalu
terdengar lagi. Kami terus mendekat tiap detik kami berharga
jadi tidak ada waktu untuk memikirkannya. Banyangan itu
semakin membesar. Sosok Naga belum terlihat juga karena
debu-debu ini. untungnya mobil yang dipinjamkan oleh kakek
itu bisa mengahalau debu masuk.
156
Ozon
Aargghhhhhh
Kami bertiga seketika pucat mendengar teriakan Naga.
“Ren coba berhenti.”
Aku memutuskan untuk memperhatikannya dari jauh.
Naga itu terlihat sedang ingin terbang.
“Ren, saat ia terbang ikuti dia.”
“Bagaimana kamu bisa tahu ia akan terbang.”
“Firasat.”
Aku, Tri, dan Ren menelan ludah.
Firasat ku benar, lihatlah Naga mengepakan sayapnya
lalu perlahan pergi dari sini. Ren mencoba mengiuktinya tapi,
hentakan sayapnya seperti sedang menyapu bersih daerah
sekitar.
Burung itu lalu pergi ke arah barat. Ren yang tidak mau
ketinggalan menaikkan energi mobil hingga batas maksimal.
Dengan kecepatan yang tinggi serta angin kencang dari hasil
kepakan saya Naga, mobil ini seperti sedang tertahan sesuatu.
Ren berusaha keras agar mobil ini dapat maju.
Naga itu terbangnya cepat sekali, Ren bersusah payah
untuk menyusulnya. Berberapa kali ada batu yang hampir
mengenai mobil ini. kami terus mengikuti Naga, hingga Naga
itu masuk ke dalam sebuah goa yang mulutnya terbuka lebar.
Pesawat sebesar punya kamipun bisa masuk ke dalam sini.
“Kita masuk?” tanya Ren.
“Ya tentu saja.”
Kami berpacu dengan waktu, mereka yang ada di sana
sedang mengorbankan nyawanya begitu juga dengan kita yang
ada di sini.
Ren kemudian perlahan maju dalam gelapnya goa, terasa
goa ini lembab sekali-kali aku mendengar tetesan air jatuh
mengenaik permukaan goa. Selian bunyi tetesan air ada juga
157
Daus Net
bunyi auman, terikan, entah bunyi seperti apa lagi. Tapi, yang
jelas kami semua meriding.
Selang lima menit, kami berhasil sampai di ujung goa.
Saat ini jika kami bisa pingsan, tentu dengan senang hati akan
kami lakuakan. Lihatlah ujung goa ini adalah sarang dari Naga,
jumlahnya ada ratusan.
“Eh, Eh, Ily, Tri, ide ini sepertinya terlalu buruk.” Ujar Ren
dengan gigi yang gemetar.
“Y-ya sepertinya.”
“Tapi, kita tidak punya pilihan lain, jika kita mundur
makan Rin dan yang lainnya akan tamat”, Tri berusaha serileks
mungkin.
“Baiklah, kita masuk.”
Sesaat kami masuk ternyata kami akan disambut langsung
oleh rajanya.
“Anak-anak manusia.”
Bulu kami merinding terasa seperti akan memanjang
karena terlalu sering merinding.
“Anak-anak manusia, apa yang kalian lakukan ditempatku
ini Haa?”
Aku hampir tidak mampu mendeskripsikany bentuk Raja
Naga ini. postur tubunya sangat besar sekali, bahkan mungkin
jika sang Raja tinggal di Bulan ia akan memenuhi seperdelapan
dari Bulan itu sendiri.
“JAWAB”
Suara sang Raja mengelegar ia mengoncangkan seluruh
goa ini.
“Eh i-itu, kami ingin meminta pertolongan.”
“Pertolongan? Pertolongan apa?”
“Kami ingin kalian mengalahkan armada yang barusan
saja datang ke Bumi.”
158
Ozon
“Untuk apa?”
Matanya tiba-tiba berada didepan kami, bahkan untuk
seukuran mata saja itu sudah sangat besar.
“Untuk menyelamatkan Bumi?”
“Lalu?”
“Tidakkah kalian ingin menyelematkan Bumi?”
“Tidak, itu bukan urusan kami.”
Aku kehabisan kata-kata tidak tahu lagi apa yang bisa aku
lakuakn untuk menjawab sang Raja.
“Dengarkan aku manusia, kalian sudah terlalu lama
merusak dunia ini. Sampai-sampai membuat aku yang telah
tertidur begitu lama terbagun akibat ulah kalian. Aku tahu
bahwa kalian adalah makhluk yang spesial, tapi kespesialan
kalian membuat keegosian muncul. Kalian tamak, tidak tahu
diri. Sudah memakai kalian buang begitu saja, lalu haruskah
kami ikut campur atas urusan kalian itu?”
Sang raja benar, semua ini sebenarnya salah kami.
“Tapi, bukankah tidak semua manusia seperti itu?”
“Yah, aku tahu itu. Kalian ada orang ketiga yang datang
menemuiku. Dua orang sebelum kalian mempunyai ambisi
yang sama. Mereka ingin menyelamatkan Bumi dan ambisi
mereka membuat aku mau menolonya. Tapi, aku tidak yakin
dengan kalian ini. Apa lagi kaliah bukan penduduk asli Bumi
bagaimana mungkin kalian mau melindungi Bumi? Haa.”
Kami semua terdiam.
“Sudahlah pergi dari sini, kalian hanya membuang-buang
waktu saja.”
“Wahai sang raja, kami datang dari Mars hanya untuk
melindugi Bumi. Kami bahkan mempertaruhkan segalanya demi
Bumi ini. orang-orang yang datang itu sebelumnya mengejar
kami, mereka ingin menghabisi kami karena memiliki niat
ingin melindungi Bumi. memang benar Bumi bukanlah tempat
159
Daus Net
160
Ozon
161
Daus Net
“Permisi.”
Kakek tua itu duduk di atas meja belajar dengan santainya
ia mebaca buku yang sangat tebal. Kaket tua itu sepertinya tidak
peduli dengan apa yang terjadi di luar.
“Kek? Boleh kami pinjam dipannya?” tanya Tri.
Kakek itu mendegus kesal melihat kami datang tapi,
ia terlihat tidak tega membiarkan dua anak muda yang kami
bawak ke pondokkannya. Meski, terlihat tidak peduli, tetapi
sebenarnya ia hanya malu-malu untuk bersikap baik. Lihatlah
ia bahkan menyiapkan kotak P3K, air, dan makanan ringan.
“Aku bukannya peduli dengan kalian, ini hanya ucapan
terima kasih untuk perlindungannya tidak lebih dan tidak
kurang.”
“Terima kasih kakek.”
Aku heran Tri bisa-bisanya ternyesum manis saat
menghadapi kakek tua itu, kalau aku pasti sudah naik darah
karenannya.
Aku dan Tri melaukan pengobatan kepada Ken dan
Firuz. Ren berjaga-jaga di depan pintu rumah kakek tua itu.
Kami tak ingin terjadi sesuatu yang mengerikan menimpa
rumah ini, jika itu terjadi bisa-bisa kakek tua itu akan mengutuk
kami seumur hidup.
Seruan Naga-Naga sudah mulai reda sepertinya
pasukkan militer Mars telah berhasil dipukul mundur. Tapi,
belum ada tanda-tanda Rin akan ke sini. Entahlah mungkin ia
sedang mengurusi pasukkan yang tersisia.
“Hey, anak muda kalian dari Mars bukan?”
Aku terkejut tiba-tiba mendengar suara serak-serak dan
ternyata kakek tua itu yang berbicara. Ia menatapku dengan
tatapan sinis.
“I-iya kek.”
“Kenapa kalian melindungi Bumi?”
163
Daus Net
164
Ozon
165
Daus Net
166
Ozon
Ronde Dua
S aat aku dan Tri sedang asik mengobrol dengan Nek Ra,
tiba-tiba Boooomm. Suara ledakan terdengar dari luar.
“Ren ada apa?”tanya Tri.
“Mereka kembali.”
“Ha? Kenapa bisa?”
“Kali ini pasukkannya lebih banyak.”
Kami semua bergegas termasuk Ken dan Firuz bahkan
Nek Ra juga ikut. Kami sunggu terkejut ketika melihat kawah
luas yang tiba-tiba ada di depan mata kami. Kawah itu mungkin
tiga kali lebih luas dari lapangan sepak bola dan di sana ada
beberapa mayat para Naga.
Suara design mesin yang super kuat mengusir burung-
burung yang hendak lewat, binatang-binatang di sekitar lari
terbirit-birit. Bahkan para Naga mulai ragu ingin menyerang
ketika ada kapal militer utama datang ke Bumi.
167
Daus Net
168
Ozon
169
Daus Net
170
Ozon
171
Daus Net
172
Ozon
Baju Militer
173
Daus Net
174
Ozon
175
Daus Net
176
Akhir
179
Daus Net
Keputusan Ily
181
Daus Net
182
Ozon
Epilog
Para pasukkan mars terlihat luluh lantak, mereka mengalami
kekalahan akibat melawan alam. Kerusakan terjadi dimana-
mana, tanah tampak berlubang-lubang padahal dari tanah inilah
manusia bisa hidup tapi, mereka malah merusaknya.
Ily tak menetap di Bumi, ia lebih memilih kembali ke
Mars. Ily memutuskan untuk melajutkan Pendidikan hingga ke
tahap universitas. Ia memutuskan untuk terus peduli terhadap
lingkungan sekitar, sekarang dirinya tahu, masalah lingkungan
adalah masalah yang akan terus ada sepanjang masa. Jika beri
solusi kepada satu masalah maka masalah lainnya akan muncul.
Alam tak bisa terus-terus memperbaiki dirinya sendiri,
alam juga punya batasan. Karena itu Ily bertekad untuk menjaga
lingkungan baik di Mars dan di Bumi. Ia juga mendirikan sebuah
organisasi bernama Ozon, agar lingkungan ini tetap memiliki
penjaga disetiap generasi.
Bertahun-tahun setelah peperangan sudah banyak hal
yang dilakukan oleh Ily, selain menjaga lingkungan, ia
juga membangun diplomasi dengan pihak Bumi. Ily ingin
membangun peradaban di Bumi.
Hari ini Ily diundang oleh pemerintahan dunia untuk
menjadi pembicara internasional. Ily terlihat sangat menawan
ketika menaiki tangga, rambutnya yang tak ikat melambai-
lambai. Saat ia naik ke podium terlihat matanya berbinar,
senyumnya bagai Bulan.
Ia lalu mengecek mic, menarik napas dan berkata.
184
Ozon
Ozon.
185
Daus Net
Profil Penulis :
186
Ozon
187
Daus Net
188