Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai
manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-
negara berkembang (Saidi, 2010). WHO mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 2006).
Berdasarkan data WHO (2010-b), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di
seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5
juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit
stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecacatan pada
usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak di dunia (Xu, et al., 2010).
Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang banyak ditemukan tidak hanya
pada negara-negara maju tapi juga pada negara-negara berkembang. Menurut
Janssen, et al., (2010), stroke merupakan penyebab utama kecacatan di negara-negara
barat. Di Belanda, stroke menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab DALY’s
(Disability Adjusted Life Years = kehilangan bertahun-tahun usia produktif).
Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke
menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung dan
kanker (Heart Disease and Stroke Statistics—2010 Update: A Report from American
Heart Association). Dari data National Heart, Lung, and Blood Institute tahun 2008,
sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya. Dengan
610.000 orang mendapat serangan stroke untuk pertama kalinya dan 185.000 orang
dengan serangan stroke berulang (Heart Disease and Stroke Statistics_2010 Update: A
Report From the American Heart Association). Setiap 3 menit didapati seseorang yang
meninggal akibat stroke di Amerika Serikat. Stroke menduduki peringkat utama
penyebab kecacatan di Inggris (WHO, 2010-a).
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian setelah
penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang. Negara
berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke di seluruh
dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.
Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 4,4 juta di
antaranya meninggal dalam 12 bulan (WHO, 2006). Di Indonesia, prevalensi stroke

Stroke Hemoragik 1
mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke
tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang
terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007,
stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit
jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua
usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Menurut Davenport dan Dennis (2000), secara garis besar stroke dapat dibagi
menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita
stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya
merupakan jenis stroke hemoragik.
Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor
yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender,
genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attackatau stroke sebelumnya. Sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok,
penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol,
hiperkolesterolemia (PERDOSSI, 2004). Identifikasi faktor risiko stroke sangat
penting untuk mengendalikan kejadian stroke di suatu negara. Oleh karena itu,
berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut maka dapat dilakukan tindakan
pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke, terutama untuk menurunkan angka
kejadian stroke

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mengetahui gambaran umum tentang penyakit Stroke Hemoragik dan
penatalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Stroke Hemoragik;
b. Mengetahui sistem organ yang terkait Stroke Hemoragik;
c. Mengetahui Pemeriksaan diagnostik pada Stroke Hemoragik;
d. Mengetahui diagnosa serta intervensi yang dibutuhkan klien dengan Stroke
Hemoragik;
e. Melakukan Evaluasi SOAP Keperawatan pada pasien Stroke Hemoragik

Stroke Hemoragik 2
C. Metode Penulisan
Metode penulisan untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis
menggunakan beberapa metode yaitu autoanamnesa, alloanamnesa, Rekam Medis,
dan Studi Pustaka
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, discharge planning, 11 pola gordon
konsep asuhan keperawatan tujuan kriteria hasil, intervensi dan rasional

BAB III : Laporan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari perbandingan jurnal dengan teori dan
Praktek lapangan yang ditemukan
BAB V : Penutup teridri dari kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka

Stroke Hemoragik 3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medik
1. a. Definisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
(Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis
stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah
tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

b. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2008: 237), klasifikasi stroke dibedakan menurut
patologi dari serangan stroke meliputi:
Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Perdarahan otak dibagi dua yaitu:
1) Perdarahan Intraserebri
Pecahnya pembuluh darah (mikroanurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk
massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian

Stroke Hemoragik 4
mendadak akibat herniasi otak. Perdarahan interaserebri yang disebabkan
hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.
2) Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya anurisma berry atau AVM.
Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarachnoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme
pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik,
afasia dan lainnya).

2. Anatomi dan Fisiologi


ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

Jaringan Saraf terdiri dari:

1. Neuron (sel saraf)


Merupakan unit anatomis dan fungsional sistem persarafan

Stroke Hemoragik 5
Bagian-bagian dari neuron :
a) badan sel (inti sel terdapat didalamnya)
b) dendrit : menghantarkan impuls menuju badan sel
c) akson : menghantarkan impuls keluar dari badan sel

Klasifikasi neuron berdasarkan bentuk :


a. Neuron unipolar
Terdapat satu tonjolan yang bercabang dua dekat dengan badan sel, satu
cabang menuju perifer dan cabang lain menuju SSP (neuron sensorik saraf
spinal)
b. Neuron bipolar
Mempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendrit
c. Neuron multipolar
Terdapat beberapa dendrit dan 1 akson yang dapat bercabang-cabang banyak
sekali. Sebagian besar organela sel pd neuron terdpt pada sitoplasma badan
sel. Fungsi neuron : menghantarkan impuls saraf keseluruh tubuh (somatik
dan viseral). Impuls neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat
kimia diantara neuron (celah sinap / cleft sinaptik). Zat kimia yang disinteis
neuron dan disimpan didalam vesikel ujung akson disebut neurotransmiter
yang dapat menyalurkan impuls.
Contoh neurotransmiter : asetilcolin, norefineprin, dopamin, serotonin, gama-
aminobutirat (GABA)
2. Sel penyokong (Neuroglia pada SSP & sel schwann pada SST)
Ada 4 neuroglia :
a. Mikroglia : berperan sbg fagosit
b. Ependima : berperan dlm produksi CSF

Stroke Hemoragik 6
c. Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan
potensial biolelektrik
d. Oligodendrosit : menghasilkan mielin pd SSP yg merupakan selubung neuron
3. Mielin
a. Komplek protein lemak berwarna putih yang menutupi tonjolan saraf
(neuron)
b. Menghalangi aliran ion Na & K melintasi membran neural.
c. Daerah yang tidak bermielin disebut nodus ranvier
d. Transmisi impuls pada saraf bermelin lebih cepat dari pada yang tak bermelin,
karena adanya loncatan impuls dari satu nodus kenodus lainnya (konduksi
saltatorik).

Pembagian sistem saraf secara anatomi :

1. Sistem Sarap Pusat


Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak,
dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak
dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan
selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang
yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
a) Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak
sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah
dilepaskan dari tulang kepala. Diantara tulang kepala dengan duramater
terdapat rongga epidural.
b) Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-
labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis;
semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi
selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari
bahaya kerusakan mekanik.
c) Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan
lipatan-lipatan permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:


a) Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
b) Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)

Stroke Hemoragik 7
c) Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf
didalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.

Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata),
dan jembatan varol.

Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental,


yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada

Stroke Hemoragik 8
bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar
berbagai bahasa. Disekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur
kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat
proses berpikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi.
Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Otak tengah (mesensefalon)


Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus
yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.

Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang


terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.

Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula


spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan
respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu,
sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk,
dan berkedip.

Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:


a) Telensefalon (end brain)

Stroke Hemoragik 9
Telensefalon(end brain) terdiri dari:
Hemisfer serebri, kortek serebri, sistem limbik (Bangsal ganglia,
hipokampus, Amigdala).
b) Diensefalon (inter brain)
Diensefalon (inter brain) terdiri dari:
Epitalamus, Talamus, Subtalamus, Hipotalamus
c) Mesensefalon (mid brain)
Mesensefalon (mid brain) terdiri dari:
Kolikulus superior
Kolikulus inferior
Substansia nigra
d) Metensefalon (after brain)
Metensefalon (after brain) terdiri dari:
Pons
Serebelum
Mielensefalon
Medula oblongata
e) Mielensefalon (marrow brain)

Sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar


berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti
sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah
disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum
tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum
tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal
terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima
impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor.

Suplai darah otak


Otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
1. Arteri karotis interna
2. Arteri vertebro basiler

Stroke Hemoragik 10
2. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk
menjalankan otot dan organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf
tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka
mekanis.

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar
(sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya
diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat
diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.

Gambar Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

1) Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf
yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Stroke Hemoragik 11
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1. Saraf Olfaktorius (Penciuman)
Saraf Olfaktorius adalah jenis saraf sensorik yang memberikan kontribusi
dalam indera penciuman pada manusia. Saraf Olfaktorius pada dasarnya
menyediakan sel-sel khusus yang disebut sebagai epitel penciuman. epitel
penciuman membawa informasi dari epitel hidung ke pusat penciuman di
otak.
2. Saraf Optikus (Penglihatan)
Saraf Opticus adalah jenis saraf sensorik yang mengubah informasi
tentang penglihatan ke otak. Untuk lebih spesifik Saraf Opticus memasok
informasi kepada retina dalam bentuk sel-sel ganglion.
3. Saraf Okulomotorius
Saraf Oculomoter adalah bentuk saraf motorik yang memasok informasi
ke pusat-pusat yang berbeda di sepanjang otak tengah. Fungsinya meliputi
mengangkat kelopak mata superior, bola mata berputar superior, kontruksi
pupil saat terkena paparan cahaya dan mengoperasikan beberapa otot
mata.
4. Saraf Troklear
Saraf motorik ini juga memasok informasi ke otak tengah dan melakukan
fungsi penanganan otot mata serta memutar bola mata.
5. Saraf Trigeminus
Saraf Trigeminus adalah jenis terbesar dari saraf kranial dan melakukan
banyak fungsi sensorik yang berhubungan dengan hidung, mata, lidah dan
gigi. Pada dasarnya dibagi lagi dalam tiga cabang yang saraf mata, saraf
rahang atas dan saraf rahang bawah. Ini adalah jenis saraf campuran yang
melakukan fungsi sensorik dan motorik di otak.
6. Saraf Abdusen
Saraf Abdusen merupakan jenis saraf motorik yang memasok imformasi
ke pons dan melakukan fungsi pergerakan mata kearah samping.
7. Saraf Fasial (Wajah)
Saraf motorik ini bertanggung jawab untuk berbagai jenis ekspresi wajah.
Saraf Fasial juga melakukan beberapa fungsi saraf sensorik dengan
memberikan informasi tentang sentuhan pada wajah dan indera lidah
dalam mulut. Saraf Fasial terletak di sepanjang batang otak.

Stroke Hemoragik 12
8. Saraf Audiotorius
Saraf motorik ini pada dasarnya berfungsi dalam memberikan informasi
yang berkaitan dengan menyeimbangkan kepala dan indera suara atau
pendengaran. Saraf Audiotorius membawa vestibular serta informasi
koklea ke otak dan terletak di dekat telinga bagian dalam.
9. Saraf Glasofarangius
Saraf Glasofarangius adalah saraf sensorik yang membawa informasi
sensorik dari faring (bagian awal tenggorokan) dan beberapa bagian dari
lidah serta langit-langit mulut. Informasi yang dikirim adalah tentang suhu,
tekanan dan fakta terkait lainnya.
Saraf Glasofarangius juga mencakup beberapa bagian dari kelenjar selera
dan kelenjar ludah. Saraf Glasofarangius juga membawa beberapa fungsi
motorik seperti membantu dalam menelan makanan.
10. Saraf Vagus
Saraf Vagus merupakan jenis saraf campuran yang melakukan fungsi
motorik dan sensorik. Saraf Vagus pada dasarnya berkaitan dengan bagian
faring, laring, esofagus, trakea, bronkus, beberapa bagian dari jantung dan
langit-langit mulut. Ia bekerja dengan konstriksi otot-otot daerah atas.
Pada bagian sensorik, memberikan kontribusi dalam kemampuan
mencicipi makanan pada manusia.
11. Saraf Assesorius
Saraf Assesorius merupakan saraf motorik yang memasok informasi
tentang sumsum tulang belakang, trapezius dan otot sekitarnya. Saraf
Assesorius juga memberikan gerakan otot bahu dan pergerakan leher.
12. Saraf Hipoglosus
Saraf Hipoglosus adalah saraf motorik yang berhubungan dengan otot-otot
lidah.

Tanda-tanda Peningkatan Tekanan Intra Kranial :


a. Hipertensi
b. Bradikardi
c. Papil Edema
d. Muntah Proyektil
e. Nyeri Kepala

Stroke Hemoragik 13
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus
vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut.
Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah
jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan
sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang
saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang
saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang
disebut pleksus.
Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut :
a) Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang
mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c) Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2) Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur
membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat
saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan
yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik
terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang
terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang
belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion
menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis).
Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama
cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf
sumsum sambung.

Stroke Hemoragik 14
Parasimpatik

a. mengecilkan pupil
b. menstimulasi aliran ludah
c. memperlambat denyut jantung
d. membesarkan bronkus
e. menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
f. mengerutkan kantung kemih

Simpatik

a. memperbesar pupil
b. menghambat aliran ludah
c. mempercepat denyut jantung
d. mengecilkan bronkus
e. menghambat sekresi kelenjar pencernaan
f. menghambat kontraksi kandung kemih

Mekanisme Penghantaran Impuls

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong
(neuroglia dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan
terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.

Stroke Hemoragik 15
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri
dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf
autonom (viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon,
metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur
lanjutan tunggal yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen
magnum dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis sampai setinggi
vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang
saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf pusat
dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis
interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus
arteriosus serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali
ke sirkulasi umum melalui vena jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto.
2005)

Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel


yang memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi
menghambat ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi),
ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan melalui membran
plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh lebih besar daripada
permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh
lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan
perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang
membran plasma karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian
luar. Potensial ini dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell.
2007). Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi
perubahan yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion
Na+ berdifusi melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan
tersebut menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion Na+
yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar ±
40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar
5msec. Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera
menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+
sehingga ion K+ mulai mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial
area sel setempat ke potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan
dihantarkan sebagai impuls saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma

Stroke Hemoragik 16
membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi
keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode refrakter. Stimulus
inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion Cl-
melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan
hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007)

3. Etiologi

Etiologi stroke menurut Muttaqin (2008: 235) adalah:


a. Trombosis Serebri
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti disekitarnya.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
1) Aterosklerosis
Adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah.
2) Hiperkoagualasi pada polisitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebri.
3) Arteritis (radang pada arteri)
b. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
c. Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang
subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri.

Stroke Hemoragik 17
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi:
a) Aneurisma berry, biasanya defek congenital.
b) Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis.
c) Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.
d) Malformasi erteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e) Ruptur arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.

d. Hipoksia Lokal
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia lokal adalah:
1) Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid,
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
e. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
1) Hipertensi yang parah,
2) Henti jantung paru,
3) Curah jantung turun akibat anemia.

Menurut Smeltzer (2001: 2131), stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari
empat kejadian:
a) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
b) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain)
c) Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
d) Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)

Menurut Battica (2008: 58), faktor risiko pada klien dengan stroke hemoragik
antara lain:
a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
b. Hipotensi atau tekanan darah rendah.
c. Obesitas atau kegemukan.
d. Kolesterol darah tinggi.
e. Riwayat penyakit jantung.

Stroke Hemoragik 18
f. Riwayat penyakit diabetes mellitus.
g. Merokok
h. Stres.

4. Patofisiologi

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri
yang membentuk sirkulus wilisi arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar
atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan, akan tetapi
dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark didaerah otak
yang diperdarahi oleh arteri tersebut mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai didaerah tersebut dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh
darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan thrombosis atau robeknya dinding
pembuluh darah dan terjadi peradangan berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah
akibat bekuan atau infeksi pembuluh ekstrakranium dan rupture vascular dalam
jaringan otak (Sylvia A Price dan Wilson, 2006).
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(trombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan
faktor penting untuk otak, thrombus dapat berasal dari plak arterosklerosis, atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan:
1) Iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan,
2) Edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark ini
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan
perbaikan.

Stroke Hemoragik 19
Karena trombosis biasanya tidak fatal, bila tidak terjadi perdarahan massif. Oklusi
pada pembuluh darah serebri oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti thrombosis. Jika terjadi infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh
darah, maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan perdarahan serebri, jika aneurisma
pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak lebih disebakan oleh rupture arterosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebri yang sangat luas akan menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebrovaskuler, karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial
dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falks serebri atau lewat
foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan kebatang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, thalamus, dan pons (Muttaqin. 2008:241-242).
Menurut Price (2005: 964), pada dasarnya stroke intra serebral terjadi akibat
berkurangnya suplai peredaran darah ke otak. Suplai darah tidak dapat
disampaikan ke daerah tersebut karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau
padat, sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai 20 – 70 ml/100 gr. Jaringan
akan akan terjadi iskemia untuk jangka waktu yang lama dan otak hanya mendapat
suplai darah kurang dari 16 ml/100 gr jaringan otak/menit, maka terjadi serangkaian
perubahan biokimia sel dan daerah yang mengalami kerusakan ini disebut infark.

Stroke Hemoragik 20
5. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis

Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and


Related Health Problem 10th Revisison, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodormal yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat beraktivitas, atau
emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering
terdapat pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegic biasa terjadi sejak
permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ sampai dengan 2 jam, dan 12%
teerjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).
b. Perdarahan Subarachnoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat
dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda
rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid
karena pecahnya anuerisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis
interna.

Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan


pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (ganngguan
hemisensorik)
c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma)
d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan)
e. Disatria (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
g. Ataksia (trunkal atau anggota badan)
h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala

Menurut Smeltzer (2001:2136), dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda
dan gejala dapat berupa:

Stroke Hemoragik 21
a. Stroke hemisfer kiri
1) Paralisis pada tubuh kanan
2) Defek lapang pandang kanan
3) Afasia (eksprsif, reseptif atau global)
4) Perubahan kemampuan intelektual
5) Perilaku lambat dan kewaspadaan
b. Stroke hemifer kanan
1) Paralisis pada sisi kiri tubuh
2) Defek lapang penglihatan kiri
3) Defisist perawatan-khusus
4) Peningkatan distraktibilitas
5) Perilaku impulsive
6) Kurang kesadaran terhadap defisit

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges, pemeriksaan penunjang pada stroke, meliputi:


a. Angiografi serebral : membantu menemukan penyebab stroke secara spesifik,
seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
b. CT Scan Kepala : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan
infark.
c. Lumbal punksi : menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli serebral, dan TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau
perdarahan intrakranial. Kadar protein meningkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI (Magnetic Resonance Imagging): menunjukkan daerah yang mengalami
infark, hemoragik, malformasi arterivena (MAW).
e. Ultrasono Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system
arteri karotis [aliran darah atau muncul plak], arteriosklerotik).
f. EEG (Elektroensefalogram): mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerahlesi yang spesifik.
g. Sinar X tengkorak; menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas; kalsifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subarakhnoid.

Stroke Hemoragik 22
h. Diffusion-weighted imaging (DWI): memperlihatkan daerah-daerah yang
mengalami infark sebagai daerah putih terang.
i. Perfusion-weight imaging (PWI): pemindaian sekuansial selama 30 detik setelah
penyuntikan gadolinium. Daerah-daerah otak yang kurang mendapatkan perfusi
akan lambat memperlihatkan pemunculan zat warna kontras yang disuntikan
tersebut, dan aliran darah yang lambat tampak putih. Pemidahan serial dapat
mengungkapkan tiga tipe pola yang berlainan: reperfusi dini, reperfusi lambat
dan defisit perfusi persisten.
j. Pemeriksaan laboratorium srandar mencakup urinalisis, HDL, laju endap darah
(LED), panel metabolik dasar (natrium, kalium, klorida, bikarbonat, glukosa,
dan serologi untuk sifilis. Pada klien yang dicurigai mengalami stroke iskemik ,
panel laboratorium mengevaluasi keadaan hiperkoagulasi termasuk perawatan
dasar. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah protombin dengan rasio
normalisasi internasional (INR), waktu tromboplastin parsial; dan hitung
trombosit. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah antibody
antikardiolipin, protein C dan S, antitrombin III, plasminogen, faktor V Leiden,
dan resistensi protein C aktif (Price.2005:1122-1123).

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik :
a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamik stabil.
b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan
c) Tanda – tanda vital diusahakan stabil
d) Bed rest
e) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
f) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
g) Kandung kemih yang penuh dikosongkan bila perlu katerisasi
h) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hndari penggunaan
glukosa murni / cairan hipotonik
i) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih yang
dapat meningkatkan tekanan intracranial
j) Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, apabila kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT

Stroke Hemoragik 23
k) Pemberian obat neuroprotektor, antikoagulan, thrombosis intravena, diuretic,
antihipertensi.

8. Komplikasi

Menurut Muttaqin (2008: 253), setelah mengalami stroke klien mungkin akan
mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan:
a. Dalam hal imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan
tromboflebitis
b. Dalam hal paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan
terjatuh
c. Dalam hal kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala
d. Hidrosefalus
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), komplikasi stroke meliputi:
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memeberi oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta
hemotokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan
oksigen jaringan.
b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi atau hipotensi ektrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan
pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cidera.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.

9. Discharge Planning
a. Memastikan keamanan bagi pasien setelah pulang
b. Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan
c. Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah
(kujungan rumah oleh tim kesehatan)
d. Penunjukan health care provider yang akan memonitor status kesehatan pasien

Stroke Hemoragik 24
e. Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan pasien
untuk memberikan perawatan dan bantuan harian dirumah dan mengajarkan
tindakan yang dibutukan

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian 11 Pola Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alcohol, DM dan kurang menjaga
kesehatan.
2) Pola Nutrisi dan metabolic
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut.
3) Pola Eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi
masalah pada saraf vagus yang mengakibatkan konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori
atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah,
5) Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri
otot.
6) Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
8) Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/ sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang
sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.

Stroke Hemoragik 25
9) Pola Reproduksi dan Seksualitas
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamine ini
diakibatkan saraf assesorius yang mengalami gangguan.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
11) Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Kriteria Hasil, Intervensi dan Rasional


1) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah
ke otak.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara
optimal
Kriteria hasil
a. Klien tidak gelisah
b. Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang
c. GCS = E4V5M6
d. Pupil Isokor, reflex cahaya (+)
e. TTV : TD : 120-110/80-70 mmHg, HR : 60 – 100 x/menit
RR : 16 – 20 x/menit, SpO2 : 96 – 100 % Suhu : 36,5 – 37,5oC
Intervensi

Mandiri
a. Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Rasionalnya :
Refleks membuka mata dapat menentukan pemulihan tingkat kesadaran,
respon motorik dapat menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus
eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik, reaksi pupil digerakan
oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak,
pergerakan mata membantu menentukan area cidera dan tanda awal
peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.

Stroke Hemoragik 26
b. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Rasionalnya : Adanya Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta
penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan
intracranial dan pernapasan yang irreguler merupakan indikasi terhadap
adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi.
c. Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Rasionalnya : Perubahan posisi kepala pada satu sisi dapat menimbulkan
penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, yang dapat
meningkatkan tekanan intrakranial.
d. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran
urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Rasionalnya : Konstipasi dan batuk berkepanjangan dapat mencetuskan
respon otomatik peningkatan intrakranial.
e. Observasi kejang dan lindungi klien dari cedera akibat kejang.
Rasionalnya : Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat
meningkatkan tekanan intrakrania.
f. Berikan oksigen sesuai dengan kondisi klien
Rasionalnya : Klien stroke hemoragik mengalami perdarahan diotak dan
menyebabkan otak kekurangan oksigen maka perlu diberikan oksigen untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dijaringan otak.
Kolaborasi
a. Berikan obat-obatan misalnya steroid (dexamethason) yang diindikasikan
dengan tepat dan benar.
Rasionalnya : Obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar dapat
menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik
diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem
otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan
edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk
menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial.
Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian
oksigen otak.

Stroke Hemoragik 27
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan nuerosmuskular
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan mobilisasi pasien mengalami peningkatan
Kriteria hasil
a. Mempertahankan posisi optimal
b. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
c. Mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas
Intervensi
a. Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiap ekstermitas
secara terpisah terhadap kekuatan dan gerakan normal, respons terhadap
rangsang.
Rasionalnya : Lobus frontal dan parietal berisi saraf-saraf yang mengatur
fungsi motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau
meningkatkan tekanan.
b. Ubah posisi klien setiap 2 jam.
Rasionalnya : Klien yang tidak merubah posisi dapat menyebabkan
terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu lama pada satu sisi sehingga jaringan
yang tertekan akan kekurangan nutrisi yang dibawa darah melalui oksigen.
c. Lakukan latihan secara teratur dan letakkan telapak kaki klien dilantai saat
duduk dikursi atau papan penyangga saat tidur ditempat tidur.
Rasionalnya : Latihan secara teratur pada kaki dan tangan klien dapat
mengatasi terjadinya deformitas dan komplikasi seperti footdrop.
d. Topang kaki saat mengubah posisi dengan meletakkan bantal di satu sisi saat
membalik klien.
Rasionalnya : Posisi yang salah dapat menyebabkan terjadinya dislokasi
panggul jika meletakkan kaki terkulai dan jatuh serta mencegah fleksi.
e. Pada saat klien ditempat tidur letakkan bantal di ketiak diantara lengan atas
dan dinding dada untuk mencegah abduksi bahu dan letakkan lengan posisi
berhubungan dengan abduksi sekitar 180.
Rasionalnya : Posisi ini dapat membidangi bahu dalam berputar dan
mencegah edema dan akibat fibrosis.
f. Lakukan latihan di tempat tidur.
Rasionalnya : Klien dengan gangguan mobilitas fisik dibantu latihan ditempat
tidur dapat mencegah terjadinya kaku sendi dan klien dapat belajar
menggunakan kakinya yang mengalami kelemahan anggota gerak tubuh.

Stroke Hemoragik 28
g. Lakukan latihan ROM 4 x sehari setelah 24 jam serangan stroke jika sudah
mendapatkan terapi.
Rasionalnya : Klien dengan stroke hemoragik terjadi kelemahan pada salah
satu bagian anggota gerak tubuh karna terjadi kerusakan otak dan kontrol
gerak tubuh terganggu maka perlu latihan ROM diberikan untuk melatih
gerak klien mencegah kaku sendi pada klien.
h. Bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur.
Rasionalnya : Klien hemiplegia dapat mengalami ketidakseimbangan pada
saat duduk atau turun dari tempat tidur sehingga perlu dibantu untuk
keselamatan dan keamanan.

3) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori


Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan meningkatnya persepsi sensori
secara optimal
Kriteria hasil
a. Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi
b. Pasien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
c. Pasien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap
perubahan sensori
Intervensi
1. Kaji kesadaran sensori
Rasional : Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetic
berpengaruh terhadap keseimbangan dan sesuai gerakan yang menggangu
ambulasi.
2. Berikan stimulasi terhadap sentuhan
Rasional : Klien stroke hemoragik mengalami gangguan pada 12 saraf kranial
rangsangan stimulasi diberikan untuk melatih respon klien terhadap stimulasi
yang diberikan.
3. Lindungi klien dari suhu berlebihan
Rasional : Klien stroke hemoragik yang mengalami gangguan pada 12 saraf
kranial mengalami gangguan terhadap rangsangan stimulasi, suhu berlebihan di
sekitar lingkungan klien menyebabkan klien tidak nyaman dan kemungkinan
dapat terjadi trauma pada klien

Stroke Hemoragik 29
4. Hilangkan kebisingan atau stimulasi eksternal yang berlebihan
Rasional : Klien yang mengalami ganguan persepsi sensori terjadi penurunan
terhadap rangsangan stimulasi, lingkungan klien yang bising dan berisik dapat
meningkatkan rasa kecemasan dan respon emosi yang berlebihan pada klien.
5. Lakukan validasi terhadap persepsi klien
Rasional : Klien dengan stroke hemoragik mengalami gangguan persepsi sensori
dan ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.
6. Bantu ADL klien
Rasional : Klien dengan gangguan penglihatan lapang pandang tidak
maksimal mengalami kesulitan dalam menginteprestasikan keadaan sekitar
7. Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien
Rasional : Dengan penglihatan yang akan terganggu klien akan kesulitan
menjangkau barang yang dibutuhkan
8. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic
Rasional : Peradangan yang disebabkan virus atau bakteri akan sensitif
terahadap antibiotik

Stroke Hemoragik 30
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Riwayat Kesehatan
1. Identitas Klien
Nama : Ny NS
Tempat tanggal lahir : Kendawangan, 29 April 1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 33 tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status perkawinan : Menikah
Ruang/Bed : ICU / 04
Alamat : Desa Kedondong, Kendawangan
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik + Hipertensi Emergency
Tanggal Masuk RS : 17 April 2017, Pukul : 21.30
Tanggal Pengkajian : 19 April 2017, Pukul : 08.00

2. Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit kepala
3. Keluhan Penyerta
Klien mengatakan tangan sakit
4. Alasan Masuk Rumah sakit
Klien Mengatakan saat dirumah klien mengeluh sakit kepala dan badan terasa
lemas setelah beraktivitas dan badan terasa pegal-pegal.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 April 2017 pukul 08.30 WIB. klien
2 hari sebelumnya klien mengeluh sakit kepala dan pusing, dirumah klien minum
obat hipertensi. Klien mengalami penurunan kesadaran dan oleh keluarga klien
dibawa ke rumah sakit. Klien masuk UGD Senin 17 April 2017 Pukul 21.30, klien
dipasang infus RL 20 tpm di metacarpal dextra dan klien mendapat injeksi
Ranitidine 25 mg, Ondancentron 4 mg, Citicoline 500 mg, dan terapi oral captrofil

Stroke Hemoragik 31
25 mg. Pukul 23.15 WIB klien masuk ke ruang ICU. Pada saat pengkajian
kesadaran klien composmentis nilai GCS 14 dengan nilai E3, M6, V1.
6. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi ± 2 tahun yang lalu
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti
klien

B. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum sakit : Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak ± 2
tahun yang lalu.
Saat Sakit : Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien
periksa kondisinya ke puskesmas dan klien minum obat
penurun tekanan darah, klien tidak menjaga pola makannya
kadang klien makan sekali sehari dan kadang dua kali sehari
dan klien tidak pernah melakukan diit.
b. Pola Nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan menelan,
makan 3 kali sehari, tidak mual dan muntah saat makan
Saat Sakit : Klien mengatakan makan habis ½ porsi, minum sedikit.
klien tidak makan buah-buahan, BB : 70 kg
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan bab 1 kali sehari tidak ada masalah
saat bab, bak lancar tidak ada masalah saat bak.
Saat sakit : Klien mengatakan sudah 2 hari tidak bab. Terpasang
kateter, warna urin kuning jernih, aliran lancar.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan bisa melakukan aktivatas sehari-hari
seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan memasak
Saat Sakit : Klien mengatakan istirahat ditempat tidur, aktivitas dan latihan
klien dibantu seperti makan, minum, mandi, berpakaian,
bab, bak

Stroke Hemoragik 32
e. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalah saat tidur dan
jarang tidur siang
Saat sakit : Klien mengatakan dapat tidur sebentar kadang terbangun
karna sakit kepala dan pusing
f. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu berkumpul dengan suami dan
anak-anaknya, tidak ada gangguan komunikasi
Saat Sakit : Klien mengatakan tidak dapat berbicara banyak dengan
suami dan anak-anaknya
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Sebelum sakit : Klien mengatakan dirinya periang dan sibuk bekerja
Saat sakit : Klien mengatakan sedih dirinya tidak bisa bekerja
dan berkumpul bersama keluarganya. Klien kadang
beteriak dan mudah marah.
h. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan.
Saat sakit : Klien mengatakan mata sebelah kanan tidak bisa
melihat, pandangan terganggu.
i. Pola Reproduksi Seksualitas
Sebelum sakit : Klien mengatakan masih menggunakan KB suntik
Saat Sakit : Klien mengatakan menggunakan KB suntik kurang
lebih 3 tahun
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat mengambil keputusan sendiri
dalam menyelesaikan masalah
Saat Sakit : Klien mengatakan suami yang mengambil keputusan
saat dirinya dirawat di rumah sakit
k. Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering menjalankan sholat bersama
suami dan anak-anaknya
Saat sakit : Klien mengatakan tidak dapat menjalankan sholat
sendiri maupun bersama keluarga

Stroke Hemoragik 33
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : klien tampak sakit sedang, terpasang infus RL 20 tpm, klien
tampak gelisah, warna kulit sawo matang
Kesadaran : Composmentis
GCS14 , E3 V5 M6

TTV :
TD : 186/121 mmHg
HR : 68 kali/menit
RR : 18 kali/menit
SpO2 : 98 %
Suhu : 37,70 C
Head to toe :
1. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, bulat, tidak ada lesi / bekas luka, kulit
kepala bersih, rambut hitam
Palpasi : tidak ada benjolan
2. Mata
Inspeksi : antara mata kanan dan kiri simetris, tidak cekung, tidak strabismus
konjungtiva anaemis, pupil isokor, reflex cahaya +/+
Palpasi : udema palpebra (-)
3. Hidung
Inspeksi : antara lubang hidung kanan dan kiri simetris, lubang hidung
bersih, cuping hidung (-)
4. Mulut
Inspeksi : antara sisi kanan dan kiri simestris, membran mukosa lembab
5. Telinga
Inspeksi : antara telinga kanan dan kiri simestris, lengkap, tidak ada
cairan yang keluar dari lubang telinga
6. Leher
Inspeksi : letak trakea ditengah, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
7. Dada
Jantung
Inspeksi : Tidak terkaji klien menolak

Stroke Hemoragik 34
Palpasi : Tidak terkaji klien menolak
Perkusi : Tidak terkaji klien menolak
Auskultasi : Tidak terkaji klien menolak
Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu nafas,
tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak terkaji klien menolak
Perkusi : tidak terkaji klien menolak
Auskultasi : tidak terdengar suara nafas tambahan
8. Abdomen
Inspeksi : antara kuadran kanan, kiri, atas dan bawah simetris, tidak ada
cairan yang keluar dari umbilikus
Auskultasi : bising usus 8 kali/ menit
Palpasi : tidak teraba skibala pada 4 kuadran
Perkusi : timpani
9. Genetalia dan anus
Inspeksi : tidak terkaji klien menolak
10. Ekstremitas
Inspeksi : antara kedua kaki dan tangan simetris, jari lengkap, tidak ada
deformitas, akral hangat, tidak sianosis, tidak ada clubbing finger

Palpasi : tugor kulit elastis, capillary refill ≤ 3 detik,


Kekuatan otot : 4 5
4 5
Pemeriksaan 12 Saraf Kranial
1. Nerve Olfaktorius
Klien dapat mengenali bau sabun, minyak telon
2. Nerve Optikus
Klien dapat membuka mata sebelah kiri, lapang pandang terganggu mata
sebelah kanan tidak dapat membuka
3. Nerve Oculomotorius, Trochlearis, Abdusen
Pupil sebelah kanan bereaksi saat tekena cahaya, tidak terkaji, respon mata
kanan baik

Stroke Hemoragik 35
4. Nerve Trigeminus
Pada mata sebelah kiri klien dapat merasakan goresan kapas dikelopak mata,
mata sebelah kanan klien tidak merasakan sentuhan kapas, sentuhan masih
dirasakan klien pada mata kiri, mata kanan tidak ada respon dari sentuhan.
5. Nerve Facialis
Klien dapat mengerutkan dahi, tersenyum sedikit susah
6. Nerve Vestibulo Cochlearis
Klien masih mendengar gesekan jari ditelinga kanan dan kiri.
7. Nerve Glasofaringeal, Vagus
Klien susah menjulurkan lidah
8. Nerve Assesoris
Klien susah untuk menoleh dan mengangkat bahu kiri dan kanan
9. Nerve Hypoglosus
Klien susah untuk menjulurkan lidah dan menggerakkan ke kiri dan kanan

3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium tanggal 17 April 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,9 g/dl 12,0 – 14,0
Leukosit 11.300 /UI 4.000 – 12.000
Eritrosit 4,24 /UI 4,0 – 5,0
Hematokrit 40,2 % 37 – 43
Trombosit 240.000 /UI 150.000 450.000
MCV 94,8 fl 82 – 97
MCH 30,4 pg 26,5 – 33,5
MCHC 32,1 g/dl 31,5 – 37,0
RDW 13,3 % 11,5 – 14,5
PDW 11,5 fl 15,0 – 17,0
Urea 14,8 mg/dl 10 – 50
Creatinin 1,1 mg/dl 0,5 – 1,0
GDS 83,0 mg/dl < 140

Stroke Hemoragik 36
Hasil Laboratorium tanggal 18 April 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
SGOT 62,2 U/l < 31
SGPT 66,1 U/l <31

Hasil EKG
- Normal Synus Ritme; Left Ventricular Hypertrophy
4. Therapi
Jenis Therapi Jalur Waktu Pemberian Indikasi
Infus RL 20 tpm
Drip Catapres 150 mcg/ml Syringe Tiap 4 jam Krisis hipertensi
D5% 50 CC Pump
Ranitidine 2 x 25 mg Iv Bolus 10.00,22.00 Tukak Lambung
Citicoline 2 x 500 mg Iv Bolus 10.00,22.00 Vitamin syaraf
Ondancentron 3 x 4 mg Iv Bolus 10.00,18,00,02.00 Mual dan Muntah
Novaldo 3 x 1 gr Iv Bolus 08.00,16.00,24.00 Analgetik
Asam Tranexamat 3x500mg Iv Bolus 08.00,16.00,24.00 Anti fibrinolitik
Neurosanbe 2 x 1 tab Oral 08.00,20.00 Gangguan saraf
Captopril 4 x 25 mg Oral 08.00,14.00,20.00, otak
02.00 Hipertensi
Amlodipine 1 x 10 mg Oral 18.00 antihipertensi

Stroke Hemoragik 37
C. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1. Data Subjektif : Ketidakefektifan Gangguan aliran
a. Klien mengatakan pusing, Perfusi Jaringan darah ke otak
kepala sakit Serebral
Data Objektif :
b. TD : 186/121 mmHg
c. Suhu : 37,7o C
d. Klien memiliki riwayat
hipertensi
2. Data Subjektif : Hambatan Gangguan
- Mobilitas Fisik Neuromuskuler,
Data Objektif : penurunan
 Klien ADL dibantu kekuatan otot
 Klien bedrest
 Klien terpasang kateter
 Kekuatan otot 4 5
4 5

3. Data Subjektif : Gangguan Penekanan pada


 Klien mengatakan mata sebelah Persepsi sensori saraf sensori
kanan tidak bisa membuka
lapang pandang terganggu dan
penglihatan menyempit
Data Objektif :
 Klien susah menjulurkan lidah
 Klien susah mengangkat bahu
kiri dan kanan
 Klien sedikit susah merasakan
sentuhan di kelopak mata
kanan

Stroke Hemoragik 38
D. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah yang ditandai dengan klien mengatakan pusing, kepala sakit, TD : 186/121
mmHg, Suhu : 37,7o C, Klien memiliki riwayat hipertensi
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan klien adl dibantu, pasien bedrest,
terpasang kateter, kekuatan otot ektremitas bagian kanan 4 ektremitas bagian kiri 5
c. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan saraf sensori yang
ditandai dengan klien mengatakan mata sebelah kanan tidak bias membuka lapang
pandang terganggu dan penglihatan menyempit, klien susah menjulurkan lidah,
klien susah mengangkat bahu kiri dan kanan, klien sedikit susah merasakan
sentuhan di kelopak mata sebelah kanan.

E. Intervensi Keperawatan

Tujuan
No dan
Tgl Diagnosa Intervensi Rasional
Dx kriteria
hasil :
19/4/ 17 1 Ketidakefektifan Ketidak 1. Monitor TTV 1. Peningkatan sistolik dan
perfusi jaringan efektifan penurunan diastolik serta
serebral perfusi penurunan tingkat kesadaran
berhubungan jaringan dan tanda-tanda peningkatan
dengan gangguan serebral tekanan intracranial dan
aliran darah yang dapat adanya pernapasan yang
ditandai dengan : teratasi irreguler merupakan
Klien setelah indikasi terhadap adanya
mengatakan dilakukan peningkatan metabolisme
pusing, kepala tindakan sebagai reaksi terhadap
sakit, TD : keperawat infeksi.
186/121 mmHg, an selama
Suhu : 37,7o C, 3x24 jam 2. Monitor dan 2. Refleks membuka mata
Klien memiliki dengan catat status menentukan pemulihan
riwayat hipertensi kriteria neurologis tingkat kesadaran, respon
hasil : dengan motorik dapat menentukan

Stroke Hemoragik 39
- Klien menggunakan kemampuan berespon
tidak metode GCS. terhadap stimulus eksternal
gelisah dan indikasi keadaan

- Tidak ada kesadaran yang baik, reaksi

keluhan pupil digerakan oleh saraf

nyeri kranial oculus motorius

mual dan untuk menentukan refleks

kejang batang otak, pergerakan bola

- GCS mata dapat membantu

nilai menentukan area cedera dan

total 15 tanda awal peningkatan


3. Pertahankan tekanan intracranial.
- Pupil
posisi kepala 3. Perubahan kepala pada
isokor
yang sejajar satu sisi dapat
- TTV
dan tidak menimbulkan penekanan
- TD : 120-
menekan. pada vena jugularis dan
110/80-70
menghambat aliran darah
mmHg,
otak, sehingga dapat
HR :
meningkatkan tekanan
60 – 100
intrakranial.
x/menit,
4. Hindari batuk
RR : 16-
yang 4. Batuk, mengedan,
20 x/
berlebihan, konstipasi yang
mrnit
muntah, berkepanjangan dapat
R
mengedan, mencetuskan respon
R
pertahankan otomatik penngkatan
:
pengukuran intrakranial.
1
urin dan hindari
6
konstipasi

yang berkepan
2
jangan.
0
x
5. Observasi
/
kejang dan 5. Terjadinya kejang
m
lindungi klien merupakan akibat iritasi
e

Stroke Hemoragik 40
dari
n cidera otak, hipoksia, dan kejang
akibat
i kejang dapat meningkatkan
t tekanan intrakranial.
6. Berikan
,
oksigen
S sesuai 6. Klien stroke hemoragik
dengan
p kondisi mengalami perdarahan
pasien
O diotak dan menyebabkan
2 otak kekurangan oksigen
: maka perlu diberikan
9 oksigen untuk memenuhi
6 kebutuhan oksigen

7. Berikan obat- dijaringan otak.
obatan
1 yang 7. menurunkan tekanan
diindikasikan
0 intrakranial secara biologi /
dengan
0 tepat kimia seperti osmotik
dan
% benar. diuritik dapat menarik air
S dari sel-sel otak sehingga
u dapat menurunkan udem
h otak, steroid
u (dexametason) dapat
: menurunkan
3 inflamasi, menurunkan
6 edema jaringan. Obat anti
, kejang dapat menurunkan
5 kejang, analgetik dapat
– menurunkan rasa nyeri
3 efek negatif dari
7 peningkatan tekanan
, intrakranial. Antipiretik
5 dapat menurunkan panas
o
yang dapat meningkatkan
C pemakaian oksigen otak.

Stroke Hemoragik 41
2 Hambatan Hambatan 1. Kaji fungsi 1. Lobus frontal dan parietal
mobilitas fisik moblitas motorik dan berisi saraf-saraf yang
berhubungan fisik dapat sensorik mengatur fungsi motorik
dengan gangguan teratasi dengan dan sensorik yang dapat
neuromuskuler, setelah mengobservasi dipengaruhi oleh iskemia
penurunan dilakukan setiap atau meningkatkan
kekuatan otot tindakan ekstermitas tekanan.
yang ditandai keperawat secara terpisah
dengan klien adl an selama terhadap
dibantu, klien 3x24 jam kekuatan dan
bedrest, terpasang dengan gerakan
kateter, kekuatan kriteria normal,
otot ektremitas hasil : respons
bagian kanan 4 - memper terhadap
ektremitas bagian tahankan rangsang.
kiri 5 posisi
optimal 2. Ubah posisi 2. posisi klien yang slah dan
- memper klien setiap 2 tidak ideal dapat
tahankan jam sekali menyebabkan terjadinya
dan luka tekan akibat tidur
mening terlalu lama pada satu sisi
katakn sehingga jaringan yang
fungsi tertekan akan kekurangan
bagian nutrisi yang dibawa darah
tubuh melalui oksigen.
- Memper
tahankan 3. Lakukan 3. Latihan ROM secara
adanya latihan ROM teratur dapat mencegah
perilaku secara teratur deformitas dan komplikasi
yang dan letakkan seperti footdrop.
memung telapak kaki
kinkan klien dilantai
adanya saat duduk
aktivitas dikursi atau
papan

Stroke Hemoragik 42
penyangga saat
tidur ditempat
tidur.

4. Topang kaki 4. Kaki yang mengalami


saat mengubah kelemahan dapat
posisi dengan menyebabkan terjadinya
meletakkan dislokasi panggul jika
bantal di satu meletakkan kaki terkulai
sisi saat dan jatuh serta mencegah
membalik fleksi.
klien.

5. Lakukan 5. Dengan latihan rentang


latihan rentang gerak pada klien dengan
gerak di tempat hemiplegia dapat
tidur. membantu klien belajar
menggunakan kakinya
yang mengalami
kelumpuhan.

6. Lakukan 6. Klien dengan stroke


latihan ROM 4 hemoragik terjadi
x sehari setelah kelemahan pada salah satu
24 jam bagian anggota gerak
serangan stroke tubuh latihan ROM
jika sudah diberikan untuk melatih
mendapatkan gerak klien mencegah kaku
terapi. sendi pada klien.

7. Bantu klien 7. Klien hemiplegia


duduk atau mengalami
turun dari ketidakseimbangan
tempat tidur. sehingga perlu dibantu

Stroke Hemoragik 43
untuk keselamatan dan
keamanan.
3 Gangguan Gangguan 1. Kaji tingkat 1. Penurunan kesadaran
persepsi sensori Persepsi kesadaran terhadap sensorik dan
berhubungan sensori sensori perasaan kinetik
dengan dapat berpengaruh terhadap
penekanan saraf teratasi keseimbangan.
sensori yang setelah
ditandai dengan tindakan 2. Berikan 2. melatih kembali jaras
klien mengatakan keperawat stimulasi sensori untuk mengintegrasi
mata sebelah an selama terhadap kan persepsi dan interpretasi
kanan tidak bisa 3x 24 jam sentuhan diri
membuka, lapang dengan
pandang kriteria 3. Lindungi klien 3. Menjaga keamanan pasien
terganggu dan hasil : dari suhu dan mencegah terjadinya
penglihatan - klien berlebihan trauma pada klien
menyempit, klien dapat
susah memper 4. Hilangkan 4. klien dengan stroke
menjulurkan tahankan kebisingan hemoragik memiliki
lidah, klien susah fungsi atau stimulasi tingkat kecemasan dan
mengangkat bahu persepsi eksternal yang respon emosi yang
kiri dan kanan, - klien berlebihan berlebihan.
klien sedikit meng-
susah merasakan akui 5. Lakukan 5. Klien dengan stroke
sentuhan di perubah- validasi terhadap hemoragik sering mengalami
kelopak mata an untuk persepsi klien gangguan persepsi sensori
sebelah kanan. melihat dan ketidakkonsistenan
- klien dari persepsi dan integrasi
dapat stimulus.
menun
jukkan 6. Bantu ADL 6. Klien dengan gangguan
perilaku klien penglihatan lapang pandang
untuk tidak maksimal mengalami
meng kesulitan dalam
kompen menginteprestasikan keadaan

Stroke Hemoragik 44
sasi sekitar
terhadap
perubah 7. Dekatkan 7. Dengan penglihatan yang
an barang-barang terganggu klien akan
sensori yang kesulitan untuk menjangkau
dibutuhkan barang yang dibutuhkan
klien

8. Kolaborasi 8. Peradangan yang disebabkan ba


dengan dokter bakteri atau virus akan
pemberian sensitif pada obat antibiotik
antibiotik

F. Implementasi dan Evaluasi

No Nama dan
Waktu Implementasi dan Respon
Dx TTD
19/4/17
08.45 3 Memberikan stimuli terhadap sentuhan Herru
R/S : klien mengatakan masih dapat merasakan
sentuhan yang diberikan

09.00 1,2 Melakukan pemeriksaan TTV Herru


R/ O : TD : 182/110 mmHg, HR : 65 x/menit,
RR : 21 x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,7oC

09.10 1,2 Menyuntikkan Ranitidine 25 mg, Citicoline 500 Herru


mg, Ondancentron 4 mg melalui iv bolus
R/O : obat masuk lancar sesuai dosis, tetesan infus
lancar
09.30 2 Melatih rentang gerak klien Herru
R/S : klien mengatakan berat menggerakkan
tangan kanan
R/O : klien dapat mengikuti latihan gerak

Stroke Hemoragik 45
10.00 1 Memberikan posisi head up Herru
R/S : klien mengatakan posisi baringnya sudah
nyaman

10.30 2 Mengubah posisi klien Herru


R/S : klien mengatakan posisi miring lebih nyaman
R/O : klien miring ke kanan, punggung klien dialas
dengan guling, sela-sela kaki diberi bantal

No
Waktu Evaluasi SOAP Nama dan TTD
Dx
19/4/17 1 S:- Herru
O : Keadaan umum klien tampak sakit sedang,
kesadaran : CM, terpasang infus Rl 20 tpm,
terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT : 1730 cc
TD : 169/105 mmHg, HR : 72 x/menit, RR : 21
x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,1oC
A : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
teratasi sebagian
P : Intervensi 1, 2, 4, 5 dan 7 dilanjutkan
Intervensi 3 dan 6 dihentikan
2 S:- Herru
O : klien tampak tidur, kesadaran composmentis,
akral hangat, nadi teraba, terpasang infus Rl 20
tpm, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT :
1730 cc TD : 169/105 mmHg, HR : 72 x/menit,
RR : 21 x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,1oC
kekuatan otot sebelah kiri 4 sebalah kanan 5,
ADL masih dibantu
A : Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Intervensi 1, 2, 3 dan 6 dilanjutkan
Intervensi 4, 5 dan 7 dihentikan

Stroke Hemoragik 46
3 S:- Herru
O : klien tampak tidur, kesadaran composmentis,
akral hangat, nadi teraba, terpasang infus Rl 20
tpm, terpasang kateter, BAB (-) BAK (+) UT :
1730 cc TD : 169/105 mmHg, HR : 72 x/menit,
RR : 21 x/menit, SpO2 : 97 %, Suhu : 37,1oC mata
sebelah kanan susah membuka, klien susah
mengangkat bahu kiri dan kanan, susah
menjulurkan lidah, lapang pandang menyempit
A : Gangguan persepsi sensori belum teratasi
P : Intervensi 1, 2, 5, 7 dan 8 dilanjutkan
Intervensi 3,4 dan 6 dihentikan

G. Discharge Planning
I. Pendidikan Kesehatan tentang stroke kepada keluarga pasien :
a. Menjelaskan penyakit yang diderita klien
b. Melatih ROM pasif pada klien
c. Melatih rentang gerak klien
d. Menjelaskan diit klien pada saat perawatan lanjutan di rumah

Stroke Hemoragik 47
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya
pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang
menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan. Pada klien Ny.
NS masuk dalam klasifikasi stroke hemoragik perdarahan intraserebri dimana hipertensi
yang merupakan pencetus perdarahan intraserebri. Pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam
jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak
akibat herniasi otak. Perdarahan interaserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai
didaerah putamen, thalamus, pons dan serebelum. Didukung dengan data klien memiliki
riwayat hipertensi kurang lebih dua tahun yang lalu, tekanan darah klien tinggi 184/121
mmHg.
Etiologi stroke hemoragik yaitu thrombosis serebri, emboli, hemoragik, hipoksia
umum dan hipoksia lokal. Pada klien penyebab terjadinya stroke hemoragik karena
hipoksia umum dimana beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
diantaranya adalah hipertensi yang parah. Maka dapat disimpulkan antara teori dan kasus
stroke hemoragik pada klien sesuai, klien memiliki riwayat hipertensi kurang lebih dua
tahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada klien dimana klien mengalami penurunan
kesadaran, area otak bagian serebral mengalami perdarahan yang menyebabkan suplai
oksigen ke otak terganggu dan otak kekurangan oksigen maka terjadi penurunan
kesadaran pada klien.
Perjalanan penyakit pada klien yang mengalami stroke hemoragik dimana klien
memiliki riwayat hipertensi dan klien jarang kontrol ke puskesmas. Klien mengkonsumsi
obat antihiperensi jika untuk menurunkan tekanan darahnya dan jika merasa pusing dan
sakit kepala klien minum obat antihipertensi. Stroke hemoragik terjadi karena perdarahan
pada otak, dimana disebabkan oleh hipertensi pembuluh darah dan terjadi perdarahan
intraserebri yang sangat luas dan terjadi peningkatan tekanan intra kranial. Pada klien
terjadi gangguan sensori, penglihatan dan penciuman klien terganggu. Klien mengeluh
sakit kepala dan pusing. Maka teori dan kasus pada klien dengan stroke hemoragik
memiliki kesamaan dan sesuai.

Stroke Hemoragik 48
Pada klien ditemukan tanda dan gejala yaitu klien mengalami penurunan kesadaran,
kelumpuhan wajah atau anggota badan, gangguan penglihatan, afasia atau bicara tidak
lancar kurangnya ucapan kesulitan memahami, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih
anggota badan atau gangguan hemisensorik. Teori yang ada sesuai dengan tanda dan
gejala yang ditemuka pada klien. Klien mengalami penurunan kesadaran dan sakit kepala,
pada pemeriksaan 12 saraf kranial pada klien didapatkan data klien mengalami gangguan
penglihatan, gangguan sensibilitas, bicara tidak lancar. Terjadi perdarahan di otak
mengakibatkan kesadaran menurun dan klien mengalami gangguan sensori. Aliran
oksigen ke otak tidak adekat mengaibatkan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan penunjang pada stroke meliputi angiografi serebral, CT scan, lumbal
punksi, MRI, EEG, Sinar X tengkorak, ultrasono Doppler dan pemeriksaan laboratorium
mencakup urinalisis, HDL, LED, panel metabolik dasar, dan serologi untuk sifilis. Klien
dilakukan pemeriksaan Laboratorium dan EKG dimana hasil Laboratorium klien normal
kecuali hasil creatinin 1,1 mg/dl normalnya 0,5-1,0 mg/dl, hasil SGOT 62,2 U/I dan
SGPT 66,1 U/I nilai normalnya < 31 dan hasil EKG klien Normal Synus Rhytme.
Pemeriksaan darah untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri, pemeriksaan kimia
darah pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg/dl
didalam serum dan berangsur-angsur turun. Pemeriksaan EKG untuk memeriksa
kesehatan terhadap aktivitas elektrik (listrik) jantung. Pemeriksaan klien tidak sesuai
dengan teori karena fasilitas rumah sakit yang belum mendukung sarana dan prasarana
yang memadai untuk pemeriksaan penunjang klien dengan stroke hemoragik.
Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik meliputi posisi kepala dan badan atas
20-30 derajat posisi miring apabila muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika
hemodinamik stabil, bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat bila
perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan, tanda – tanda vital diusahakan stabil, bed rest,
pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, kandung kemih yang penuh
dikosongkan bila perlu katerisasi, pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau
koloid dan hindari penggunaan glukosa murni / cairan hipotonik, hindari kenaikan suhu,
batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih yang dapat meningkatkan tekanan
intracranial, nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, apabila kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT, pemberian obat
neuroprotektor, antikoagulan, thrombosis intravena, diuretic, antihipertensi. Pada klien
diberikan posisi yang sesuai dan nyaman, oksigen diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
terapi dari dokter, selalu dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, klien sudah terpasang
kateter, dan terpasang NGT, klien sudah terpasang infus, dan sudah diberikan obat sesuai

Stroke Hemoragik 49
dengan kondisi klien dari advice dokter. Posisi yang diberikan sesuai dengan kondisi pada
klien, posisi yang nyaman dan aman jika klien muntah diberikan posisi miring pada klien,
klien tidak muntah. Oksigen diberikan untuk memenuhi kebutuhan oksigen didalam
darah serta mempertahankan ventilasi yang adekuat pada klien. Pemeriksaan tanda-tanda
vital dilakukan untuk melihat dan menjaga kestabilan kondisi klien. Klien dipasang
kateter untuk mengosongkan kandung kemih klien dan urine dapat keluar agar tidak
terjadi retensi urin. Pemberian cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan pada
klien dan mencegah terjadinya syok hipovolemik. Klien sudah terpasang NGT untuk
memenuhi asupan nutrisi pada klien.
Komplikasi stroke hemoragik, setelah mengalami stroke klien mungkin akan
mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan dalam hal imobilisasi: infeksi
pernapasan, nyeri tekan, konstipasi dan tromboflebitis, dalam hal paralisis nyeri pada
daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh, dalam hal kerusakan otak,
epilepsi dan sakit kepala, hidrosefalus. Pada klien sudah terjadi komplikasi dimana klien
mengeluh sakit kepala karena tekanan darah yang tinggi pada klien dan perdarahan di
otak pada klien.
Discharge palanning pada klien stroke hemoragik yaitu memastikan keamanan bagi
klien setelah pulang, memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang
dibutuhkan, merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di
rumah (kujungan rumah oleh tim kesehatan), penunjukan health care provider yang akan
memonitor status kesehatan klien, menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja
sebagai partner dengan klien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian dirumah
dan mengajarkan tindakan yang dibutukan. Pada klien sudah diberikan penkes tentang
perawatan klien dirumah dan bantuan apa saja yang diperlukan klien, dan penjelasan
sedikit tentang penayakit klien kepada keluarga klien.
Pengkajian teori pada klien stroke hemoragik dapat ditemukan data klien
mengalami gangguan pada 12 saraf kranial, klien mengalami penurunan kesadaran, klien
mengalami sakit kepala, klien memiliki riwayat hipertensi, dm, konsumsi alkohol dan
kurang menjaga kesehatan, klien mengalami kehilangan sensori mudah lelah, klien sulit
menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut, terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltic pada usus, klien mengalami gangguan berbicara, klien susah tidur
karena kejang atau nyeri otot. Pada klien didapatkan data klien memiliki riwayat
hipertensi kurang lebih dua tahun yang lalu, klien mengeluh sakit kepala, klien
mengalami gangguan penglihatan, perabaan atau sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas, susah menelan, dan tekanan darah klien tinggi. Klien terlambat melakukan

Stroke Hemoragik 50
pemeriksaan kondisi tubuhnya dan klien jarang kontrol kerumah sakit, sudah terjadi
perdarahan dan klien mengalami penurunan kesadaran keluarga klien membawa klien ke
rumah sakit. Klien yang kurang pengetahuan dan pajanana informasi tentang penyakit
klien serta klien kurang memperhatikan dan kurang menjaga kesehatan.
Diagnose keperawatan pada stroke hemoragik yaitu ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik, gangguan persepsi sensori, risiko cidera,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Pada klien
diambil tiga diagnose utama yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan
mobilitas fisik dan gangguan persepsi sensori. Klien mengalami pusing, sakit kepala dan
tekanan darah klien tinggi serta memiliki riwayat hipertensi dua tahun yang lalu, terjadi
masalah gangguan perfusi jaringan di otak pada klien maka diangkat diagnose gangguan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Klien dalam aktivitas dan latihan dibantu, klien
bedrest, klien mengalami penurunan kekuatan otot pada ekstremitas sebelah kanan
sehingga diangkat diagnose hambatan moblitas fisik. Klien mengalami ganguan
penglihatan, susah merasakan sentuhan dikelopak mata, susah mengangkat bahu dan
menjulurkan lidah, maka diangkat diagnose gangguan persepsi sensori.
Intervensi pada klien stroke hemoragik adalah monitor status neurologisnya,
monitor tanda-tanda vita tiap 30 menit, pertahankan posisi kepala yang sejajar, hindari
batuk, muntah, mengedan yang berlebihan, observasi kejang, berikan terapi oksigen
sesuai dengan kondisi klien,kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi, kaji fungsi
motoric dan sensorik pada klien, ubah posisi setiap 2 jam, lakukan latihan ROM secara
teratur ditempat tidur 4 kali sehari, bantu klien duduk atau turun dari tempat tidur, kaji
kesadaran sensori klien, berikan stimulasi terhadap sentuhan, lindungi klien dari suhu
berlebihan, hilangkan kebisingan yang berlebihan, lakukan validasi terhadap persepsi
klien, bantu ADL klien, dekatkan barang-barang yang dibutuhkan klien. Intervensi yang
diberikan pada klien sesuai dengan teori stroke hemoragik dan data yang mendukung
diagnose keperawatan. Klien memerlukan perawatan yang baik mengatasi masalah
perfusi jaringan serebral pada klien, membantu klien dalam ADL dan mencegah risiko
cidera yang terjadi pada klien. Mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik klien dan
gangguan persepsi sensori klien.

Stroke Hemoragik 51
BAB V
PENUTUP

Simpulan
Stroke hemoragik merupakan defisit neurologi yang mempunyai sifat
mendadak dan berlangsung dalam 24 jam sebagai akibat dari pecahnya pembuluh
darah di otak yang di akibatkan oleh aneurisma atau malformasi arteriovenosa yang
dapat menimbulkan iskemia atau infark pada jaringan fungsional otak (Purnawan
Junadi, 2009). Pasien datang dari UGD dengan diagnosa stroke haemoragik. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa stroke Haemoragik terjadi karena pecahnya
pembuluh darah di otak. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stroke yaitu
hipertensi dan penggunaan obat-obat antikoagulan. Klien sudah menderita
hipertensi kurang lebih sejak dua tahun yang lalu. Hipertensi yang kronis dapat
mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis
atau nekrosis fibrinoid. Hal tersebut menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak
sehingga darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom
yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Selain
kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya
tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Sehingga aliran oksigen ke
otak tidak adekuat mengakibatkan penurunan kesadaran.

Saran
a. Pasien stroke dengan bedrest dimungkinkan terjadinya decubitus, sehingga
perawat perlu lebih memperhatikan pasien dengan tanda-tanda decubitus dan
penatalaksanaan decubitus.
b. Perawat diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
serta memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko infeksi dan
infeksi nosokomial pada pasien di intensive care unit (ICU).
c. Perawat diharapkan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan
kesadaran masing-masing yang bertujuan untuk kesembuhan dan keselamatan
pasien. Keluarga Pada keluarga sebaiknya senantiasa mendampingi dan
memberikan support kepada pasien meskipun dalam kondisi koma sekalipun.

Stroke Hemoragik 52
d. Penderita stroke jika sudah mengalami kerusakan persarafan atau kelumpuhan
biasanya bersifat permanen. Maka dari itu, perlu adanya pendampingan ekstra
baik kepada klien maupun kepada keluarga karena pada tahap awal tentunya
klien akan merasakan depresi yang amat mendalam. Selain itu, perlu
diberitahukan kepada keluarga untuk tidak merendahkan klien karena dapat
timbul tekanan yang lebih dalam lagi kepada klien sehingga akan menimbulkan
distress kepada klien sehingga mempengaruhi proses penyembuhan klien. Oleh
karena itu, perlu danya peran perawat yang lebih peka terhadap perasaan klien
dan keluarganya.

Stroke Hemoragik 53

Anda mungkin juga menyukai